Professional Documents
Culture Documents
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
daan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pendekatan Berpikir Kritis pada Proses Perencanaan Keperawatan”
Dalam penulisanmakalah ini kami banyak sekali mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak, oleh karena itu kamimenyampaikan ucapan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu kami.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, dengan
rendah hati kamimengharapkan kritikan dan saran yang membangun untuk
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya untuk semua yang telah diberikan, kami
hanya bisa berdoa semoga budi baiknya dibalas oleh Allah SWT¸ Amin.
Kelompok 5
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................... 1
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam keperawatan, berpikir kritis adalah suatu kemampuan
bagaimana perawat mampu berpikir dengan sistematis dan menerapkan
standar intelektual untuk menganalisis proses berpikir. Berpikir kritis dalam
keperawatan adalah suatu komponen penting dalam mempertanggung
jawabkan profesionalisme dan kualitas pelayanan asuhan keperawatan.
Berpikir kritis merupakan pengujian rasional terhadap ide, pengaruh, asumsi,
prinsip, argumen, kesimpulan, isu, pernyataan, keyakinan, dan aktivitas
(Bandman dan Bandman, 1988).
Berpikir bukan suatu proses statis, tetapi selalu berubah secara
konstan dan dinamis dalam setiap hari atau setiap waktu. Tindakan
keperawatan membutuhkan proses berpikir, oleh karena itu sangat penting
bagi perawat untuk mengerti berpikir secara umum. Pemikir kritis dalam
praktik keperawatan adalah seseorang yang mempunyai keterampilan
pengetahuan untuk menganalisis, menerapkan standar, mencari informasi,
menggunakan alasan rasional, memprediksi, dan melakukan transformasi
pengetahuan. Pemikir kritis dalam keperawatan menghasilkan kebiasaan-
kebiasaan baik dalam berpikir, yaitu: yakin, kontekstual, perspektif, kreatif,
fleksibel, integritas intelektual, intuisi, berpikir terbuka, refleksi,
inquisitiviness, dan perseverance.
Menurut Wilkinson (1992), karakteristik berpikir kritis dalam
keperawatan pada prinsipnya merupakan suatu kesatuan dari berpikir
(thinking), merasakan (feeling), dan melakukan (doing). Mengingat profesi
perawat merupakan profesi yang langsung berhadapan dengan nyawa
manusia, maka dalam menjalankan aktivitasnya, perawat menggunakan
perpaduan antara thingking, feeling, dan doing secara konprehensif dan
bersinergi. Perawat menerapkan keterampilan berpikir dengan menggunakan
pengetahuan dari berbagai subjek dan lingkungannya, menangani perubahan
yang berasal dari stresor lingkungan, dan membuat keputusan penting.
3
B. Tujuan
1. Menjelaskan tentang menetapkan tujuan dan hasil yang di harapkan
2. Menjelaskan rancangan intervensi keperawatan
3. Menjelaskan apa saja tipe intervensi keperawatan
4. Menjelaskan perancangan asuhan keperawatan
C. Manfaat
1. Mengetahui tentang menetapkan tujuan dan hasil yang di harapkan
2. Mengetahui rancangan intervensi keperawatan
3. Mengetahui apa saja tipe intervensi keperawatan
4. Mengetahui perancangan asuhan keperawatan
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Menetapkan Tujuan dan Hasil yang Diharapkan
1. Tujuan
Tujuan perawatan merupakan pedoman yang luas/umum dimana
pasien diharapkan mengalami kemajuan dalam berespon terhadap
tindakan. Tujuan dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Tujuan jangka panjang
Tujuan jangka panjang adalah tujuan yang mengidentifikasi arah
keseluruhan atau hasil akhir perawatan. Tujuan ini tidak tercapai
sebelum pemulangan. Tujuan jangka panjang memerlukan perhatian
yang terus menerus dari pasien dan/atau orang lain.
Tujuan yang diharapkan dapat dicapai dalam waktu yang lama,
biasanya lebih dari satu minggu atau satu bulan. Kriteria hasil dalam
tujuan jangka panjang ditujukan pada unsur “problem/masalah” dalam
diagnosa keperawatan. Misalnya: pasien mampu mempertahankan
kontrol kadar gula darah satu kali dalam satu minggu selama dua bulan
pertama pasca perawatan di rumah sakit.
b. Tujuan jangka pendek
Tujuan jangka pendek adalah tujuan yang harus dicapai sebelum
pemulangan. Misalnya: rasa nyeri pasien berkurang/hilang setelah
dilakukan tindakan perawatan selama 2×24 jam. Tujuan yang
diharapkan bisa dicapai dalam waktu yang singkat, biasanya kurang
dari satu minggu. Tujuan jangka pendek ditujukan pada
unsurE/S(etiologi, tanda dan gejala) dalam diagnosa keperawatan
aktual/resiko.
5
adalah pernyataan yang menjelaskan suatu tindakan yang dapat diukur
berdasarkan kemampuan dan kewenangan perawat.
Kriteria hasil untuk diagnosa keperawatan mewakili status
kesehatan klien yagn dapat dicapai atau dipertahankan melalui rencana
tindakan yang mandiri, sehingga dapat membedakan antara diagnosa
keperawatan dan masalah kolaburatif. Menurut Gordon(1994), komponen
kriteria hasil yang penting dalam kriteria hasil adalah apakah intervensi
keperawatan dapat dicapai. Pedoman penulisan kriteria hasil :
a. Berfokus pada klien
Kriteria hasil ditujukan pada klien yag harus menunjukan apa yang
akan dilakukan lien, kapan, dan sejauh mana tindakan akan bisa
dilaksanakan.
S : Spesifik(tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda)
M : Measurable harus dapat diukur, dilihat, didengar, diraba,
dirasakan dan dibau)
A : Tujuan harus dapat dicapai (Achievable)
R :Tujuan harus dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah
(Reasonable)
T : Time (batasan waktu/tujuan keperawatan)
6
d. Ada batas waktunya.
e. Realistik.
Kriteria hasil harus dapat dicapai sesuai dengan sarana dan
prasarana yang tersedia, meliputi : biaya, peralatan, fasilitas, tingkat
pengetahuan, affek emosi dan kondisi fisik. Jumlah staf perawat harus
menjadi satu pertimbangan dalam penyusunan tujuan dan kriteria hasil.
f. Ditentukan oleh perawat dan klien.
Setelah menentukan diagnosa keperawatan yang ditentukan, perlu
dilakukan diskusi antara perawat dan klien untuk menentukan kriteria
hasil dan rencana tindakan utnuk memvalidasi.
Penulisan kriteria hasil mencakup semua respon manusia, meliputi :
kornitif(pengetahuan), afektif(emosi dan perasaan), psikomotor dan
perubahan fungsi tubuh(keadaan umum dan fungsi tubuh serta gejala)
7
3) Diagnosa keperawatan kemungkinan, intervensi ditujukan pada :
a. Pengkajian aktifitas untuk menyusun diagnosa keperawatan dam
masalah kolaburasi.
b. Memonitor aktifitas untuk mengevaluasi status fisiologi tertentu.
c. Rencana tindakan keperawatan.
d. Tindakan medis, berhubungan dengan respon dari tindakan medis.
e. Aktifitas fungsi kesehatan sehari-hari yang mungkin tidak
berpengaruh terhadap diagnosa keperawatan atau medis tetapi telah
dilakukan oleh perawat kepada klien yang tidak dapat melaksanakan
kebutuhannya.
f. Aktifitas untuk mengevaluasi dampak dan tindakan keperawatan dan
medis
4) Diagnosa keperawatan kolaburatif, intervensi ditujukan pada :
a. Memonitor perubahan status kesehatan.
b. Mengelola perubahan status kesehatan terhadap intervensi
keperawatan dan medis.
c. Mengevaluasi respon.
8
Karakteristik rencana tindakan keperawatan :
a. Konsisten dengan rencana tindakan.
b. Berdasarkan prinsip-prinsip ilmiah(rasional)
c. Berdasarkan situasi individu klien.
d. Digunakan untuk menciptakan suatu situasi yang aman dan terapeutik.
e. Menciptakan suatu situasi pengajaran.
f. Menggunakan saran yang sesuai(ANA, 1973)
Intervensi Perawat
Intervensi perawat adalah respon perawat terhadap kebutuhan
perawatan kesehatan dan diagnnosa keperawatan klien. Tipe intervensi ini
adalah “Suatu tindakan autonomi berdasarkan rasional ilmiah yang dilakukan
untuk kepentingan klien dalam cara yang diprediksi yang berhubungan dengan
diagnosa keperawatan dan tujuan klien” (Bulechek & McCloskey, 1994).
Intervensi ini tidak membutuhkan supervisi atau arahan dari orang lain.
Sebagai contoh, intervensi untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang
nutrisi yang adekuat atau aktivitas kehidupan sehari – hari yang berhubungan
dengan higiene adalah tindakan keperawatan mandiri.
Intervensi perawat tidak membutuhkan instruksi dokter atau profesi
lainnya. Dokter seringkali dalam instruksi tertulisnya mencakup intervensi
keperawatan mandiri. Namun demikian berdasarkan undang – undang praktik
keperawatan di sebagian besar negara bagian, tindakan keperawatan yang
berkaitan dengan aktivitas kehidupan sehari – hari, penyuluhan kesehatan,
promosi kesehatan, dan konseling berada dalam domain praktik keperawatan.
9
Intervensi Dokter
Intervensi dokter didasarkan pada respon dokter terhadap dioagnosa
medis, dan perawat menyelesaikan instruksi tertulis dokter (Bulechek &
McCloskey, 1994). Memberikan medikasi, mengimplementasikan suatu
prosedur invasif, mengganti balutan dan menyiapkan klien untuk pemeriksaan
diagnostik adalah contoh – contoh dari intervensi tersebut.
Intervensi ini tidak selalu berada dalam praktik legal keperawatan bagi
perawat untuk meresepkan atau menginstruksikan tindakan ini, tetapi
intervensi tersebut berada dalam praktik keperawatan bagi perawat untuk
menyelesaikan instruksi tersebut dan untuk mengkhususkan pendekatan
tindakan.
Sebagai contoh, dokter menginstruksikan untuk mengganti balutan 2x
sehari, medikasi intravena setiap 6 jam, dan pemindaian tulang untuk Tn. D.
Perawat memadukan setiap instruksi ini kedalam rencana perawatan Tn. D
sehingga instruksi ini diselesiakan secara aman dan efisien.
Setiap intervensi dokter membutuhkan tanggung jawab keperawatan
spesifik dan pengetahuan keperawatan teknik spesifik. Ketika memberikan
obat – obatan, perawat bertanggung jawab untuk mengetahui kalasifikasi dari
obat, kerja fisiologisnya, dosis normal, efek samping, dan intervensi
keperawatan yang berhubungan dengan kerja obat atau efek sampingnya.
Intervensi keperawatan yang berkaitan dengan pemberian medikasi bergatung
pada instruksi tertulis dokter.
Intervensi Kolaboratif
Intervensi kolaboratif adalah terapi yang membutuhkan pengetahuan,
keterampilan, dan keahlian dari berbagai profesional perawatan kesehatan.
Sebagai contoh, Tn. J adalah pria yang berusia 78 tahun yang
mengalami hemiplegia akibat stroke dan juga mempunyai riwayat demensia
lama. Fungsi kognitifnya terbatas, ia beresiko mengalami masalah yang
berhubungan dengan kerusakan sensasi dan mobilitas, dan tidak mampu
secara mandiri menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari – hari. Dengan
tujuan agar Tn. J mempertahankan tingkat kesehatannya saat ini, ia
membutuhkan intervensi keperawatan spesifik untuk mencegah luka
10
dekubitus; intervensi terapi fisik untuk mencegah perubahan muskuloskeletal
akibat imobilitas; dan intervensi terapi okupasi untuk makan dan kebutuhan
higiene. Perawatan klien ini membutuhkan koordinasi intervensi kolaboratif
dari berbagai profesional perawatan kesehatan yang semuanya diarahkan pada
tujuan jangka panjang untuk mempertahankan tingkat kesehatan Tn. J saat ini.
Menurut Carpenito dan Moyet (2007), ada dua tipe intervensi keperaawatan :
1. Intervensi perawat, yaitu intervensi yang dibuat oleh perawat dan akan
dilaksanakan oleh tim perawat lain.
2. Intervensi medis / intervensi delegasi, yaitu intervensi yang dibuat oleh
medis / perawat senior dan akan dilaksanakan oleh tim perawat lain.
Intruksi dokter bukan merupakan intruksi untuk perawat, melainkan
untuk klien yang akan dibantu oleh perawat jika ada indikasi.
Kedua intervensi tersebut merupakan pengambilan keputusan
independen perawat secara legal. Sebenarnya kalau kita bicara profesi, ini
disebutkan sebagai masalah bersama sehingga bukan disebut instruksi.
Sedangkan menurut Potter dan Perry (1997) ada tiga tipe intervensi
keperawatan :
1. Intervensi perawat adalah respons perawat terhadap kebutuhan klien
terhadap perawatan kesehatan dan diagnosis keperawatan. Tindakan
memiliki otonomi yang berdasarkan pada rasional ilmiah. Intervensi ini
tidak membutuhkan intruksi dokter atau profesi.
2. Mencegah timbulnya masalah.
3. Memonitor kejadian.
11
D. Perencanaan Asuhan Keperawatan
Perencanaan adalah suatu keputusan untuk masa yang akan datang,
artinya apa, siapa, kapan, dimana, kenapa, dan bagaimana yangakan harus
dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Secara umum, perencaanaan dapat
ditinjau dari sisi:
a. Proses: pemilihan dan pengembangan tindakan yang paling
menguntungkan untuk mencapai tujuan.
b. Fungsi: kepemimpinan dengan kewenangan yang dapat mengarahkan
kegiatan dan tujuan yang harus dicapai.
c. Keputusan : apa yang akan dilakukan untuk waktu yang akan datang.
12
d. Rencana intervensi yang spesifik dan langsung bagi perawat untuk
melaksanakan intervensi kepada klien (individu) dan keluarganya.
13
b. Tujuan jangka pendek adalah hasil yang dalam pencapaiannya
memerlukan waktu lebih lama. Misalnya Tuan Lukman dapat berjalan
tanpa alat bantu pada saat pulang.
3. Menentukan Rencana tindakan keperawatan
Menentukan rencana tindakan keperawatan adalah langkah penentu
dalam tindakan keperawatan dalam rangka menolong pasien, untuk
mencapai suatu tujuan keperawatan.
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun rencana
keperawatan adalah:
a. Tindakan apa yang harus dilakukan?
b. Mengapa tindakan itu dilakukan?
c. Kapan tindakan itu dilakukan?
d. Siapa yang akan melakukan tindakan
e. Bagaimana caranya tindakan itu dilakukan.
Rencana tindakan dibuat secara narasi, berupa kalimat instruksi,
ringkas, tegas, dan mudah dimengerti, yang mengandung tujuan dan
rencana.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berpikir kritis adalah suatu proses berpikir sistematik yang penting
bagi berpikir kritis adalah berpikir dengan tujuan dan mengarah ke sasaran
yang membantu individu membuat penilaian berdasarkan kata bukan
pikiran.Berpikir kritis dalam keperawatan adalah komersial untuk
keperawatan profesional karena cara berpikir ini terdiri atas pendekatan
holistik untuk pemecahan masalah.
B. Saran
Untuk memahami secara keseluruhan berpikir kritis dalam
keperawatan kita harus mengembangkan pikiran secara rasional dan cermat,
agar dalam berpikir kita dapat mengidentifikasi dan merumuskan masalah
keperawatan. Serta menganalisis pengertianhubungan dari masing-masing
indikasi, penyebab, tujuan, dan tingkat hubungan dalam
keperawatan.Sehingga saat berpikir kritis dalam keperawatan pasien akan
merasa lebih nyaman dan tidak merasa terganggu dengan tindakan perawat.
15
DAFTAR PUSTAKA
16