Professional Documents
Culture Documents
(JAMKESDA)
ABSTRACT
The implementation Of National Social Health Insurance by BPJS-Health that has been started on January,
I, 2014 gives an impact to integrating local health insurance into national scheme.This study aims to
describe implementation of local social health insurance as a basic in formulating policy model which
allows integration of local health insurance, particularly in the area of management, benefit packages, and
government payed member in the frame of health decentralization policy. Study design is embedded
multicases, using case study interpretatif method. Primary and secondary data were collected by explorative
approach. Study area includes implementation of social local health insurance at 33 provinces, conducted in
2013-2014. Results of this study show a gap in understanding and capacity of local authorities in managing
local health insurance; various characteristics of local social health insurance in term of local monetary
capacity, benefit packages, management, and government payed member. This study recommends to
accomodate public health effort financing into benefit packages scheme, perception equalizing between
national and local policy maker in understanding policy steps, and giving more flexibility for
province/district/municipal in local social health insurance integration policy.
Keywords: Integration, local social health insurance, national social health insurance
ABSTRAK
Pemberlakuan Jaminan Kesehatan Nasional terhitung I Januari 2014 dengan pengelolaan terpusat melalui
BPJS Kesehatan berdampak pada integrasinya Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) ke dalam Jaminan
Kesehatan Nasional. Penelitian bertujuan memperoleh gambaran implementasi jaminan kesehatan daerah
sebagai dasar bagi formulasi model kebijakan yang mampu mengintegrasikan sistem Jamkesda.khususnya
dalam manajemen pengelolaan, paket manfaat maupun penerima bantuan iuran dengan tetap berlandaskan
pada kerangka desentralisasi. Desain penelitian merupakan multikasus terjalin, menggunakan metode case
study interpretatif melalui pendekatan eksploratif dengan pengumpulan data primer dan sekunder. Area
penelitian meliputi pelaksanaan Jamkesda di 33 provinsi, dilakukan tahun 2013-2014. Hasil penelitian
menunjukkan adanya kesenjangan dalam pemahaman dan kemampuan daerah dalam mengelola Jamkesda
masing-masing provinsi; beragamnya karakteristik jaminan kesehatan daerah dari sisi kemampuan fiskal
daerah, paket manfaat, manajemen pengelolaan, kepesertaan penerima bantuan iuran. Disarankan untuk
pengutamaan pembiayaan upaya kesehatan masyarakat dalam paket manfaat, penyamaan persepsi dan
pemahaman pelaku kebijakan dalam memahami langkah kebijakan, serta memberikan ruang fleksibilitas
yang lebih besar bagi daerah dalam kebijakan integrasi jamkesda.
179
Kesehatan Vol. 13 No 3, September 2014 : 179-189
180
imi. Yulianis R & Bet -yon
Persepsi jajaran keschatan tentang (M. I las■
181
Jur-nail kologi Kesel-um) Vol. 13 No 3. ',eptember 2(114 : 1-9-189
182
Persepsi jajaran kesehatan tentang Hasyimi, Yulianis 1( & Betry on )
183
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 13 No 3, September 2014: 179-189
184
Persepsi jajaran kesehatan tentang ...(M. Hasyimi. Yulianis R & r■
on I
185
Jurnal aologi Kesehatan Vol. 13 No 3, September 2014 179-189
iuran (PBI) dan peserta Jamkesda mandiri. warga yang mengalami bencana/kejadian luar
Peserta penerima bantuan iuran diperuntukan biasa. Pelayanan ini ditanggung oleh dana
bagi masyarakat tidak mampu yang pengaman daerah untuk pelayanan di tingkat
mempunyai pendapatan di bawah atau sama daerah, dan dana Pemerintah Provinsi
dengan upah minimal (UMP) dengan disiagakan (floating fund) apabila biaya
prioritas diberikan bagi keluarga yang melebihi beban di tingkat kota. Premi diatur
mempunyai bayi, ibis hamil dan balita. oleh Perda sebesar Rp.5.000,- untuk tidak
Peserta PBI diusulkan oleh walinagari/lurah. membebani peserta yang berasal dari
Masyarakat yang sudah diusulkan golongan kurang/tidak mampu. Pembayaran
pemerintahan nagari/Iurah/desa selanjutnya untuk Iayanan dasar dilakukan dengan
diverifikasi oleh Tim Penanggulangan menggunakan kapitasi dan untuk layanan
Kem iskinan Daerah kabupaten/kota, dan lanjutan dilakukan menggunakan klaim
kemudian ditetapkan dengan SK dengan tarif INA-CBGs. PT. Askes sebagai
bupati/walikota. pengelola hanya melakukan verifikasi
administrasi agar tidak terjadi petrtbayaran
Peserta Jamkesta Provinsi Gorontalo
ganda.
adalah seluruh penduduk PrOvinsi Gorontalo
yang mempunyai kartu identitas (KTP/kartu Dalam hal kepesertaan, pendaftaran
keluarga) dan belum memiliki jaminan peserta Jamkesda di Provinsi Kepulauan Riau
kesehatan apapun yang ditetapkan oleh dilakukan dengan menggunakan SKTM dan
keputusan bupati/walikota. Kepesertaan KK/KTP, dengan pengecualian di Kabupaten
Jamkesta Provinsi Gorontalo dibuktikan Anambas yang hanya menggunakan
dengan kepemilikan Kartu Jamkesta. Anak KTP/KK. luran bersumber. dari dana sharing
yang terlahir dari pasangan peserta Jamkesta Provinsi dan kabupaten/kota dengan
Provinsi Gorontalo secara otomatis menjadi perbandingan 2:1 atau 66% : 33%, dengan
peserta Jamkesta dengan menunjukkan akta sasaran penduduk tidak mampu yang berada
kelahiran atau surat keterangan lahir. Pada di wilayah Kepulauan Riau.
akhir tahun 2012, Jamkesta Provinsi
Gorontalo menambah jumlah kepesertaannya
hingga menjamin seluruh masyarakat yang PEMBAHASAN
belum memiliki asuransi kesehatan apapun.
Kebijakan Pola Paket Manfaat
Dengan demikian Provinsi Gorontalo telah
rnenuju pendapatan universal health Pada awal pembentukannya, Jam inan
coverage (UHC). Kesehatan Daerah (Jamkesda) merupakan
jaminan kesehatan yang bersifat
Jamkesda NTT ditujukan untuk
komplementer terutama terhadap Jaminan
masyarakat miskin yang belum terlindungi
KeSehatan Masyarakat (Jamkesmas). Pada
oleh jaminan kesehatan lainnya seperti
perkembangannya, pola paket manfaat yang
Jamkesmas dan Jamsostek. Di
ditawarkan oleh Jamkesda seringkali
kabupaten/kota. perl indungan ini
mengacu secara langsung pola paket manfaat
menggunakan dana pengamanan daerah
yang ditawarkan oleh Jamkesmas.
masing-masing. Dana Pemerintah Provinsi
digunakan untuk masyarakat yang belum Potensi hambatan di dalam
terdaftar, hanya dengan membawa SKTM pemberian paket manfaat antara lain
dan KTP. Hal ini hanya berlaku di fasilitas disebabkan kemampuan anggaran yang
pelayanan kesehatan yang termasuk ke dalam berbeda di masing-masing daerah, misalnya
jaringan pelayanan provinsi. Untuk beberapa antara Provinsi Riau dan Aceh disatu sisi dan
daerah seperti Kabupaten Belu, premi diatur Provinsi NTT disisi lain. Sebagaimana
oleh Perda sebesar Rp.1.000,- untuk tidak diungkapkan Normand dan Weber (1994)
membebankan peserta yang. berasal dari bahwa dalam menentukan essential benefit
golongan kurang (tidak) mampu. package dari sisi ekonomi salah satunya
tergantung pada level pembangunan negara
Jamkesda DKI Jakarta ditujukan
tersebut. Kesulitan akibat perbedaan
untuk masyarakat miskin yang belum
kemampuan antar wilayah ini juga terjadi di
terlindungi oleh jaminan kesehatan lainnya
Amerika Serikat dalam menentukan essential
seperti Jamkesmas dan Jamsostek dan untuk
benefit package terkait pelaksanaan the
186
on)
Persepsi jajaran kesehatan tentang (.M. I lasyirni, Yulianis R & Betr■
Affordable Act. Amerika Serikat memberikan peningkatan akses kepada asuransi kesehatan
fleksibilitas bagi setiap negara bagian dalam .merupakan suatu hal yang penting tidak
menentukan paket manfaat • namun harus hanya untuk Negara berkembang tetapi juga
mencakup 10 essential benefits yang harus untuk Negara maju (Vallee, AQ. dkk, 2012).
ada dalam seluruh skema pembiayaan tanpa
Pola sasaran PBI merupakan salah
batasan waktu dan jumlah, antara lain
satu isu penting kebijakan di dalam, program
mencakup layanan gawat darurat, rawat inap,
jaminan kesehatan terutama Jamkesda untuk
laboratorium, pelayanan maternal, anak,
memastikan bahwa pengalokasian sumber
kesehatan jiwa dan NA PZA, ambulatory care
daya yang terbatas tersebut dapat
(outpatient). obat dengan resep, layanan
didistribusikan secara efektif kepada target
preventif, layanan rehabilitatif dan perawatan
sasaran yang benar-benar membutuhkan.
gigi dan mata bagi anak.
Pola sasaran di dalam kebijakan kesehatan
Dalam mengintegrasikan Jamkesda, melibatkan sebuah tata aturan dan upaya
Pemerintah Pusat harus menentukan layanan yang sistematis untuk memfokuskan/
mendasar yang harus berlaku secara nasional mengkonsentrasikan sumber daya
sehingga perbedaan manfaat yang selama ini Pemerintah yang terbatas tersebut secara
terjadi dapat disetarakan. Disisi lain, peluang efektif kepada rakyat miskin, tidak mampu,
terjadinya dinamika politik karena terdapat berketerbatasan, dan rentan terhadap resiko
manfaat JKN yang tidak sebanding dengan termasuk resiko dunia kerja. Definisi ini
Jamkesda sebelumnya dapat diminimalisir. memberikan arti bahwa keluaran dari
kebijakan pengentasan kemiskinan dapat
Perbedaan lainnya yang terjadi antar
dicapai dengan efektif apabila sumber daya
daerah dalam pemberian paket manfaat
yang terbatas tersebut dapat didistribusikan
adalah keberadaan pelayanan promotif dan
secara efektif kepada masyarakat yang benar-
preventif dalam paket manfaat Jamkesda. Di
benar membutuhkan sesuai target
sebagian daerah pelayanan promotif dan
pengentasan kemiskinan.
preventif kurang mendapat perhatian. Hal ini
terutama dapat dikaitkan dengan kurangnya • Hasil analisis menekankan beberapa
kejelasan mengenai bentuk pelayanan hal. Pertama, bahwa kemiskinan bukanlah
promotif dan preventif yang dimaksud. Salah merupakan hal yang statis dan tidak rentan
satu faktor utamanya adalah kurangnya perubahan. Akurasi, val iditas, dan
penekanan bahwa promotif dan preventif pembaharuan data kemudian menjadi hal
merupakan pelayanan yang setara dengan sangat krusial. Fakta bahwa kemiskinan
pelayanan kuratif. Jika layanan promotif dan adalah dinamis berarti bahwa pola sasaran
preventif diterapkan secara tegas dalam paket dengan basis indikator kemiskinan dapat
manfaat dalam JKN, maka dapat menjadi menjadi tidak reliabel atau relevan dalam
faktor yang akan mendorong JKN berjalan jangka waktu tertentu.
lebih baik.
Kedua, faktor portabilitas yang
seringkali menjadi hambatan di dalam
Jamkesda. Hal ini berpotensi menimbulkan
Kebijakan Pola Sasaran Penerima
tumpang tindih data jika Pemerintah tidak
Bantuan Iuran
mampu mengintegrasikan data antar wilayah
Akses kepada pelayanan kesehatan secara baik. Peran Pemerintah Pusat untuk
adalah hak asasi manusia. Universal dapat menghimpun data dalam satu payung
coverage belum tuntas mencapai tujuannya kelembagaan sehingga prinsip portabilitas
meningkatkan kesehatan penduduk dan dalam JKN dapat berjalan secara optimal.
memperkecil disparitas sosial bila belum
Ketiga, ternyata terdapat keterikatan
mencakup penduduk yang tidak terjamin.
antara iuran dengan alokasi APBD untuk
Pada tahun 2008, Komisi WHO Jamkesda. Terjadi peningkatan alokasi dana
untuk Social Determinants of Health Jamkesda di APBD dari tahun ke tahun pada
menerbitkan laporan yang menyatakan daerah-daerah yang sepenuhnya menjamin
bahwa inekuiti membunuh rakyat dalam layanan jaminan sosial dengan paket manfaat
jumlah besar. Di antara rekomendasi yang melalui APBD. Penggunaan dana talangan
disampaikan dalam laporan tersebut, (floating find) tanpa kontrol yang ketat
187
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 13 No 3, September 2014 : 179-189
188
Persepsi jajaran kcsehatan tentang ...(M. Hasyimi, Yulianis R & &Afyon)
Yin. RK. (2008). Saudi Kaszis Desain dan Aletode. Undang-undang Nomor 4i)-Tahun 2004 tentang Sistem
Rajawali Pers; Jakarta. • Jaminan Sosial Nasional
Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011, tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-Undang Dasar 1945
189