You are on page 1of 3

Merangkai Bunga Keadilan

Adakah mendung mewakili bunga-bunga itu?, mengapa ia kerap menjadi simbol yang penuh
arti?, sementara masih banyak yang nyinyir melambai dengan kusyuk, tak mau menerima jika
cinta itu benar-benar sebuah perjuangan?. Dan mungkin lewat bunga mereka mengungkapkan
cintanya itu, meski berangkali harga serangkaian bunga bisa memenuhi kebutuhan dapur
keluarga yang miskin karena kepala rumah tangganya masih belum mampu mengatasi
gejolak dunia kerja dan dinamika perekonomian yang begitu dinamis, bahkan untuk membuat
SIM agar bisa bekerja ojek online pun selalu terkendala.

Bila mau jujur, apakah yang tidak suka dengan kiriman bunga itu bisa mengambil alih cinta
mereka yang sudah tertanam begitu dalam?, tidakkah mereka bisa melihat dengan jeli
bagaimana cinta itu hadir lewat sebuah kepeduliaan?, lewat sebuah komitmen dan idealis?
Dan lewat sebuah ketulusan?, meski terpaksa dan mungkin tidak ada jalan lain yang
ditempuh kecuali harus lewat dinamika politik yang selalu saja dihiasi dengan bau-bau
busuk yang sangat menyengat. Bukan politiknya yang kotor tapi beberapa pelakunya yang
sangat ingin cepat-cepat orgasmes, sehingga nafasnya begitu sangat bau, meski sudah sangat
sering gosok gigi, namun makanan yang masuk pun seperti kotoran. Yahh.. mungkin tidak
halal jenisnya. Begitulah

Jika bukan bunga sebagai wakil cinta, apakah peluru yang dinyanyikan si Nani adalah
muntahan cinta?, hah...dasar si pembuat lagu itu hanya bisa mendendangkan alat-alat musik,
namun sayangnya kata-kata yang menyelinap lewat benaknya tak menemukan bisikan yang
mesra. Mungkin saja musiknya yang bising itu sangat mengganggu, dan berangkali juga
musik dan ambisi tak mengalami proses sinkronisasi, lalu akhirnya berbuntut pencercaan,
stress berat dan memaksakan kehendak.

Wahai Bunga yang sedang lucu-lucunya, begitu menggemaskannya kalimat-kalimat yang


engkau tampilkan di antara keramaian dan tangisan, dan masih ada yang tulus mengakui
belum bisa move on, mungkin butuh waktu, atau memang cinta seperti itu adanya, sulit untuk
move on. Atau cinta itu bisa awalnya sulit move on namun lama ke lamaan ia berangsur-
angsur menyalurkan cintanya dengan tindakan yang tepat. Yahh.. bisa dengan cara
melanjutkan pekerjaan yang masih tertunda dan tetap mengawasi lirikan mata para naga dan
mewaspadai semburan apinya yang sangat panas, meski toh pada akhirnya nanti para naga itu
akan musnah dan berangkali di alam selanjutnya akan mendapati hawa yang lebih panas dari
semburan apinya?.

Mari sini wahai para pencinta, dengarkan cerita ini baik-baik, ini cerita tentang segerombolan
naga yang mengeroyok satu orang.

Suatu hari dalam khayalan, Bruce Lee berbisik kepadaku, "Hei bro, aku lebih takut pada
orang-orang yang berlatih satu tendangan 1000 kali daripada orang-orang yang berlatih 1000
tendangan satu kali."

"Ohh.. mmhh.. artinya Ente takut sama orang yang benar-benar menguasai skill hanya satu
tapi sangat profesional?" tanya saya.

"Betul, karena dengan fokus bisa perfect, soalnya manusia punya keterbatasan Bro..." jawab
Bruce Lee..
"Ohh.. begitu, o ya, nah bagaimana kalau satu jenis fitnah yang disebarin beribu-ribu kali
lebih daripada 1000 fitnah hanya 1 kali disebarin?. Menakutkan bukan?" tanyaku mengambil
perumpamaan.

Bruce Lee menatap tajam ke arah mataku, lalu jempol tangannya mengosok ke hidungnya
yang lumayan tidak pesek. dengan irama yang khas... "Hmm!!"

“Fitnah?, itu jurus naga apa kera sakti?” tanya Bruce Lee

“Itu salah satu jurus politik ngenes pak Bruce Lee, bahkan setelah bunga-bunga terpasang
indah dan mewakili luapan perasaan mereka untuk yang terakhir kali jabatan, jurus ini masih
sering digunakan. Padahal mereka ngak mikir apa dengan semua ini, berilah kesempatan
mereka untuk mengekspresikan perasaan mereka untuk yang terakhir kali..gimana bro?”

“Aku tak tahu lagi bagaimana menangkis serangan-serangan jurus fitnah ini, aku mesti
mengkombinasikan tipuan naga-naga itu, setidaknya yang bro harus yakini kalau orang-orang
jujur dan adil takkan pernah bisa kalah, secanggih apapun jurus-jurus yang digunakan.”
Bruce Lee menasehati.

Dan aku yakin mungkin saja kecemburuan itu meluap-luap jika bunga-bunga itu terus mekar,
orang-orang yang tidak bisa menerima kenyataan cinta ini pastilah selalu bersikap terbalik,
jangan sampai deh kepala mereka di bawah dan kaki di atas untuk melakukan perlawanan
bunga ini. Adakah yang bisa dilakukan oleh si MoZon untuk bersaing dengan cinta?, apakah
ia mau beli bunga begitu banyak?, tapi yahh.. mungkin saja si MoZon lebih peduli bungan
bank daripada bunga sebagai ekspresi cinta.

Jadi begitulah, setelah bunga-bunga ini selesai, saatnya melanjutkan misi yang terus kita
emban, dan bukankah lebih baik sekarang fokus daripada masih susah move on?. Fitnah saja
bisa fokus merusak otak dan pikiran masyarakat sehingga banyak yang seperti keledai, masa
sih dengan jurus cinta ini tidak bisa kita rangkai dengan indah untuk memusnahkan para naga
jahat dan juga onta-onta yang terlanjur membela fulus, jurus cinta bisa menyelamatkan para
keledai itu. Bisa kan?

Mari kita dengarkan nyanyian Mama Cantik Puri Manssion...


“Oh Tuhan...kucinta Basuki... Kusayang Cahaya...Rindu Purnama.. Inginkan Badja”

Komentar : “Mami...lanjutkan cinta itu dengan mengikuti kinerja Basuki, mari mengikuti
kinerja Ahok, kelembutan Pak Haji Djarot.. dan ayo rangkai kembali demi keadilan...bunga
keadilan”

Ups.. ada yang lagi patah hati saat lagi sayang-sayagnya.. sudahlah.. beginilah cinta yang
kadang sakit di disini tapi cerah di sana, ayolah ..kita ini adalah pemenang, bunga keadilan
dan kejujuran adalah bunga kemenangan. Dan itulah yang terbaik, sejarah sudah
membuktikan rangkaian bunga-bunga keadilan dan kejujuran. Dan kita lihat saja nanti
bagaimana para pasukan-pasukan itu yang sering mengidolakan bumi ini begitu datar dan
tetap bersumbu pendek, padahal bisa dipanjangi. Iya kan?.

Begitulah ceritanya..

You might also like