Professional Documents
Culture Documents
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa, oleh karena
rahmat dan berkatNyalah penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Dalam kesempatan kali ini penulis mengucapkan terimaksih kepada semua pihak yang
sudah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Tak lupa penulis
mengucapkan terimakasih kepada semua dosen-dosen serta kawan-kawan yang telah
banyak memberikan dukungan berupa dukungan moril.
Penulis menyadari begitu banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini, oleh
karenanya penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun
agar makalah ini dapat di revisi kembali dan menjadi lebih sempurna.
Akhir kata, penulis mengucakan semoga makalah ini berguna bagi kita semua. Termakasih
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV KESIMPULAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
ISI
2
Dari beberapa lapisan korteks adrenal tersebut, dihasilkan beberapa hormon yang secara
ringkas dapat diterangkan sebagai berikut:
1. Mineralokortikoid
Mineralokortikoid dalam hal ini terutama aldosteron dan senyawa yang serupa lainnya
memiliki peran yang sangat penting dalam mengubah permeabilitas membran sel
terhadap elektrolit terutama ion-ion natrium dan ion-ion kalium. Peran terpenting dari
aldosteron adalah pada tubulus ginjal. Peningkatan sekresi aldosteron akan
meningkatkan reabsorbsi natrium kembali ke dalam darah dari urin dan kemudian
menyimpan natriumi di dalam tubuh. Secara simultan, hal ini akan meningkatkan
ekskresi kalium dari aliran darah ke dalam urin dan dengan demikian keseimbangan
elektrolit dapat dipertahankan. Walaupun tidak terlalu penting, efek aldosteron juga
terjadi dalam sdekresi keringat dan saluran cerna. Kekurangan aldosteron akan
menyebabkan kehilangan natrium dan air dan berakibat pada penurunan volume darah,
kolaps sirkulasi dengan tekanan darah rendah, yang pada akhirnya akan menyebabkan
kematian.
2. Glukokortikoid
Disebut glukokortikoid karena efek utamanya adalah pada metabolisme karbohidrat,
dimana hormon ini berfungsi untuk mengubah lemak dan protein ke metabolit-
metabolit intermebdiet yang pada akhirnya akan diubah menjadi glukosa.
Glukokortikoid memiliki beberapa efek, antara lain:
a. Efek metabolisme karbohidrat Glukokortikoid meningkatkan sintesis glukosa
dari sumbersumber non karbohidrat melalui proses neoglukogenesis.
Glukokortikoid juga menurunkan penggunaan glukosa oleh jaringan tubuh
dan meningkatkan penyimpanan glukosa di dalam hati dalam bentuk glikogen.
Hal ini dilakukan dalam rangka meningkatkan kadar glukosa dalam darah.
b. Efek metabolisme protein Glukokortikoid menurunkan sintesis protein di
seluruh tubuh, karena asam-asam amino diubah melalui glukoneogenesis
menjadi glukosa. Namun demikian, di dalam hepar, sintesis protein
meningkat. Hal ini menyebabkan kehilangan protein jaringandan
meningkatkan pengeluaran nitrogen sebagai urea di dalam urin.
c. Efek metabolisme lemak Glukokortikoid memobilisasi asam-asam lemak dari
simpanan lemak dalam jaringan adipose, yang mengakibatkan peningkatan
asam lemak dalam darah yang dapat sebagai sumber energi oleh jaringan.
d. Efek pada darah Glukokortoid meningkatkan pembentukan sel-sel darah
merah oleh tubuh dan menurunkan pembentukan eosinofil.
3
e. Efek-efek lainnya Efek lain dari glukokortikoid adalah:
1) Menstabilkan lisozim di dalam sel
2) Mempunyai kerja mineralokortikoid yang lemah, yakni menahan
natrium
3) Mempertahankan tekanan darah, dengan bekerja pada pembuluh
darah dan jantung
4) Mempertahankan aktivitas normal otot-otot volunter yang menjadi
lemah saat tidak terdapat glukokortikoid.
Dalam jumlah besar, glukokortikoid memiliki efek anti inflamasi dan anti
alergi, mengurangi perluasan edema, dilatasi pembuluh darah, invasi sel-
sel darah putih dan efek-efek lain yang terjadi dalam reaksi inflamasi
terhadap cedera. Pengeluaran hormon ini meningkat sekitar enam kali
dalam berespon terhadap stres, seperti ansietas dan cedera. Hormon-
hormon yang termasuk dalam kategori glukokortikoid adalah:
a. Kortisol
b. Kortikosteron
c. Kortison
d. Prednison
e. Metilprednisolon
f. Deksametason
3. Androgen
Androgen adalah hormon seks yang biasanya diproduksi hanya oleh testis pria, namun
dalam jumlah kecil, androgen juga diproduksi oleh rahim wanita dan kelenjar adrenal
yang terdapat pada pria dan wanita. Androgen membantu memulai perkembangan
testis dan oenis pada janin laki-laki. Hormon ini diproduksi pada pria, dan bertanggung
jawab terhadap perkembangan ciri seksual sekunder pria, misalnya pertumbuhan
rambut wajah, pertumbuhan otot, suara menjadi lebih besar, dan lain-lain. Akan tetapi
kerja hormon ini jauh lebih lemah dari pada testosteron.
Ada beberapa jenis hormon androgen, yaitu:
1. Dehidroepiandrosteron (DHEA) dan metabolit-metabolitnya yaitu
hidroepiandrosteron sulfat dan androstenediol, umumnya merupakan dianggap
sebagai androgen yang lemah. Jenis androgen ini terutama berasal dari kelenjar
adrenal, meskipun ovarium ikut membantu membentuk androstenediol.
4
2. Androstenedion, merupakan produk androgen yang lebih kuat dari pada
dehidroepiandrosteron, tetapi lebih lemah dari testosteron, yang merupakan
preskursornya. Androgen jenis ini juga dihasilkan oleh korteks adrenal dan
ovarium.
3. Tertosteron, merupakan senyawa androgen yang paling poten dibandingkan
androgen lainnya. Androgen ini dapat dibentuk pada kelenjar adrenal, ovarium,
testis dan jaringan perifer.
Sedangkan ciri-ciri seksual sekunder pada pria secara rinci dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Rambut kemaluan, timbul sekitar setahun setelah testis dan penis mulai
membesar. Rambut ketiak dan rambut di wajah timbul apabila pertumbuhan
rambut kemaluan hampir selesai, demikian pula rambut tubuh. Pada mulanya
rambut yang tumbuh hanya sedikit, halus dan warnanya terang, kemudian
menjadi gelap, lebih kasar, lebih subur dan agak keriting.
2. Kulit menjadi lebih kasar, tidak jernih, warnanya pucat dan pori-pori meluas.
3. Kelenjar lemak atau yang memproduksi minyak dalam kulit semakim besar dan
menjadi lebih aktif, sehingga dapat menimbulkan jerawat. Kelenjar keringat di
ketiak mulai berfungsi dan keringat bertambah banyak dengan berjalannya
masa puber.
4. Otot-otot bertambah besar dan kuat, sehingga memberi bentuk pada lengan,
tungkai, kaki dan bahu.
5. Suara berubah setelah rambut kemaluan timbul. Mula-mula suara menjadi
serak, kemudian volume suara menurun, dan selanjutnya volume suara menjadi
meningkat.
6. Benjolan pada dada, berupa benolan-benjolan kecil di sekitar kelenjar susu pria
yang timbul pada usia sekitar 12-14 tahun dan berlangsung selama beberapa
minggu dan kemudian menurun baik dalam jumlah maupun besarnya.
5
beruntun, disebut sebagai sindroma cushing. Kelainan ini berasal dari jumlah
kortisol yang berlebihan atau abnormal, namun sekresi androgen yang berlebihan
jugaa menimbulkan efek yang cukup bermakna.
2. Hiperaldosteronisme
Hiperaldosteronisme merupakan istilah umum untuk sekelompok keadaan yangt
berkaitan erat, ditandai oleh sekresi aldosteron berlebihan yang menahun.
Hiperaldosteronisme bisa primer, ataupun sekunder terhadap suatu penyebab
ekstraardenal. Pada hiperaldostroisme sekunder, pelepasan aldosteron terjadi
sebagai respons terhadap aktivitas sistem reninagiotensin. Keadaan ini di tandai
dengan meningkatnya kadar rennin plasma dan ditemukan dalam hubungannya
dengan:
1. Penurunan perfusi ginjal (nefrosklerosis arteriolar, stenosis arteri ginjal)
2. Hipovolemia dan edema arterial (gagal jangtung congestif, sirosis, sindrom
nefrotik)
3. Kehamilan (disebabkan oleh peningkatan substrat rennin plasma yang diinduksi
oleh estrogen)
6
Sebaliknya, hiperaldosterinisme primer, menunjukkan produksi aldosteron
yang berlebih secara autonom, dengan akibat penekanan sistem rennin-angiotensin
dan penurunan aktivitas rennin plasma. Penyebab potensial dari
hiperaldosterinisme primer adalah:
3. INSUFISIENSI ADRENAL
Insufiensi atau hipofungsi korteks adrenal dapat disebabkan oleh penyakit
adrenal primer (hipoadrenalisme primer) atau penurunan stimulasi adrenal yang
disebabkan oleh penurunan stimulasi adrenal yang disebabkan penurunan
stimulasi adrenal yang disebabkankan oleh defisiensi ACTH /hipoadrenalisme
sekunder. Pola insufiensi korteks adrenal dapat dibagi atas tiga kategori umum;
7
insufisiensi korteks adrenal mendadak primer (krisis adrenal), insufiensi korteks
adrenal menahun primer (penyakit Addison) dan insufiensi korteks adrenal
sekunder.
a. Insufiensi korteks adrenal mendadak primer paling sering terjadi pada keadaan –
keadaan seperti pemberhentian mendadak terapi kortikosteroid jangka Panjang,
adrenalistis autoimun, tuberculosis, sindrom imunodefisiensi didapat, penyakit
mestatasik, amiloidasis sistemik, infeksi jamur, hemokromatosis, dan
sarkaidosis. Pada pasien dengan adrenal primer mengalami hiperpigmentasi kulit
dan permukaan mukosa yang berlokasi di wajah, ketiak, putting, areola, dan
perineum.
b. Insufiensi korteks adrenal kornik atau penyakit Addison merupakan
kelainan yang jarang ditemukan, disebabkan oleh destruksi korteks adrenal
yang progresif. Lebih dari 90% disebabkan oleh adrenalitis autoimun,
tuberculosis, sindrom defisiensi imun didapat/AIDS atau kanker yang
bermetastasis. Manifestasi klinis ditandai dengan kelemahan otot,
anoreksia, gejala gastrointestinal, keluhan mudah Lelah, emasiasi/tubuh
kurus kering/, pigmentasi pada kulit. Jika tidak ditangani akan
menyebabkan hipotensi akut sebagai akibat dari hipokortikoisme.
c. Insufiensi korteks adrenal sekunder, adrenal mengecil menjadi struktur
yang lebih gepeng, kecil yang biasanya masih tetap berwarna kuning oleh
karena terdapat sejumlah kecil sisa lemak. Dapat disebabkan oleh kanker
yang bermestatasis, infeksi, infark, atau radiasi yang mengurasi
pengeluaran ACTH. Insufiensi korteks adrenal sekunder memiliki
kemiripan dengan penyakit Addison namun tidak ditemukan
hiperpigmentasi.
8
2.3. MEDULA ADRENAL
1. TUMOR MEDULA ADRENAL
Feokromositoma adalah neoplasma yang terdiri atas sel kromatin
yang menghasilkan dan mengeluarkan katekolamin dan kadang – kadang
hormone peptida lain seperti halnya kromatin normal. Tumor ini dapat
menyebabkan hipertensi yang harus ditangani dengan pembedahan
(adrenalektomi). Maniferstasi klinisnya berupa hipertensi yang timbul
mendadak, takikardi, sakit kepala, berkeringat, nyeri pada bagian abdomen
dan dada, mual dan muntah. Untuk trias gejalanya yang khas adalah sakit
kepala, diaphoresis dan palpitasi. Jika tidak ditangani dapat terjadi
peningkatan resiko iskemia miokard, gagal jantung, jejas ginjal dan stroke.
2. SINDROM ADRENOGENITAL
Androgen yang berlebihan dapat disebabkan oleh sejumlah
penyakit, seperti kelainan gonad primer dan beberapa kelainan adrenal
primer. Korteks adrenal mensekresi dua senyawa-dehidroepiandrosteron
dan androstenedion-yang perlu dikonvensi menjadi testoteron pada
jaringan perifir untuk efek androgeniknya. Tidak seperti androgen gonad,
pembentuk androgen adrenal diatur oleh ACTH, sehingga sekresi
berlebihan dapat muncul sebagai suatu sindrom tersendiri atau dengan
gambaran penyakit Ccushing.
Penyebab adrenal dari androgen berlebihan meliputi neoplasma
korteks adrenal dan suatu kelompok penyakit jarang, yang cara bersama-
sama disebut sebagai hyperplasia adrenal congenital (HAK). Neoplasma
korteks adrenal yang berhubungan dengan gejala kelebihan androgen
(virilisasi) lebih cenderung dari karsinima dari pada adenoma. Secara
morfologik, neoplasma ini identik dengan neoplasma korteks fungsional
atau non fungsional lainnya.
Ada suatu tumor adrenokortikoid yang jarang timbul, namun
tumor ini menyekresi banyak sekali androgen sehingga menimbulkan
gejala maskulinisasi yang kuat di seluruh tubuh. Bila ini terjadi pada
perempuan itu mempunyai sifat jantan, termasuk tumbuhnya janggut,
suara menjadi berat, klitoris tumbuh seperti penis dan penimbunan protein
pada otot- otot sehingga perempuan yang mengalami sindrom
adrenogenital akan tampak seperti laki – laki. Pada laki – laki prepubertas,
9
tumor adrenal yang bersifat virilisasi ini juga akan menimbulkan gejala
sama seperti gejala – gejala yang timbul pada perempuan. Gejala disertai
seperti pertumbuhan seks organ yang sangat cepat.
10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
11
hilus ginjal kiri. Kelenjar adrenal pada manusia panjangnya 4-6 cm, lebar 1-2
cm, dan tebal 4-6 mm. Kelenjar adrenal mempunyai berat lebih kurang 8 gr,
tetapi berat dan ukurannya bervariasi bergantung umur dan keadaan fisiologi
perorangan. Kelenjar ini dikelilingi oleh jaringan ikat padat kolagen yang
mengandung jaringan lemak. Selain itu masing-masing kelenjar ini dibungkus
oleh kapsul jaringan ikat yang cukup tebal dan membentuk sekat/septa ke
dalam kelenjar.
Kelenjar adrenal disuplai oleh sejumlah arteri yang masuk pada beberapa
tempat di sekitar bagian tepinya. Ketiga kelompok utama arteri adalah arteri
suprarenalis superior, berasal dari arteri frenika inferior; arteri suprarenalis
media, berasal dari aorta; dan arteri suprarenalis inferior, berasal dari arteri
renalis. Berbagai cabang arteri membentuk pleksus subkapsularis yang
mencabangkan tiga kelompok pembuluh: arteri dari simpai; arteri dari kortex,
yang banyak bercabang membentuk jalinan kapiler diantara sel-sel parenkim
(kapiler ini mengalir ke dalam kapiler medulla); dan arteri dari medulla, yang
melintasi kortex sebelum pecah membentuk bagian dari jalinan kapiler luas
dari medulla. Suplai vaskuler ganda ini memberikan medulla dengan darah
arteri (melalui arteri medularis) dan darah vena (melalui arteri kortikalis).
Endotel kapiler ini sangat tipis dan diselingi lubang-lubang kecil yang ditutupi
diafragma tipis. Di bawah endotel terdapat lamina basal utuh. Kapiler dari
medulla bersama dengan kapiler yang mensuplai kortex membentuk vena
medularis, yang bergabung membentuk vena adrenal atau suprarenalis.
1. Medula Adrenal
Medula adrenal berfungsi sebagai bagian dari system saraf otonom. Stimulasi
serabut saraf simpatik pra ganglion yang berjalan langsung ke dalam sel-sel pada
12
medulla adrenal akan menyebabkan pelepasan hormon katekolamin yaitu
epinephrine dan norepinephrine. Katekolamin mengatur lintasan metabolic untuk
meningkatkan katabolisme bahan bakar yang tersimpan sehingga kebutuhan kalori
dari sumber-sumber endogen terpenuhi. Efek utama pelepasan epinephrine terlihat
ketika seseorang dalam persiapan untuk memenuhi suatu tantangan (respon Fight
or Fligh). Katekolamin juga menyebabkan pelepasan asam-asam lemak bebas,
meningkatkan kecepatan metabolic basal (BMR) dan menaikkan kadar glukosa
darah.
2. Korteks Adrenal
Korteks adrenal tersusun dari zona yaitu zona glomerulosa, zona fasikulata dan
zona retikularis. Korteks adrenal menghasilkan hormon steroid yang terdiri dari 3
kelompok hormon:
a. Glukokortikoid
b. Mineralokortikoid
13
adanya angiotensin II dalam aliran darah. Kenaikan kadar aldesteron menyebabkan
peningkatan reabsorpsi natrium oleh ginjal dan traktus gastro intestinal yang
cenderung memulihkan tekanan darah untuk kembali normal. Pelepasan aldesteron
juga ditingkatkan oleh hiperglikemia. Aldesteron merupakan hormon primer untuk
mengatur keseimbangan natrium jangka panjang.
2.1.Etiologi
1. Tuberculosis
2. Histoplasmosis (penyakit infeksi yang disebabkan oleh jamur histoplasma
capsulatum, yang terutama menyerang paru-paru)
3. Koksidiodomikosis (penyakit infeksi yang disebabkan oleh jamur
Coccidioides immitis, yang biasanya menyerang paru-paru
4. Kriptokokissie
5. Pengangkatan kedua kelenjar adrenal
6. Kanker metastatik (Ca. Paru, Lambung, Payudara, Melanoma, Limfoma)
7. Adrenalitis auto imun
3. Patofisiologi
14
akibat proses autoimun telah menggantikan tuberculosis sebagai penyebab penyakit
Addison, namun peningkatan insidens tuberculosis yang terjadi akhirakhir ini harus
mempertimbangkan pencantuman pemyakit infeksi ini kedalam daftar diagnosis.
Sekresi ACTH yang tidak adekuat dari kelenjar hipofisis juga akan menimbulkan
insufisiensi adrenal akibat penurunan stimulasi korteks adrenal.
5. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium Darah
a. Penurunan konsentrasi glukosa dan natrium (hipoglikemia dan
hiponatrium)
b. Peningkatan konsentrasi kalium serum (hiperkalemia)
c. Peningkatan jumlah sel darah putih (leukositosis)
d. Penurunan kadar kortisol serum
e. Kadar kortisol plasma rendah
f. ADH meningkat
g. Analisa gas darah: asidosis metabolic
15
h. Sel darah merah (eritrosit): anemia numokronik, Ht meningkat
(karena hemokonsentrasi) jumlah limfosit mungkin rendah, eosinofil
meningkat.
2. Pemeriksaan radiografi abdominal menunjukan adanya klasifikasi di
adrenal.
3. CT Scan
4. Gambaran EKG
Tegangan rendah aksis QRS vertical dan gelombang ST non spesifik
abnormal sekunder akibat adanya abnormalitas elektrolik
5. Tes stimulating ACTH
Cortisol darah dan urin diukur sebelum dan setelah suatu bentuk sintetik
dari ACTH diberikan dengan suntikan. Pada tes ACTH yang disebut
pendekcepat. Penyukuran cortisol dalam darah di ulang 30 sampai 60
menit setelah suatu suntikan ACTH adalah suatu kenaikan tingkatan –
tingkatan cortisol dalam darah dan urin.
6. Tes Stimulating CRH
Ketika respon pada tes pendek ACTH adalah abnormal, suatu tes
stimulasi CRH “Panjang” diperlukan untuk menentukan penyebab dari
ketidak cukupan adrenal. Pada tes ini, CRH sintetik di suntikkan secara
intravena dan cortisol darah diukur sebelum dan 30, 60 ,90 dan 120
menit setelah suntikan. Pasien – pasien dengan ketidak cukupan adrenal
seunder memp. Respon kekurangan cortisol namun tidak hadir /
penundaan respon – respon ACTH. Ketidakhadiran respon – respon
ACTH menunjuk pada pituitary sebagai penyebab; suatu penundaan
respon ACTH menunjukan pada hypothalamus sebagai penyebab.
6. Penatalaksanaan Medik
1. Terapi dengan pemberian kortikostiroid setiap hari selama 2 sampai 4
minggu dosis 12,5 – 50 mg/hr
2. Hidrokortison (solu – cortef) disuntikan secara IV
16
3. Prednison (7,5 mg/hr) dalam dosis terbagi diberikan untuk terapi
pengganti kortisol
4. Pemberian infus dekstrose 5% dalam larutan saline
5. Fludrukortison: 0,05 – 0,1 mg/hr diberikan per oral
7. Komplikasi
1. Syok, (akibat dari infeksi akut atau penurunan asupan garam)
2. Kolaps sirkulasi
3. Dehidrasi
4. Hiperkalemiae
5. Sepsis
6. Ca. Paru
7. Diabetes melitus
17
3.2.ASKEP PENYAKIT ADDISON
1. Pengkajian
a. Identitas
Penyakit Addison bisa terjadi pada laki – laki maupun perempuan yang
mengalami krisis adrenal
b. Keluhan Utama
Pada umumnya pasien mengeluh kelemahan, fatique, nausea dan muntah.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita tuberkulosis, hipoglikemia
maupun Ca paru, payudara dan limpoma
d. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada pasien dengan penyakit Addison gejala yang sering muncul ialah pada
gejala awal: kelemahan, fatiquw, anoreksia, nausea, muntah, BB turun,
hipotensi dan hipoglikemi, astenia (gejala cardinal). Pasien lemah yang
berlebih, hiperpigmentasi, rambut pubis dan axila berkurang pada
perempuan, hipotensi arterial (TD: 80/50 mm/Hg)
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang pernah mengalami penyakit
yang sama / penyakit autoimun yang lain.
Palpasi : Resonan
18
b. Sistem Cardiovaskuler
Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS 5-6 mid clavikula line sinistra
Perkusi : Redup
c. Sistem Pencernaan
1) Mulut dan tenggorokan: nafsu makan menurun, bibir kering
2) Abdomen:
Perkusi : Timpani
e. Sistem Endokrin
Destruksi kortek adrenal dapat dilihat dari foto abdomen, Lab. Diagnostik
ACTH meningkat, integumen Turgor kulit jelek, membran mukosa kering,
ekstremitas dingin, cyanosis, pucat, terjadi hiperpigmentasi di bagian distal
ekstremitas dan buku – buku pad ajari, siku dan mebran mukosa.
19
g. Sistem Neurosensori
Pusing, sinkope, gemetar, kelemahan otot, kesemutan terjadi disorientasi
waktu, tempat, ruang (karena kadar natrium rendah), letargi, kelelahan
mental, peka rangsangan, cemas, koma (dalam keadaan krisis)
h. Nyeri / kenyamanan
Nyeri otot, kaku perut, nyeri kepala, nyeri tulang belakang, abdomen,
ekstremitas
i. Keamanan
Tidak toleran terhadap panas, cuaca, udara panas, penngkatan suhu, demam
yang diikuti hipotermi (keadaan krisis)
j. Aktivitas / Istirahat
Lelah, nyeri / kelemahan pada otot terjadi perburukan setiap hari, tidak
mampu beraktivitas / bekerja. Peningkatan denyut jantung / denyut nadi
pada aktivitas yang minimal, penurunan kekuatan dan rentang gerak sendi.
k. Seksualitas
Adanya riwayat menopouse dini, aminore, hilangnya tanda – tanda seks
sekunder (berkurang rambut – rambut pada tubuh terutama pada wanita)
hilangnya libido
l. Integritas Ego
Adanya riwayat – riwayat fasctros stress yang baru dialami, termasuk sakit
fisik atau pembedahan, ansietas, peka rangsang, depresi, emosi tidak stabil.
3. Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan b/d kekurangan natrium dan kehilangan cairan
melalui ginjal, kelenjar keringat, saluran GIT (karena kekurangan
aldosteron)
20
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d intake tidak adekuat (mual,
muntah, anoreksia) defisiensi glukontikord
c. Intoleransi aktivitas b/d penurunan produksi metabolisme,
ketidakseimbangan cairan elektrolit dan glukosa
d. Gangguan harga diri b/d perubahan dalam kemampuan fungsi, perubahan
karakteristik tubuh
e. Nyeri akut b/d diskontinuitas sistem konduksi spasme otot abdomen
f. Ganguan eliminasi uri b/d gangguan reabsorbsi pada tubulus
4. Rencana Keperawatan
A. Kekurangan volume cairan b/d ketidakseimbangan input dan output
Kriteria hasil:
Hasil lab
1) Ht: W = 37 – 47 %
2) L = 42 – 52 %
3) Ureum = 15 – 40 mg/dl
4) Natrium = 135 – 145 mEq/L
5) Calium = 3,3 – 5,0 mEq/L
6) Kretanium = 0,6 – 1,2 mg/dl
21
Intervensi
22
Kolaborasi
23
Rasional: Peningkatan kadar ureum dan kreatinin darah
merupakan indikasi terjadinya kerusakan tingkat sel karena
dehidrasi / tanda serangan gagal jantung
c. Natrium
Rasional: Hiponatremia merupakan indikasi kehilangan
melalui urin yang berlebihan katena gangguan reabsorbsi
pada tubulus ginjal
d. Kalium
Rasional: Penurunan kadar aldusteron mengakibatkan
penurunan natrium dan air sementara itu kalium tertahan
sehingga dapat menyebabkan hiperkalemia.
Kriteria hasil:
Intervensi
1. Auskultasi bising usus dan kaji apakah ada nyeri perut, mual muntah
24
Rasional: Kekurangan kartisol dapat menyebabkan fejala intestinal
berat yang mempengaruhi pencernaan dan absorpsi makanan
2. Catat adanya kulit yang dingin / basah, perubahan tingkat kesadaran,
nyeri kepala, sempoyongan
3. Rasional: Gejala hipoglikemia dengan timbulnya tanda tersebut
mungkin perlu pemberian glukosa dan mengindikasikan pemberian
tambahan glukokortikad
4. Pantau pemasukan makanan dan timbang BB tiap hari
5. Rasional: Anoreksi, kelemahan, dan kehilangan pengaturan
metbolisme oleh kartisol terhadap makanan dapat mengakibatkan
penurunan berat badan dan terjadinya mal nutrisi
6. Berikan atau bantu perawatan mulut
Rasional: mulut yang bersih dapat meningkatkan nafsu makan
7. Berikan lingkungan yang nyaman untuk makan contoh bebas dari
bau yang tidak sedap, tidak terlalu ramai
Rasional: Dapat meningkatkan nafsu makan dan memperbaiki
pemasukan makanan
8. Pertahankan status puasa sesuai indikasi
9. Rasional: mengistirahatkan gastro interstinal, mengurangi rasa tidak
enak
10. Berikan Glukosa intravena dan obat – obatan sesuai indikasi seperti
glukokortikoid
Rasional: memperbaiki hipoglikemi, memberi sumber energi
pemberian glukokertikoid akan merangsang glukoogenesis,
menurunkan penggunaan mukosa dan membantu penyimpanan
glukosa sebagai glikogen
11. Pantau hasil lab seperti Hb, Hi
Rasional: anemia dapat terjadi akibat defisit nutrisi / pengenceran
yang terjadi akibat reterisi cairan sehubungan dengan
glukokortikoid.
C. Intoleransi aktivitas b/d penurunan O2 ke jaringan otot kedalam
metabolisme, ketidak seimbangan cairan elektrolit dan glukosa
25
Kriteria hasil:
1. menunjukan peningkatan klien dan partisipasi dalam aktivitas
setelah dilakukan tindakan
2. TTV N: 80 – 100 x/menit RR: 16 – 20 x/menit TD: 120/80 mmHg
Intervensi
Kriteria hasil:
Intervensi
26
Rasional: Bermanfaat dalam mengevaluasi nyeri, menentukan
pilihan intervensi, menentukan efektifitas terapi
3. Anjurkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi, seperti
imajinasi, misal musik yang lembut, relaksasi
Rasional: Membantu untuk menfokuskan kembali perhatian dan
membantu pasien untuk mengatasi nyeri / rasa tidak nyaman secara
lebih efektif
Kolaborasi
Kriteria hasil:
Intervensi
27
Rasional: Meminimalkan perasaan stress, frustasi, meningkatkan
kemampuan koping.
4. Dorongan pasien untuk membuat pilihan guna berpartisipasi dalam
penampilan diri sendiri
Rasional: Dapat membantu meningkatkan kepercayaan diri,
memperbaiki harga diri
5. Fokuspada perbaikan yang sedang terjadi dan pengobatan misal
menurunkan pigmentasi kulit
Rasional: ungkapkan seperti ini dapat mengangkat semangat pasien
dan meningkatkan Harga diri pasien
6. Sarankan pasien untuk mengunjungi seseorang yang penyakitnya
telah terkontrol dan gejalanya telah berkurang
Rasional: dapat menolong pasien untuk melihat hasil dari
pengobatan yang telah dilakukan
Kolaborasi
Kriteria hasil:
Intervensi
28
4. Obs. Input dan output
Rasional: Mengetahui keseimbangan cairan
5. Kolaborasi pemberian diuretic
Rasional: meningkatkan kerja ginjal untuk melancarkan BAK
BAB IV
29
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kelenjar adrenal adalah sepasang organ endokrin yang terdiri atas dua
bagian yang berbeda, yakni medulla adrenal dan korteks adrenal. Medulla
adrenal seara fungsional berkaitan dengan sekresi hormon – hormon
epinefrin dan norepinefrin. Sedangkan korteks adrenal menyekresikan
hormone kortikosteroid. Gangguan pada kelnjar adrenal dapat menyerang
korteks adrenal dan medulla adrenal.
3.2. Saran
Sebaiknya penulis memberikan gambar disetiap penyakit yang menyerang
adrena sehingga pembaca lebih memahami
30
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, A.K., Aster, J.C., dan Kumar, V. 2015. Buku Ajar Patologi Robbins. Edisi 9. Singapura:
Elsevier Saunders.
Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume 2. Jakarta
EGC
Guyton AC, Hall JE. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Penterjemah: Irawati,
Ramadani D, Indriyani F. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
31