Professional Documents
Culture Documents
I. PENDAHULUAN
Aberle et al. (2001). Pertumbuhan dapat dinilai sebagai peningkatan tinggi, panjang,
ukuranlingkar dan bobot yang terjadi pada seekor ternak muda yang sehat serta diberipakan,
minum dan mendapat tempat berlindung yang layak.
Akramuzzein (2009), Pakan sangat berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan
produksi ternak khususnya sapi perah sehingga diperlukan perhatian yang lebih banyak.
Semakin baik ketersediaan dan kualitas pakan yang diberikan, maka akan semakin baik pula
hasil produksi yang akan didapat. Untuk meningkatkan produksi dalam beternak sapi perah
maka perlu diketahui jenis pakan dan bagaimana manajemen pemberiannya, serta kebutuhan
nutrien sapi perah untuk memenuhi hidup pokok dan produksi.
Blakely and Blade (1991), Sapi Friesian Holstein (FH) yang memiliki corak hitam putih
memiliki produksi susu yang tinggi dan berkadar lemak rendah. Hal ini sangat cocok dengan
kondisi pemasaran saat ini
Mahaputra, (1983), Pemeliharaan jenis sapi perah Friesian Holstein memang sangat tepat
ditinjau dari produksi susunya karena sapi ini memiliki produksi susu yang paling tinggi bila
dibandingkan dengan sapi perah seperti, Jersey dan Friesian Sahiwal.
Parakkasi (1995). Tingkat perbedaan konsumsi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain faktor ternak (bobot badan, umur, tingkat kecernaan pakan, kualitas pakan dan palatabilitas
Reksohadiprojo (1985), menyatakan bahwa Hijauan adalah bahan pakan utama khusus
ternak ruminansia yang berfungsi sebagai pengenyang, sumber protein, dan karbohidrat, sumber
energi, mineral, dan vitamin.
Sudono.,et al (2000). Sapi Fries Holland atau FH berasal dari provinsi Belanda Utara
dan Provinsi Friesland Barat. Sapi ini di Amerika Serikat disebut Holstein Friesian atau
disingkat Holstein dan di Eropa disebut Friesian. Sapi FH adalah sapi perah yang produksi
susunya tertinggi dibandingkan dengan sapi perah bangsa lainnya, tetapi kadar lemak susunya
rendah. Sebagai gambaran, rataan produksi susu sapi FH di Amerika Serikat rata-rata 7.245
kg/laktasi dengan kadar lemak 3,65 %
Soetarno, (2003).Asal sapi jenis Friesian Holstein adalah Friesland, Belanda. Di
Indonesia sapi ini dikenal dengan nama Fries Holland
Soetarno, (2003).Agar diperoleh hasil seoptimal mungkin diperlukan susunan ransum
yang seimbang, artinya ransum tersebut mengandung semua zat-zat maknan (nutrisi) yang
diperlukan dalam imbangna yang tepat
Susilorini, dkk, (2008), yang menyatakan bahwa jenis kandang terbagi atas duya yaitu
kandang tunggal yaitu terdiri dari satu garis memanjang dan dipetak – petak. Sementar kandang
ganda terdiri dari dua baris berhadapan dan dipisahkan oleh jalanan untuk pengelolaan.
Sutarno, (1994). Hal yang perlu diperhatikan dalam pembangunan kandang adalah
cahaya matahari, ventilasi, letak kandang, parit.
Tillman et al., (1991). Lebih lanjut dijelaskan bahwa daya cerna suatu bahan makanan
tergantung pada keserasian zat-zat makanan yang terkandungdidalamnya
Timan, (2003).Kandang berfungsi untuk melindungi sapi dari cuaca buruk, hujan, panas
matahari serta keamanan dari gangguan binatang buas dan pencurian.
Utomo, (2010).Pemberian pakan pada sapi perah tidaklah sama namun tergantung pada
periode sapi perahnya, manajemen pemberian pakan sapi perah (sapi laktasi), manajemen
pemberian pakan sapi perah (sapi dara), dan manajemen pemberian pakan sapi perah (sapi pedet)
Williams (1982). Pertumbuhan adalahperubahan bentuk atau ukuran seekor ternak yang
dapat dinyatakan denganpanjang, volume ataupun massa.
Praktikum Manajemen Ternak Perah ini dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 8 Juni
2013,di Fapet Farm Universitas Jambi.
3.2.Materi
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum Manajemen Ternak Perah ini adalah
selang, air, sekop pembersih, Arit/ sabit, sepatu bot, cangkul, sapu lidi, ember, baskom, Sapi,
dedak, garam, Mineral Feed Suplements, Hijauan (rumput unggul dan rumput alam), dan Obat-
obatan (Intermectin, Hematopan, Vit. B, Vit-B kompleks).
3.3. Metoda
Adapun Cara kerja yang dilaksanakan dalam praktikum ini terbagi atas 4 bagian, yaitu:
Pertama Pembersihan kandang ternak dilakukan dengan membuang feces terlebih dahulu
dengan menggunakan skop feses dan dipindahkan ke tempat pengumpulan feces, kemudian
kandang dibersihkan dengan menggunakan air dan sapu lidi, kemudian sisa feces yang terbawa
ke selokan di angkat dengan cangkul dan dipindahkan ke samping kandang.
Yang kedua adalah memandikan ternak sapi dilakukan setelah kandang dibersihkan,
sapidimandikan dengan menyiram sapi terlebih dahulu dengan air bersih, lalu badan, kaki, dan
bagian kotor lainnya dibersihkan dengan menggunakan sikat, dan sapi disiram kembali dengan
air bersih. Dan yang ketiga adalah menimbang sisa pakan yang kemudian dibersihkan bak
tempat pakannya, kemudian adalah Pemberian pakan hijauan dan kosentrat diberikan sebanyak 2
kali sehari, yakni pada pagi hari dan sore hari, pakan yang diberikan adalah berbentuk hijauan
segar yang telah dipotong kecil-kecil untuk mempermudah sapi mengambil pakan tersebut.
Pakan tambahan yang diberikan adalah Mineral Feed Suplements.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan asalnya, sapi perah yang ada dibedakan menjadi dua yaitu sapi yang berasal
dari daerah tropis (Bos Indicus), antara lain sapi Red Sindhi, Sahiwal, Gir, Hissar, Kankrey dan
Halikar. Sedang yang kedua adalah sapi yang berasal dari daerah sub tropis (Bos Taurus) antara
lain Fries Holland, Brown Swiss, Jersey, Guernsey, Red Danish dan Ducth Belted.
Keberhasilan usaha peternakan sapi perah sangat tergantung dari keterpaduan langkah
terutama di bidang pembibitan (Breeding), pakan, (feeding), dan tata laksana (management).
Ketiga bidang tersebut kelihatannya belum dapat dilaksanakan dengan baik. Hal ini disebabkan
kurangnya pengetahuan dan ketrampilan peternak serta masih melekatnya budaya pola berfikir
jangka pendek tanpa memperhatikan kelangsungan usaha sapi perah jangka panjang. Oleh karena
itu, dibutuhkan peningkatan pengetahuan peningkatan produksi dan ekonomi.
Farm Fakultas Peternakan Universitas Jambi berdiri pada bulan Juli 2002 yang berlokasi
di dalam kawasan kampus Pinang Masak di Mendalo Darat Kecamatan Jambi Luar Kota
Kabupaten Muaro Jambi. Luas Farm Fakultas Peternakan Universitas Jambi ± 8 Ha, yang terdiri
dari kandang sapi potong, sapi perah jenis PFH, kandang kambing, kandang ayam petelur,
kandang ayam pedaging, gudang makanan ternak, areal kebun rumput dan rumah petugas
kandang
Dari kegiatan ini penulis mendapat pengalaman mengenai kedisiplinan dan keteraturan.
Untuk beterna sapi perah ini dibutuhkan kedisiplinan waktu dan keteraturan dimana kandang
sudah harus dibersihkan pagi hari dan sore hari. Selain itu, penulis juga mendapat pengalaman
mengenai pentingnya kebersihan kandang karena kandang yang bersih dapat mencegah
munculnya bibit-bibit penyakit. Tetapi setelah penulis melaksanakan Manajemen pemeliharaan
ternak perah jenis PFH selama satu minggu penulis melihat kelemahan mengenai ransum yang
diberikan karena tidak diketahui secara pasti bahan penyusunnya dan kandungan zat
makanannya. Disamping itu, walaupun kandang dan perlengkapannya sudah dibersihkan setiap
hari, kotoran kandang dibuang pada tempat yang berdekatan dengan kandang sehingga disekitar
kandang menjadi terlihat kotor dan bau.
Sapi perah yang ada di Fapet Farm diantaranya memiliki ciri-ciri yaitu warana bulu hitam
dengan putih disekitar badan, badan langsing, dan mempunyai tanduk yang melingkar kedepan
Hal ini sesuai dengan pendapat Abidin (2002), menyatakan sapi PFH betina dilahirkan dengan
warna bulu putih kecokelatan dan abu-abu. Setelah dewasa warna cokelat berubah jadi hitam
gelap, jantan berubah menjadi hitam putih.
Pemeliharaan ternak sapi di Fapet Farm Universitas Jambi bersifat intensif. Ternak sapi
tersebut dipelihara dengan cara ditempatkan pada kandang. Jenis rumput yang diberikan pada
ternak sapi di Fapet Darm adalah rumput Gajah, rumput Raja, dan rumput Alam, pemberian
dengan cara di potong-potong terlebih dahulu sebelum diberikan keternak, guna pemotongan
pakan ini adalah supaya ternak mudah mengkonsumsinya. Pakan yang diberikan pada ternak sapi
yang ada di Fapet Farm ini sebenarnya kurang tepat untuk menghasilkan bobot badan yang tinggi
dalam waktu yang singkat (penggemukan), karena hanya terdiri dari satu bahan makanan saja
yaitu hijauan, tanpa adanya pakan penguat seperti konsentrat yang dapat mempercepat proses
penggemukan sapi. Pemberian pakan ternak sapi harus diberikan secara kontinu sepanjang
waktu, sebab pemberian pakan yang tidakteratur dapat menimbulkan hambatan pertumbuhan.
(Aksi Agribisnis Kanisius, 1978).
Sapi perah ini merupakan sapi yang sangat jinak dikarenakan oleh sapi ini sering diperah
sehingga sapi ini tidak merasa ketakutan apabila berhadapan langsung dengan manusia akan
tetapi sapi perah ini mudah mengalami stres apabila pemelihraannya tidak sesuai. Apabila ternak
mengalami stres maka produksinya turun secara drastis dan mudah sekali terserang penyakit.
Kebutuhan Pakan
Kebutuhan ternak terhadap pakan dicerminkan oleh kebutuhannya terhadap nutrisi.
Jumlah kebutuhan nutrisi setiap harinya sangat bergantung pada jenis ternak, umur, fase
(pertumbuhan, dewasa, bunting, menyusui), kondisi tubuh (normal, sakit) dan lingkungan tempat
hidupnya (temperatur, kelembaban nisbi udara) serta bobot badannya. Maka, setiap ekor ternak
yang berbeda kondisinya membutuhkan pakan yang berbeda pula.
Rekomendasi yang diberikan oleh Badan Penelitian Internasional (National Research
Council) mengenai standardisasi kebutuhan ternak terhadap pakan dinyatakan dengan angka-
angka kebutuhan nutrisi ternak ruminansia. Rekomendasi tersebut dapat digunakan sebagai
patokan untuk menentukan kebutuhan nutrisi ternak ruminansia, yang akan dipenuhi oleh bahan-
Ternak ruminansia yang normal (tidak dalam keadaan sakit/sedang berproduksi),
mengkonsumsi pakan dalam jumlah yang terbatas sesuai dengan kebutuhannya untuk mencukupi
hidup pokok. Kemudian sejalan dengan pertumbuhan, perkembangan kondisi serta tingkat
produksi yang dihasilkannya, konsumsi pakannya pun akan meningkat pula. Tinggi rendah
konsumsi pakan pada ternak ruminansia sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal (lingkungan)
dan faktor internal (kondisi ternak itu sendiri).
a) Temperatur Lingkungan
Ternak ruminansia dalam kehidupannya menghendaki temperatur lingkungan yang sesuai
dengan kehidupannya, baik dalam keadaan sedang berproduksi maupun tidak. Kondisi
lingkungan tersebut sangat bervariasi dan erat kaitannya dengan kondisi ternak yang
bersangkutan yang meliputi jenis ternak, umur, tingkat kegemukan, bobot badan, keadaan
penutup tubuh (kulit, bulu), tingkat produksi dan tingkat kehilangan panas tubuhnya akibat
pengaruh lingkungan.
Apabila terjadi perubahan kondisi lingkungan hidupnya, maka akan terjadi pula perubahan
konsumsi pakannya. Konsumsi pakan ternak biasanya menurun sejalan dengan kenaikan
temperatur lingkungan. Makin tinggi temperatur lingkungan hidupnya, maka tubuh ternak akan
terjadi kelebihan panas, sehingga kebutuhan terhadap pakan akan turun. Sebaliknya, pada
temperatur lingkungan yang lebih rendah, ternak akan membutuhkan pakan karena ternak
membutuhkan tambahan panas.
Pengaturan panas tubuh dan pembuangannya pada keadaan kelebihan panas dilakukan
ternak dengan cara radiasi, konduksi, konveksi dan evaporasi.
b) Palatabilitas
Palatabilitas merupakan sifat performansi bahan-bahan pakan sebagai akibat dari keadaan
fisik dan kimiawi yang dimiliki oleh bahan-bahan pakan yang dicerminkan oleh organoleptiknya
seperti kenampakan, bau, rasa (hambar, asin, manis, pahit), tekstur dan temperaturnya. Hal inilah
yang menumbuhkan daya tarik dan merangsang ternak untuk mengkonsumsinya.
Ternak ruminansia lebih menyukai pakan rasa manis dan hambar daripada asin/pahit. Mereka
juga lebih menyukai rumput segar bertekstur baik dan mengandung unsur nitrogen (N) dan
fosfor (P) lebih tinggi.
Sapi perah yang ada di farm Fakultas Peternakan menyukai rasa manis yang dihasilkan
dari UMB yang diberikan. Selain itu aroma UMB juga memiliki bau (aroma) yang khas dan
dapat meningkatkan palatabilitas untuk dikonsumsi oleh ternak tersebut.
c) Selera
Selera sangat bersifat internal, tetapi erat kaitannya dengan keadaan “lapar”. Pada ternak
ruminansia, selera merangsang pusat saraf (hyphotalamus) yang menstimulasi keadaan lapar.
Ternak akan berusaha mengatasi kondisi ini dengan cara mengkonsumsi pakan. Dalam hal ini,
kadang-kadang terjadi kelebihan konsumsi (overat) yang membahayakan ternak itu sendiri.
d)Status fisiologi
Status fisiologi ternak ruminansia seperti umur, jenis kelamin, kondisi tubuh (misalnya
bunting atau dalam keadaan sakit) sangat mempengaruhi konsumsi pakannya.
e) Konsentrasi Nutrisi
Konsentrasi nutrisi yang sangat berpengaruh terhadap konsumsi pakan adalah
konsentrasi energi yang terkandung di dalam pakan. Konsentrasi energi pakan ini berbanding
terbalik dengan tingkat konsumsinya. Makin tinggi konsentrasi energi di dalam pakan, maka
jumlah konsumsinya akan menurun. Sebaliknya, konsumsi pakan akan meningkat jika
konsentrasi energi yang dikandung pakan rendah.
f) Bentuk Pakan
Ternak ruminansia lebih menyukai pakan bentuk butiran (hijauan yang dibuat pellet atau
dipotong) daripada hijauan yang diberikan seutuhnya. Hal ini berkaitan erat dengan ukuran
partikel yang lebih mudah dikonsumsi dan dicerna. Oleh karena itu, rumput yang diberikan
sebaiknya dipotong-potong menjadi partikel yang lebih kecil dengan ukuran 3-5 cm.
Pada saat memberikan hijauan segar untuk ternak perah jenis PFH (Peranakan Friesian Holstein)
yang ada di farm fakultas peternakan, praktikan melakukan pencacahan atau pemotongan hijauan
sehingga memiliki ukuran yang lebih kecil atau lebih pendek dari sebelumnya. Tujuannya adalah
untuk memudah keternak ddalam mengkonsumsi pakan sehingga tidak banyak pakan yang
terbuang.
g) Bobot Tubuh
Bobot tubuh ternak berbanding lurus dengan tingkat konsumsi pakannya. Makin tinggi
bobot tubuh, makin tinggi pula tingkat konsumsi terhadap pakan. Meskipun demikian, kita perlu
mengetahui satuan keseragaman berat badan ternak yang sangat bervariasi. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara mengestimasi berat badannya, kemudian dikonversikan menjadi “berat
badan metabolis” yang merupakan bobot tubuh ternak tersebut.
Berat badan ternak dapat diketahui dengan alat timbang. Dalam praktek di lapangan,
berat badan ternak dapat diukur dengan cara mengukur panjang badan dan lingkar dadanya.
Kemudian berat badan diukur dengan menggunakan formula: Berat badan = Panjang badan (inci)
x Lingkar Dada2 (inci) / 661 Berat badan metabolis (bobot tubuh) dapat dihitung dengan cara
meningkatkan berat badan dengan nilai 0,75 .Berat Badan Metabolis = (Berat Badan)0,75
h) Produksi
Ternak ruminansia, produksi dapat berupa pertambahan berat badan (ternak potong), air
susu (ternak perah), tenaga (ternak kerja) atau kulit dan bulu/wol. Makin tinggi produk yang
dihasilkan, makin tinggi pula kebutuhannya terhadap pakan.
Apabila jumlah pakan yang dikonsumsi (disediakan) lebih rendah daripada
kebutuhannya, ternak akan kehilangan berat badannya (terutama selama masa puncak produksi)
di samping performansi produksinya tidak optimal.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Keberhasilan produksi sapi perah bergantung pada pakan. Pakan yang dikonsumsi oleh
ternak harus mengandung gizi yang tinggi. Pakan yang dikonsumsidigunakan untuk
pertumbuhan, produksi hidup pokok dan reproduksinya. Pakan yang diberikan harus sesuai
dengan karakteristik, sistem dan fungsi saluran ternak. Manajemen pakan merupakan
pengggunaan secara bijaksana sumberdaya yang dimiliki agar tujuan pemberian pakan tercapai.
Terdapat empat tujuan pemberian pakan termasuk (1) memenuhi kebutuhan ternak akan nutrien,
(2) palatabel, (3) ekonomis, dan (4) baik untuk kesehatan ternak. Keseluruhan tujuan pemberian
pakan tercermin dari usaha pemenuhan kebutuhan pakan secara kuantitas, kualitas dan
kontinuitas serta teknik pemberian pakan yang digunakan. Pemberian pakan pada sapi perah
tidaklah sama namun tergantung pada periode sapi perahnya, manajemen pemberian pakan sapi
perah (sapi laktasi), manajemen pemberian pakan sapi perah (sapi dara), dan manajemen
pemberian pakan sapi perah (sapi pedet).
5.2 Saran
Perlu adanya tindakan pengolahan kotoran yang menumpuk dipinggir atau pada selokan
untuk di manfaatkan menjadi sumber energi yang dapat dimanfaatkan untuk kehidupan seperti
biogas. Sehingga limbah hasil ternak tersebut memiliki nilai additif yang berguna bagi
kehidupandan menjadi lebih ramah lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin. 2002. Pemerahan, Satu Faktor Penentu Jumlah Air Susu. Swadaya
Peternakan Indonesia, (42) 1988: 23-24.
Kusnadi, Uka dan E. Juarini. 2006. Optimalisasi Pendapatan Usaha Pemeliharaan Sapi Perah Dalam
Upaya Peningkatan Produksi Susu Nasional. WARTAZOA Vol. 17 No. 2.
Muljana. 2005 Pemeliharaan dan Kegunaan Ternak Sapi Perah. Penerbit Aneka Ilmu. Semarang.
Reaves, P. M., E. J. Robert, and M. E. William. 1973. Dairy Cattle: Feeding and Management. John
Wiley and Sons Inc. Canada.
Sudono, A. 1990. Pedoman Beternak Sapi Perah. Direktorat Bina Produksi Pertanian. Direktorat
Jenderal Peternakan. Departemen Pertanian. Jakarta.
Sudono, A. 1999. Produksi Sapi Perah. Departemen Ilmu Produksi Ternak Fakultas Peternakan Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Suherman, Dadang. 2010. Evaluasi Penerapan Aspek Teknis Peternakan pada Usaha Peternakan Sapi
Perah Sistem Individu dan Kelompok di Rejang Lebong. Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol.
3, No 1.
Suprajitna. 2008. Sapi Perah dan Pemberian Makanannya. Diktat Kuliah. Fakultas Peternakan. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Utomo, Budi dan Miranti D P. 2010. Tampilan Produksi Susu Sapi Perah Yang Mendapat Perbaikan
Manajeman Pemeliharaan. Caraka Tani XXV No.1.
LAMPIRAN
3. Pemberian Obat-obatan
Poskan Komentar
About Me
nur_blogger
saya dilahirkan di Desa kota Baru, kabupaten tanjung jabung timur, saya asli suku jawa,
pernah mengenyam pendidikan di SD, SMP, SLTA DI Kab. tanjab Timur
Lihat profil lengkapku
Total Tayangan Laman
127,692
Followers
About Me
nur_blogger
saya dilahirkan di Desa kota Baru, kabupaten tanjung jabung timur, saya
asli suku jawa, pernah mengenyam pendidikan di SD, SMP, SLTA DI
Kab. tanjab Timur
Lihat profil lengkapku
Blog Archive
Followers
▼ 2015 (15)
o ► November (9)
o ▼ Juli (6)
LAPORAN PRAKTKUM INTEGRASI PETERNAKAN
LAPORAN SEMESTER TEKHNOLOGI HASIL
TERNAK
PRODUKSI TERNAK UNGGAS
LAPORAN PRAKTIKUM PENGOLAHAN LIMBAH
TERNAK
LAPORAN PRAKTIKUM MANAJEMEN TERNAK
POTONG
Laporan Manajemen Ternak Perah
► 2013 (10)
► 2012 (18)
Followers
Blog Archive
▼ 2015 (15)
o ► November (9)
o ▼ Juli (6)
LAPORAN PRAKTKUM INTEGRASI PETERNAKAN
LAPORAN SEMESTER TEKHNOLOGI HASIL
TERNAK
PRODUKSI TERNAK UNGGAS
LAPORAN PRAKTIKUM PENGOLAHAN LIMBAH
TERNAK
LAPORAN PRAKTIKUM MANAJEMEN TERNAK
POTONG
Laporan Manajemen Ternak Perah
► 2013 (10)
► 2012 (18)
Followers
Template Jendela Gambar. Diberdayakan oleh Blogger.