Professional Documents
Culture Documents
BIOREMEDIASI TANAH
A. Composting
Bahan-bahan yang tercemar dicampur dengan bahan organik padat yang
relatif mudah terombak, dan diletakkan membentuk suatu tumpukan. Bahan organik yang
dicampurkan dapat berupa limbah pertanian, sampah organik, atau limbah gergajian.
Untuk mempercepat perombakan kadang-kadang diberi pupuk N, P, atau nutrien
anorganik lain. Bahan yang telah dicampur sering ditumpuk membentuk barisan yang
memanjang, yang disebut “windrow”. Selain itu dapat juga ditempatkan dalam wadah
yang besar/luas dan diberi aerasi, khusus untuk bahan yang tercemari bahan kimia
berbahaya. Aerasi diberikan melalui pengadukan secara mekanis atau menggunakan alat
khusus untuk memberikan aerasi. Kelembaban bahan campuran tetap dijaga. Setelah
diinkubasikan terjadi pertumbuhan mikroba, dan suhu tumpukan meningkat mencapai 50-
60oC. Meningkatnya suhu dapat meningkatkan perombakan bahan oleh mikroba.
Metode composting telah digunakan misalnya untuk mengatasi tanah yang
terkontaminasi klorofenol. Pada skala lapangan menunjukkan bahwa dengan metode ini
dapat menurunkan konsentrasi bahan peledak TNT, RDX, dan HMX dalam sedimen
yang tercemar oleh bahan-bahan tersebut.
B. Biopile
Teknik biopile merupakan pengembangan dari teknik pengomposan. Biopile
merupakan salah satu teknik bioremediasi ex-situ yang dilakukan di permukaan tanah.
Teknik ini juga disebut sebagai aerated compost pile. Oleh karena aerasi pada
pengomposan terjadi secara alami, sedangkan pada biopile menggunakan pompa untuk
menginjeksikan oksigen ke dalam tumpukan tanah tercemar yang diolah. Proses
biodegradasi dipercepat dengan optimasi pasokan oksigen, pemberian nutrien dan
mikroba serta pengaturan kelembaban.
Biopile merupakan teknik penanggulangan lahan tercemar yang mirip dengan
landfarning. Pada teknik landfarming, aerasi diberikan dengan cara membolak-balik
tanah dengan cara dibajak, sedangkan pada biopile aerasi diberikan menggunakan
peralatan. Pada biopile ada dua cara pemberian aerasi. Pertama dengan pompa penghisap
untuk memasukkan oksigen dari udara ke lapisan tanah, dan yang ke-dua menggunakan
blower untuk menginjeksikan udara ke dalam tanah.
• Dari hasil uji dapat menurunkan TPH sampai dibawah 1% dalam waktu 1 bulan
C. Landfarming
Salah satu teknik penerapan bioremediasi adalah menggunakan teknik
landfarming. Landfarming sering juga disebut dengan landtreatment atau
landapplication. Cara ini merupakan salah satu teknik bioremediasi yang dilakukan di
permukaan tanah. Prosesnya memerlukan kondisi aerob, dapat dilakukan secara in-situ
maupun ex-situ. Landfarming merupakan teknik bioremediasi yang telah lama
digunakan, dan banyak digunakan karena tekniknya sederhana. Beberapa faktor yang
perlu diperhatikan dalam melakukan teknik ini, yaitu kondisi lingkungan, sarana,
pelaksanaan, sasaran dan biaya.
Kondisi lingkungan, kondisi tanah yang tercemar, pencemar, dan
kemungkinan pelaksanaan teknik landfarming.
Tanah tercemar; untuk lokasi penerapan, tanah hendaknya memiliki konduktivitas
hidrolik sedang seperti lanau (loam) atau lanau kelempungan (loamy clay). Apabila
diterapkan pada tanah lempung dengan kandungan clay lebih dari 70% akan sulit
dilaksanakan. Hal ini disebabkan sifat lempung yang mudah mengeras apabila terkena
air. Kegiatan landfarming dapat dilakukan secara ex-situ maupun in-situ. Namun bila
letak tanah tercemar jauh diatas muka air (water table) maka landfarming dapat dilakukan
secara in-situ.
Pencemar; pencemar yang tersusun atas bahan yang mempunyai penguapan rendah
masih sesuai untuk ditangani secara labdfarming. Bahan pencemar yang mudah menguap
tidak cocok menggunakan teknik ini karena dilakukan secara terbuka. Sebaiknya
kandungan TPH dibawah 10%.