Professional Documents
Culture Documents
ABSTRAK
Aflatoksin adalah toksin yang sangat poten dan telah dikenal sebagai penyebab kanker hati. Di samping itu,
aflatoksin juga dapat menimbulkan gangguan penting lain. Terdapat empat jenis aflatoksin yaitu B1, B2, G1 dan G2.
Aflatoksin B1 merupakan karsinogen yang paling potensial. Paparan kronis aflatoksin menyebabkan terjadinya
penurunan imunitas dan terganggunya metabolisme protein dan berbagai mikronutrien yang penting bagi kesehatan.
Dilaporkan sekitar 4,5 miliar manusia yang tinggal di negara berkembang secara kronis terpapar oleh aflatoksin dalam
jumlah yang tidak terkontrol. Aflatoksin dapat mempengaruhi imunitas dan nutrisi manusia. Ada kemungkinan besar
bahwa 6 faktor risiko teratas yang diidentifikasi oleh WHO (yang meliputi 43.6% dari disability-adjusted life years
[DALYs]), seperti dengan halnya kanker hati, faktor-faktor risiko itu dipicu oleh aflatoksin. Di beberapa negara di
Afrika dan Asia, aflatoksin menyebabkan wabah aflatoksikosis akut dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi.
Bagi negara berkembang pencegahan terhadap paparan aflatoksin dilakukan dengan diterapkannya peraturan yang
membatasi konsentrasi terendah toksin yang diperkenankan terdapat di dalam makanan dan dengan cara kemoproteksi
serta enterosorbsi untuk meminimalkan paparan biologis.
Aflatoxin is the most potent toxic substance and has been recognized as a cause of liver cancer. It can also
cause other additional toxic effects. The four major aflatoxin are called B1, B2, G1 dan G2. Aflatoxin B1 is the most
potent natural carcinogen and is usually the major aflatoxin produced by toxigenic strains.Chronic exposure to
aflatoxin compromises immunity and interferes with protein metabolism and multiple micronutrients that are
critical to health. It was estimated that approximately 4.5 billions persons living in developing countries are
chronically exposed to largely uncontrolled amounts of the toxin. Aflatoxin affects human immunity and nutritional
status. There is a reasonable probability that the 6 top WHO risk factors [which account for 43,6% of the disability-
adjusted life years (DALYs)]are modulated by aflatoxin. Outbreaks of acute aflatoxicosis have reported from
countries in Africa and Asia and caused high morbidity and mortality. Preventing exposure to aflatoxin in developing
countries has been achieved by regulation that have required low concentration of the toxin in traded foods and
with chemoprotection, enterosorption to minimize biological exposure.
Korespondensi : aYenny
Bagian Farmakologi
41
Fakultas Kedokteran, Universitas Trisakti
Jl. Kyai Tapa No.260, Grogol Jakarta 11440
Tel. 021-5672731 eks. 2801, Fax. 021-5660706
E-Mail : stasia_mk@yahoo.com
Yenny Aflatoksin dan aflatoksikosis
42
Universa Medicina Januari-Maret 2006, Vol.25 No.1
kadar yang membahayakan. Kadar aflatoksin dan tingkat paparan terhadap aflatoksin.
yang diperkenankan pada bahan makanan Konsumsi aflatoksin dosis tinggi dapat
untuk manusia berkisar antara 4-30 parts per menyebabkan terjadinya aflatoksikosis akut
billion (ppb), tergantung dari negaranya. (5,6) yang dapat menimbulkan manifestasi
Sebaliknya, untuk padi-padian makanan hewan hepatotoksisitas atau pada kasus-kasus berat
ternak, konsentrasi aflatoksin sampai 300 ppb dapat terjadi kematian akibat fulminant liver
masih diperkenankan di Amerika Serikat. (7) failure. (8,9)
A s p e rg i l l u s o ry z a e d a n A s p e rg i l l u s Wabah aflatoksikosis akut akibat makanan
sojae merupakan dua spesies aspergilus yang yang tercemar oleh aflatoksin dosis tinggi
digunakan pada makanan hasil fermentasi yang dilaporkan pernah terjadi di Kenya, India,
banyak di konsumsi oleh orang Asia seperti Thailand dan Malaysia. (10,11) Pada tahun 2004,
kecap, miso, dan sake ternyata masih punya dilaporkan terjadinya wabah aflatoksikosis
hubungan erat dengan spesies aflatoksigenik akut yang luas di antara penduduk Kenya
A s p e rg i l l u s f l a v u s d a n A s p e rg i l l u s propinsi bagian timur dan menyebabkan
parasiticus. Walaupun demikian ternyata kematian sekitar 400 kasus. (12) Wabah ini
kedua jamur makanan ini tidak pernah terjadi akibat konsumsi maize (jagung) yang
memproduksi aflatoksin. Hal ini disebabkan tercemar aflatoksin dan merupakan wabah
adanya deletions dan defek genetik lainnya aflatoksikosis akut terberat yang pernah ada
menyebabkan tidak aktifnya jalur metabolisme di dunia. Tingginya jumlah kasus dan luasnya
a f l a t o k s i n p a d a A s p e rg i l l u s o r y z a e d a n area yang terlibat kemungkinan akibat
Aspergillus sojae. (8) aflatoksin yang mencemari maize beredar
melalui sistem distribusi regional (pasar).
EPIDEMIOLOGI Survei potong-lintang yang dilakukan Lewis et
al (1) berhasil mengumpulkan 350 sampel maize
Aflatoksin adalah salah satu dari di pasaran. Mereka menemukan sebanyak 192
substansi yang paling toksik yang dapat (55%) sampel mengandung aflatoksin pada
dijumpai secara alamiah. Keracunan oleh kadar di atas yang diperkenankan yaitu 20 ppb,
aflatoksin terjadi oleh karena konsumsi dari 121 (35%) sampel dengan kadar aflatoksin >
racun ini yang mencemari bahan makanan dan 100 ppb (lima kali kadar yang diperkenankan),
aflatoksikosis pada manusia dilaporkan dan 24 (7%) kadar aflatoksinnya > 1000 ppb.
dijumpai di banyak tempat di dunia. Badan Epidemi aflatoksikosis yang hampir sama
Pangan dan Pertanian (Food and Agriculture besarnya seperti yang terjadi di Kenya, pernah
Organization) memperkirakan bahwa dilaporkan terjadi di India bagian barat pada
kontaminasi mikotoksin meliputi sekitar 25% dari tahun 1974. (12) Wabah ini menyerang 397 orang
hasil pertanian di seluruh dunia. (1) Penyakit- dan menyebabkan 106 kematian. Tetapi oleh
penyakit yang disebabkan karena mengkonsumsi karena ada kemungkinan beberapa penderita
aflatoksin disebut aflatoksikosis. (8) Ditinjau dari tidak pergi berobat ke pusat-pusat kesehatan
segi kesehatan masyarakat, a f l a t o k s i n maka jumlah kasus sebenarnya dapat lebih
menempati tempat penting karena akibat yang besar dari yang dilaporkan. Peristiwa ini timbul
ditimbulkannya pada manusia, baik dalam berkaitan dengan musim hujan yang datang
jangka pendek maupun dalam jangka panjang. pada waktu yang tidak biasa yaitu pada saat
Aflatoksin mempunyai sifat karsinogenik dan panen sehingga maize hasil panen yang masih
hepatotoksik. Sifat ini tergantung pada lama basah dan belum cukup kering ini, yang
43
Yenny Aflatoksin dan aflatoksikosis
44
Universa Medicina Januari-Maret 2006, Vol.25 No.1
aflatoksin B1 (AFB1) merupakan yang paling dihubungkan dengan steatosis hepatik berat
toksik dan paling karsinogenik. Aflatoksin B2 dan kehilangan berat badan. (15)
bersifat karsinogenik ringan, kemungkinan AFB1 merupakan karsinogen yang poten
karena enzim ini sebagian kecil diubah jadi pada binatang, sehingga timbul perhatian
AFB1. (1) terhadap paparan aflatoksin konsentrasi
Manusia dapat terpapar oleh aflatoksin rendah dalam jangka panjang pada manusia.
dengan mengkonsumsi makanan yang Ta h u n 1 9 8 8 , I n t e r n a t i o n a l A g e n c y f o r
terkontaminasi oleh toksin hasil dari Research on Cancer (IARC) memasukkan
pertumbuhan jamur ini. Kadang paparan sulit AFB1 dalam golongan karsinogen pada
dihindari karena pertumbuhan jamur di dalam manusia. Hal ini didukung oleh sejumlah studi
makanan sulit untuk dicegah. Walaupun epidemiologi yang dilakukan di Asia dan
kontaminasi bahan makanan oleh aflatoksin Afrika yang menunjukkan hubungan positif
dalam jumlah besar tidak diizinkan di negara antara konsumsi aflatoksin dan karsinoma sel
berkembang, namun diperlukan perhatian hati. Sebagai tambahan, penyakit-penyakit
terhadap kemungkinan timbulnya efek samping pada manusia yang berkaitan dengan paparan
pada paparan aflatoksin kadar rendah dalam aflatoksin juga dipengaruhi oleh banyak faktor
bahan makanan. Gejala awal aflatoksikosis antara lain usia, jenis kelamin, status nutrisi,
yang dapat dikenali pada konsentrasi rendah dan infeksi bersamaan dengan agent penyebab
antara lain berupa menurunnya efisiensi lain seperti hepatitis virus. (16)
makanan, berkurangnya intake makanan,
menurunnya kecepatan pertumbuhan, rambut EFEK PAPARAN AFLATOKSIN
kasar dan kusam, meningkatnya prevalensi,
keparahan atau kegagalan terapi atau Ti n j a u a n m e n g e n a i e f e k p a p a r a n
vaksinasi penyakit-penyakit infeksi seperti: aflatoksin pada manusia masih menimbulkan
bloody dysentery, erisipelas, salmonellosis, berbagai pertanyaan seperti seberapa besar
pneumonia. (14) bahan pangan atau makanan di negara
Bila aflatoksikosis ini berlanjut maka berkembang mengalami kontaminasi dengan
dapat muncul sindrom penyakit yang ditandai jamur Aspergillus spp.? Berapa jumlah yang
dengan muntah, nyeri perut, edema paru, di konsumsi itu secara bermakna dapat
kejang, koma, dan kematian akibat edema otak menimbulkan gangguan kesehatan? Tidak
dan perlemakan hati, ginjal dan jantung. semua aflatoksin yang dikonsumsi itu berarti
Keadaan-keadaan yang meningkatkan secara biologis, sejumlah tertentu akan
kecenderungan untuk terjadinya aflatoksikosis didetoksifikasi dan paparan itu akan
akut pada manusia meliputi terbatasnya menimbulkan gangguan sistem biologis yang
ketersediaan makanan, kondisi lingkungan yang berlainan. (2) Berbeda dengan kejadian kanker
menguntungkan untuk berkembangbiaknya hati melalui paparan kronis aflatoksin yang
jamur di dalam hasil pertanian dan bahan-bahan mempengaruhi DNA sel hati, efeknya terhadap
dagangan, dan masih kurangnya sistem yang proses metabolisme lainnya dalam tubuh
mengatur monitoring dan kontrol aflatoksin. manusia belum seluruhnya diketahui. Tidak ada
Gejala aflatoksikosis yang paling menonjol pada data yang komprehensif dari negara
beberapa spesies seperti burung dan mamalia berkembang yang dapat digunakan untuk
antara lain hipolipidemia, hypercholesterolemia mengevaluasi luas dan beratnya akibat biologis
dan hypocarotenaemia d i m a n a h a l i n i dari paparan aflatoksin pada manusia.
45
Yenny Aflatoksin dan aflatoksikosis
46
Universa Medicina Januari-Maret 2006, Vol.25 No.1
aflatoksin dalam dosis 2-6 mg/hari selama satu kumulatif oleh karena paparan aflatoksin
bulan dapat menyebabkan hepatitis akut dan jangka panjang. International Cancer
kematian. (18) Research Institute menggolongkan aflatoksin
dalam karsinogen klas I.
Kanker hati Epidemi hepatitis virus B (HBV) dan
Aflatoksin bersifat karsinogenik pada hepatitis virus C (HCV) terjadi pada ±20 %
manusia dan hewan. Karsinoma hepatoselular populasi di negara berkembang memperlihatkan
secara umum diderita 500.000 orang tiap sinergisme yang kuat dengan aflatoksin sebagai
tahunnya di dunia, dengan 80% kejadian agen yang berperan dalam timbulnya kanker
ditemukan di negara berkembang dengan five hati. (13,19,20,24) Pada penderita dengan hepatitis
year mortality >95%. Karsinoma B surface antigen positif, aflatoksin memiliki
hepatoselular ini merupakan penyebab potensi 30 x lebih besar dibanding individu
morbiditas dan mortalitas terutama di Cina dan tanpa virus, dan risiko relatif untuk kanker pada
Afrika. (13,19,20) Meskipun data kanker hepar di penderita HBV meningkat dari 5 menjadi 60
negara berkembang sulit didapat secara rutin, kali bila pasien dengan HBV kemudian
diperkirakan kejadiannya berkisar antara 16- terpapar aflatoksin. Di beberapa daerah di
32 kali bila dibandingkan yang dijumpai di mana infeksi HBV terjadi bersamaan dengan
Eropa dan Amerika Serikat, yaitu kira-kira 2,5/ kontaminasi aflatoksin, hepatoma merupakan
100.000 dan menyebabkan kematian pada kanker yang predominan (64% kanker). Untuk
sekitar 8,8% dari seluruh kematian oleh karena meminimalkan risiko kanker hati penting sekali
penyakit kanker. menghindari paparan aflatoksin pada penderita
Hasil studi eksperimental pada hewan y a n g t e r i n f e k s i H B V d a n H C V. H a l i n i
menunjukkan AFB1 merupakan karsinogen disebabkan penderita dengan HBV positif
hati yang poten. Pemberian AFB1 melalui akan berkurang kemampuannya untuk
berbagai cara pemberian dapat menyebabkan mendetoksifikasi aflatoksin, sehingga
kanker hati pada mencit, tikus, ikan, marmot sinergisme ini merupakan faktor yang penting
dan monyet. Jenis kanker yang dapat untuk terjadinya kanker. Selain itu aflatoksin
disebabkan oleh AFB1 antara lain juga berperanan penting pada sistem imunologi
hepatoselular karsinoma, kanker colon dan dan kondisi nutrisi karena kemampuannya
ginjal (tikus), cholangiocellular carcinoma meningkatkan kadar paparan biologis.
( h e m s t e r) , a d e n o m a p a r u ( m e n c i t ) , Pemberian vaksinasi yang dilakukan terhadap
o s t e o g e n i c s a rc o m a , a d e n o c a rc i n o m a HBV lebih dianjurkan sebagai strategi yang
kandung empedu dan karsinoma pankreas lebih realistik dan lebih efisensi untuk
(monyet). Aflatoksin pada manusia terutama menurunkan insidens kanker hati daripada
dikenal sebagai agent yang dapat membersihkan makanan dari kontaminasi
menyebabkan kanker hati, walaupun kanker aflatoksin. (8)
paru ternyata merupakan risiko yang juga dapat Pada sampel yang berasal dari sebuah
ditemui pada pekerja yang menangani padi- daerah di Cina di mana risiko kanker hati
padi yang terkontaminasi. (21-24) Peningkatan sangat tinggi, AFB1 merupakan toksin
risiko hepatoma disebabkan mutasi pada gen- predominan yang ditemukan pada jagung
penghambat tumor P53 dan aktivasi dari dengan konsentrasi antara 9 dan 2496 ppm
onkogen dominan. Risiko kanker oleh karena dengan insiden kontaminasi 85%. Di antara
paparan aflatoksin telah diakui akibat dosis sampel yang dikumpulkan 76% di antaranya
47
Yenny Aflatoksin dan aflatoksikosis
melebihi batas konsentrasi aflatoksin yang spesies. Hewan yang mengkonsumsi makanan
diperkenankan di Cina yaitu 20 ppm pada yang terkontaminasi aflatoksin akan
jagung dan produknya bagi konsumsi manusia. terhambat pertumbuhan dan produktivitasnya.
Sampel maize dari Kenya (Afrika) di mana Aflatoksikosis yang terjadi pada anak
terjadi wabah aflatoksikosis terjadi, konsentrasi ternyata menyebabkan malnutrisi protein berat
aflatoksin B1 adalah 4400 ppm, 220 kali lebih (kwashiokor) Pernyataan ini didukung oleh
besar dari konsentrasi yang diperkenankan penelitian yang dilakukan pada anak-anak
oleh pemerintah Kenya yaitu 20 ppm.(1) berusia <5 tahun di Benin dan Togo dimana
semua anggota populasi penelitian terpapar
Supresi imunologis oleh aflatoksin (aflatoksin-albumin antara 5–
Efek supresi sistem imun oleh aflatoksin 1064 pg/mg albumin pada 99% anak)
kebanyakan didapatkan dari penelitian yang menunjukkan dose-response relation antara
dilakukan di peternakan atau menggunakan paparan aflatoksin dan derajat stunting dan
hewan coba yang terpapar kronis dengan underweight. (26) Terhadap sintesis protein
aflatoksin pada kadar yang cukup tinggi untuk aflatoksin dikatakan merupakan faktor yang
menimbulkan gejala seperti aflatoksikosis akut. memodulasi kecepatan penyembuhan dari
Paparan pada manusia lebih bervariasi oleh kwashiorkor, walaupun aflatoksin sendiri tidak
karena tingginya distribusi variasi kontaminan berperanan pada terjadinya hambatan
yang terdapat dalam makanan. In vitro, pertumbuhan yang biasanya menyertai kondisi
aflatoksin menghambat fungsi fagosit sel di atas.
monosit darah perifer manusia. AFB 1 pada Aflatoksin juga mempunyai pengaruh
konsentrasi ≥ 100 pg/ml bersifat sitotoksik terhadap vitamin dan beberapa mikronutrien.
terhadap monosit, dan pada konsentrasi 0,5 – Defisiensi vitamin A dapat timbul akibat
1 pg/ml menghambat aktivitas fagosit monosit paparan aflatoksin, sehingga bila kita dapat
dan intracellular killing dari Candida mencegah paparan aflatoksin mungkin akan
albicans. Efek imunosupresi aflatoksin dapat mengurangi kejadian defisiensi vitamin A.
dipindahkan dari plasenta dan mengenai fetus. Konsentrasi vitamin D juga akan dipengaruhi
Titer dari vaksinasi juga dapat dipengaruhi oleh oleh aflatoksin. Kadar aflatoksin 1 ppm dalam
paparan aflatoksin. Aflatoksin secara makanan akan mengurangi konsentrasi 25-
bermakna mengurangi respon antibodi terhadap hidroksi vitamin D [(25(OH)D] dan 1,25-
vaksinasi. Pada penelitian yang dilakukan dihidroksi vitamin D [1,25(OH) 2] dalam waktu
terhadap anak-anak di Gambia didapatkan fakta 5 hari. Seperti halnya vitamin A, vitamin D juga
kadar sekretoris imunoglubulin A (Ig A) lebih berperanan penting dalam mempertahankan
rendah pada anak yang terpapar oleh sistem imun sehingga aflatoksin juga dapat
a f l a t o k s i n . (25) E f e k t o k s i s i t a s a k u t , e f e k mempengaruhi sistem imun. Konsentrasi yang
karsinogenik, dan juga respon imun, secara adekuat dari besi dan selenium diperlukan bagi
variatif dijumpai pada perbedaan spesies. sistem imun, aflatoksin ternyata juga
mempengaruhi kedua mineral ini.
Gangguan nutrisi
Paparan kronis aflatoksin punya efek Pertanda biologis (biomarker)
utama pada status nutrisi hewan, tapi seperti Metoda yang sekarang paling disukai
halnya terhadap efek imunotoksisitas, ambang untuk mengukur paparan aflatoksin pada
dari efek ini tidak dapat didefinisikan bagi tiap manusia berasal dari analisis cairan tubuh. Hal
48
Universa Medicina Januari-Maret 2006, Vol.25 No.1
ini disebabkan karena tiap proses biokimiawi bahan pangan untuk memastikan keamanan
mempunyai waktu paruh yang khas di dalam bahan pangan tersebut, pendidikan dan
tubuh, sehingga paparan yang terjadi dalam bimbingan untuk melakukan panen maize
jangka waktu beberapa hari, minggu, dan bulan secara benar, mengeringkan dan menyimpan
dapat diukur. (1) Paparan aflatoksin yang baru hasil panen secara tepat dan memenuhi syarat.
terjadi direfleksikan di urine berupa eksresi Pendekatan tradisional untuk mencegah
langsung aflatoksin M 1 (AFM 1 ) dan produk paparan terhadap aflatoksin adalah dengan
detoksifikasi lainnya, tapi hanya fraksi kecil menjamin konsentrasi aflatoksin serendah
saja dari dosis yang dieksresi dengan cara ini. mungkin pada makanan yang dikonsumsi. Di
Pengukuran aflatoksin dan produknya di urine negara maju hal ini dicapai dengan mengatur
sangat bervariasi dari hari ke hari; ini konsentrasi terendah yang diperkenankan dari
menggambarkan besarnya variabilitas aflatoksin pada makanan yang diperjual-belikan.
kontaminan dalam sampel makanan. Atas Tapi pedekatan ini memiliki keterbatasan dan
dasar alasan ini, pengukuran AFM 1 yang hanya tidak berhasil diterapkan sebagai alat ukur di
dilakukan secara tunggal pada satu hari saja negara berkembang. (24)
tidak bisa dijadikan indikator yang dapat Usaha pencegahan kontaminasi sudah
dipercaya pada orang yang mengalami paparan dapat dimulai sebelum panen. Bagi kacang-
kronis. Pada orang yang mengalami paparan kacangan, kondisi lingkungan seperti
kronis, indikator yang digunakan dan lebih kekeringan selama masa pertumbuhan,
dapat diandalkan adalah konsentrasi aflatoksin- serangga, varietas dan karakteristik tanah telah
albumin yang diukur dari darah perifer; waktu terbukti merupakan faktor yang berperanan
paruhnya di dalam tubuh adalah 30-60 hari. untuk terjadinya kontaminasi sebelum panen.
Penting untuk diingat di sini, fraksi aflatoksin Kekeringan merupakan faktor predisposisi
yang dicerna diproses menjadi metabolit yang terjadinya kontaminasi, karena itu irigasi sangat
bervariasi. Konsentrasi biomarker yang telah penting peranannya untuk menjamin kualitas
diketahui tidak bisa digunakan untuk bahan pangan terutama di negara berkembang
memperkirakan total dosis atau jumlah di mana kerusakan yang ditimbulkan oleh
aflatoksin yang dimetabolisme. serangga tidak dikontrol oleh pestisida. Panen
biasanya dilakukan tanpa menggunakan mesin,
PENCEGAHAN TERHADAP PAPARAN dan proses pengeringan biasanya dikerjakan
AFLATOKSIN sangat tidak efisien dan tergantung dari cuaca.
Karena tergantung dari kondisi cuaca maka
Kasus-kasus keracunan aflatoksin di proses panen berjalan sangat lambat dan
dalam suatu keluarga atau di suatu daerah pengeringan yang tidak adekuat menimbulkan
biasanya terjadi secara reguler dan terabaikan risiko terjadinya kontaminasi.
begitu saja tanpa terdeteksi. Oleh karena itu, Proses kontaminasi bahan pertanian juga
upaya pencegahan harus dilakukan dengan dapat terjadi selama masa penyimpanan. Untuk
menitik-beratkan kepada implementasi secara menjaga kualitas selama proses penyimpanan,
ekstensif terhadap penggantian bahan pangan penting untuk mencegah aktivitas biologis
(food replacement), tanpa hal ini epidemi melalui proses pengeringan yang adekuat
aflatoksikosis akan terus terjadi. Langkah (kelembaban < 10%). Meskipun kondisi yang
jangka panjang yang perlu dilakukan adalah dibutuhkan untuk mencegah kontaminasi sudah
mengetatkan surveilans, meningkatkan inspeksi diketahui dengan baik, tapi tidak selalu mudah
49
Yenny Aflatoksin dan aflatoksikosis
50
Universa Medicina Januari-Maret 2006, Vol.25 No.1
51
Yenny Aflatoksin dan aflatoksikosis
10. CAST. Mycotoxins: risks in plant, animal, and 20. Luo RH, Zhao ZX, Zhou XY, Gao ZL, Yao JL. Risk
human systems. Task Force Report No. 139. Ames. factors for primary liver carcinoma in Chinese
IA: Council for Agriculture Science and population. World J Gastroenterol 2005; 11: 4431-
Technology; 2003. 4.
11. Lye MS, Ghozali AA, Mohan J, Alwin N, Nair RC. 21. Kelly JD, Eaton DL, Guengerich FP, Coulombe RJ.
An outbreak of acute hepatitic encephalopathy due Aflatoxin B sub(1) activation in human lung. Toxicol
to severe aflatoxicosis in Malayzia. Am J Trop Med Appl Pharmacol 1997; 144: 88-95.
Hyg 1995; 53: 68-72. 22. Desai MR, Ghosh SK. Occupational exposure to
12. AFRO Food Safety Newsletter Word Health airborn fungi among rice mill workers with special
Organization Food Safety Unit (FOS). Food safety reference to aflatoxin producing A. Flavus Strains.
in the African region. Food Safety Newsletter 2004; Ann Agric Environ Med 2003; 10: 159-62.
1: 1-8. 23. Georggiett OC, Muino JC, Montrull H, Brizuela N,
13. Wang JS, Huang T, Su J, Liang F, Wei Z, Liang Y, Avalos S, Gomez RM. Relationship between lung
Luo H, et.al. Hepatocellular carcinoma and aflatoxin cancer and aflatoxin B1. Rev Fac Cien Med Univ
exposure in Zhuqing Village, Fusui County, People’s Nac Cordoba 2000; 57: 95-107.
Republic of China. Cancer Epidemiol Biomarkers 24. Galvano F, Piva A, Ritieni A, Galvano G. Dietary
Prev. 2001; 10: 143-6. strategies to counteract the effects of mycotoxins:
14. Beasley V. Mycotoxins that affect the liver. New a review. J Food Prot 2001; 64: 120-31.
York: International Veterinary Information Service 25. Turner PC, Moore SE, Hall AJ, Prentice AM, Wild
(IVIS); 1999. CP. Modification of immune function through
15. Farfan JA. Aflatoxin B1-induced hepatic steatosis: exposure to dietary aflatoxin in Gambian children.
role of carbonyl compounds and active diols on Environ Health Perspect 2003; 111: 217-20.
steatogenesis. The Lancet 1999; 353: 747-48. 26. Gong YY, Cardwell K, Hounsa A, Turner PC, Hall
16. Animal Science Cornell University. Aflatoxins AJ, Wild CP. Dietary aflatoxin exposure and impaired
occurance and health risks. 2004; 1-8. growth in young children from Benin and Togo:
17. Azziz-Baumgartner E, Lindblade K, Gieseker K, cross sectional study. Br Med J 2002; 325: 20-1.
Rogers HS, Kierszak S, Njapau H, et al. Case-control 27. Maxuitenko YY, Curphey TJ, Kensler TW, Roebuck
study of an acute aflatoxicosis outbreak, Kenya, BD. Protection against aflatoxin B1-induced hepatic
2004. Environt Health Perspect 2005; 113: 1779-83 toxicity as a short-term screen of cancer
18. Krishnamachari KA, Nagarajan V, Ramesh VB, Tilak chemopreventive dithiolethiones. Fundamental and
TBG. Hepatitis due to aflatoxicosis: an outbreak in applied toxicology 1996; 32: 250-9.
western India. Lancet 1975; 1: 1061-3. 28. Phillips TD, Lemke SL, Grant P. Characterization of
19. Hall AJ, Will CP. Liver cancer in low and middle clay-based enterosorbents for the prevention of
income countries. B Med J 2003: 326: 994-5. aflatoxicosis. Adv Exp Med Bio 2002; 504: 157-73.
52