You are on page 1of 25

MAKALAH TUGAS

RPL BATURAJA

“PEMASANGAN NASO GASTRIC TUBE (NGT)”

DI SUSUN OLEH:

NELPI YUSNITA

NIP. 198408012014092002

PUSKESMAS PENINJAUAN KABUPATEN OKU

2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Mendengar lagi Maha

Melihat dan atas segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah

direncanakan. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada

baginda Nabi Besar Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabatnya

yang selalu membantu perjuangan beliau dalam menegakkan Dinullah di muka

bumi ini.

Dalam penulisan ini, tentunya banyak pihak yang telah memberikan

bantuan baik moril maupun materil. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan

ucapan terimakasih yang tiada hingganya kepada rekan dan teman yang telah

membantu dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,

maka saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan demi

penyempurnaan selanjutnya. Hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua

urusan dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya

bagi penulis dan para pembaca pada umumnya, semoga Allah meridhoi dan

dicatat sebagai ibadah disisi-Nya, amin.

Palembang, Agustus 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ---------------------------------------------------------- i


KATA PENGANTAR -------------------------------------------------------- ii
DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------- iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ----------------------------------------------- 1
1.2 Rumusan Masalah-------------------------------------------- 2
1.3 Tujuan --------------------------------------------------------- 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Naso Gastric Tube (NGT) --------------------- 3
2.2 Tujuan dan Manfaat Tindakan --------------------------- 3
2.3 Komplikasi yang Disebabkan Oleh NGT ------------- 4
2.4 Indikasi pemasangan NGT ------------------------------- 6
2.5 Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Pemasangan
NGT --------------------------------------------------------- 6
2.6 Pengkajian -------------------------------------------------- 7
2.7 Indikasi dan kontraindikasi ------------------------------ 13
2.8 Implementasi pemasangan NGT ------------------------ 14
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan --------------------------------------------------- 21
3.2 Saran ---------------------------------------------------------- 21
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan manusia, kita tentu tidak mengharapkan sebuah

penyakit menyerang kita. Kita sebagai manusia selalu berusaha untuk

menjaga kesehatan agar dapat terus hidup dengan sehat dan melakukan

aktifitas normal dan sesuai dengan apa yang kita harapkan. Namun,

terkadang kita juga tidak menyadari bahwa kegiatan atau makanan yang

kita konsumsi menjadi salah satu penyebab tubuh kita menjadi lemah dan

kemudian sakit.

Dalam beberapa hal terkadang manusia yang sedang sakit tidak dapat

menelan makanan secara oral. Hal ini menyebabkan tubuh mereka

semakin lemah. Karena itu, ketika seseorang sedang dalam keadaan seperti

ini, petugas kesehatan biasanya memasang sebuah selang yang disebut

Nasogastric Tube (NGT). NGT ini sering digunakan untuk memberikan

nutrisi dan obat-obatan kepada seseorang yang tidak mampu untuk

mengkomsumsi makanan,cairan dan obat-obatan secara oral agar tubuh

mereka tetap mendapat asupan nutrisi dari makanan dan obat sehingga

dapat kembali sehat.

Naso Gastric Tube (NGT) sering digunakan untuk menghisap isi

lambung, juga digunakan untuk memasukan obat-obatan dan makanan.

NGT ini digunakan hanya dalam waktu yang singkat. Untuk memenuhi

kebutuhan pasien, pengetahuan dan kemampuan perawat dalam

1
memasukan dan melakukan perawatan NGT adalah sangat dibutuhkan.

Bagi anak-anak, kebutuhan akan NGT disebabkan oleh beberapa kondisi

seperti anomali anatomi jalan makanan; oesophagus atau alat eliminasi,

kelemahan reflek menelan, distress pernafasan atau tidak sadarkan diri.

Keselamatan adalah selalu menjadi perhatian, dimana kerjasama perawat

pasien dan keluarga sangat dibutuhkan dan pada sebagian anak terkadang

agak sedikit dipaksakan.

Sebagai perawat profesional, harus berhati-hati dalam melaksanakan

tindakan serta memperhatikan keunikan variasi di dalam melaksanakan

tindakan secara aman dan nyaman.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan NGT ?

2. Apa tujuan dan manfaat dari pemasangan NGT ?

3. Bagaimana tindakan pemasangan dari NGT ?

1.3 Tujuan

Tujuan tindakan Naso Gastric Tube digunakan untuk mengurangi

isi perut dengan cara menghisap apa yang ada dalam lambung (cairan,

udara, darah), untuk memasukkan cairan (memenuhi kebutuhan cairan

atau nutrisi), untuk membantu memudahkan diagnosa klinik melalui

analisa subtansi isi lambung

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Naso Gastric Tube (NGT)

Selang Naso Gastric Tube atau NGT adalah suatu selang yang

dimasukkan melalui hidung sampai ke lambung. Sering digunakan untuk

memberikan nutrisi dan obat-obatan kepada seseorang yang tidak mampu

untuk mengkonsumsi makanan, cairan, dan obat-obatan secara oral. Juga

dapat digunakan untuk mengeluarkan isi dari lambung dengan cara

disedot.

2.2 Tujuan dan Manfaat Tindakan

1. Naso Gastric Tube, digunakan untuk:

a. Mengeluarkan isi perut dengan cara menghisap apa yang ada dalam

lambung (cairan,udara,darah,racun)

b. Memasukan cairan( memenuhi kebutuhan cairan atau nutrisi)

c. Membantu memudahkan diagnosa klinik melalui analisa subtansi

isi lambung.

d. Persiapan sebelum operasi dengan general anaesthesia.

e. Menghisap dan mengalirkan untuk pasien yang sedang

melaksanakan operasi pneumonectomy untuk mencegah muntah

dan kemungkinan aspirasi isi lambung sewaktu recovery

(pemulihan dari general anaesthesia).

3
2. Nutrisi Enteral

Nutrisi Enteral merupakan pemberian nutrient melalui saluran

cerna dengan menggunakan sonde (tube feeding). Nutrisi enteral

direkomendasikan bagi pasien-pasien yang tidak dapat memenuhi

kebutuhan nutrisinya secara volunter melalui asupan oral. Pemberian

nutrisi enteral dini (yang dimulai dalam 12 jam sampai 48 jam setelah

pasien masuk ke dalam perawatan intensif (ICU) lebih baik

dibandingkan pemberian nutrisi parenteral.

Manfaat dari pemberian nutrisi enteral antara lain:

a. Mempertahankan fungsi pertahanan dari usus.

b. Mempertahankan integritas mukosa saluran cerna.

c. Mempertahankan fungsi-fungsi imunologik mukosa saluran cerna.

d. Mengurangi proses katabolic.

e. Menurunkan resiko komplikasi infeksi secara bermakna.

f. Mempercepat penyembuhan luka.

g. Lebih murah dibandingkan nutrisi parenteral.

h. Lama perawatan di rumah sakit menjadi lebih pendek

dibandingkan dengan

3. Nutrisi Parenteral

Pasien-pasien yang dapat diberikan nutrisi enteral adalah

mereka yang tidak bisa makan, tidak dapat makan, dan tidak cukup

makan. Biasanya, adanya bunyi usus dan flatus merupakan indikator

bahwa saluran cerna berfungsi, khususnya pada pasien-pasien paska

pembedahan.

4
Namun, penelitian menunjukkan bahwa motilitas saluran cerna

yang menurun pada periode paska operasi ini, hanya mempengaruhi

lambung dan usus besar (kolon), dan tidak mempengaruhi fungsi usus

halus. Berkurangnya ataupun hilangnya bunyi usus tidak perlu sampai

menghambat pemberian nutrisi enteral. Sebaliknya, adanya bunyi usus

juga tidak menjamin bahwa pemberian nutrisi enteral bisa sukses,

misalnya pada pasien-pasien dengan Intractable diarrhea.

2.3 Komplikasi yang Disebabkan Oleh NGT

a. Komplikasi mekanis

1. Sondenya tersumbat.

2. Dislokasi dari sonde, misalnya karena ketidaksempurnaan

melekatkatnya sonde dengan plester di sayap hidung.

b. Komplikasi pulmonal

Misalnya aspirasi. Dikarenakan pemberian NGT feeding yang

terlalu cepat

c. Komplikasi yang disebabkan oleh tidak sempurnanya kedudukan

sonde

Hal ini bisa terjadi pada ketidak sempurnaan sonde yang

kedudukan: yang mempunyai jerat, yang menyerupai simpul dan

apabila sonde terus meluncur ke duodenum atau jejunum. Hal ini

dapat langsung menyebabkan diare.

d. Komplikasi yang disebabkan oleh zat nutrisi

5
2.4 Indikasi Pemasangan NGT

Indikasi pasien yang di pasang NGT adalah diantaranya sebagai berikut:

1. Pasien tidak sadar

2. pasien karena kesulitan menelan

3. pasien yang keracunan

4. pasien yang muntah darah

5. Pasien Pra atau Post operasi esophagus atau mulut

6. Pasien dengan Distensi Abdomen karena gas,darah dan cairan

7. Pasien yang membutuhkan nutrisi melalui NGT

8. Pasien yang memerlukan NGT untuk diagnosa atau analisa isi

lambung

2.5 Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Pemasangan NGT

Nasogastric tube tidak dianjurkan atau digunakan dengan berlebihan

kepada beberapa pasien predisposisi yang bisa mengakibatkan bahaya

sewaktu memasang NGT,seperti:

1. Pada pasien yang memiliki tumor di rongga hidung atau esophagus

2. Klien yang mengalami Cidera Serebrospinal

3. Klien dengan Sustained Head Trauma, Maxillofacial Injury, atau

Anterior Fossa Skull Fracture. Memasukan NGT begitu saja melalui

hidung maka potensial akan melewati Criboform Plate, ini akan

menimbulkan Penetrasi Intracranial.

4. Klien dengan riwayat Esophageal Stricture, Esophageal Varices,

Alkali Ingestion juga beresiko untuk Esophageal Penetration.

6
5. Klien dengan Koma juga potensial mual dan aspirasi sewaktu

memasukan NGT, pada tindakan ini diperlukan tindakan proteksi

seperti airway dipasang terlebih dahulu sebelum NGT

6. Pasien dengan Gastric Bypass Surgery yang mana pasien ini

mempunyai kantong lambung yang kecil untuk membatasi asupan

makanan

Konstruksi Bypass adalah dari kantong lambung yang kecil ke

duodenum dan bagian bagian usus kecil yang menyebabkan

Malabsorpsi (mengurangi kemampuan untuk menyerap kalori dan

nutrisi

Jangan Memasukan Selang Secara Paksa Jika Ada Tahanan

1. Jika klien batuk, bersin, hentikan dahulu lalu diulangi lagi, anjurkan

klien menarik nafas dalam

2. Jika tetap ada tahanan, tarik selang perlahan-lahan dan masukan ke

hidung yang lain secara perlahan-lahan

3. Jika klien terlihat akan muntah, tarik tube dan inspeksi tenggorokan

lalu lanjutkan memasukan selang secara bertahap

2.6 Pengkajian

a. Pengkajian pada pasien yang akan dilakukan pemasangan NGT

meliputi:

1. Biodata klien: Nama, jenis kelamin, usia, pekerjaan,tingkat

pendidikan, Diagnosa medis,Tanggal admission.

7
2. Riwayat kesehatan: Riwayat Masa lalu klien, Riwayat kesehatan

keluarga dan Riwayat kesehatan klien saat ini.

3. Kondisi kesehatan saat ini, lakukan pemeriksaan fisik:

 Kesadaran umum: Allert/letargic, (regular/irregular), Pulse rate,

Blood pressure.

 Tanda-tanda Vital: Respiration (regular/irregular), Respiration

rate, Pulse rate, Blood pressure.

 Head to too; Apakah terdapat trauma di bagian kepala;

nasophageal trauma, skull fracture, maxilo fracture, cervical

fracture, disphagia, atresia oesophagus, naso-oro-pharyngeal

burn.apakah terdapat paresthesia, hemipharesis, Apakah

terdapat alat bantu pernafasan; pemasangan mask oksigen,

nasal canula, endotracheal tube, guedel/mayo, ventilator,

distensi abnominal, muntah(cairan, darah; warna, konsistensi).

4. Data Penunjang:

 Oxygen saturation

 Chest X-Ray

 NGT on Chest-X Ray dan Upper Abdominal X Ray sesudah

insertion untuk memastikan posisi NGT di lambung.

 Laboratorium: sample darah lengkap,urine,stool.

b. Pengkajian Secara Umum

Pengkajian harus berfokus pada:

 Instruksi dokter tentang tipe slang dan penggunaan slang.

8
 Ukuran slang yang digunakan sebelumnya, jika ada.

 Riwayat masalah sinus atau nasal.

 Distensi abdomen, nyeri atau mual.

c. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan

pemasangan NGT adalah sebagai berikut :

 Gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan.

 Gangguan Rasa Nyaman : mual muntah.

 Kurang pengetahuan.

d. Perencanaan Secara Umum

Perencanaan untuk pemasangan NGT sesuai dengan tujuan dan

manfaat tindakan dan indikasi kontraindikasi. Perencanaan

keperawatan yang bertujuan untuk menghindari beberapa komplikasi :

1. Komplikasi mekanis

 Agar sonde tidak tersumbat perawat atau pasien harus teratur

membersihkan sonde dengan menyemprotkan air atau teh

sedikitnya tiap 24 jam, bila aliran nutrisi enteral sementara

terhenti, sonde harus dibersihkan setiap 30 menit dengan

menyemprotkan air atau teh.

 Agar sonde tidak mengalami dislokasi sonde harus dilekatkan

dengan sempurna di sayap hidung dengan plester yang baik

tanpa menimbulkan rasa sakit, posisi kepala pasien harus lebih

tinggi dari alas tempat tidur (+ 30°).

9
2. Komplikasi pulmonal: aspirasi.

 Kecepatan aliran nutrisi enteral tidak boleh terlalu tinggi.

 Letak sonde mulai hidung sampai ke lambung harus sempurna.

 Untuk mengontrol letak sonde tepat di lambung, kita

menggunakan stetoskop guna auskultasi lambung sambil

menyemprot udara melalui sonde.

3. Komplikasi yang disebabkan oleh tidak sempurnanya kedudukan

sonde.

 Sebelum sonde dimasukkan, harus diukur dahulu secara

individual (pada setiap pasien) panjangnya sonde yang

diperlukan, dari permukaan lubang hidung sampai keujung

distal sternum.

 Sonde harus diberi tanda setinggi permukaan lubang hidung.

 Sonde harus dilekatkan dengan sempurna di sayap hidung

dengan plester yang baik tanpa menimbulkan rasa sakit.

 Perawat dan pasien harus setiap kali mengontrol letaknya tanda

di sonde, apakah masih tetap tidak berubah (tergeser).

4. Komplikasi yang disebabkan oleh yang zat nutrisi

a) Komplikasi yang terjadi di usus

 Diare

 Perut terasa penuh

 Rasa mual, terutama pada masa permulaan pemberian nutrisi

enteral

10
b) Komplikasi metabolik hiperglikemia

Perencanaan keperawatanya dari komplikasi yang terjadi di

usus. Pemberian nutrisi enteral harus dilakukan secara bertahap.

Tahap pembangunan; dengan mempergunakan mesin pompa

Hari 1 : kecepatan aliran 20 ml/jam = 480 ml/hari

Hari 2 : kecepatan aliran 40 ml/jam = 960 ml/hari

Hari 3 : kecepatan aliran 60 ml/jam = 1440 ml/hari

Hari 4 : kecepatan aliran 80 ml/jam = 1920 ml/hari

Hari 5 : kecepatan aliran 100 ml/jam = 2400 ml/hari = 2400

kcal/hari. Kekurangan kebutuhan cairan dalam tubuh pada hari

pertama sampai dengan hari keempat harus ditambahkan dalam

bentuk air, teh atau dengan sistem infus (parenteral).

Selanjutnya ada dua kemungkinan:

Kemungkinan I

Nutrisi enteral konsep 24 jam:

Kecepatan aliran nutrisi enteral tetap 100 ml/jam = 2400 ml/hari

= 2400 kcal/hari.

Kemungkinan II

Hari 6: kecepatan aliran 120 ml/jam (selama 20 jam/hari)

Hari 7: kecepatan aliran 140 ml/jam (selama 17 jam/hari)

Hari 8: kecepatan aliran 160 ml/jam (selama 15 jam/hari)

Hari 9: kecepatan aliran 180 ml/jam (selama 13 jam/hari)

Hari 10: kecepatan aliran 200 ml/jam (selama 12 jam/hari)

11
Nutrisi enteral konsep 12 jam

Kecepatan aliran nutrisi enteral tetap 200 ml/jam =

2400ml/hari = 2400 kcal/hari Maksud konsep 12 jam ini agar

pasien hanya terikat oleh pemberian nutrisi enteral selama 12 jam

sehari. Misalnya,hanya antara jam 19 sampai jam 7 pagi sambil

tidur. Apabila timbul rasa mual atau diare, pada waktu tahap

pembangunan dianjurkan supaya kecepatan aliran nutrisi enteral

diturunkan 40 ml/jam.

Contoh :

26 Cermin Dunia Kedokteran No. 42, 1987

Pada kecepatan 100 ml/jam, pasien merasa mual dan mendapat

diare.

Dianjurkan:

 Kecepatan diturunkan sampai 60 ml/jam

 Ditunggu 24 sampai 48 jam sehingga rasa mual dan diare

hilang

 Setelah rasa mual dan diare hilang, kecepatan boleh dinaikkan

lagi menjadi 80 ml/jam

 Tunggu lagi 48 jam

 Bila tak ada keluhan, kecepatan boleh dinaikkan lagi menjadi

120 ml/jam, dan seterusnya

Tiap kali timbul rasa mual atau diare, kecepatan aliran

nutrisi langsung dikurangi 40 ml/jam dan perlahan-lahan setelah

12
rasa mual dan diare hilang, kecepatan dinaikkan lagi. Perencanaan

keperawatan dari komplikasi metabolik

 Periksa kadar gula dalam darah selama nutrisi enteral.

 Bila terjadi hiperglikemia, terutama pada pasien-pasien yang

menderita diabetes melitus, harus dilakukan terapi dengan

insulin.

2.7 Indikasi dan Kontraindikasi

1) Indikasi

 Pasien dengan distensi abdomen karena gas,darah dan cairan.

 Keracunan makanan minuman.

 Pasien yang membutuhkan nutrisi melalui NGT.

 Pasien yang memerlukan NGT untuk diagnosa atau analisa isi

lambung.

2) Kontraindikasi

Nasogastric tube tidak dianjurkan atau digunakan dengan berlebihan

kepada beberapa pasien predisposisi yang bisa mengakibatkan bahaya

sewaktu memasang NGT, seperti:

 Klien dengan sustained head trauma, maxillofacial injury, atau

anterior fossa skull fracture. Memasukan NGT begitu saja melalui

hidung maka potensial akan melewati criboform plate, ini akan

menimbulkan penetrasi intracranial.

13
 Klien dengan riwayat esophageal stricture, esophageal varices,

alkali ingestion juga beresiko untuk esophageal penetration.

 Klien dengan Koma juga potensial vomiting dan aspirasi sewaktu

memasukan NGT, pada tindakan ini diperlukan tindakan proteksi

seperti airway dipasang terlebih dahulu sebelum NGT.

 Pasien dengan gastric bypass surgery yang mana pasien ini

mempunyai kantong lambung yang kecil untuk membatasi asupan

makanan konstruksi bypass adalah dari kantong lambung yang

kecil ke duodenum dan bagian bagain usus kecil yang

menyebabkan malabsorpsi(mengurangi kemampuan untuk

menyerap kalori dan nutrisi.

2.8 Implementasi Pemasangan NGT

Insersi slang nasogastrik meliputi pemasangan slang plastik lunak

melalui nasofaring klien ke dalam lambung. Slang mempunyai lumen

berongga yang memungkinkan baik pembuangan sekret gastrik dan

pemasukan cairan ke dalam lambung.

Pelaksana harus seorang professional kesehatan yang berkompeten

dalam prosedur dan praktek dalam pekerjaannya. Pengetahuan dan

ketrampilan dibutuhkan untuk melakukan procedure dengan aman adalah :

1. Anatomi dan fisiologi saluran gastro-intestinal bagian atas dan system

pernafasan.

2. Kehati-hatian dalam procedure pemasangan dan kebijaksanaan

penatalaksanaan NGT. Pengetahuan mendalam pada pasien ( misalnya

14
: perubahan anatomi dan fisiologi yang dapat mambuat sulitnya

pemasangan NGT tersebut.

Kegunaan :

 Memungkinkan dukungan nutrisi melalui saluran gastrointestinal

 Memungkinkan evakuasi isi lambung

 Mencegah regurgitasi dan aspirasi isi lambung

Perhatian :

 Riwayat masalah sinus atau nasal ( infeksi, sumbatan, polip dll )

 Kesadaran dan riwayat MCI

 Refleks Vagal

 Perdarahan karena prosedur yang agresif

 Selang NGT masuk ke Trakea

 Diharapkan pasien telah menerima penjelasan yang cukup tentang

prosedur dan tujuan tindakan.

 ·Pasien yang telah mengetahui dengan jelas segala sesuatu tentang

tindakan yang akan dilakukan pasien atau keluarga diharuskan

menandatangani informed consent.

Persiapan Alat :

1. Slang nasogastrik sesuai ukuran (ukuran 14-18 fr)

2. Pelumas/ jelly

3. Spuit berujung kateter 50 ml

4. Stetoskop

5. Lampu senter/ pen light

15
6. Klem

7. Handuk kecil

8. Tissue

9. Spatel lidah

10. Sarung tangan dispossible

11. Plester

12. Nierbekken

13. Bak instrumen

Pelaksanaan

1. Cuci tangan dan atur peralatan.

2. Jelaskan prosedur pada pasien.

3. Bantu pasien untuk posisi Fowler.

4. Berdirilah disisi kanan tempat tidur pasien bila anda bertangan

dominan kanan(atau sisi kiri bila anda bertangan dominan kiri).

5. Periksa dan perbaiki kepatenan nasal. Minta pasien untuk bernafas

melalui satu lubang hidung saat lubang yang lain tersumbat, ulangi

pada lubang hidung yang lain, Bersihkan mukus dan sekresi dari

hidung dengan tissue lembab atau lidi kapas. Periksa adakah infeksi

dan lain-lain.

6. Tempatkan handuk mandi diatas dada pasien.

7. Persiapkan tissue dalam jangkauan.

8. Gunakan sarung tangan.

16
9. Tentukan panjang slang yang akan dimasukkan dan ditandai dengan

plester. Ukur jarak dari lubang hidung ke daun telinga, dengan

menempatkan ujung melingkar slang pada daun telinga; Lanjutkan

pengukuran dari daun telinga ke tonjolan sternum; tandai lokasi di

tonjolan sternum dengan plester kecil.

10. Minta pasien menengadahkan kepala, masukkan selang ke dalam

lubang hidung yang paling bersih.

11. Pada saat anda memasukkan slang lebih dalam ke hidung, minta pasien

menahan kepala dan leher lurus dan membuka mulut.

12. Ketika slang terlihat dan pasien bisa merasakan slang dalam faring,

instruksikan pasien untuk menekuk kepala ke depan dan menelan.

13. Masukkan slang lebih dalam ke esofagus dengan memberikan tekanan

lembut tanpa memaksa saat pasien menelan (jika pasien batuk atau

slang menggulung di tenggorokan, tarik slang ke faring dan ulangi

langkah-langkahnya), diantara upaya tersebut dorong pasien untuk

bernafas dalam.

14. Ketika tanda plester pada selang mencapai jalan masuk ke lubang

hidung, hentikan insersi selang dan periksa penempatannya:minta

pasien membuka mulut untuk melihat slang, Aspirasi dengan spuit dan

pantau drainase lambung, tarik udara ke dalam spuit sebanyak 10-20

ml masukkan ke selang dan dorong udara sambil mendengarkan

lambung dengan stetoskop jika terdengar gemuruh, fiksasi slang.

17
15. Untuk mengamankan slang: gunting bagian tengah plester sepanjang 2

inchi, sisakan 1 inci tetap utuh, tempelkan 1 inchi plester pada lubang

hidung, lilitkan salah satu ujung, kemudian yang lain, satu sisi plester

lilitan mengitari slang.

16. Plesterkan slang secara melengkung ke satu sisi wajah pasien. Pita

karet dapat Digunakan untuk memfiksasi slang.

Pemberian Makanan Melalui NGT

Persiapan Alat

1. Spuit 50 cc – 100 cc

2. Makanan atau obat dalam bentuk cair

3. Handuk

4. Bengkok

5. Selang NGT

Prosedur pelaksanaan

1. Siapakan spuit besar ukuran 50 cc

2. Siapakan makanan cairnnya ( susu, jus)

3. Pasang handuk di dada pasien dan siapkan bengkok

4. Masukkan ujung spuit pada selang NGT dan tetap jaga NGT supaya

tidak kemasukan udara dengan mengklem.

5. Masukkan makanan cair pada spuit dan lepaskan klem, posisi spuit

harus diatas supaya makanan cairnya bisa mengalir masuk ke lambung.

6. Jangan mendorong makanan dengan spuit karena bisa menambah

tekanan lambung, biarkan makanan mengalir mengikuti gaya gravitasi

18
7. Makanan yang di masukkan max 200 cc, jadi jika spuitnya 50 cc maka

bisa dilakukan 4 kali .

8. Apabila akan memasukkan makanan untuk yang kedua, jangan lupa

mencuci dulu spuit. Jika sudah selesai aliri selang NGT dengan air

supaya sisa-sisa makanan tidak mengendap di selang karena bisa

mengundang bakteri.

9. Jika sudah rapikan peralatan

Pelepasan NGT

Selang NGT maksimal dipasang 3 x 24 jam jika sudah mencapai

waktu harus dilepas dan di pasang NGT yang baru. Selang NGT yang

terpasang terlalu lama dapat menimbulkan erosi hidung, sinusitis,

esofagitis dan ulserasi lambung. Karena itu, berdasarkan pertimbangan

pencegahan komplikasi serta kondisi pasien yang memungkinkan,selang

NGT perlu dilepas tepat sesuai dengan pemulihan fungsi saluran

pencernaan.

Persiapan Alat :

1. Spuit 10 cc

2. Handuk

3. Salin normal

Prosedur pelaksanaan

1. Mencuci tangan

2. Menjelaskan prosedur dan pelepasan NGT

3. Pasang handuk di atas dada pasien

19
4. Memutar selang,masukkan 10 cc salin normal dan memasang klem

pada selang

5. Memberitahukan klien untuk menarik nafas dalam dan

menghembuskan nafas dengan perlahan

6. Cabut selang dengan perlahan dan bungkus selang dengan handuk

7. Memberi klien alat untuk perawatan mulut dan pelumas untuk hidung

yang kering

8. Merapikan peralatan dan klien

9. Mencatat waktu pelepasan dan reaksi klien

10. Mengobservasi tanda dan gejala gangguan saluran pencernaan

20
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. NGT adalah Kepanjangan dari Nasogastric Tube

2. Fungsi NGT yang paling umum adalah sebagai alat penyalur makanan

atau obat dalam bentuk cair dengan memasukkan slang dari hidung

hingga memasuki lambung

3. Sebelum pemasangan NGT harus meminta izin pada keluarga atau

pasien secara langsung serta memperhatikan keadaan umum pasien

dan riwayat kesehatannya untuk meminimalisir terjadinya hal yang

tidak diinginkan

4. Harus melakukan dengan hati-hati

3.2 Saran

1. Selalu meminta izin sebelum melakukan tindakan medis ( pemasangan

NGT )

2. Harus memantau keadaan pasien terlebih dahulu dan memeriksa

riwayat penyakit pasien untuk mencegah hal yang tidak diinginkan

3. Lakukan tindakan medis dengan hati-hati dan sopan

21
DAFTAR PUSTAKA

ADA Pocket Guide to Enteral Nutrition. American Dietetic Association, 2006.

http://en.wikipedia.org/wiki/Nasogastric_intubation.

http://e-learning-keperawatan.blogspot.com/2009/01/tindakan-pemasangan-
nasogastric-tube.html.

http://bedahumum.com/bu/index.php?option=com_content&view=article&id=26
:pemasangan-nasogastric-tube-ngt&catid=3:artikel&Itemid=5.

Source : http://athearobiansyah.blogspot.com/2008/06/pemasangan-slang-
nasogastrik-ngt.htm

22

You might also like