You are on page 1of 10

Laporan Percobaan

Kecepatan Pernapasan
Biologi
Oleh: Dyah Safira Mulyoning Utami (10/XI IPA 7)
Laporan Percobaan Kecepatan
Pernapasan
Dyah Safira Mulyoning Utami
XI IPA 7/10
I. Judul : Kecepatan Pernapasan
II. Tujuan : Mengetahui pengaruh aktivitas tubuh terhadap kecepatan
bernapas
III. Hari/Tanggal : Kamis, 14 Maret 2013
IV. Landasan Teori :
A. Respirasi
Pernapasan atau respirasi merupakan kegiatan menghirup oksigen (O2) dan
menghembuskan CO2. Proses pengambilan udara masuk kedalam tubuh disebut
inspirasi atau menarik napas. Pengeluaran udara dari dalam tubuh disebut ekspirasi
atau menghembuskan napas. Oksigen digunakan untuk reaksi respirasi sebagai
berikut:

C6H12O6 + 6O2 → 6H2O + 6CO2 + ATP


Oksigen yang diperoleh digunakan untuk memecahkan zat makanan berupa gula
menjadi energi dalam bentuk ATP. Produk sampingan dari proses pernapasan
berupa air dan karbon dioksida. Ada dua macam mekanisme pernapasan, yaitu :
1. Pernapasan Dada
Pernapasan Dada adalah pernapasan yang melibatkan otot antartulang rusuk.
Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut.
Fase inspirasi : Fase ini berupa berkontraksinya otot antartulang rusuk sehingga
rongga dada membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil
daripada tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.
Fase ekspirasi : Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antara
tulang rusuk ke posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga
rongga dada menjadi kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga dada
menjadi lebih besar daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada
yang kaya karbon dioksida keluar.
2. Pernapasan perut (Diafragma)
Pernapasan perut merupakan pernapasan yang mekanismenya melibatkan aktifitas
otot-otot diafragma yang membatasi rongga perut dan rongga dada. Mekanisme
pernapasan perut dapat dibedakan menjadi dua tahap yakni sebagai berikut.
Fase Inspirasi : Pada fase ini otot diafragma berkontraksi sehingga diafragma
mendatar, akibatnya rongga dada membesar dan tekanan menjadi kecil sehingga
udara luar masuk.
Fase Ekspirasi : Fase ekspirasi merupakan fase berelaksasinya otot diafragma
(kembali ke posisi semula, mengembang) sehingga rongga dada mengecil dan
tekanan menjadi lebih besar, akibatnya udara keluar dari paru-paru.
B. Alat-alat Respirasi
Alat-alat respirasi manusia adalah rongga hidung, faring, laring , trakea, paru-paru,
bronkus, bronkiolus, dan alveolus.
1. Rongga Hidung
Rongga hidung merupakan tempat pertama kali masuknya udara ke dalam tubuh.
Udara di saring oleh rambut rongga hidung dan di hangatkan di ruang nasal sesuai
dengan suhu tubuh. Bau udara yang masuk di kenali oleh inda pembau, kemudian
udara masuk ke faring.
2. Faring
Faring (tekak) merupakan daerah pertemuan saluran respirasi dan saluran
pencernaan makanan. Pada faring terdapat katup penutup rongga hidung yang
disebut uvula atau anak tekak. Selanjutnya, udara masuk ke laring.
3. Laring
Laring merupakan daerah pangkal batang tenggorokan. Laring terdiri atas kepingan
tulang rawan yang membentuk jakun. Pangkal tenggorok dapat ditutup oleh katup
pangkal tenggorok (epiglotis). Pada pangkal tenggorokan inilah terdapat pita suara.
4. Trakea
Trakea ( batang tenggorokan ) merupakan saluran respirasi berbentuk pipa yang
terdiri atas gelang-gelang tulang rawan dengan panjang sekitar 10 cm.
5. Paru-paru
Paru-paru di bungkus oleh selaput yang disebut pleura. Pleura terdiri atas selaput
dalam (pleura viseralis) dan selaput luar (pleura parietalis). Pada paru-paru kanan
terdapat tiga lobus, sedangkan paru-aru kiri dua lobus. Setiap lobus terbagi atas
lobulus-lobulus dan masing-masing lobulus memiliki bronkiolus dengan sejumlah
alveolus.
6. Bronkus dan Bronkiolus
Bronkus dan Bronkiolus merupakan percabangan dari trakea. Bronkus bercabang
menjadi bronkus kanan dan bronkus kiri. Bronkus kanan bercabang menjadi tiga
bronkiolus,sedangkan bronkus kiri bercabang menjadi dua bronkiolus. Masing-
masing pembuluh brokiolus berakhir pada alveous.
7. Alveolus
Alveolus merupakan ujung dari saluran respirasi yang di bangun oleh epitel
skuamosa sederhana. Alveolus memiliki dinding yang sangat tipis dan elastis. Pada
permukaan luarnya terdapat banyak kapiler darah sehingga memungkinkan
terjadinya pertukaran O2 dan CO2 secara difusi.Pada paru-paru terdapat lebih
kurang 300 juta alveolus .
Jalannya Udara Pernapasan :
Udara masuk melalui lubang hidung → melewati faring → melewati laring →
melewati glotis → masuk ke trakea → masuk ke percabangan trakea (bronkus) →
masuk ke percabangan bronkus (bronkeolus) → udara berakhir pada ujung bronkus
berupa gelembung yang disebut alveolus.

C. Volume Udara Pernapasan


Berikut ini adalah macam-macam volume udara pernapasan:
1. Volume pernapasan (volume tidal), yaitu udara yang keluar masuk paru-paru
setelah melakukan pernapasan biasa, volumenya ± 500 cc.
2. Volume udara komplementer, yaitu volume udara yang masih dapat dimasukkan
ke dalam paru-paru dengan cara inspirasi maksimum setelah inspirasi biasa.
Volumenya ± 1.500 cc.
3. Volume udara cadangan atau udara suplementer, yaitu volume udara yang masih
dapat dikeluarkan dari dalam paru-paru dengan cara ekspirasi maksimum setelah
melakukan ekspirasi biasa. Volumenya ± 1.500 cc.
4. Volume udara residu (udara sisa), yaitu volume udara yang tersisa di paru-paru
setelah ekspirasi maksimal. Volumenya ± 1.000 cc.
5. Kapasitas vital paru-paru, yaitu udara maksimum yang dikeluarkan secara ekspirasi
maksimal setelah melakukan inspirasi maksimal. Kapasitas vital merupakan
penjumlahan antara volume tidal, komplementer, dan suplementer. Volumenya ±
3.500 cc.
6. Kapasitas total paru-paru, yaitu volume udara yang masih dapat ditampung paru-
paru semaksimal mungkin. Kapasitas total merupakan penjumlahan kapasitas vital
dengan udara residu. Volumenya ± 4.500 cc.

D. Frekuensi Pernapasan
Pada orang dewasa normal, frekuensi pernapasan berkisar antara 13 sampai 18
kali setiap menit pada saat melakukan aktivitas berat.
Frekuensi atau cepat lambatnya pernapasan manusia dipengaruhi oleh beberapa
faktor, baik dari luar maupun dalam, yaitu umur, jenis kelamin, aktivitas tubuh, suhu
tubuh, dan posisi tubuh. Makin banyak organ tubuh yang bekerja dan makin berat
kerja organ tersebut, makin tinggi kebutuhan energi yang diperlukan, sehingga laju
metabolisme dan irama pernapasan semakin cepat.
V. Alat dan Bahan
- Stopwatch
- Probandus (orang uji)
VI. Cara Kerja
1. Mengusahakan tubuh dalam kondisi santai (rileks). Dengan menggunakan
stopwatch, menghitung berapa banyak probandus menarik napas selama 1 menit,
kemudian mencatat hasilnya.
2. Kemudian, probandus mencoba melakukan lari-lari kecil selama lima menit. Dengan
cara yang sama menghitung berapa banyak probandus menarik napas selama satu
menit dan mencatat hasilnya.
3. Selanjutnya, mengatur pernapasan dan mengusahakan tubuh probandus kembali
rileks seperti sebelum melakukan kegiatan.
4. Setelah yakin tubuh probandus dalam kondisi rileks, melakukan kegiatan turun
tangga selama kurang lebih tiga menit. Kemudian, menghitung dan mencatat
hasilnya.
5. Untuk memperoleh data yang lebih akurat, sebaiknya perhitungan berapa kali
probandus menarik napas dilakukan dua hingga tiga kali dan mengambil rata-
ratanya.
6. Membandingkan data yang diperoleh dengan data teman lainnya.

VII. Hasil Percobaan

Keadaan
Santai (Rileks) Lari Kecil Naik Turun Tangga
Probandus 1 25 45 50
Dyah Safira
M.Utami 20 30 30

Rata-rata 22.5 37.5 40


Probandus 2 18 72 48
Meilantika Ratna
W.T 17 51 39
Rata-rata 17.5 61.5 43.5

VIII. Analisis Data


Pada praktikum kali ini kami melakukan pemeriksaan pernafasan. Praktikum ini
bertujuan untuk memperoleh rerata frekuensi dan irama pernafasan sebelum dan
sesudah beraktifitas dan mempelajari kepekaan praktikan terhadap keteraturan
pernafasan.
Pada pemeriksaan secara fisik ini, ada beberapa cara yang dapat dilakukan , yaitu
dengan cara inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi. Pemeriksaan fisik ini biasanya
dilakukan oleh ahli medis untuk mengetahui kelainan pada paru – paru. Cara yang kami
gunakan pada praktikum ini yaitu inspeksi. Pada cara inspeksi ini kami mengamati
praktikan dalam bernafas dan menghitung banyaknya pernafasan per menit.
Pernafasan dapat dikatakan normal apabila jumlah pernafasannya 13 – 18 kali
per menit. Apabila dalam waktu satu menit kurang dari 13 pernafasan dapat
dikategorikan sebagai Bradypnea dan apabila melebihi dari 18 kali pada setiap menitnya
dapat dikatakan Tachypnea.

Ada 2 orang probandus yang juga merangkap sebagai pemeriksa. Probandus


yang pertama adalah Dyah Safira M.U dengan frekuensi nafas sebanyak 22.5 kali dalam
1 menit dalam kondisi istirahat (tidak melakukan kegiatan apapun. Frekuensi ini lebih
besar dibandingkan dengan frekuensi pernafasan normal yang berkisar antara 13 – 18
kali bernafas di setiap menitnya. Sementara untuk frekuensi pasca latihan fisik
mendapatkan hasil frekuensi nafasnya sebesar 37.5 kali / menit yang mengindikasikan
bahwa pola bernafasnya tidak normal. Yang artinya, Fira memiliki kepekaan yang kurang
bagus karena memiliki pola frekuensi pernafasan yang jauh mendekati dengan frekuensi
pernafasan ketika istirahat.
Probandus yang kedua adalah Meilantika Ratna W.T. dengan frekuensi nafas
sebanyak 17.5 kali dalam 1 menit dalam kondisi istirahat (tidak melakukan kegiatan
apapun. Frekuensi ini bisa dikatakan sama dibandingkan dengan frekuensi pernafasan
normal yang berkisar antara 13 – 18 kali bernafas di setiap menitnya. Sementara untuk
frekuensi pasca latihan fisik mendapatkan hasil frekuensi nafasnya sebesar 61.5 kali /
menit yang mengindikasikan bahwa pola bernafasnya tidak normal dan jauh berada di
ambang batas atas. Yang artinya, Meilantika memiliki kepekaan yang kurang bagus
karena memiliki pola frekuensi pernafasan yang jauh mendekati dengan frekuensi
pernafasan ketika istirahat.
Aktivitas yang lebih berat juga menyebabkan frekuensi pernapasan menjadi lebih
cepat, dapat dilihat dari data, bahwa probandus 1 ketika melakukan aktivitas leri kecil,
frekuensi pernapasannya sekitar 37.5x/menit, sedangkan ketika melakukan aktivitas
naik turun tangga frekuensi pernapasannya adalah sekitar 40x/menit. Dapat diketahui
terjadi kenaikan frekuensi, hal ini disebabkan karena aktivitas mempengaruhi
cepat/lambatnya frekuensi pernapasan. kita akan menghirup udara lebih banyak jika
kita melakukan suatu aktifitas. Misalnya lari, karena dengan berlari kita membutuhkan
banyak oksigen yang kita hisap.
Perbedaan kecepatan frekuensi pernapasan, dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya:
1. Berat badan
semakin berat, semakin banyak pula udara yang dihisap maupun dikeluarkan.
Otomatis semakin banyak udara yang tertampung.
2. Umur
semakin banyak umur semakin kuat dalam menampung udara, tetapi masih
ditentukan lagi oleh berat badan.
3. Aktifitas
kita akan menghirup udara lebih banyak jika kita melakukan suatu aktifitas, misalnya
lari, karena dengan berlari kita membutuhkan banyak oksigen yang kita hisap.
4. Kesehatan tubuh
faktor kesehatan juga berperan penting dalam kapasitas. Jika kita misalnya sudah
pernah terkena penyakit paru-paru tentunya kapasitas udara di paru-paru juga
berkurang.
5. Jenis kelamin
pria lebih banyak mempunyai Hb yang lebih besar daripada wanita sehingga O2 yang
dibutuhkan lebih besar dan berarti kadar CO2 yang dihasilkan semakin banyak.

IX. Pertanyaan dan Jawaban


1. Apakah hasil yang kamu peroleh sama dengan temanmu?
Tidak, hasil yang didapatkan berbeda. Hasilnya sebagai berikut:

Keadaan
Santai (Rileks) Lari Kecil Naik Turun Tangga
Probandus 1 25 45 50
Dyah Safira
M.Utami 20 30 30

Rata-rata 22.5 37.5 40


Probandus 2 18 72 48
Meilantika Ratna
W.T 17 51 39
Rata-rata 17.5 61.5 43.5
2. Jika volume udara pernapasan yang normal tanpa olahraga adalah 500 ml, coba
kamu hitung dan bandingkan kapasitas vital dan kapasitas total pernapasan orang
yang berolahraga dan tidak berolahraga!

Tanpa Olahraga Normal = 500 ml Berolahraga


Kapasitas Vital = 3.500 ml Kapasitas vital = 30% - 40 % lebih banyak
Kapasitas Total 4.500 ml dari orang biasa =  4.450 ml
Kapasitas Total =  5.850 ml

X. Kesimpulan
- Banyak sedikitnya kapasitas pernapasan paru-paru tergantung oleh beberapa
faktor, diantaranya adalah Berat badan, umur, aktifitas, kesehatan tubuh, dan
jenis kelamin
- Probandus 1 dan probandus 2 memiliki kepekaan pernpasan yang kurang baik,
karena dalam melakukan aktivitas dan diam selama 1 menit, hasil yang didapat
tidak mendekati pernapasan normal.
- Bradypnea = apabila dalam waktu satu menit kurang dari 13 pernafasan.
- Tachypnea = apabila dalam waktu satu menit lebih dari 18 kali pernapasan.

You might also like