You are on page 1of 21

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Luka atau vulnus merupakan kerusakan jaringan atau diskontinuitas jaringan.
Pada luka tersebut bisa terdapat corpus alienum seperti tanah, pecahan kaca,
serbuk kayu, dll. Selain corpus alienum, pada luka juga bisa terdapat
mikroorganisme aerob atau anaerob yang berpotensi menyebabkan infeksi dengan
pernanahan maupun tetanus. Trauma tajam menyebabkan : a. luka iris : vulnus
scissum/incicivum b. luka tusuk : vulnus ictum c. luka gigitan : vulnus morsum
Trauma tumpul menyebabkan : a. luka terbuka : vulnus apertum b. luka tertutup :
vulnus occlusum ( excoriasi dan hematom ) Luka tembakan menyebabkan :
vulnus sclopetorum.
Luka kurang dari 8 jam (masih dalam golden period) dapat dijahit secara
asepsis. Luka pada golden period akan sembuh secara primer, hanya sedikit
terbentuk jaringan parut dan kosmetiknya baik. Luka lebih dari 8 jam biasanya
sudah terjadi kontaminasi, sehingga dilakukan perawatan terbuka (tidak dijahit).
Luka dengan jenis tersbut dapat sembuh secara sekunder dengan pmbntukan
jaringan parut yang kadang lebih tebal yang memberikan kosmetik dan atau
fungsinya menjadi kurang baik. Jika tidak terdapat infeksi dapat dilakukan
penjahitan primer tertunda setelah beberapa hari prawatan. Luka dapat
diklasifikasikan menjadi dua kategori utama, yaitu akut dan kronik. Luka akut
biasanya dapat langsung diperbaiki dan akan mengalami restorasi anatomis
dengan baik serta intergritas fungsinya dapat kembali seperti semula. Sedangkan
luka kronik yang telah melewati golden period penyembuhan luka akan sembuh
tetapi struktur anatomi dan fungsinya tidak akan kembali seperti semula. Alat
yang diperlukan
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian Heacting?
2. Apa saja prosedur dari heacting?

1
3. Bagaimana penatalaksanaan dari heacting?
4. Apa saja macam-macam jahitan?
5. Bagaimana pemilihan benang?
6. Apa saja macam-macam benang dan jarum jahitan?
7. Kapan saja pengangkatan jahitan?
C. TUJUAN
1. Untuk menetahui pengertian dari Heacting
2. Untuk mengetahui prosedur dari heacting
3. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari heacting
4. Untuk mengetahui macam-macam jahitan
5. Untuk mengetahui pemilihan benang
6. Untuk mengetahui macam-macam benang dan jarum jahitan
7. Untuk mengetahui pengangkatan jahitan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Penjahitan luka ( hecting ) :
Tindakan menjahit luka ( hecting ) dengan alat yang telah disterilkan dan
membersihkan luka sesuai dengan keadaan luka ( luka bersih dengan Betadin dan
luka kotor dengan H2O2, cairan steril serta Betadin ).Penjahitan luka
membutuhkan beberapa persiapan baik alat, bahan serta beberapa peralatan lain.
Alat, bahan dan perlengkapan yang di butuhkan
Alat yang dibutuhkan :
1) Naald Voeder ( Needle Holder ) atau pemegang jarum biasanya satu buah.
2) Pinset Chirrurgis atau pinset Bedah satu buah
3) Gunting benang satu buah.
4) Jarum jahit, tergantung ukuran cukup dua buah saja.
Bahan yang dibutuhkan :
Benang jahit Seide atau silk,Benang Jahit Cat gut chromic dan plain.Lain-
lain :Doek lubang steri, Kasa steril,Handscoon steril.
Operasi teknik
1) Urutan teknik penjahitan luka ( suture techniques)
2) Persiapan alat dan bahan
3) Persiapan asisten dan operator
4) Desinfeksi lapangan operasi
5) Anestesi lapangan operasi
6) Debridement dan eksisi tepi luka
7) Penjahitan luka
8) Perawatan luka
Perawatan Luka :
1) Menutup luka dengan kasa steril dan menganjurkan untuk kontrol kembali
2 hari lagi.
2) Pemberian Antibiotika dan Analgetik.
Pemberian ATS :
Penyuntikan. ATS disesuaikan dengan :
1) Sifat luka
2) Kondisi luka
3) Status Imunisasi.
B. PROSEDUR PENJAHITAN LUKA

3
1. Pasien luka dibawa ke Ruang Tindakan ( R. Pengobatan ).
2. Petugas menyiapkan anestesi lokal dan alat hecting steril.
3. Petugas mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan steril.
4. Petugas melakukan antiseptis pada daerah luka dan menutupnya dengan kain
steril.
5. Petugas melakukan anestesi dengan lidocain pada sekitar tepi luka.
6. Petugas membersihkan luka dengan betadin pada luka yang bersih dan dengan
H2O2, cairan steril serta betadin pada luka yang kotor..
7. Petugas menjahit luka dengan alat hecting yang telah disterilkan.
8. Petugas merapikan jahitan dengan pinset cirurgis.
9. Petugas membersihkan jahitan dengan betatin.
10. Petugas menutup luka dengan kasa steril dan drekatkan dengan plester.
11. Petugas memberikan ATS bila diperlukan tergantung dari sifat luka, kondisi
luka dan status imunisasi sebelumnya.
12. Petugas menganjurkan kepada pasien agar kontrol kembali setelah 2 hari lagi.
13. Petugas memberikan resep antibiotika dan analgetik untuk diambil di apotik
Puskesmas
C. PENATALAKSANAAN
1) Antisepsis sekitar luka
2) Cuci dengan betadine
3) Pada fraktur terbuka : cuci dengan NaCl 0,9%
4) Antisepsis luka
5) Untuk luka kotor : cuci dengan H2O2 (perhidrol) kemudian NaCl 0,9%
6) Untuk fraktur terbuka : cuci dengan NaCI 0,9%
7) Untuk luka bersih : cuci
8) Selanjutnya beri betadine -> untuk semua jenis luka
Hecthing (Jahit) kalau memang diperlukan
Perhatikan :
o Luka dengan fraktur/ruptur tendon jangan dijahit, tetapi dicuci dengan NaCl
0,9% -> tutup dengan kasa steril, bila ada perdarahan -> ditampon / verban ->
rujuk ke RSUD.
Pengobatan :
o Bila luka kotor/lebar/dalam beri ATS 1.500 IU (tes dulu) atau TT 0,5 ml
o Inj. PP (tes dulu) atau inj Ampisilin 4×500mg-1gr per hari
o Amoksisilin 3-4×500 mg
o Analgesik -> jika perlu
Catatan Penting

4
o Luka lecet cukup diolesi betadine tanpa ditutup, tanpa ATS, tanpa AB
o Luka kecil yang hanya membutuhkan 1 jahitan boleh tanpa anestesi
o Anestesi lokal diberikan sebelum luka dibersihkan, untuk mengurangi rasa
sakit
o Luka pada kepala, cukur dulu sekitar luka sebelum dijahit. Jahitan pada kepala
dapat diangkat pada hari kelima atau kurang
o Luka yang cukup dalam harus dijahit berlapis, bagian dalam memakai cut gat
dan bagian luar memakai silk
o Luka yang cukup panjang, jahitan sebaiknya mulai dari tengah
o Luka berbentuk V, sudut dasar V dijahit terdahulu
o Luka yang banyak mengeluarkan darah, terlebih dahulu klem dan jahit yang
rapat pada sumber darah. Jika darah berhenti -> jahitan dilanjutkan.
o Setelah selesai dijahit ternyata masih merembes -> bongkar -> Jahit ulang ->
bekas jahitan didep agak kuat. Jika masih merembes -> rujuk ke RSUD
o Pada kondisi terputusnya pembuluh darah besar -> klem/dep/ tampon yang
kuat dengan kasa steril -> rujuk ke RSUD dengan infus terpasang
o Selesai menjahit, dengan pinset sirurgi tepi kulit dibuat ektropion (membuka
keluar)
o Kontrol sebaiknya pada hari 3-4 setelah dijahit -> angkat jahitan pada hari ke
6-7

Pada luka yang terlalu panjang atau terjadi infeksi -> jahitan diangkat
selang-seling (tidak sekaligus)
Pada waktu mengangkat jahitan, benang yang dipotong yaitu pada ujung
yang berlawanan dengan simpul (untuk menghindari benang bagian luar ikut
menyusup ke dalam)
Kalau pada jahitan terdapat PUS -> buka -> bersihkan, kompres dengan
Revanol 2 kali.

5
6
D. MACAM-MACAM JAHITAN LUKA
a. Jahitan Simpul Tunggal

Sinonim : Jahitan Terputus Sederhana, Simple Inerrupted Suture


Merupakan jenis jahitan yang sering dipakai. digunakan juga untuk jahitan
situasi.

Teknik :
- Melakukan penusukan jarum dengan jarak antara setengah sampai 1
cm ditepi luka dan sekaligus mengambil jaringan subkutannya sekalian
dengan menusukkan jarum secara tegak lurus pada atau searah garis luka.
- Simpul tunggal dilakukan dengan benang absorbable denga jarak antara
1cm.
- Simpul di letakkan ditepi luka pada salah satu tempat tusukan
- Benang dipotong kurang lebih 1 cm.
Jahitan terputus banyak dipakai untuk menjahit luka di kulit, karena
apabila ada pus (cairan) dapat dilepas satu atau dua jahitan dan
membiarkan yang lain.

2. Jahitan matras Horizontal

Sinonim : Horizontal Mattress suture, Interrupted mattress Jahitan dengan


melakukan penusukan seperti simpul, sebelum disimpul dilanjutkan
dengan penusukan sejajar sejauh 1 cm dari tusukan pertama.Memberikan
hasil jahitan yang kuat. Jahitan matras horizontal untuk menautkan fascia,
tetapi tidak boleh digunakan untuk menjahit subkutis karena kulit akan
bergelombang
Teknik jahitan sama seperti pada jahitan matras vertikal akan tetapi
dengan arah horizontal,

7
3. Jahitan Matras Vertikal

Sinonim : Vertical Mattress suture, Donati, Near to near and far to far
Jahitan dengan menjahit secara mendalam dibawah luka kemudian
dilanjutkan dengan menjahit tepi-tepi luka. Biasanya menghasilkan
penyembuhan luka yang cepat karena di dekatkannya tepi-tepi luka oleh
jahitan ini. Jahitan matras vertikal berguna untuk mendapatkan tepi luka
secara tepat, tetapi tidak boleh dipakai di tempat-tempat yang
vaskularisasinya kurang.
Langkah-langkah penjahitan matras vertikal pada prinsipnya sama seperti
pada jahitan kulit terputus, perbedaan beberapa jenis jahitan adalah pada
arah lintasan benangnya dan mungkin juga letak simpulnya. Pada jahitan
ini jarak antara kedua penusukan lebih lebar karena akan dipakai untuk
dua kali penusukan, dan sebelum dilakukan pembuatan simpul jarum
kembali ditusukkan pada kulit dekat tepi luka, kemudian di arahkan keluar
ke tepi luka dengan tidak terlalu dalam.
Selanjutnya dengan bantuan pinset chirurgis tepi kulit di
seberangnya diangkat untuk dilakukan penusukan dari arah dalam tepi
luka sejajar dengan tempat keluarnya jarum dari kulit seberangnya dan
menembus ke arah kulit luar dekat tepi luka dengan jarak sama dengan
tempat penusukan kedua pada tepi luka seberangnya. Pembuatan simpul

8
dilakukan dengan mempertemukan dua ujung benang panjang dan pendek,
dengan teknik sama dengan pada jahitan kulit terputus.

4. Jahitan Matras Modifikasi

Sinonim : Half Burried Mattress Suture


Modifikasi dari matras horizontal tetapi menjahit daerah luka seberangnya
pada daerah subkutannya.

9
5. Jahitan Jelujur sederhana

Sinonim : Simple running suture, Simple continous, Continous over and


over. Jahitan ini sangat sederhana, sama dengan kita menjelujur baju.
Biasanya menghasilkan hasil kosmetik yang baik, tidak disarankan
penggunaannya pada jaringan ikat yang longgar. Jahitan jelujur, lebih
cepat dibuat serta lebih kuat tetapi kalau terputus seluruhnya akan terbuka.
Untuk mengerjakan jahitan jelujur, pertamakali adalah dengan membuat
satu jahitan seperti pada jahitan kulit terputus dan dibuat simpul,
selanjutnya benang panjang tidak dipotong tetapi melanjutkan dengan
penusukan pada tepi luka selanjutnya dengan tempat penusukan dan
keluarnya benang yang sejajar, sehingga tampak dari luar arah benang
miring, tetapi dalam posisi tegak lurus di dalam jaringan, seperti pada
gambar.

6. Jahitan Kulit Terputus

o Pasang jarum lengkung jenis tapercut untuk kulit no. 3/0 dengan klem
pemegang jarum pada 1/3 bagian belakang kemudian klem dikunci.
o Pilih benang untuk kulit (silk/nylon) dan dipasangkan pada jarum pada
tempatnya sesuai dengan jenisnya.
o Tepi luka diangkat dengan menggunakan pinset chirurgis, untuk
menentukan tempat daan kedalaman penususkan jarum.

10
o Jarum ditusukkan pada kulit dengan posisi tegak lurus, tangan pronasi
penuh, siku membentuk sudut 90 derajat dekat pinset.
o Penusukan dilakukan dengan memperhitungkan kedalaman luka (jarak
antara tempat penusukan dengan tepi luka sama dengan kedalaman
penusukan, sedangkan jarak antara tempat penusukan dengan jahitan
selanjutnya adalah dua kali jarak tersebut).
o Jarum didorong dengan gerakan supinasi pergelangan tangan dan
adduksi bahu yang serentak, arah sesuai dengan kelengkungan jarum.
o Setelah ujung jarum muncul menembus kulit, ujung jarum ditarik
dengan klem pemegang jarum sampai ujung benang tersisa 3 - 4 cm
dari kulit.
o Tusukkan ujung jarum pada kulit di tepi luka dengan cara dan
kedalaman yang sama.
o Benang yang lebih panjang dipegang dengan tangan kiri, tangan kanan
memegang klem pemegang jarum.
o Buat lilitan benang panjang pada klem pemegang jarum, dengan
gerakan aktif klem pemegang jarum.
o Ujung benang pendek dijepit dengan klem pemegang jarum, benang
panjang ditarik sehingga menutup luka dan terjadi simpul, tempatkan
pangkal simpul pada bagian benang pendek.
o Lakukan gerakan no. 10 dan 11 untuk menutup simpul, pastikan
simpul berada di tepi luka.
o Kedua ujung benang disatukan, tempatkan gunting dengan posisi
terbuka, dekatkan ke arah kedua benang, kemudian gunting
dikatubkan.

7. Jahitan Jelujur Feston

Sinonim : Running locked suture, Interlocking suture


Jahitan kontinyu dengan mengaitkan benang pada jahitan sebelumnya,
biasa sering dipakai pada jahitan peritoneum. Merupakan variasi jahitan
jelujur biasa. Jahitan jelujur terkunci, ini merupakan jahitan jelujur yang
menyelipkan benang di bawah jahitan yang telah terpasang.
Cara ini efektif untuk menghentikan perdarahan, tetapi kadang-kadang
jaringan mengalami iskemia.

11
Pada jahitan ini tekniknya hampir sama dengan jahitan jelujur di atas,
akan tetapi dilakukan kuncian pada setiap satu jahitan, untuk kemudian
dilakukan penusukan selanjutnya, seperti pada gambar.

8. Jahitan Jelujur horizontal

Sinonim : Running Horizontal suture


Jahitan kontinyu yang diselingi dengan jahitan arah horizontal.

9. Jahitan Simpul Intrakutan

Sinonim : Subcutaneus Interupted suture, Intradermal burried suture,


Interrupted dermal stitch.Jahitan simpul pada daerah intrakutan, biasanya
dipakai untuk menjahit area yang dalam kemudian pada bagian luarnya
dijahit pula dengan simpul sederhana.

12
E.PEMILIHAN BENANG

Setiap jahitan merupakan benda asing di dalam luka.Karena alasan ini,maka


untuk mendapatkan aposisi jaringan yang adekuat,pennjahitan harus dilakukan
dengan ukuran sekecil mungkin dan jumlah jahiatn sedikit mungkin.Pada luka
terkontaminasi,tidak boleh dilakukan penjahitan kecuali bila sangat diperlukan untuk
mempertahankan kedudukan jaringan.
Pemilihan ukuran jarum dan benang tergantung dari ukuran,lokasi luka serta
ketelitian penutupan yang diinginkan.
Jarum-jarum atraumatik (bulat atau runcing) digunakan untuk menjahit
fasia,otot,jaringan subkutan dan memperbaiki laserasi pembuluh darah dan
saraf.jarum tajam biasanya digunakan untuk penutupan dermis dan epidermis diaman
jaringan kolagen yang liat harus ditusuk dengan jarum sehingga penjahitan lebih
mudah.
Benang berdiameter besar (2-0,3-0) sangat baik digunakan untuk menjahit
jaringan dan lapisan fasia utama di daerah dengan regangan kuat (misalnya,luka di
lutut atau siku).Kekuatan efektif dari benang tersebut harus sama dengan kekuatan
jaringan yang dijahit,bila benang halus digunakan untuk menjahit luka dengan
peregangan mekanis,dapat menimbulkan gangguan jika benang tersebut tertarik ke
dalam luka.
Biasanya,benang halus digunakan untuk menjahit luka-luka (atau bagiannya)
yang perlu dirapatkan secara tepat,untuk menutup laserasi di wajah digunakan benang

13
berukuran 5-0 dan 6-0.Untuk menutup lapisan-lapisan luka (fasia,dermis) dapat
digunakan benang epidermis halus di setiap bagian tubuh.Daya regang dari epidermis
sendiri biasanya rendah dan tujuan penjahitan disini hanyalah agar tepi-tepi luka
dirapatkan dengan baik.
Penutupan perkutan dari epidermis dan dermis di setiap bagian tubuh selain
wajah,sebaiknya menggunakan benang berukuran 3-0 atau 4-0. Bekas jahitan
merupakan hasil tekanan ikatan dan lamanya jahitan dibiarkan di tempat tersebut.

14
F. MACAM-MACAM BENANG DAN JARUM JAHIT

1. Macam-macam benang jahit


Benang jahit untuk pembedahan dikenal dalam bentuk yang dapat diserap
Tubuh (absorbable) dan tidak diserap oleh tubuh.
A. Diserap oleh tubuh: catgut, cromic catgut, kelompok polyglactin
(misalnya Vicryl).
1) Catgut polos
- Dibuat dari pita murni usus binatang yang dipintal
menjadi jalinan diukur secara elektronik dan kemudian dipulas.
- Benang ini sangat popular, tetapi ada kecenderungan
digantikan oleh benang sintetik yang dapat diserap pada tahun
belakangan ini.
2) Cromic catgut
- Dibuat dari pita usus binatang, dipintal menjadi jalinan
tepatnya menjadi catgut polos.
- Dibuat sedemikian rupa sehingga kekuatan dari benang
tersebut dipertahankan untuk waktu yang lebih lama daripada
catgut polos.
Absorbsi benang dapat melalui 2 mekanisme ialah melalui
pencernaan oleh enzim jaringan, misalnya Vicryl dan Dexon.
- Dexon
Benang ini tidak menghasilkan reaksi jaringan karena mereka
larut, bila dibandingkan dengan reaksi jaringan yang terjadi
pada calgut.
Tingkat penyerapannya lebih lambat mungkin membutuhkan
waktu beberpa minggu.
Merupakan benang yang ideal untuk semua jahitan subnukleus,
subkutikular, dan penutupan luka. Melalui proses rejeksi
immunologis, misalnya pada catgut.

B. Tidak diserap oleh tubuh: sutera, katun, nylon, polypropilena


(prolene), benang-benang baja yang dibuat dari komponen besi, nikel, dan
chronium.
1) Benang sutera

15
- Terbentuknya menjadi jalinan yang padat yang dapat
diikat dengan mudah.
- Benang ini sangat populer dan digunakan secara luas
dalalm penutupan luka.
2) Polipropilen
- keuntungannya : lemas, dapat diikat dengan aman dan
dapat digunakan dengan mudah.
- Seperti benang monofilamen sintetik lainnya, simpul
perlu diperkuat denagn simpul tambahan dan sebagai tambahan.
- Kerusakan yang didapat dari forsep dan pemegang jarum
harus dihindarkan untuk mencegah putusnya benang.
- Benang ini sangat halus dan cocok untuk jahitan
subkutikular.
Bentuk benang bisa dibuat dalam bentuk monofilamen atau
barded multifilamen. Pada luka infeksi hendaknya jangan
dipakai benang-benang yang reaktif (absorbable) dan yang
multifilamen karena bakteri-bakteri yang dapat bersarang di sela-
sela anyaman. Pada keadaan ini lebih baik dipakai benang
monofilamen dan yang tidak dapat diserap.
3) Baja tahan karat dan penjepit atau Staples logam
Jahitan baja tahan karat dan penjepit logam telah digunakan
bertahun-tahun karena sifanya kaku.Pada luka
terkontaminasi,bahan ini akan meningkatkan kemungkinan
infeksi.Peningkatan ini mungkin disebabkan oleh iritasi mekanis
dari kekuatannya dan bukan karena korosi.Sifat kaku dari benang
metalik ini mempersulit tindakan penjahitan.
Berjenis-jenis staples kulit disposable dapat
digunakan.Konfigurasi staples ini bervariasi tetapi terutama
dirancang untuk menyatukan tepi-tepi luka dengan sedikit
trauma jaringan.Beberapa staples dirancang pada permukaan
kulit untuk menghindari staples mark.Seperti pada plester
luka,dengan staples kulit ini sulit untuk merapatkan kulit secara
tepat dan alat ini tidak digunakan untuk keperluan
kosmetik.Karena luka staples tidak mengenai jaringan
dermis,maka daya regangnya tergantung dari keberadaannya.
4) Dakron

16
Merupakan poliester yang kurang menimbulkan reaksi jaringan
dibandingkan dengan sutera.Karena koefisien gesekannya
tinggi,bahan ini sulit digunakan untuk menjahit. Luka gesekan
yang ditimbulkan dakron terhadap jaringan ini dapat diatasi
dengan melapisinya dengan teflon.
5) Nilon.
Kurang menimbulkan reaksi pada jaringan bila dibandingkan
dengan dakron dan bila digunakan pada luka kontaminasi akan
menimbulkan kemungkinan infeksi lebih rendah.
a. Benang nilon monofilamen akan kehilangan daya regangnya
kurang lebih sebesar 20% setelah digunakan 1 tahun.Bentuk
nilon monofilamen ini cukup kaku sehingga tidak membentuk
simpul dengan baik.
b. Benang nilon multufilamen akan kehilangan daya regangnya
setelah 6 bulan tetapi lebih mudah untuk mengikatnya
dibadingkan benang monofilamen.
Pada luka infeksi hendaknya jangan di pakai benang-benang
yang reaktif (absorbable) dan yang multifilamen karena bakter-
bakteri dapat bersarang di sela-sela anyaman.
12
Pada keadaan ini lebih baik dipakai benang monofilamen dan
yang tidak dapat diserap.
Jangan mengubur benang dalam luka infeksi karena itu
tembuskan jahitan dari kulit untuk seluruh tebalnya luka,dan
pada saatnya nanti benangnya akan diangkat (dibuang).
2) Macam-macam jarum jahit
Jarum tajam (cutting)
Ditandai dengan gambar segitiga.
Jarum bulat (round)
Ditandai dengan bulatan.
Jarum ceper
Ditandai dengan gambaran bulat sabit.
Untuk jarum tajam hamper selalu dipakai untuk semua jaringan, kecuali
untuk organ yang berlubang.

17
G. WAKTU PENGANGKATAN JAHITAN

Pengangkatan jahitan,cepat/lambatnya sangat erat hubungannya


dengan baik/buruknya vascularisasi daerah tempat jahitan.Semakin baik
vascularisasi semakin cepat dapat diangkat.
- Jahitan di daerah muka dan leher dapat diangkat pada hari ke-4 sampai
ke-6,rata-rata hari ke-5.
- Jahitan di daerah perut pada hari ke-7 sampai ke-10.
- Jahitan di telapak tangan dan jari pada hari ke-10.
- Jahiatn pada tungkai atas pada hari ke-10.

18
- Jahitan pada tungkai bawah pada hari ke-14.
Apabila luka tersebut terjadi infeksi atau terdapat hal-hal yang
memperlambat proses penyembuhan luka,maka pengangkatan jahitan
mungkin harus ditunda atau mungkin pula harus disisipkan drain,dll.
Waktu pengangakatan jahitan
Lokasi Waktu(hari)
1.Kelopak mata 3
2. Pipi 3-5
3. Hidung,dahi,leher. 5
4. Telinga,kulit kepala 5-7
5. Lengan,tungkai,tangan,kaki. 7-10+
6. Dada,punggung,abdomen 7-10+

1. Luka-luka dengan regangan kuat.

Penutupan luka lapis demi lapis berguna untuk mengatasi tekanan kulit yang
tinggi.Dermis dirapatkan dengan penjahitan biasanya menggunakan benang
sintesis yang dapat diserap.Jahitan ini tidak boleh mengenai epidermis,karena
adanya risiko pembentukan kista epitel.Lalu lapisan epidermis dirapatkan
dengan benang halus yang tidak dapat diserap atau plester.Metode penutupan
kulit ini sering digunakan untuk laserasi pada wajah.

2. Luka dengan regangan lemah.

Penjahitan perkutan dilakukan untuk luka di tempat lainnya.Untuk


mendapatkan hasil yang baik,sangat penting untuk meratakan tepi-tepi luka
sehingga epidermis dapat dirapatkan.Untuk penutupan jenis ini digunakan
benang sintesis monofilamen yang tidak dapat diserap.Ukuran benang tidak
begitu penting,tetapi lebih penting adalah kekuatan ikatan dan lamanya
benang berada di tempat tersebut.Pada hari ke-7 benang tersebut dilepaskan
untuk menghindari epitelisasi.Bila luka belum menutup rapat,gunakan plester
kuit.

19
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penjahitan luka ( hecting ) :
Tindakan menjahit luka ( hecting ) dengan alat yang telah disterilkan dan
membersihkan luka sesuai dengan keadaan luka ( luka bersih dengan Betadin dan
luka kotor dengan H2O2, cairan steril serta Betadin ).Penjahitan luka
membutuhkan beberapa persiapan baik alat, bahan serta beberapa peralatan lain.
Alat, bahan dan perlengkapan yang di butuhkan.
Pengangkatan jahitan,cepat/lambatnya sangat erat hubungannya dengan
baik/buruknya vascularisasi daerah tempat jahitan.Semakin baik vascularisasi
semakin cepat dapat diangkat.
Jahitan di daerah muka dan leher dapat diangkat pada hari ke-4 sampai ke-
6,rata-rata hari ke-5.

B. SARAN
Sebelum menjahit luka sebaiknya kita mengobservasi kedalaman luka dan
mengetahui prosedur bagaimana melakukan tindakan heacting.

20
DAFTAR PUSTAKA

Anonym :fk.unsoed.ac.id teknik bedah minor.di akses tanggal 11 Februari 2018 jam 10.00
WITA. http://www.fkunsoed.ac.id

Staf Pengajar Bagian Ilmu Bedah FK UI. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Tangerang :
Binarupa Aksara

Wagiran.2015. Buku Praktis Keterampilan Dasar Untuk Mahasiswa Keperawatan Dan


Kebidanan. Jakarta: TIM

21

You might also like