You are on page 1of 4

Nama : M.

Syahrul Sandrea
NIM : 03031381621066
Shift : Kamis (13.00-16.00 WIB)
Kelompok :2

BIOFUNGISIDA

1.1. Pengertian Biofungisida


Biofungisida merupakan jenis pestisida dari organisme tertentu yang
digunakan untuk mengendalikan penyakit yang disebabkan oleh jamur pada
tanaman. Fungisida adalah pestisida yang secara spesifik dapat membunuh atau
menghambat cendawan penyebab penyakit. Fungisida umumnya berbentuk cair,
gas, butiran, dan serbuk. Fungisida dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan,
yaitu fungisida selektif dan non selektif. Jenis jenis fungisida selektif yaitu
fungisida sulfur, tembaga, quinon dan heterosiklik. Fungsida non selektif ialah
fungisida hidrokarbon aromatik, anti-oomycota, oxathiin, organofosfat, fungisida
yang menghambat sintesis sterol, serta fungisida sistemik lainnya. Fungisida
selektif membunuh jamur tertentu namun tidak menyakiti jamur lainnya.
Fungisida juga dapat dikategorikan sebagai fungisida kontak, translaminar, dan
sistemik. Fungisida kontak hanya bekerja di bagian yang tersemprot. Fungisida
translaminar mengalir dari bagian yang disemprot daun dan bagian atas tanaman
ke bagian yang tidak disemprot. Fungisida sistemik akan diserap oleh tumbuhan
dan didistribusikan melalui sistem pembuluh tanaman tersebut.
Penggunaan pestisida yang berasal dari bakteri atau biofungisida lebih
aman dibandingkan pestisida kimia atau fungisida dalam menghambat
pertumbuhan jamur patogen pada tanaman. Penggunaan pestisida yang berasal
dari mikroorganisme menguntungkan seperti bakteri atau dalam bahasa ilmiah
biofungisida lebih unggul dibanding penggunaan pestisida kimia dalam
membunuh jamur atau cendawan yang bersifat merusak pada salah satu penyakit
tanaman. Biofungisida berfungsi untuk membunuh jamur, contoh fungisida yang
paling umum digunakan yaitu Trichoderma sp (Fairuzah dkk, 2014).
Biofungisida umumnya digunakan untuk mengendalikan penyakit akar
putih pada tanaman karet dan layu fusarium pada cabai. Gliocladium spesies G.
roseum dan G. virens. untuk mengendalikan busuk akar pada cabai akibat
serangan jamur Sclerotium Rolfsii. Bacillus subtilis yang merupakan bakteri
saprofit mampu mengendalikan serangan jamur Fusarium sp. Penggunaan
pestisida yang berasal dari bakteri atau biofungisida lebih aman dibandingkan
pestisida kimia fungisida dalam mengambat pertumbuhan jamur patogen pada
tanaman. Penggunaan pestisida biologi yang umum berasal dari mikroorganisme
menguntungkan seperti bakteri atau biofungisida lebih dinilai unggul bila
dibandingkan dengan penggunaan pestisida kimia dalam membunuh jamur atau
cendawan yang bersifat merusak pada salah satu penyakit tanaman. Salah satu
mikroorganisme fungsional yang dikenal luas sebagai pupuk biologis tanah dan
biofungisida adalah jamur Trichoderma sp yang digunakan untuk mengendalikan
penyakit akar putih pada tanaman karet dan layu fusarium pada cabai. Merek
dagangnya adalah Saco P dan Biotri P. Kegiatan kultur biofungisida terbilang
mudah yaitu dengan memiliki isolat Trichoderma sp telah banyak berkembang
yaitu seperti tanaman jagung, menir, dan juga beras. (Alfizar dkk, 2013).
Cara kerja fungisida nabati adalah menghancurkan melisis atau dinding sel
patogen. Cara kerja fungisida hayati adalah, pertama kompetisi patogen tidak
mendapatkan ruangan atau makanan. Antibiosi atau mikroorganisme antagonis
mengeluarkan senyawa yang dapat berfungsi menghambat pertumbuhan atau per-
kembangan bakteri patogen. Terakhir, hiperparasit yaitu apabila mikroorganisme
antagonis akan menghisap senyawa yang ada dalam patogen (Herlina, 2009).

1.2. Pembuatan Biofungisida


Salah satu mikroorganisme fungsional yang dikenal luas sebagai pupuk
biologis tanah dan biofungisida adalah jamur Trichoderma sp. Mikroorganisme
ini adalah jamur penghuni tanah yang dapat diisolasi dari perakaran tanaman
lapangan. Trichoderma sp disamping sebagai organisme pengurai, dapat pula
berfungsi sebagai agen hayati dan stimulator pertumbuhan tanaman. Trichoderma
sp dapat menghambat pertumbuhan serta penyebaran racun jamur penyebab
penyakit bagi tanaman seperti cendawan Rigdiforus lignosus dan lainnya.
Penggunaan pupuk biologis dan agen hayati Trichoderma sp sangat efektif
mencegah penyakit busuk pangkal batang dan busuk akar dari tanaman yang
menyebabkan tanaman layu, dan penyakit jamur akar putih. Penggunaan pupuk
biologis dan biofungisida Trichoderma sp memang tidak memperlihatkan dampak
manfaatnya secara langsung seperti pupuk ataupun fungisida kimia. Trichoderma
sp akan memberikan mafaat yang lebih baik dari fungisida kimia.
Trichoderma sp merupakan cendawan atau fungi yang termasuk dalam
kelas ascomycetes, dimana Trichoderma sp banyak ditemukan di dalam tanah
hutan maupun tanah pertanian atau pada tunggul kayu. Trichoderma sp akan
tumbuh dengan baik pada suhu 6°C sampai dengan 41°C dengan pH optimum 3
sampai dengan 7 dengan sukrosa dan glukosa sebagai makanan utama atau karbon
utama. Trichoderma sp dapat berkembangbiak menggunakan konidia atau spora.
Trichoderma sp wajib disimpan pada ruangan bersih dan terhindar dari sinar
matahari. Trichoderma sp akan terlihat tumbuh setelah satu sampai dua minggu.
Trichoderma sp yang telah tumbuh pada media beras dan sekam disebut dengan
starter beras yang selanjutnya dapat dibiakkan pada media tanah. Bahan untuk
starter yang butuhkan adalah beras, sekam padi, dan biang Trichoderma, sp.
Proses pembiakan starter diawali dengan mengukus campuran 30 kg beras
dan 1,5 kg sekam padi selama satu setengah jam. Campuran beras dan sekam padi
yang telah dikukus dimasukan dalam kantong plastik berukuran 1kg sebanyak
setengah dari kantong plastik kemudian dikukus kembali selama satu jam. Angkat
dan dinginkan dalam ruangan yang bersih selama 12 jam. Masukan biang
Trichoderma sp kedalam kantong plastik berisi campuran beras dan sekam
kemudian dikocok sampai tercampur rata. Setelah kantong plastik diikat rapat,
susun dan simpan pada ruangan bersih dan terhindar dari sinar matahari.
Trichoderma sp akan terlihat tumbuh setelah satu sampai dua minggu.
Trichoderma sp yang telah tumbuh pada media beras dan sekam disebut
dengan starter beras yang selanjutnya dapat dibiakkan pada media tanah. Hal yang
paling penting dalam proses pembiakkan cendawan Trichoderma sp adalah
kebersihan lingkungan dan peralatan yang digunakan. Setelah satu bulan
Trichoderma sp akan tumbuh dengan ditandai munculnya benang-benang halus
berwarna putih pada permukaan media kompos. Ketika media telah ditumbuhi
cendawan Trichoderma sp media tanah dapat disimpan pada karung plastik
berukuran 20 kg atau dapat langsung diaplikasikan sebagai pupuk biologis dan
biofungisida. Umumnya penggunaan Trichoderma sp sebagai pupuk biologis dan
biofungisida pada tanaman karet akan mengurangi infeksi penyakit jamur akar
putih dan dapat meningkatkan produksi karet sampai 25%. (Kardian, 2002).
DAFTAR PUSTAKA

Alfizar, dkk. 2013. Kemampuan Antagonis Trichoderma Sp. Terhadap Beberapa


Jamur Patogen In Vitro. Jurnal Floratek. Vol. 1(8): 45-51.
Fairuzah, Z., dkk. 2014. Keefektifan Beberapa Fungi Antagonis (Trichoderma
Sp.) Dalam Biofungisida Endohevea Terhadap Penyakit Jamur Akar Putih
(Rigidoporus Microporus) Di Lapangan. Jurnal Penelitian Karet. Vol.
32(2): 122-128.
Herlina, L. 2009. Potensi Trichoderma harzianum sebagai Biofungisida pada
Tanaman Tomat. Jurnal Biosantifika. Vol. 1(1): 62-69.
Kardian, A. 2002. Pestisida Nabati. Jakarta: Penebar Swadaya.

You might also like