Professional Documents
Culture Documents
B. Klasifikasi
Mola hidatidosa terjadi ketika diferensiasi sel normal dalam blastokis berhenti
dan sel trofoblastik berpoliferasi. Poliferasi trofoblas mengakibatkan peningkatan kadar
hCG. Sebagian dari villi berubah menjadi gelembung-gelembung berisi cairan jernih
merupakan kista-kista kecil seperti anggur dan dapat mengisi seluruh cavum uteri.
Secara histopatologic kadang-kadang ditemukan jaringan mola pada plasenta dengan
bayi normal. Bisa juga terjadi kehamilan ganda mola yaitu satu jenis tumbuh dan yang
satu lagi menjadi mola hidatidosa. Gelembung mola besarnya bervariasi, mulai dari
yang kecil sampai yang berdiameter lebih dari 1 cm. Mola hidatidosa terbagi menjadi:
1. Mola hidatidosa sempurna
Mola hidatidosa sempurna terjadi ketika ovum tidak mengandung
kromosom dan sperma mereplikasi kromosomnya sendiri ke dalam zigot
abnormal. Oleh sebab itu, mola hidatidosa sempurna disebut juga sebagai
kehamilan androgenetik (kehamilan yang hanya berisi kromosom dari paternal).
Villi korionik berubah menjadi suatu massa vesikel-vesikel jernih. Ukuran
vesikel bervariasi dari yang sulit dilihat, berdiameter sampai beberapa sentimeter
dan sering berkelompok kelompok menggantung pada tangkai kecil. Temuan
Histologik ditandai oleh :
a. Degenerasi hidrofobik dan pembengkakan Stroma vilus
b. Tidak adanya pembuluh darah di vilus yang membengkak
c. Proliferasi epitel tropoblas dengan derajat bervariasi
d. Tidak adanya janin dan amnion.
2. Mola Hidatidosa Parsial
Mola hidatidosa parsial disebut juga sebagai kehamilan tripoid yaitu suatu
kehamilan yang memiliki dua kromosom paternal dan satu kromosom maternal.
Kehamilan parsial terjadi ketika dua sperma membuahi satu ovum. Mola
hidatidosa parsial kadang hidup berdampingan dengan janin. Dalam kasus seperti
ini, janin biasanya memiliki kelainan bawaan dan tidak akan bertahan hidup
Perkembangan mola hidatidosa parsial yang berlangsung lambat pada sebagian
villi yang biasanya avaskular, sementara villi-villi berpembuluh lainnya dengan
sirkulasi janin plasenta yang masih berfungsi tidak terkena.
C. Etiologi
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui, faktor faktor yang dapat
menyebabkan antara lain :
1. Faktor ovum: ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat
dikeluarkan.
2. Imunoselektif dari Tropoblas
3. keadaan sosioekonomi yang rendah
4. paritas tinggi
5. kekurangan protein
6. infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas.
D. Faktor Risiko
Semua wanita usia reproduktif berisiko untuk kehamilan mola hidatidosa,
namun wanita yang lebih muda ( 16 tahun) atau yang lebih tua (240 tahun) berisiko dua
kali lipat dibandingkan dengan wanita usia 16-39 tahun. Sedangkan, wanita usia ? 50
tahun memiliki risiko tiga kali lipat kehamilan mola. Faktor lain yang mempengaruhi
wanita untu kehamilan mola yaitu berkaitan dengan genetika dan riwayat reproduksi.
Berikut faktor risiko untuk kehamilan mola hidatidosa :
1. Etnis Asia
Ada insiden yang lebih tinggi untuk angka kejadian kehamilan mola
hidatidosa di kawasan Asia. Perempuan dari etnis Asia berisiko dua kali lipat
lebih tinggi dari pada wanita non-etnis Asia.
2. Riwayat kehamilan mola hidatidosa sebelumnya
Wanita yang pernah mengalami kehamilan mola hidatidosa memiliki risiko
2 kali lipat dibandingkan dengan yang belum pernah mengalami kehamilan mola
hidatidosa.
3. Riwayat genetic
Terdapat penelitian yang membuktikan bahwa kehamilan mola hidatidosa
memiliki penyebab genetik terkait dengan mutasi gen pada kromosom 19.
4. Faktor makanan
Asupan rendah karotene dan rendah lemak hewani dikaitkan dengan
peningkatan risiko kehamilan mola hidatidosa sempurna, termasuk juga
kekurangan vitamin A.
5. Usia
Menurut Berek, ovum dari wanita yang lebih tua lebih rentan terhadap
pembuahan yang abnormal. Dalam sebuah penelitian, resiko untuk MHK
meningkat 2,0 kali lipat untuk wanita yang lebih tua dari 35 tahun dan 7,5 kali
lipat untuk wanita yang lebih tua dari 40 tahun.
E. Gejala Klinis
Kebanyakan wanita dengan kehamilan mola juga mengalami reaksi kehamilan
seperti wanita hamil normal. Wanita dengan kehamilan mola mengalami perdarahan
bercak coklat gelap pada akhir trimester pertama. Perdarahan pervaginam dari bercak
sampai perdarahan berat. Sifat perdarahan bisa intermiten selama berapa minggu
sampai beberapa bulan sehingga dapat menyebabkan anemia defisiensi besi. Hipertensi
dan hiperemesis akibat kehamilan sebelum umur kehamilan 20 minggu. Inspeksi pada
muka dan badan tampak pucat kekuning-kuningan atau disebut muka mola (mola face).
Pemeriksaan fisik ditemukan pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan, tidak
ditemuka ballotemen dan denyut jantung janin, keluar jaringa mola. Kadar hCG tinggi
dan tiroksin plasma juga mengalam peningkatan. Pemeriksaan USG terdapat gambaran
vesikula (badai salju) dan tidak terlihat janin.
F. Diagnosis
1. Klinis
a. Berdasarkan anamnesis
b. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi: muka dan kadang-kadang badan kelihatan kekuningan yang
disebut muka mola (mola face)
2) Palpasi :
a) Uterus membesar tidak sesuai dengan tuanya kehamilan, teraba
lembek
b) Tidak teraba bagian-bagian janin dan ballotement dan gerakan janin.
3) Auskultasi : tidak terdengar bunyi denyut jantung janin
4) Pemeriksaan dalam :
c) Memastikan besarnya uterus
b) Uterus terasa lembek
c) Terdapat perdarahan dalam kanalis servikalis
2. Laboratorium
Pengukuran kadar HCG yang tinggi maka uji biologic (Galli Mainini dan
Plano Test) akan positif setelah titrasi (pengenceran) : Galli Mainini 1/300 (+)
maka suspek mola hidatidosa.
3. Radiologi
a. Plain foto abdomen-pelvis : tidak ditemukan tulang janin
b. USG : ditemukan gambaran snow stroma tau gambaran seperti badai salju.
4. Uji Sonde (cara Acosta-sison)
Tidak rutin dikerjakan. Biasanya dilakukan sebagai tindakan awal
curretage.
5. Histopatologik
Dari gelembung-gelembung yang keluar, dikirim ke lab. Patologi Anatomi.