You are on page 1of 8

TUGAS SOFTSKILL

ETIKA PROFESI AKUNTANSI

Tugas

1. Cari jenis / kasus pelanggaran etika!


2. Lakukan analisis Sebagai berikut :
2.1.Pelanggaran apa (jenis Pelanggaran)?

2.2.Siapa yang melakukan pelanggaran?

2.3.Apa akibatnya

2.4.Apa tindakan pemerintah terhadap pelaku pelanggaran?

2.5.Melanggar UU pasal berapa (cari Undang-undangnya)!

1. Kesimpulan !

Jawaban :
1. KASUS PELANGGARAN ETIKA PROFESI
Untuk mengerjakan kasus perintah no.1, saya tidak mencari kasus yang ada di
dunia maya atau media. Tetapi, saya menulis sendiri apa yang pernah terjadi dengan saya
dan keluarga saya. Karena hal itu termasuk kasus pelanggaran etika profesi. Kasus yang
saya tulis ini pelanggaran etika profesi dibidang kesehatan. Banyak contoh kasus
pelanggaran etika profesi dibidang kesehatan, dan yang pernah terpublish dan heboh
salah satunya kasus Nyonya Prita dan RS omnni internasional. Kasus pribadi saya
memang tidak terpublish dan diangkat di media, tetapi kesalahan itu membuat seseorang
kehilangan nyawanya.
Ya.. kasus ini menimpa adik kandung saya yang berusia 3 thn kurang.
Kejadiannya 3 tahun lalu. 16 february 2011. Kejadian ini di salah satu Rumah Sakit
swasta ternama di Provinsi Banten.
Kejadiannya adik saya sakit, demam tinggi. Dan malam itu kami bawa ke Rumah
Sakit tersebut. Dan langsung masuk UGD. Kami juga belum tahu adik sakit apa. Masuk
UGD karena demam tinggi dan usianya masih balita. Kemudian dokter di ruang UGD
memeriksa. Dokter dan perawat bilang, “tidak apa-apa. Demamnya karena radang saja.
Tapi tetap dirawat ya, takut kenapa-kenapa nanti. Soalnya masih balita.” Ok. Orangtua
saya nurut, adik tetap dirawat inap di Rumah Sakit. Papah minta cek darah takutnya DBD
atau tifus. Tapi katanya hasilnya bagus, trombositnya bagus. Cuma radang. Kami bisa
mulai agak tenang.
Adik masuk rumah sakit sabtu malam minggu. Sampai minggu sore hasil masih
sama. Kalau adik baik-baik saja Cuma radang. Saat itu saya sedang pulang ke rumah.
Hari minggu saya harus balik ke depok untuk kuliah. Berat rasanya meninggalkan adik
masih sakit dirumah sakit. Sampai hari senin adik masih di rawat dan hasil yang perawat
bilang masih sama. Hanya dikasih obat dan obat. Tidak dicek lagi trombositnya. Hari
selasa pagi mama dan adikku yang ke-2 yang jaga di rumah sakit. Pagi-pagi mama
pencet bel untuk panggil perawat. Mama panik, adik gak sadar. Badannya basah, dingin,
terus badannya dipegang biru.suster datang, tapi dia dengan enaknya bilang “ini gak apa-
apa bu. Mau sembuh.” Perawat itu bukannya cek darah lagi. Tapi hanya ngukur suhu
tubuh dengan termometer dan memberi obat. Sampai pagi sekitar jam 06.30 pergantian
perawat, kondisi adik masih sama seperti semalam. Mama tekan bel lagi untuk
memanggil peawat. Kemudian perawat baru mengecek kondisi asik, dan baru mengambil
tes darah lagi. Dan hasilnya adik kena DBD, bukan radang yang dibilang dokter dan
perawat sebelumnya. Dan ternyata semalaman adik dalam masa kritis DBD, dan tidak
ditangani selayaknya menangani pasien sakit DBD. Karena telat penanganan, pembuluh
darah adikku sampai pecah. Aku yang masih ada di depok mendengar kBr itu langssung
pulang. Aku langsung dating ke rumah sakit. Adik sudah ada di ruang ICU. Adik sudah
tidak sadarkan diri. Banyak selang dimana-mana. Badannya sudah biru. Kami minta di
rujuk ke rumah sakit di Jakarta. Tapi tidak diijinkan. Mungkin sudah terlanjur lalai, takut
ketahuan pihak rumah sakit lain. Sampai papah bilang “ bagaimanapun caranya anak saya
harus ditangani dan sembuh. Dan berapapun biayanya. Tenang saja! Yang penting anak
saya selamat!”
Tapi dokter sudah pasrah dan menyerah. Tapi menyerah tanpa penanganan yang
layak. Dan yang membuat kami sekeluarga sakit dokter .hanya bilang “tunggu saja
selama 24jam dari sekarang. Daya tahan tubuhnya yang bekerja”
Sampai keesokan paginya tanggal 16 february 2010, adik meninggal. Tanpa
penanganan yang layak.
Kami sekeluarga sangat-sangat kecewa dan trauma. Ini memang takdir, tapi cara
kepergiaan adik yang tidak pantas. Kelalaian rumah sakit. Dan ternyata, kasus seperti
yang dialami kelurga saya di rumah sakit itu bukan yang pertama. Tapi sudah banyak
korban lainnya sebelum adik saya.
2. Pelanggaran apa (jenis Pelanggaran)
Termasuk pelanggaran etika profesi dokter dan pelanggaran Rumah Sakit.
3. Siapa yang melakukan pelanggaran?
Yang melakukan pelanggaran :

1. Dokter
2. Perawat
3. Rumah Sakit
4. Apa akibatnya
Akibatnya, seorang pasien yang sakit yang masuk rumah sakit ingin sembuh dan
dapat penanganan medis yang tepat malah kehilangan nyawanya gara-gara kelalaian
dokter, perawat dan rumah sakit. Salah asumsi salah hasil hipotesis, hingga penanganan
salah, nyawa pasien juga hilang.
5. Apa tindakan pemerintah terhadap pelaku pelanggaran?
Pemerintah seharusnya member sanksi terhadap dokter, perawat dan rumah sakit
itu. Untuk dokter nya mungkin tidak di ijinkan praktek lagi. Dan untuk rumah sakitnya di
awasi dengan baik lagi. Dapat pengawasan lebih lagi.
6. Melanggar UU pasal berapa (cari Undang-undangnya)!

Pasal 5

Konsil Kedokteran Indonesia berkedudukan di ibukota negara Republik Indonesia.

Bagian Kedua

Funsi, Tugas, dan Wewenang

Pasal 6

Konsil Kedokteran Indonesia mempunyai fungsi peraturan, pengesaha, serta pembinaan dokter
dan dokter gigi yang menjalankan praktik kedokteran, dalam rangka meningkatkan mutu
pelayanan medis.

Dalam hal seorang dokter diduga melakukan pelanggaran etika kedokteran (tanpa melanggar
norma hukum), maka ia akan dipanggil dan disidang oleh Majelis Kehormatan Etik Kedokteran
(MKEK) IDI untuk dimintai pertanggung-jawaban (etik dan disiplin profesi)nya. Persidangan
MKEK bertujuan untuk mempertahankan akuntabilitas, profesionalisme dan keluhuran profesi.
Saat ini MKEK menjadi satu-satunya majelis profesi yang menyidangkan kasus dugaan
pelanggaran etik dan/atau disiplin profesi di kalangan kedokteran. Di kemudian hari Majelis
Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI), lembaga yang dimandatkan untuk
didirikan oleh UU No 29 / 2004, akan menjadi majelis yang menyidangkan dugaan pelanggaran
disiplin profesi kedokteran.

Bagian Ketiga

Pemberian Pelayanan

Paragraf 1

Standar Pelayanan

Pasal 44

(1) Dokter atau dokter gigi dalam menyelenggarakan praktik kedokteran wajib mengikuti standar
pelayanan kedokteran atau kedokteran gigi.

(2) Standar pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibedakan menurut jenis dan strata
sarana pelayanan kesehatan.
(3) Standar pelayanan untuk dokter atau dokter gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.

Paragraf 2

Persetujuan Tindakan Kedokteran atau Kedokteran Gigi

Pasal 45

(1) Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh dokter atau dokter
gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan.

(2) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah pasien mendapat
penjelasan secara lengkap.

(3) Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya mencakup :

a. diagnosis dan tata cara tindakan medis;

b. tujuan tindakan medis yang dilakukan;

c. alternatif tindakan lain dan risikonya;

d. risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; dan

e. prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.


(4) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diberikan baik secara tertulis maupun
lisan.

(5) Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang mengandung risiko tinggi harus
diberikan dengan persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak memberikan
persetujuan.

(6) Ketentuan mengenai tata cara persetujuan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) diatur dengan
Peraturan Menteri.

Hak dan Kewajiban Pasien

Pasal 52

Pasien, dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran, mempunyai hak:

a. mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 45 ayat (3);

b. meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain;

c. mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis;

d. menolak tindakan medis; dan

e. mendapatkan isi rekam medis.


Pasal 53

Pasien, dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran, mempunyai kewajiban :

a. memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya;

b. mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter gigi;

c. mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan; dan

d. memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

You might also like