Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
Universitas Sriwijaya
xii
kapal keruk, dan pengembangan Bucket Wheel Dredges (BWD) yang nantinya akan
menggantikan kapal keruk jenis Bucket Line yang mempunyai kemampuan gali
sekitar 70 meter kubik dibawah permukaan laut.
PT.Timah (Persero) Tbk memproduksi 26.204 ton bijih timah dan menjual
23.718 metrik ton logam timah di tahun 2013. Kinerja produksi turun rata-rata
sebesar 12% dari tahun 2012, sedangkan kinerja penjualan turun sekitar
sepertiganya. Untuk penambangan bawah laut PT.Timah (Persero) Tbk bisa
menggunakan Kapal Isap Produksi dan Kapal Keruk. Sejalan dengan semangat Go
Offshore Go Deeper yang terus digelorakan perusahaan,yakni mengintensifkan
penambangan di laut, sebanyak 75% dari seluruh bijih timah yang diproduksi tahun
2013 berasal dari lepas pantai.
Kerja praktek ini dilaksanakan dari tanggal 24 Juli sampai 24 Agustus 2017
Unit Laut Bangka, PT. Timah (Persero), Tbk. Kecamatan Belinyu, Kabupaten
Bangka, Provinsi Bangka Belitung.
Universitas Sriwijaya
xii
Ruang lingkup kerja praktek ini berfokus pada aktivitas penambangan dan
pengolahan bijih timah pada Kapal Isap Produksi (KIP) 17 Timah di Laut Cupat
Luar. Pembahasan hanya mencakup hasil pengamatan di lapangan pada Kapal Isap
Produksi Timah 17 milik PT. Timah (Persero), Tbk.
Metode penulisan laporan yang digunakan dalam kerja praktek ini adalah sebagai
berikut:
1. Studi kepustakaan
2. Pengamatan lapangan
3. Pengumpulan data
3.1 Data primer
Universitas Sriwijaya
xii
Data primer didapatkan dari pengamatan langsung di lapangan, yaitu Kapal Isap
Produksi Timah 17 dengan beberapa cara sebagai berikut:
a. Observasi
b. Wawancara
Universitas Sriwijaya
xii
BAB 2
TINJAUAN UMUM
Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak pada daerah The
Southeast Asia Tin Belt yaitu Jalur Timah Asia Tenggara atau disebut juga Sabuk
Timah Asia Tenggara. Para peneliti timah di Indonesia, Malaysia dan Thailand,
berpendapat bahwa bijih timah alluvial ditemukan oleh penduduk setempat dan
didulang dengan cara yang sederhana. Konon awalnya ditemukan secara tidak
sengaja bahwa pasir hitam yang ditemukan ini berubah warna menjadi logam
keperakan ketika dibakar.
Pada tahun 1724, dalam pencarian timah di Bangka telah dikenal alat bor
cina yang dinamakan “Ciam” atau “Tsyam” atau “Cam” . Alat ini dalam publikasi
ilmiahnya bernama “Chinese Stick, atau dalam bahasa Belanda disebut “Stick boor”
yang dalam bahasa Indonesia berarti “bor tusuk”, sesuai dengan cara kerjanya. Arti
harfiah dari “ciam” adalah Ujung Runcing. Pada tahun 1786 untuk pertama kalinya
Universitas Sriwijaya
xii
timah Bangka muncul dalam publikasi ilmiah yang ditulis oleh Baron. F. Van
Wurmb, dengan judul : Over Mijnen (Goud, tin enz) in Ned. Oost-indie en Malaka.
Pada tahun 1853, di Bangka mulai diadakan penelitian geologi yang terbatas
pada aspek-aspek mineralogi dan kimia (Crookewit, Alther). Pada tahun 1858
seorang ahli tambang, Ir. J.E. Akeringa menciptakan peralatan bor baru yang
kemudian dikenal dengan nama Bor Bangka (Bangka Drill). Sejak tahun 1885 Bor
Bangka mulai digunakan. Peralatan ini digunakan untuk pemboran lapisan alluvial
dengan kedalaman kurang dari 40 meter. Hampir seluruh eksplorasi mineral berat
dari lapisan tanah sekunder pada tahap tertentu menggunakan Bor Bangka.
Memasuki abad 19, mulailah ditemukan lapisan alluvial dalam, di mana Bor
Bangka sudah tidak mampu menembusnya. Maka, diciptakanlah berbagai
modifikasi alat bor yang berbasis pada Bor Bangka.
Salah satu kegiatan yang tidak terpisahkan dari eksplorasi dan penemuan
bijih timah adalah kegiatan pengukuran. Pengukuran dengan menggunakan sistem
Universitas Sriwijaya
xii
optik telah dikenal sejak tahun 1942, sedangkan pengukuran dengan menggunakan
sinyal radio mulai diterapkan pada tahun 1966 dalam kegiatan eksplorasi di laut.
Pengukuran mutakhir dengan mengunakan GPS (Global Positioning System) mulai
digunakan semenjak tahun 1990.
Eksplorasi di laut diawali pada tahun 1952 sejak diciptakan Ponton Bor
Kontiki dan Tahiti. Pada tahun 1966 dibuatlah Kapal Bor Pelatuk dilengkapi
dengan alat bor yang sanggup mengebor hingga kedalaman 78 meter dan dilengkapi
dengan alat Geofisik Laut Sparker. Beberapa jenis ponton bor yang dikenal
kemudian diantaranya adalah Elevate Drilling Rig KB Bintang, Drilling Barge
Belibis, dan Drilling Barge yang dilengkapi dengan Seismic Geomin. Penambangan
timah pada awalnya sangatlah mengandalkan tenaga manusia, barulah pada
pertengahan abad ke-19 dimulainya penambangan modern, dengan mulai
digunakannya mesin uap pada kegiatan penambangan, semenjak saat itu teknologi
dan metode penambangan timah pun berkembang pesat.
Universitas Sriwijaya
xii
Ditinjau dari lembaga yang mengurusnya sampai saat ini PT. Timah
(Persero) Tbk secara berturut – turut dikelola oleh :
1. Masa Kolonial
a. Bangka Tin Winning Bedrijft (BTW)
b. Gemeenschaappelijke Mijnbouw Maatschaappij Billiton (GMB)
c. Singkep TIN Exploitatie Maatschappij (SITEM)
2. Era 1953 – 1958
a. Ketiga perusahaan Belanda tersebut dilebur menjadi tiga perusahaan
negara terpisah yaitu:
b. BTW menjadi PN Tambang Timah Bangka
c. GMB menjadi PN Tambang Timah Belitung
Universitas Sriwijaya
xii
Universitas Sriwijaya
xii
Hingga saat ini PT. Timah (Persero), Tbk terus berupaya untuk memberikan
yang terbaik dalam hal produksi timah dari hulu hingga ke hilir guna mendapatan
timah yang berkualitas dan memenuhi permintaan pasar serta untuk menjaga
eksistensi perusahaan. Kantor pusat perusahaan berdomisili di Pangkal Pinang,
Provinsi Bangka Belitung dan memiliki wilayah operasi di Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung, Provinsi Riau, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara serta
Cilegon, Banten.
a. Unit Kundur
Universitas Sriwijaya
xii
PT Timah (Persero) Tbk Unit Produksi Darat terdiri dari Tambang Besar,
Tambang Non Konvensional, Tambang Semprot, dan Tambang Skala Kecil.
Terbagi 4 wilayah produksi (waprod) yaitu Waprod Bangka Selatan, Waprod
Bangka Utara, Waprod Bangka Barat dan Waprod Bangka Tengah.
PT Timah (Persero) Tbk Unit Tambang Belitung terdiri dari tambang besar,
tambang non konvensional, tambang semprot, dan tambang semprot konvensional.
Terbagi atas 2 wilayah produksi (waprod) yaitu waprod Belitung, waprod dan
Belitung Timur.
105o BT – 108o BT. Secara geografis Pulau Bangka sendiri berbatasan dengan:
Universitas Sriwijaya
xii
Bangka mempunyai luas ± 12.700 km2. Bentuk Pulau Bangka memanjang ke arah
Tenggara dari arah Barat sepanjang 180 km.
Wilayah perairan Laut Cupat dan Laut Air Katung termasuk ke dalam salah
satu wilayah izin usaha pertambangan yang dikelola oleh PT. Timah (Persero), Tbk
bagian Unit Laut Bangka (ULB), dimana kantor bagian ULB berlokasi di
kecamatan Belinyu, Kabupaten Bangka, Provinsi Bangka Belitung.
Lokasi penambangan bijih timah yang dilakukan oleh Kapal Isap Produksi
Timah 17 berada di wilayah Laut Cupat Luar. Berdasarkan wilayah pemerintahan
daerah, Laut Cupat Luar termasuk wilayah Kecamatan Belinyu, Kabupaten Bangka
Utara.
Universitas Sriwijaya
xii
Sumber: “Job Descriptions KIP Unit Laut Bangka PT. Timah (Persero),
Tbk.”,Perencanaan dan Pengembangan SDM PT. Timah (Persero), Tbk., Pangkal
Pinang.
Iklim di Pulau Bangka dipengaruhi oleh iklim musim, yaitu: musim hujan
dan musim kemarau. Periode musim hujan terjadi antara bulan Oktober sampai
bulan Maret dengan variasi suhu udara antara 220 C sampai dengan 26,30 C.
Universitas Sriwijaya
xii
Sedangkan daerah Belinyu memiliki iklim tropis basah (tropical humid climate)
seperti pada daerah lainnya di Indonesia. Curah hujannya berkisar antara 1528 –
2708 mm/tahun, dengan rata-rata 2608 mm/tahun. Sedangkan jumlah hari hujan
setiap tahunnya berkisar antara 80 -251 hari, dengan rata-rata 154 hari/tahun.
2.5.1 Topografi
Bentang alam Pulau Bangka secara umum merupakan dataran rendah,
kecuali pada daerah-daerah tertentu bergelombang (berbukit) dengan puncak yang
jarang mempunyai ketinggian 500 m. Relief yang terjadi pada umumnya tidak
begitu besar, terdapat sejumlah gunung, yakni bagian utara terdapat Gunung Maras
(700 m), bagian barat terdapat Gunung Menumbing (450m), di bagian tengah
terdapat Gunung Mangkol (380 m), dan di daerah Bangka Utara terdapat Gunung
Pelawan.
2.5.2 Morfologi
Pulau Bangka secara umum dapat dikatakan sebagai suatu daerah yang
hampir rata, karena telah mencapai stadium peneplain. Di atas dataran ini muncul
beberapa bukit yang letaknya saling terpisah dan merupakan gunung terpencil atau
“monad rock“. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa daerah Bangka sudah
mencapai tingkatan tua (Old Age Stage), karena itu wilayah Bangka terdiri dari
satuan morfologi rendah dan batuan morfologi perbukitan bergelombang.
Universitas Sriwijaya
xii
Satuan ini terdiri dari endapan alluvial, rawa dan pantai yang menempati
bagian sebelah barat, timur dan utara wilayah Pulau Bangka dengan luas sekitar
46% berketinggian kurang dari 50 meter di atas permukaan laut. Di bagian barat
dataran alluvial ini cukup luas dengan lebar 1 km dari pantai. Terdapat di
sepanjang daerah sungai-sungai sepanjang pantai sebagai akibat pengaruh pasang
atau kenaikan permukaan laut. Sedangkan di bagian timur dan utara tidak begitu
luas lebarnya kurang dari 1 km dari pantai.
c. Formasi Tanjung genting berupa perselingan batu pasir malih, batu pasir,
batu pasir lempungan dan batu pasir dengan lensa batu gamping, setempat
dijumpai oksida besi. Berlapis baik, terlipat kuat, terkekarkan dan
tersesarkan, dengan tebal lapisannya 250 m - 1.250 m. Di dalam batu
gamping ditemui fosil Montlivaultia molukkana (J. Wenner), Peronidella
Universitas Sriwijaya
xii
d. Granit Klabat berupa batuan, granodiorit, adamalit, diorite dan diorit kuarsa,
serta dijumpai retas aplit dan pegmatite. Terkekarkan dan tersesarkan dan
menerobos diabas Penyabung. Umur dari analisa radiometri menunjukkan
umur 217±5 atau Trias Akhir masa mesozoikum jura.
f. Kompleks pemali berupa filit dan sekis dengan sisipan kuarsit dan lensa batu
gamping terkekarkan, terlipat, tersesarkan dan diterobos oleh granit klabat,
De Roever (1951) menjumpai fosil berumur Perem pada batu gamping di
dekat Air Duren sebelah Selatan-Tenggara Pemali. Umur satuan diduga
Perem masa paleozoikum paleosen, dengan lokasi tipe di daerah Pemali.
Periukan terjadi dalam tiga tahap.Tahap pertama yang berarah timur laut –
barat daya, terbentuk pada Paleozoikum Akhir, kedua berarah barat laut – tenggara
pada Trias – Jura dan ketiga berarah timur laut – barat daya pada kapur. Pola sesar
yang berarah utara – selatan merupakan fasa (pola) sesar yang paling muda.
Universitas Sriwijaya
xii
Di daerah Pulau Bangka tersusun oleh formasi batuan beku, sedimen dan
batuan sedimen. Batuan sedimennya terdiri atas lapisan tanah liat, lempung,
lempung pasiran dan lainnya. Batuan sedimen ini juga merupakan batuan tua yang
mengalami penerobosan oleh intrusi batuan granit pada batuan samping. Sehingga
pada batuan sampingnya mengalami perubahan bentuk ke batuan metasedimen.
Proses pembentukan bijih timah berasal dari magma cair yang mengandung
mineral Cassiterite (SnO2). Pada saat intrusi batuan granit naik ke permukaan bumi,
maka akan terjadi fase pneumatolitik, dimana terbentuk mineral-mineral bijih
diantaranya bijih timah. Mineral ini terakumulasi dan terasosiasi pada batuan granit
Universitas Sriwijaya
xii
Ada dua jenis endapan timah yang dijumpai didaerah jalur timah Indonesia
ini, yaitu timah primer dan timah sekunder. Endapan timah primer dijumpai
umumnya berupa pengisian vein kuarsa-tourmalin yang tidak ekonomis untuk
dilakukan penambangan. Endapan timah sekunder adalah cadangan timah utama
yang ditambang oleh PT. Timah (Persero) Tbk. Berikut ini adalah jenis endapan
timah, yaitu :
Pada umumnya bentuk endapan timah berupa vein yang terjadi pada saat
intrusi granit berlangsung pada batuan samping yang diintrusi, batuan ini akan
terangkat sedikit terlipat dan membentuk retakan-retakan yang hampir tegak
dengan tubuh granit lalu retakan tersebut diisi oleh larutan magma yang
mengandung timah.
Universitas Sriwijaya
xii
1) Pelapukan
Akibat dari pelapukan ini, batuan yang keras dan besar berubah menjadi
batuan kecil, peristiwa ini disebut sebagai pelapukan fisik, sedangkan bila batuan
tersebut dipengaruhi oleh unsur organik atau air sehingga mineral yang terdapat
dalam batuan itu bersenyawa karena proses kimia dan menyebabkan batuan
tersebut berubah menjadi lunak atau menjadi mineral lain, peristiwa ini disebut
dengan pelapukan kimia.
2) Erosi
Universitas Sriwijaya
xii
Pada endapan sungai alluvial, maka air sangat berperan utama sebagai
media di dalam proses pengikisan terhadap batuan, lalu mengangkut dan
mengendapkannya pada daerah yang jauh dari tempat asalnya.
3) Transportasi
4) Pengendapan
Seperti yang telah kita ketahui dari suatu sistem sungai dimana setelah
terjadi pengikisan lalu terbawa oleh air material tersebut akan diendapkan pada
bagian terendah (lembah). Namun demikian, pengendapan juga terjadi pada daerah
hulu atau bagian tengah. Ini sangat tergantung pada kecepatan air, jumlah muatan
sedimen dalam sungai serta berat jenis dari mineral yang diendapkan.
Umumnya apabila kita menyusuri sungai akan tampak bahwa material yang
besar-besar akan diendapkan pada daerah hulu sehingga dapat dikatakan semakin
jauh terendapkannya material dari batuan sumbernya maka butiran atau fragmen
material akan semakin halus. Pengetahuan ini sangat berguna bagi kita untuk
mengetahui posisi dari peletakan mineral bijih maupun material kerikil dan pasiran
dalam suatu daerah pengendapan alluvial. Dari bermacam-macam endapan aluvial,
hubungannya satu lingkungan pengendapan dengan lingkungan pengendapan
lainnya akan memiliki perbedaan karakteristik endapan alluvial. Pada lokasi
cadangan lepas pantai Laut Kebiang, endapan bijih timah (Sn) tersebut berasal dari
endapan bijih timah primer (Sn) yang mengalami proses sedimentasi. Sehingga
akhirnya berubah bentuk menjadi endapan bijih timah sekunder yang terdiri dari :
Universitas Sriwijaya
xii
Lapisan tanah atas merupakan lapisan penutup atau overburden yang tidak
mengandung bijih timah atau mengandung bijih timah yang sangat sedikit sekali
sehingga tidak ekonomis untuk diproses pada instalasi pencucian sementara pada
KIP. Lapisan tanah atas ini menutupi lapisan kaksa yang mengandung banyak bijih
timah. Pada umumnya lapisan tanah atas berupa lumpur dan lempung liat. Lapisan
ini digali namun tidak diproses di instalasi pencucian melainkan dialirkan ke bandar
tailing untuk kemudian dibuang sebagai tailing.
2) Lapisan Kaksa
Universitas Sriwijaya
xii
Endapan bijih pada dasar laut merupakan endapan sekunder, yaitu endapan
yang telah mengalami perpindahan dari sumber atau tempat asalnya. Pada
umumnya, endapan bijih timah sekunder yang berada pada lapisan kaksa
merupakan endapan aluvial, yaitu endapan yang terjadi karena tertransportasi jauh
dari sumbernya oleh sungai. Semakin jauh dari sumbernya, ukuran dari mineral
yang diendapkan makin kecil.
3) Lapisan Kong
Lapisan kong merupakan lapisan tanah keras yang terletak di bawah lapisan kaksa,
dimana pada lapisan ini tidak mengandung timah atau hanya sedikit mengandung
timah sehingga tidak ekonomis untuk digali. Penggalian biasanya hanya dilakukan
sampai batas kong, yaitu batas antara lapisan kaksa dan lapisan kong (Gambar 2.4).
Universitas Sriwijaya
xii
Kekerasan : 6-7
Belah : Baik
Transparansi : Opaque
Universitas Sriwijaya
xii
Universitas Sriwijaya
xii
Mineral cassiterite ini lah yang kemudian di lebur untuk didapatkan unsur
Sn nya saja. Peleburan unsur Sn pada PT.Timah (Persero) Tbk dilakukan di Pusat
Peleburan Bijih Timah (PPBT) di Mentok, Bangka Belitung. Setelah menjadi
logam, timah memiliki sifat fisik yang berbeda dengan mineral pembawanya. Sifat
fisik timah itu dapat di lihat pada (Tabel 2.2
Fase solid
Universitas Sriwijaya
xii
Sumber: CRC Handbook of Chemistry and Physics (ed. ke-86). Boca Raton (FL):
CRC Press. ISBN 0-8493-0486-5.
No atom 50
Universitas Sriwijaya
xii
Sumber: CRC Handbook of Chemistry and Physics(ed. ke-86). Boca Raton (FL):
CRC Press. ISBN 0-8493-0486-5.
a. Ilmenite (FeTiO3)
Universitas Sriwijaya
xii
b. Zircon (ZrSiO4)
Memiliki warna merah pucat atau orange dengan berat jenis 4,2 – 4,7
gr/cm3. Zircon bersifat non konduktor dan non magnet serta sebagai bahan
zirconia untuk industry keramik
Universitas Sriwijaya
xii
NO NAMA RUMUS B.J KEKERASAN MAGNET LISTRIK
MINERAL KIMIA
yang sangat berpengaruh dalam bijih timah yang memiliki perbedaan warna,
kekerasan, berat jenis, sifat kelistrikan, dan sifat kemagnetan dapat dilihat pada
(Tabel 2.4)
Universitas Sriwijaya
xii
Bijih timah yang dihasilkan pada KIP Timah 17 memiliki kadar Sn yang
berkisar antara 60–70% yang selanjutnya diproses di Pusat Pencucian Bijih Timah
(PPBT) untuk dipisahkan dari mineral ikutannya sehingga kadarnya dapat
ditingkatkan hingga mencapai 72 -74% sebagai syarat utama peleburan.
Selanjutnya bijih timah akan diolah di Pusat Metalurgi (Pusmet) di Muntok guna
ditingkatkan kadarnya hingga mencapai 90% dan ditingkatkan kembali kadarnya
dengan menggunakan proses electrorefinering untuk menghilangkan kandungan
pengotor (impurities) terutama kandungan timbal hingga dicetak menjadi timah
batangan dengan kadar 99,99% (Timah four nine).
Sumber daya adalah endapan mineral yang berada di suatu wilayah, baik
yang sudah diketahui atau pun yang bersifat potensi. Berdasarkan kelengkapan data
eksplorasi yang telah dilakukan, maka sumber daya timah di wilayah ini
diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu :
Sumber daya terukur, yaitu sumber daya timah yang dihitung untuk daerah
yang data eksplorasinya lengkap dan cukup rapat, sehingga keyakinan kebenaran
penyebarannya tinggi.
Sumber daya terunjuk, yaitu sumber daya timah yang dihitung untuk daerah
yang ada data eksplorasinya kurang lengkap, sehingga keyakinan kebenaran
penyebarannya tidak terlalu tinggi.
Universitas Sriwijaya
xii
Sumber daya tereka, yaitu sumber daya timah yang dihitung untuk daerah
diluar batas sumber daya terunjuk yang data eksplorasinya sangat kurang, sehingga
keyakinan kebenaran penyebarannya juga sangat kurang.
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
Kapal Isap Produksi (KIP) merupakan salah satu alat penambangan yang
di gunakan untuk menambang bijih timah lepas pantai (off shore) selain kapal
keruk. KIP melakukan penambangan dengan cara menggali lapisan tanah dengan
menggunakan cutter yang terpasang pada ujung ladder. Hasil galian tersebut
kemudian dihisap oleh pipa hisap yang terhubung dengan pompa tanah dan
kemudian di teruskan ke pipa tekan menuju unit pencucian dan pengolahan yang
terletak di dalam kapal tersebut. (PT.Timah (Persero),Tbk , 2013).
Universitas Sriwijaya
xii
air laut. Kemampuan penggalian setiap KIP berbeda-beda dengan KIP lainnya Hal
ini disebabkan oleh berbedanya spesifikasi alat seperti panjang ladder dan
kemampuan daya hisap pada tiap kapal isap produksi. (Kaimi, M., Situmorang,
Pahala , 2013).
Secara garis besar bagian dari kapal isap dibagi kedalam 2 bagian utama
yaitu (PT.Timah, (Persero),Tbk, 2014):
Universitas Sriwijaya
xii
Pontoon pada kapal isap produksi terbuat dari besi berongga yang berbentuk
seperti kapsul. Rongga ponton kedap air sehingga air tidak dapat masuk ke dalam
ponton. Selain berfungsi sebagai alat apung, ponton juga berfungsi untuk
menyimpan cadangan HSD (bahan bakar Solar) serta cadangan air tawar.
Pontoon terbagi kedalam empat bagian utama yaitu dua pontoon bagian
dalam dan dua pontoon bagian luar. Pontoon tersebut di bagi kedalam beberapa
kompartement. Pembagian kedalam beberapa compartment berguna jika terjadi
kebocoran pada pontoon agar tidak mempengaruhi seluruh pontoon sehingga air
yang masuk hanya pada satu compartment saja. Dengan demikian kapal masih tetap
terapung diatas permukaan air.
Selain sebagai alat apung. Bentuk pontoon yang menyerupai kapsul berupa
silinder pada kapal isap berguna untuk meminimalisir dampak arus air laut terhadap
kapal sehingga kapal lebih hydrodinamis dan tidak mudah terbawa arus dari
samping.
Universitas Sriwijaya
xii
C. Rangka belakang
Pada bagian atas yaitu tempat untuk dapur dan tempat bersantai bagi para
awak kapal sedangkan bagian bawah merupakan tempat untuk menahan beban yang
berasal dari mesin kapal yaitu berupa mesin propeller pendorong, swing kanan dan
kiri Bandar tailing dan tempat penyimpanan timah.
Gambar 3.2. Rangka Kapal (Sumber : Dept. Perawatan dan Perbengkelan , ULB)
Gaya putar cutter bersungsi untuk memberaikan tanah yang akan di isap
oleh pompa tanah melalui pipa isap. Putaran cutter pada KIP memiliki kecepatan
maksimum 24 rpm.
Universitas Sriwijaya
xii
Gaya isap pompa tanah berfungsi untuk menghisap tanah hasil dari
pemberaian oleh gaya putar cutter menuju unit pencucian mineral. Selain itu gaya
ini juga dapat memperlemah dinding tanah yang belum digali oleh cutter sehingga
dinding tersebut dapat runtuh dengan sendirinya dan memudahkan cutter untuk
memberainya.
1. Metode Rotary
Universitas Sriwijaya
xii
2. Metode Spudding
Merupakan metode penggalian dengan cara memutar kapal mulai dari 90º
hingga 1800. Metode ini digunakan untuk memfokuskan penggalian pada daerah
yang banyak mengandung timah. Selain itu metode ini juga berfungsi untuk
menghindari kapal kandas pada pengoperasian di laut dangkal sehingga timbunan
tailing tidak mengelilingi kapal. Pada saat cuaca buruk metode ini digunakan guna
memposisikan kapal searah dengan arah gelombang sehingga kapal tidak terbalik
akibat gelombang yang mengarah ke samping kapal.
3. Metode Kombinasi
Universitas Sriwijaya
xii
2. Sistem penggalian untuk cadangan yang berada pada daerah yang memiliki
kedalaman air yang dangkal dengan lapisan tanah penutup yang lebih tebal di
bandingkan dengan kedalaman air dengan perbandingan 3 : 1, ketebalan tanah 30
m dan kedalaman air 10 m maka dilakukan dalam dua tahap yaitu pembuatan
kolong dan penggalian lapisan kaksa. Pembuatan kolong dibuat seluas mungkin
disesuaikan dengan kedalaman lapisan kaksa. Hal ini dilakukan untuk mencegah
terjadinya pendangkalan pada lapisan kaksa akibat dari timbunan tailing hasil
pengupasan.
3. Sistem penggalian pada daerah yang di pengaruhi oleh keadaan alam seperti
gelombang, arus yang kuat dan kecepatan angin yang tinggi maka penggalian dapat
dilakukan dengan cara berikut:
Universitas Sriwijaya
xii
Dalam penggalian pada lapisan tanah yang keras dan liat lebih sulit
dilakukan seperti pada jenis tanah lempung liat. Pada jenis tanah ini penggalian
dilakukan dengan memperlebar bukaan kolong untuk mencegah runtuhan dinding
yang menyebabkan tertimbunnya ladder. Kecepatan putaran cutter pada keadaan
ini digerakkan lebih lambat.
Universitas Sriwijaya
xii
Universitas Sriwijaya
xii
1. Screening
Universitas Sriwijaya
xii
menuju Bandar tailing untuk di buang. material yang ada di saring putar harus di
kondisikan terjadinya kontak dengan lubang-lubang saring putar agar butiran
material yang sesuai ukuran dapat lolos tanpa hambatan.
2. Concentration
Menurut PT. Timah (Persero), Tbk. (2013), pada proses pengolahan timah,
penggunaan metode magnetic separator dan electrostatic separation kurang efektif
di lakukan karena timah merupakan logam yang bersifat non magnetic sehingga
pada proses pemisahan, timah akan terbawa bersama kuarsa menjadi tailing. Oleh
karena itu, sistem yang cocok di terapkan pada kapal isap produksi (KIP) adalah
pemisahan berdasarkan gravity concentration yaitu pemisahan suatu mineral yang
didasarkan oleh perbedaan berat jenis mineral berharga dan mineral pengotor
dengan menggunakan media air. Ditambahkan lagi metode gravity concentration
menggunakan media air yang sangat mudah didapatkan didaerah penambangan
offshore. Proses pemisahan gravity consentration pada KIP dilakukan dengan
menggunakan alat yaitu jig, dan sakan dikarenakan efisien tempat dan hasil
konsentrat mendekati 70% Sn. Alat Jig yang digunakan di KIP ada dua jenis yaitu
jig primer dan jig clean up. Berikut ini rangkaian proses pemisahan yang ada pada
kapal isap produksi yaitu:
Universitas Sriwijaya
xii
2) Pompa isap mengisap feed dan meneruskannya melalui pipa tekan kedalam
saring putar (revolving screen).
3) Saring putar memiliki fungsi untuk memisahkan material berdasarkan
ukuran (sizing). Ukuran yang tidak lolos dari saring putar akan keluar
menjadi tailing (overflow) sedangkan yang lolos (underflow) akan keluar
menuju proses jigging yaitu jig primer.
4) Hasil underflow dari saring putar kemudian di proses oleh jig primer dengan
memanfaatkan berat jenis mineral. Mineral dengan berat jenis lebih besar
dari bed akan lolos menjadi underflow menuju jig clean up, sedangkan yang
memiliki berat jenis lebih kecil daripada bed akan terbuang sebagai tailing
(overflow).
5) Jig clean up memiliki fungsi memisahkan mineral berdasarkan perbedaan
berat jenis. Underflow dari jig clean up akan menjadi konsentrat dengan
kadar ±50 % Sn sedangkan overflow dari jig clean up akan menjadi tailing.
Universitas Sriwijaya
xii
BAB 4
PEMBAHASAN
Kegiatan produksi yang baik adalah selain tercapai target produksi juga
diiringi dengan tidak adanya kecelakaan kerja. Untuk mencegah terjadinya
kecelakaan kerja, diperlukan standar keamanan dan keselamatan kerja yang
memadai bagi seluruh awak kapal yang bekerja di wilayah laut.
Salah satu bentuk K3 yang diterapkan oleh Unit Laut Bangka PT. Timah
(Persero), Tbk adalah penggunaan alat proteksi diri (APD) yang diwajibkan bagi
setiap pekerja kapal. Alat proteksi diri merupakan alat-alat yang berfungsi untuk
melindungi para awak kapal saat sedang bekerja dengan tujuan untuk mencegah
terjadinya kecelakaan kerja.
Universitas Sriwijaya
xii
Alat proteksi diri wajib digunakan oleh para awak kapal saat bekerja
ataupun dalam perjalanan menuju kapal dan saat berada di lingkungan kerja kapal.
Alat proteksi diri ini terdiri dari life vest, safety shoes, safety helmet, dan earplug.
1) Life Vest, merupakan pelampung yang harus selalu digunakan pekerja pada
saat menjalankan tugas. Dimana alat ini dapat membuat pekerja mengapung
diatas air selama kurang dari tiga jam apabila terjatuh didalam air.
2) Safety Shoes, merupakan sepatu yang dapat melindungi kaki pekerja dari
benturan maupun jatuhan benda keras serta mencegah pekerja terpeleset
saat dilingkungan yang basah atau licin.
3) Safety Helmet, digunakan untuk melindungi kepala pekerja dari benturan
serta jatuhan benda dari atas.
4) Earplug, berfungsi untuk melindungi gendang telinga pekerja dari suara
bising mesin yang ada di kapal.
Universitas Sriwijaya
xii
Saat ini, PT. Timah (Persero), Tbk memiliki 18 unit KIP buatan sendiri,
dimana masing-masing kapal dinamai Kapal Isap Produksi TImah (KIP Timah) dan
diberi nomor pada akhir kapal sesuai urutan pembuatnya, dimulai dari KIP Timah
1 hingga KIP Timah 19, dengan melewatkan nomor urut 13.
Kapal Isap Produksi Timah 17 (KIP Timah 17) merupakan salah satu kapal
isap produksi yang dimiliki oleh PT. Timah (Persero), Tbk. Kapal ini dibuat pada
tahun 2012 dari hasil kerjasama antara PT. Timah (Persero), Tbk dan PT. Dok dan
Perkapalan Air Kantung (PT. DAK), serta mulai beroperasi sejak tahun 2013. Kapal
ini mempunyai spesifikasi khusus yang berbeda dari kapal buatan Thailand.
Konstruksi utama dari KIP Timah 17 memiliki panjang total 85,1 meter,
lebar total 18,6 meter, dan tinggi total 11,4 meter. KIP Timah 17 merupakan kapal
tipe vessel merupakan cutter suction dregger, dimana dalam proses penggaliannya,
kapal ini menggunakan cutter untuk memberai tanah dan menggunakan pompa
tanah untuk menghisap tanah yang terberai melalui pipa hisap yang berada dibawah
cutter untuk kemudian dialirkan menuju instalasi pencucian yang ada di KIP.
Sketsa KIP dapat dilihat pada (Lampiran C).
Universitas Sriwijaya
xii
produksi yang kurang baik. Dimana hasil terbaik produksi bijih timah pada bulan
februari 2015 dengan jumlah bijih timah sebesar 20,84 ton Sn dari jumlah target
sebesar 25 ton. Sedangkan hasil produksi bijih timah terburuk terjadi pada bulan
November 2015, bijih timah yang diproduksi hanya sebesar 0,1 ton dari target
produksi pada bulan tersebut sebesar 20 ton Sn. Hal ini disebabkan oleh banyaknya
kerusakan peralatan penggalian seperti patahnya ladder kapal.
Jumlah hari kerja adalah ±30 hari per bulannya dan dibagi menjadi tiga jam
kerja dengan rentang waktu delapan jam untuk setiap aplos. Jam kerja aplos satu
dimulai dari jam 06.00 hingga 14.00, lalu jam kerja aplos dua dimulai dari jam
14.00 hingga 22.00, dan jam kerja aplos tiga dimulai dari 22.00 hingga 06.00.
Pada KIP Timah 17 terdiri dari empat aplos, yaitu aplos A, aplos B, aplos
C, dan aplos D, dengan sistem kerja enam hari kerja dan tiga hari libur, dimana
selama enam hari kerja tersebut karyawan dari aplos menetap di kapal. Dalam hal
ini yang berada di kapal hanya dua aplos, satu aplos libur dan satu aplos merupakan
aplos harian yang biasanya bertugas dalam perawatan alat gali, peralatan pencucian,
dan mesin. Untuk memaksimalkan jumlah produksi, KIP tetap beroperasi pada hari
libur nasional atau hari libur lainnya agar dapat mencapai target produksi yang lebih
baik.
Setiap KIP dikepalai oleh seorang kepala kapal yang bertugas mengawasi seluruh
karyawannya, mulai dari karyawan harian, karyawan aplos, nahkoda, dan juru tata
Universitas Sriwijaya
xii
usaha. Bagian harian bertugas melakukan pengecekan seluruh peralatan yang ada
di kapal sedangkan bagian aplos bertiugas untuk mengoperasikan kapal.
Untuk bagian tata usaha bertugas untuk melakukan koordinasi dengan petugas
transport untuk keperluan logistik, seperti mensuplai makanan dan air tawar untuk
crew kapal.
Aplos dibagi menjadi empat, dan setiap aplos dikepalai oleh kepala aplos. Setiap
aplos terdiri dari petugas yang mengawasi jalannya peralatan operasional kapal,
seperti mandor pencucian, masinis, juru mudi, serta petugas pencucian, dan petugas
mesin aplos.
Berdasarkan Surat Keputusan Direksi PT. Timah (persero) Tbk No : 1282 /Tbk/ SK
– 0000/ 2013 – B1 tanggal 17 Juli 2013 maka ditetapkan bahwa susunan organisasi
dan ketenagakerjaan pada KIP Timah 17 adalah seperti yang dapat dilihat pada
gambar 4.3 dibawah ini.
Kepala KIP
Timah 17
Petugas Petugas
Pencucian 1 Pencucian
Petugas
Pencucian 2
Juru
Mesin/Listrik
Juru Mudi
Universitas Sriwijaya
4.2.3 Proses Penggalian Bijih Timah pada KIP Timah 17
Sebelum melakukan penambangan bijih timah, operator harus dapat
menentukan terlebih dahulu dimana lokasi yang akan dilakukan penggalian.
Operator menggunakan peta rencana kerja (RK) dan profil bor (Lampiran D) yang
didapat dari hasil eksplorasi sebagai pedoman untuk menentukan lokasi penggalian.
Setelah sampai pada koordinat yang dituju, langkah awal yang harus
dilakukan adalah membuka kolong kerja. Untuk mengupas lapisan tanah atas, KIP
Timah 17 menggunakan metode kombinasi yang diawali dengan metode rotary
yaitu memutar kapal hingga 360o hingga mencapai lapisan kaksa. Diameter kolong
kerja berkisar antara 20-40 meter disesuaikan dengan jenis lapisan tanah yang akan
digali. Diameter 20 meter digunakan untuk jenis lapisan tanah yang cukup keras
dan tidak mudah longsor sedangkan diameter 40 meter digunakan untuk jenis
lapisan tanah yang berlumpur atau tanah hasil tailing dari kapal keruk.
Arah penggalian kapal saat menggali lapisan kaksa sangat ditentukan oleh
kapten kapal. Keputusan ini didasari dengan hasil penggalian yang terlihat pada
saring putar dan juga koordinasi dengan bagian pencucian yang mengukur
banyaknya jumlah timah yang dihasilkan. Jika data dari profil bor menunjukkan biji
timah terdapat pada lapisan kasar berkerikil sedangkan material yang terlihat pada
saring putar tidak berkerikil lagi, ditambah dengan pemberitahuan dari bagian
pencucian bahwa timah yang dihasilkan sedikit, maka operator dapat memutuskan
untuk mengubah arah penggalian. Dalam hal ini bagian pencucian akan
memberikan informasi kepada juru mudi dengan alarm yang ada di ruang komando.
Jika alarm berbunyi satu kali berarti hasil yang didapatkan buruk, jika alarm
berbunyi dua kali berarti hasilnya cukup bagus, sedangkan jika alarm berbunyi tiga
kali berarti hasil yang didapatkan baik.
Universitas Sriwijaya
xii
Kegiatan penggalian ini dilakukan pada lokasi yang di dominasi lapisan tanah
lempung liat, dimana lempung liat ini merupakan material yang memperlambat
kemampuan putaran alat gali (cutter).
Universitas Sriwijaya
xii
a. Cutter
Cutter atau pisau pemotong merupakan alat utama yang berperan sangat
penting dalam proses penggalian pada KIP. Hal ini dikarenakan cutter berfungsi
sebagai alat gali, alat potong, dan alat untuk memberai lapisan tanah. Cutter terletak
pada ujung ladder sehingga dapat melakukan kontak langsung dengan lapisan tanah
yang akan digali.
Cutter pada KIP Timah 17 merupakan tipe circular steel cutter yang terbuat
dari bahan besi baja yang keras sehingga tidak mudah haus karena gesekan dengan
tanah. Sumber tenaga penggerak cutter berasal dari mesin hidrolik bagian kanan
kapal.
Pondasi dasar dari cutter berbentuk lingkaran dengan diameter luar 180 cm
dan diameter dalam 160 cm. Pondasi dasar ini, terdapat bagian besi melengkung
yang menyatu pada lingkaran besi kecil dibagian atasnya. Besi yang melengkung
ini disebut daun atau blade yang berjumlah enam buah untuk tiap cutter. Tinggi
dari pondasi dasar hingga ujung blade adalah 85 cm. Lingkaran kecil pada ujung
blade memiliki diameter 35 cm yang befungsi sebagai tempat untuk memasukkan
cutter ke ujung ladder dengan dikunci oleh bearing.
Universitas Sriwijaya
xii
Pada bagian blade, terdapat bagian besi runcing yang menonjol keluar yang
disebut kuku cutter. Kuku cutter memiliki panjang ±32 cm dan berjumlah sembilan
buah pada setiap blade, sehingga total kuku pada cutter berjumlah 54 buah. Bagian
kuku cutter biasanya yang paling cepat aus, sehingga harus diganti dengan kuku
besi baru dengan cara pengelasan pada tiap jadwal perawatan rutin (preventif
maintenance). Pada KIP Timah 17, penggantian kuku cutter rata-rata setiap tiga
bulan sekali.
Kehandalan daya isap pompa sangat ditentukan oleh kualitas kinerja cutter
dalam operasional penggalian. Kinerja cutter dilihat dari jumlah putaran per menit
(rpm). Terdapat lima tingkatan kecepatan (step speed) dari putaran cutter, dengan
kecepatan putaran maksimal 24 rpm. Ada pun tingkatan putarannya dimulai dari
Jika kerusakan cutter sudah sangat berat, maka cutter harus diganti dengan
cutter yang baru. Cutter yang baru biasanya diolesi oli pada seluruh bagiannya
dengan tujuan memperlambat proses pengkaratan pada cutter yang baru dipakai.
Universitas Sriwijaya
xii
b. Ladder
Ladder merupakan suatu rangka besi panjang pada KIP yang berfungsi
sebagai tempat penempatan bagi cutter, pompa tanah, pompa isap, serta pipa tekan.
Panjang ladder pada setiap KIP berbeda-beda dan menjadi penentu seberapa besar
kedalaman penggalian yang mampu dilakukannya. Ladder pada KIP Timah 17
memiliki panjang total 58 meter dengan kedalaman galian maksimal ± 50 meter dan
sudut penggalian maksimal sebesar 60o. Ladder ditunjukkan pada gambar 4.5.
Konstruksi ladder terdiri dari besi siku dan plat sebagai dindingnya. Ujung
dari ladder dipasang cutter dan pangkal ladder dipasang as sebagai tumpuan untuk
menaikturunkan ladder.
Pada bagian dalam, terdapat pompa tanah yang berjarak ±10 meter dari cutter
dan dibagian belakangnya terdapat as joint, pompa yang berfungsi sebagai
penggerak pompa. Lalu pada dinding ladder bagian atas, terdapat pipa tekan yang
berfungsi untuk mengalirkan material atau feed hasil penggalian menuju instalasi
pencucian.
Di bagian muka tengan ponton dan rangka kapal, terdapat bagian yang
terbuka yang disebut beun yang menjadi tempat ladder untuk dinaikturunkan.
Antara ladder dan beun terdapat celah ±15 cm di sisi kiri dan kanannya. Celah ini
penting untuk mencegah terjadinya benturan antara ladder dan beun pada saat
ladder dinaikturunkan.
Universitas Sriwijaya
xii
c. Pipa Hisap
Pipa hisap merupakan pipa yang terletak di bagian depan pompa tanah yang
berfungsi sebagai saluran untuk menghisap tanah yang telah dihancurkan oleh
cutter dengan sumber daya hisap yang berasal dari pompa tanah. Pipa hisap
berbentuk seperti mulut bebek dan terletak pada bagian bawah cutter.
Universitas Sriwijaya
xii
d. Pompa Tanah
Pompa tanah, dengan dibantu oleh pipa hisap, berfungsi untuk menghisap
material hasil galian dari cutter yang selanjutnya ditransportasi melalui pipa tekan
menuju instalasi pencucian untuk proses lebih lanjut.
Pompa tanah pada KIP Timah 17 memiliki daya hisap yang mencapai
250m3/jam dengan kecepatan hingga 560 rpm. Sumber penggerak pompa tanah
berasal dari mesin pompa tanah yang terletak di samping as ladder pada bagian
badan kapal. Pompa tanah ditunjukkan pada gambar 4.8.
e. Pipa Tekan
Pipa Tekan merupakan saluran yang berada di belakang pompa tanah yang
berfungsi sebagai jalur untuk mengalirkan feed hasil hisapan dari pompa tanah
menuju saring putar untuk diproses lebih lanjut. Pipa tekan memiliki diameter
sebesar ±30 cm.
Pada bagian pipa tekan yang terletak dekat dengan saring putar terdapat
sebuah afsluiter yang berfungsi untuk menutup jalur aliran tanah hasil galian
menuju saring putar, dan kemudian mengalirkannya secara langsung menuju
bandar tailing.
Universitas Sriwijaya
xii
Afsluiter ini digunakan saat penggalian tanah atas, karena lapisan tanah ini
tidak mengandung timah atau hanya sedikit mengandung timah sehingga tindak
ekonomis bila dilakukan proses pencucian.
Namun pada KIP Timah 17, afsluiter pada pipa tekan ini sudah tidak dapat
berfungsi lagi dengan baik. Sehingga selama penggalian tanah atas, feed tersebut
akan dibiarkan mengalir menuju saring putar, yang mana untuk feed yang beukuran
besar akan langsung terbuang sebagai tailing menuju bandar tailing.
Untuk feed yang lolos dari saring putar akan dibiarkan menuju jig, dengan
kondisi jig yang tidak dijalankan sehingga material tanah atas akan terbuang
sebagai tailing menuju bandar tailing.
a. Ponton
Ponton merupakan fondasi dasar pada KIP yang terdiri dari kumpulan dari
beberapa tangki atau kompartemen berbentuk tabung untuk menyimpan HSD
(bahan bakar solar) dan air tawar.
Universitas Sriwijaya
xii
b. Jangkar Kapal
Jangkar kapal berfungsi sebagai penahan kapal pada saat sedang berlabuh
atau saat kapal sedang berhenti untuk melakukan perbaikan. Jangkar pada KIP
Timah 17 memiliki berat 750 kg dan terletak pada ujung bagian depan kapal untuk
menyeimbangkan berat dengan bagian belakang kapal pada saat berlabuh.
Universitas Sriwijaya
xii
Universitas Sriwijaya
xii
bagian kanan dan mesin rudder propeller bagian kiri yang berada pada bagian
buritan kapal.
Kedua mesin rudder propeller ini memiliki daya 500 HP dengan putaran
1900 rpm. Mesin ini dapat menggerakkan swing propeller yang menyebabkan kapal
dapat bergerak maju maupun berbelok arah ke kanan atau ke kiri. Mesin ini
membantu mengatur arah pergerakan kapal saat melakukan penggalian baik dengan
metode rotary, metode spudding, atau metode kombinasi.
Mesin pompa tanah memiliki daya 700 HP dan putaran 2100 rpm. Mesin ini
berfungsi untuk menjalankan pompa tanah dengan cara memutar impeller yang
berada pada pompa tanah.
Universitas Sriwijaya
xii
c. Mesin Hidrolik
KIP Timah 17 memiliki dua mesin hidrolik, yaitu mesin hidrolik kanan dan
mesin hidrolik kiri. Mesin hidrolik kanan memiliki daya 450-500 HP dan putaran
1900 rpm, yang berfungsi untuk menggerakkan peralatan untuk proses penggalian
seperti cutter, ladder, winch, dan anchor winch serta untuk menjalankan pompa
under water bagian kanan. Mesin hidrolik kiri memiliki daya 450-500 HP dan
putaran 1900 rpm yang berfungsi untuk menggerakkan peralatan untuk proses
pencucian seperti saring putar, jig primer, jig sekunder, serta pompa under water
bagian kiri.
d. Genset
Universitas Sriwijaya
xii
b. CCTV
Universitas Sriwijaya
xii
Selain pada saring putar, CCTV juga diletakkan pada haluan, kerangkeng
timah, lambung kapal, dan bandar lounder.
Universitas Sriwijaya
xii
d. Tabel Air
Metode pencucian yang diterapkan pada kapal isap produksi adalah metode
gravity concentration, yaitu metode pemisahan mineral pengotor yang
memanfaatkan perbedaan berat jenis dari tiap mineral dengan air sebagai medianya.
Metode ini efektif dilakukan pada kapal isap produksi dikarenakan air yang
berfungsi sebagai medianya terdapat secara berlimpah di sekeliling kapal dan juga
karena berat jenis bijih timah atau cassiterite yang cukup besar (6,9 gr/cm3)
sehingga membuat bijih timah mudah dipisahkan sebagai konsentrat. Pada KIP
Timah 17, alat pencucian yang digunakan untuk menerapkan metode ini adalah jig.
Berikut adalah urutan proses pencucian bijih timah pada KIP Timah 17.
1. Feed hasil galian yang berada pada pipa tekan mengalir menuju saring putar.
Pada saring putar, feed kemudian disaring sesuai dengan ukurannya. Material yang
berukuran besar (oversize) yang tidak lolos di saringan akan keluar sebagai tailing
dan material berukuran kecil (undersize) yang lolos dari saringan akan dialirkan
menuju jig primer
2. Pada Jig primer, mineral dengan berat jenis ringan ikut mengalir bersama air
sebagai overflow dan dibuang menuju bandar tailing. Sedangkan mineral dengan
Universitas Sriwijaya
xii
berat jenis besar akan terhisap ke dalam jig akibat gaya suction dan pultion dari jig
dan mengalir sebagai underflow menuju jig sekunder.
3. Pada jig sekunder, mineral ringan mengalir sebagai oversize lalu dibuang sebagai
tailing. Sedangkan mineral berat akan masuk ke dalam jig sekunder sebagi
underflow yang kemudian dialirkan menuju bak konsentrat.
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai bagan alir pengolahan pada kapal
isap produksi dapat dilihat pada gambar 4.20 dibawah ini.
Universitas Sriwijaya
xii
KIP Timah 17 menggunakan saring putar sebagai alat sizing, yaitu alat yang
berfungsi untuk memisahkan feed hasil penggalian berdasarkan ukuran butirnya.
Saring putar tersebut menggunakan system trammel drive hydraulic denggan
kecepatan putaran 0 - 10 rpm.
Material yang memiliki ukuran lebih besar dari pada spasi pada grizzly
(tidak lolos saringan) akan keluar sebagai oversize dan langsung masuk ke dalam
bandar tailing. Pada KIP Timah 17, terdapat 1 set bandar tailing (tailing chute) yang
terletak pada bagian tengah KIP dengan lebar 500 mm dan berhubungan langsung
dengan laut lepas untuk membuang tailing.
Universitas Sriwijaya
xii
Untuk material yang memiliki ukuran lebih kecil dari pada spasi pada
grizzly (lolos saringan) akan keluar sebagai undersize dan masuk ke dalam bak
saring putar yang berada di bawah saring putar dan kemudian didistribusikan ke jig
primer melalui lounder. Lounder pada KIP Timah 17 terdapat 4 buah dimana
masing-masing dari lounder ini mengalirkan feed dari bak saring putar menuju ke
sebuah unit jig.
b. Jig Primer
Jig merupakan salah satu alat konsentrasi yang digunakan dalam instalasi
pencucian pada KIP yang bertujuan untuk memisahkan mineral utama berharga dari
mineral pengotornya (gangue mineral) berdasarkan perbedaan berat jenis mineral
tersebut dengan menggunakan air sebagai medianya.
Pada Kapal Isap terdapat 4 unit jig primer dengan tipe Pan America Jig (PA)
dan dalam satu unit jig terdiri dari 2x3 cell dengan ukuran tiap cellnya 1500 x 1500
mm sehingga total cell keseluruhan sebanyak 24 buah. Cell berfungsi sebagai
penempatan komponen bagian atas jig seperti rooster, bed, dan wire screen.
Kecepatan aliran alir pada jig primer berkisar antara 0,7 – 1 m/detik. Sumber
penggerak jig primer berasal dari mesin hidrolik kiri kapal.
Pada mulut masuk jig terdapat sebuah besi penahan yang disebut dengan kuku
macan. Pada ujung jig primer terdapat sebuah kayu penahan yang disebut dengan
riffle, fungsi dari kuku macan dan riffle adalah untuk menahan laju aliran material
dari lounder agar laju alirannya tidak terlalu deras, apabila laju alirannya terlalu
deras maka dapat mengakibatkan bijih timah dan mineral lainnya yang berharga
hanyut terbawa arus overflow menuju ke Bandar tailing.
Kuku macan terbuat dari besi karena harus menahan aliran air yang deras dari
lounder. Sedangkan riffle terbuat dari kayu karen aliran air yang ditahannya sudah
tidak terlalu deras karena sudah ditahan sebelumnya oleh kuku macan.
Jig primer terdiri dari tiga kompartemen yaitu A, B, dan C. Tiap kompartemen
memiliki panjang pukulan dan jumlah pukulan yang berbeda – beda seperti yang
ditunjukan pada tabel 4.1.
Universitas Sriwijaya
xii
A 30-35 60-90
B 25-30 100-130
C 25-30 100-130
Dari tabel 4.1 dapat disimpulkan bahwa semakin kecil nilai panjang
pukulan jig primer pada tiap- tiap kompartemen maka akan semakin besar jumlah
pukulannya, hal ini dikarenakan adanya perbedaan jumlah material yang dicuci
pada tiap kompartemen .
Universitas Sriwijaya
xii
5. Pada saat penggerak jig bergerak ke atas, pada kompartemen A terjadi gaya
isapan ke bawah (suction) sedangkan pada kompartemen B terjadi gaya
tekan ke atas (pultion).
6. Pada saat terjadi gaya pultion, bed jig menjadi longgar. Keadaan ini
memberi kesempatan bagi mineral berat untuk menerobos celah pada bed
ke dalam tangka jig, sedangkan mineral ringan akan terangkat ke atas dan
terbawa oleh aliran permukaan menuju bandar tailing.
7. Pada saat terjadi gaya suction, bed pada jig menjadi kompak. Keadaan ini
memberi kesempatan bagi mineral berat yang telah berada pada tangka jig
untuk keluar memalui spigot sebagai konsentrat. Sedangkan mineral ringan
pada permukaan bed jig dengan mudah terbawa oleh aliran menuju bandar
tailing.
Keberhasilan dari proses pemisahan pada jig dipengaruhi oleh jumlah dari
mineral pengotor, kebersihan saring jig (wire screen), bed jig tidak mampat, serta
persediaan underwater pada jig.
Untuk itu, perlu dilakukan perawatan pada jig agar keberhasilan proses
pemisahan jig tetap maksimal. Perawatan yang dapat dilakukan antara lain sebagai
berikut.
c. Jig Sekunder
Pada Kapal Isap, jig sekunder yang digunakan adalah tipe Pan American Jigs
yang terdiri dari 8 sel/unit dengan ukuran 910 x 910 mm dan berjumlah 2 unit yang
terletak di sisi kanan dan kiri kapal. Setiap unit terdiri dari 4 kompartemen yaitu
kompartemen A, B, C, dan D.
Universitas Sriwijaya
xii
Jig sekunder memiliki fungsi untuk meningkatakan kadar bijih timah yang
dihasilkan dari olahan jig primer. Konsentrat yang telah melewati tahap pencucian
pada jig primer kompartemen A, B, dan C dialirkan menuju jig sekunder untuk
dilakukan proses pencucian hingga kadar bijih timah jadi meningkat dengan metode
gravity concentration dan prinsip – prinsip kerja jig sekunder sama dengan jig
primer yang berbeda hanya panjang pukulan dan jumlah pukulannya saja.
Pada Jig sekunder panjang pukulan dibuat lebih kecil daripada panjang
pukulan jig primer, namun jumlah pukulannya dibuat lebih banyak daripada jumlah
pukulan jig primer. Hal ini bertujuan untuk memaksimalkan perolehan bijih timah
serta bertujuan untuk meningkatkan kadar dari bijih timah yang diperoleh. Adapun
panjang pukulan dan jumlah pukulan dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Panjang Pukulan dan Jumlah Pukulan Kompartemen Jig Sekunder
PANJANG JUMLAH
KOMPARTEMEN
PUKULAN (MM) PUKULAN / MENIT
A 12-14 120-140
B 10-12 120-140
C 8-10 160-180
D 6-8 160-180
Pada dasarnya Jig primer maupun Jig sekunder tidak jauh berbeda, hal ini
dikarenakan jig primer dan jig sekunder memiliki fungsi yang sama yaitu untuk
meningkatkan kadar dari timah .
Universitas Sriwijaya
xii
Adapun alat yang terdapat pada jig primer dan sekunder yaitu:
1. Rooster
Rooster merupakan salah satu komponen bagian atas jig yang memiliki
fungsi untuk menahan bed agar tetap di tempat dan menjepit saringan jig. Rooster
memiliki bentuk kotak – kotak dengan maksud agar bed tersebar secara merata di
seluruh permukaan jig sesuai dengan kompartemennya masing – masing. Rooster
pada kapal isap produksi ini terbuat dari plat besi dengan ketinggian 10 cm.
2. Bed
Bed merupakan lapisan material diatas saringan jig yang terletak di dalam
rooster. Bed biasanya berupa batu hematite, alasan penggunaan batu hematite
sebagai bed adalah karena hematite memiliki berat jenis diantara bijih timah dan
mineral pengotor lain yakni sebesar (4, 1 – 5, 1 gr/cm3) serta memiliki tingkat
kekerasan yang cukup tinggi yaitu sebesar (5,5 skala mohs) dan alas an lainnya
adalah karena batu hematite mudah untuk ditemukan. Hematite pada jig dapat
dilihat pada gambar 4.21 dibawah ini.
Pengisian batu hematite yang baru tidak boleh setinggi rooster (10 cm),
idealnya batu hematite hanya boleh diisi hingga setinggi (7 – 8 cm) di dalam
Universitas Sriwijaya
xii
rooster. Hal ini bertujuan agar tersedia ruang kosong sebesar 2 – 3 cm sebagai
tempat bagi mineral – mineral yang belum terhisap oleh gaya suction dari jig agar
tidak hanyut terbawa aliran air ke bandar tailing. Ada dua macam ukuran batu
hematite yang digunakan pada kapal isap produksi timah yaitu ukurannya berkisar
antara 14 – 20 mm untuk jig primer dan 10 – 14 mm untuk jig sekunder.
3. Rubber Screen
Rubber Screen adalah saringan yang berguna untuk menahan jig bed
(hematite) jangan sampai turun ke bawah dan melewatkan atau meloloskan bijih
timah. Pada umumnya Rubber Screen dibuat dari bahan yang tahan terhadap korosi
seperti pospor brons, baja tahan karat dan karet. Ukuran lubangnya harus lebih
kecil dari hematite dan lebih besar dari bijih timah, biasanya dipakai dengan ukuran
4 x 10 mm untuk kompartemen A dan ukuran 3 x 10 mm untuk kompartemen BC,
ukuran lubang 6 - 10. Saringan berukuran lebih besar diletakan melintang terhadap
arah aliran, dengan tujuan agar lubang Rubber Screen tidak mudah buntu atau
tersumbat.
4. Membran
Membran adalah bagian dari jig yang berguna untuk membantu diafragma
bergerak pada proses pulsion dan suction ketka proses jigging sedang berlangsung
dengan menutup rapat antar tangka dan digerakan oleh eksentrik dan stang balance.
5. Diafragma
Diafragma adalah bidang gerak yang berfungsi untuk memberikan gaya dorongan
pada proses pulsion dan suction terjadi selama proses jigging.
6. Stang Balance
Stang Balance berbentuk kotak besi yang merupakan bagian dari jig yang
terletak di bagian bawah dan menyambung dengan eksentrik, fungsinya sebagai
Universitas Sriwijaya
xii
penerus gerakan naik turun dari eksentrik ke jig sehingga gerakan tersebut
menggerakkan membran dan menimbulkan gaya suction dan pulsion pada jig.
7. Eksentrik
8. Afsluiter underwater
Air yang berada di dalam tangka jig dinamakan underwater, dimana batas
permukaan airnya hingga pada bagian bawah dari wire screen. Pompa underwater
menghisap air laut dari bagian bawah kapal dan mendistribusikannya ke tiap tangki
jig. KIP Timah 17 memiliki 2 unit pompa underwater yang berada di sisi kiri dan
kanan kapal. Kapasitas air yang mampu dipompa oleh pompa underwater berkisar
antara 1100-1500 m3/jam dengan kecepatan putaran berkisar antara 1400 - 1800
rpm.
9. Spigot
Spigot merupakan bagian dari jig yang berfungsi sebagai jalur keluar untuk
konsentrat dan sebagai pengatur jumlah air yang ada di dalam tangki jig. Spigot
berbentuk kerucut dan berdiameter 10 – 12 mm, spigot harus di kontrol secara
berkala agar jumlah air yang berada di dalam jig stabil. Pada hampir semua KIP
Timah, spigot ini sering kali mengalami kebuntuan karena kurangnya perawatan
yang mengakibatkan konsentrat tidak akan keluar dari jig.
Universitas Sriwijaya
xii
Untuk mengetahui bagian – bagian pada jig sekunder lebih jelasnya dapat dilihat
pada gambar 4.24 dibawah ini :
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Kapal Isap Produksi Timah 17 (KIP Timah 17) merupakan salah satu kapal
yang dirancang khusus untuk menggali endapan timah di dasar laut hingga
kedalaman 40 meter.
2. Mekanisme kerja KIP Timah 17 memberai material lalu menghisapnya dan
langsung didistribusikan ke instalasi pengolahan yang berada di kapal
Universitas Sriwijaya
xii
5.1 Saran
Perlu dilakukan perawatan dan evaluasi kinerja dari mesin-mesin yang ada di KIP
Timah17.
Universitas Sriwijaya
xii
DAFTAR PUSTAKA
Gani, A. S., 2014. Evaluasi Cadangan dan Penggalian (Emmer Bagger Opname).
Learning Center Pusdiklat P2SDM PT. Timah (Persero), Tbk., Pemali.
Panjaitan, M., 2014. Teknik Operasi Penggalian Kapal Keruk Materi Pelatihan
Teknis Tingkat Dasar. PT. Timah (Persero), Tbk., Pemali.
Prabowo, Sigit, dan Sujoko, 2009. Buku Panduan Pelatihan Geologi Dasar,
Pemetaan, dan Perhitungan Cadangan. Pangkal Pinang.
Pusdiklat, 2010. Buku Penambangan KIP – Sistem Penambangan. PT. Timah
(Persero), Tbk.
Situmorang, K. M., 2013. Perawatan Alat Gali KIP. PT. Timah (Persero), Tbk.,
Pemali.
Universitas Sriwijaya
xii
Lampiran A
Jadwal Kegiatan Kerja Praktek
No Tanggal Kegiatan
1 24 Juli 2017 Konfirmasi Kedatangan di ULB PT. Timah (Persero), Tbk
2 25 juli 2017 Orientasi dan pelatihan keselamatan, kesehatan kerja dan
lingkungan hidup (K3LH)
3 26-28 Juli 2017 Pembelajaran mengenai peta cadangan, penambangan serta
pengolahan.
4 29-30 Juli 2017 Tidak ada kegiatan (libur)
5 2 Agustus 2017 Pengurusan surat penugasan ke Kapal Isap Produksi (KIP)
17 Timah
6 7 Agustus 2017 Naik ke Kapal Isap Produksi Timah 17
7 8 Agustus 2017 Orientasi secara umum bagian kapal dan cara kerja alat di
KIP.
8 9 Agustus 2017 Mempelajari secara rinci cara penambangan serta pembacaan
lokasi rencana kerja (RK)
9 10 Agustus 2017 Memahami posisi pergerakan kapal dan ladder
10 11 Agustus 2017 Mempelajari secara rinci pencucian mulai dari saring putar,
jig primer, jig sekunder dan sakan
11 12 Agustus 2017 Turun dari Kapal Isap Produksi Timah 17
12 13 Agustus 2017 Tidak ada kegiatan (libur)
13 14 Agustus 2017 Laporan kepada pembimbing lapangan bahwa telah
menyelesaikan kegiatan di kapal
14 15 Agustus 2017 Penyusunan laporan hasil pengamatan aktivitas
penambangan di KIP 17.
15 22 Agustus 2017 Presentasi laporan laporan hasil pengamatan aktivitas
penambangan di KIP 17.
Universitas Sriwijaya
xii
Lampiran B
Peta Geologi Pulau Bangka
Universitas Sriwijaya
xii
Lampiran C
Sketsa Kapal Isap Produksi Timah 17
Universitas Sriwijaya
xii
Lampiran D
Spesifikasi Kapal Isap Produksi Timah 17
A. DREDGE SUCTION
1. Name of the vessel : KIP TIMAH 17
2. Type of the vessel : Cutter Suction Dredger
3. Maker : PT TIMAH & PT DAK
4. Year of Manufacture : 2012
B. PONTOON
1. Overall Width : 17.60 M
2. Inside pontoon Length : 80.520 M
3. Outside Pontoon length : 58.560 M
4. Inside pontoon dia. : 2 x 2.58 M
5. Outside pontoon dia. : 2 x 2.58 M
6. Bow Width : 9.20 M
7. Ladder way Width : 3.20 M
8. Ladder way Length : 58.30 M
9. Port Side Aft Length : 58.50 M
10. Starboard-Side Aft Length : 86.50 M
11. Overall Height : 10.5 M
12. Free board at full operation : 1.0 M
13. Manhole : 98 units, all tank dia. 60 cm
C. LADDER, ENGINES, HYDRAULIC, CUTTER, PROPELLER
1. Ladder
Type of Ladder : Weld Joint Steel Structure
Overall Length Ladder : 58 M
Digging depth : 45 meter (max. 50 m)
Angle : 45 degree (max. 60 degree)
Universitas Sriwijaya
xii
2. Cutter
Type : Circular Steel Cutter
Diameter : 1.8 Meter (bladed)
Maximum rpm : 24 RPM
Power at Shaft : 226 HP
3. Winch
Ladder winch/anchor winch by hydraulic
Pulling Force : 30 Ton
Speed : 12 m/min
Wire Diamete : 38 mm
4. Dredge Pump
Type : Gravel Pump
Pump Engine : Caterpillar C-18: 715HP, 2100 rpm
Pump Gearbox : Paramax, Ratio 3,188 : 1
Suction pipe dia. : 14”
Discharge pipe dia. : 12 “
Pump Capacity : 250 m3/hr (solid)
Impeller diameter : 36”, pump rpm 560
Head : 45 meter
5. Engine for swing with mechanic system (2 unit, L & R)
Main Engine for Shaft Swing Propeller : 2 sets Yanmar 6HYM–WET, 500
HP, 1950 rpm.
Cooling system : Fresh water cooler
Propeller : 62 inch, 4 blades
6. Engine for propulsion (sailing) with mechanic system
Engine 1 set Yanmar 6HYM-WET : 500 HP, 1950 rpm.
Cooling system : Fresh water cooler
Propeller : 70 inch, 4 blades
7. Engine for hydraulic jig, revolving screen and water pump
Universitas Sriwijaya
xii
Universitas Sriwijaya
xii
1 units Radar (Garmin GMR 18) + 1 unit GPS (Garmin Map 4012)
3. Communication :
VHF Marine ICOM IC – M504 & HF ICOM IC- M700PRO
4. Compressor :
1 unit Multipro / 750 liter/min, 8 bar, Tank Volume 180 Liter
5. Lifecraft : 2 sets for 25 passenger
F. PARAMETER
STANDA
PARAMETER SATUAN
R
1. Konstruksi Utama 1 Lot
Panjang total 85,1 m
Lebar total 18,6 m
Tinggi total 11,4 m
Lantai - 1 - -
Lantai - 2 - -
Ruang komando (depan) - -
Meja kontrol (dushboard) - -
Atap - -
Pintu - -
Jendela - -
Lantai
Ruang Akomodasi (belakang) - -
Atap - -
Pintu - -
Jendela - -
Lantai
2. Ponton 4 pcs
Panjang total ponton dalam 80,52 m
Universitas Sriwijaya
xii
STANDA
PARAMETER SATUAN
R
Panjang total ponton luar 58,56 m
Diameter ponton 2,5885 m
Tebal pelat kulit ponton 8 mm
Tebal pelat sekat ponton 6 mm
Free board kiri depan 0,9-1,3 m
Free board kanan depan 0,9-1,3 m
Free board kiri belakang 0,9-1,3 m
Free board kanan belakang 0,9-1,3 m
Manhole 98 set
Tangki timbun BBM 12 tangki
Tangki timbun air tawar 4 tangki
Tangki hampa 78 tangki
Pipa lubang penduga 88 pcs
Pengecatan
3. Ladder 1 unit
Panjang total 58 m
kedalaman gali maks. 48,5 m
Sudut elevasi terhadap garis air
60 deg
maks.
Pivot
Saluran pelumas 2 set
Pegas (compression spring) 10 pcs
Jumlah skep 7 pcs
Diameter skep 920 mm
Diameter kawat ladder 38 mm
Kekuatan tarik winch 30 ton
Universitas Sriwijaya
xii
STANDA
PARAMETER SATUAN
R
Kecepatan kawawt winch 12 m/min
Kapasitas drum winch 400 m
Universitas Sriwijaya
xii
STANDA
PARAMETER SATUAN
R
Putaran 1900 rpm
Booster 1-1,5 10-1MPa
Temperatur kerja PTO 70-80 deg
Temperatur kerja mesin 70-80 deg
Tekanan oli 4,5 - 5 10-1MPa
Beban 70-90 %
Mesin hidrolik kiri
Daya 450-500 HP
Putaran 1900 rpm
Booster 1-1,5 10-1MPa
Temperatur kerja PTO 70-80 deg
Temperatur kerja mesin 70-80 deg
Tekanan oli 4,5 - 5 10-1MPa
Beban 70-90 %
Mesin pompa tanah
Daya 700 HP
Putaran 2100 rpm
Universitas Sriwijaya
xii
STANDA
PARAMETER SATUAN
R
Tekanan oli mesin 4,5 - 5 10-1MPa
Beban 70-90 %
Generator Set - 2 50 kVA
Temperatur kerja 70-80 deg
Tekanan oli mesin 4,5 - 5 10-1MPa
Beban 70-90 %
Universitas Sriwijaya
xii
STANDA
PARAMETER SATUAN
R
Universitas Sriwijaya
xii
STANDA
PARAMETER SATUAN
R
Putaran input 1800-2100 rpm
Universitas Sriwijaya
xii
STANDA
PARAMETER SATUAN
R
Panjang langkah pukulan eksentrik
70 mm
maks.
Panjang langkah di pusat membran
Kompartemen A 30-35 stroke
Kompartemen B 25-30 stroke
Kompartemen C 25-30 stroke
Jumlah pukulan tiap kompartemen
Kompartemen A 60-90 kali / min
Kompartemen B 100-130 kali / min
Kompartemen C 100-130 kali / min
Tebal bed maks. 80-90 mm
Kecepatan aliran 0,7-1 m/detik
Motor hidrolik penggerak
Putaran kerja s.d. 250 rpm
Tekanan kerja pompa hidrolik 0-350 bar
Konstanta motor 3,8 Nm/bar
Torsi maksimum 1330 Nm
Karet membran (ID) 870 mm
Klem karet membran - -
Cone - -
Stang balance - -
Batu hematite - -
Boil box - -
Universitas Sriwijaya
xii
STANDA
PARAMETER SATUAN
R
Jumlah cell seluruh 16 cell
Panjang langkah pukulan eksentrik
50 mm
maks.
Panjang langkah di pusat membran
Kompartemen A 12-17 mm
Kompartemen B 10-12 mm
Kompartemen C 8-10 mm
Jumlah pukulan tiap kompartemen
Kompartemen A kali / min
Kompartemen B kali / min
Kompartemen C 160-180 kali / min
Tebal bed maks. 80-90 mm
Kecepatan aliran 120-160 m/detik
Motor hidrolik penggerak 160-180
Putaran kerja s.d. 250 rpm
Tekanan kerja pompa hidrolik 0-350 bar
Konstanta motor 3,8 Nm/bar
Torsi maksimum 1330 Nm
Karet membran (ID) 610 mm
Klem karet membran - -
Cone - -
Stang balance - -
Batu hematite - -
Boil box - -
Universitas Sriwijaya
xii
STANDA
PARAMETER SATUAN
R
12. Sakan 2 unit
1:9 s.d.
Kemiringan min.
1:14
13. Kerangkeng Timah 2 unit
Universitas Sriwijaya
xii
STANDA
PARAMETER SATUAN
R
16. Swing Propeller (Kiri) 1 unit
Input Power 500 HP
Input Putaran 1800-1950 rpm
Rasio reduksi -
Propeller 4 blade
Diameter 1574,8 mm
Rotasi sistim steering -
Cardan shaft 1 set
Panjang 1100-1300 mm
Panjang kompensasi 100-200 mm
Gearbox 1 unit
Rasio 6:1
Sistim pendingin 1 set
Sistim kontrol 1 lot
Universitas Sriwijaya
xii
STANDA
PARAMETER SATUAN
R
Sistim pendingin 1 set
Sistim kontrol 1 lot
Universitas Sriwijaya
xii
STANDA
PARAMETER SATUAN
R
Head 8-10 m
Power 4 kW
Universitas Sriwijaya
xii
DAFTAR GAMBAR
Universitas Sriwijaya
xii
Universitas Sriwijaya
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
RINGKASAN.........................................................................................................v
DAFTAR ISI...........................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vii
DAFTAR TABEL..................................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xii
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................................... 2
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan ...................................................................... 2
1.4 Pembatasan Masalah ..................................................................................... 3
1.5 Metode Penulisan .......................................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN UMUM ................................................................................... 5
2.1 Sejarah Singkat Penambangan Timah di Indonesia ...................................... 5
2.2 Sejarah Singkat Berdirinya PT. Timah (Persero), Tbk.................................. 7
2.3 Lokasi dan Kesampaian Daerah .................................................................. 11
2.4 Iklim dan Curah Hujan ................................................................................ 13
2.5 Topografi dan Morfologi Daerah ................................................................ 14
2.5.1 Topografi .............................................................................................. 14
2.5.2 Morfologi .............................................................................................. 14
2.6 Geologi Daerah ............................................................................................ 15
2.6.1 Keadaan Geologi Regional ................................................................... 15
2.6.2 Stratigrafi Regional ............................................................................... 16
2.6.3 Struktur Geologi Regional .................................................................... 16
2.7 Keadaan Endapan Timah............................................................................. 17
2.7.1 Ganesa Endapan Timah ........................................................................ 17
2.7.2 Jenis Lapisan yang Digali ..................................................................... 21
2.7.3 Sifat Fisik Bijih Timah ......................................................................... 23
2.7.4 Sifat Kimiawi Bijih Timah ................................................................... 26
Universitas Sriwijaya
xii
Universitas Sriwijaya
xii
Universitas Sriwijaya
xii
Universitas Sriwijaya
xii
DAFTAR GAMBAR
Universitas Sriwijaya
xii
Universitas Sriwijaya
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Universitas Sriwijaya