Professional Documents
Culture Documents
NAMA KELOMPOK :
A. Latar belakang
a. Data :
Rasa nyeri pada persalinan dalam hal ini adalah nyeri kontraksi uterus yang dapat
mengakibatkan peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis, peruabahan tekanan darah,
denyut jantung, pernafasan dengan warna kulit dan apabila tidak segera diatasi maka
akan meningkatkan rasa khawatir, tegang, takut dan stress. Nyeri persalinan dapat
mempengaruhi kontraksi uterus melalui sekresi kadar katekolamia dan kartisol yang
menaikkan dan akibatnya mempengaruhi durasi persalinan. Nyeri juga dapat
menyebabkan aktivitas uterus yang tidak terkoordinasi yang akan mengakibatkan
persalinan lama. Adapun nyeri persalinan yang berat dan lama dapat mempengharuhi
sverifikasi sirkulasi maupun metabolisme yang harus segera diatasi karena dapat
menyebabkan kematian gania (Yuliatun, 2008).
b. Rumusan masalah :
B. Tujuan
a. Tujuan umum : Untuk mengetahui bagaimana cara mengurangi rasa nyeri dengan
D. Bahasan
b. Sub bahasan :
E. Metode / Methods :
a. Ceramah
b. Diskusi
F. Media / Alat :
a. Materi (Terlampir)
b. Leaflet
G, Pengorganisasian
H. Setting Tempat
I. Kegiatan Penyuluhan
J. Evaluasi
1. Evaluasi struktur:
a. Pengorganisasian sudah ditetapkan.
b. Peserta sudah menempati ruangan.
c. Leaflet sudah dibagikan kepada peserta.
2. Evaluasi proses:
a. Peserta antusias mendengarkan penyuluhan.
3. Evaluasi hasil:
a. Diukur dengan keaktifan peserta saat sesi tanya jawab.
K. Penutup
Klasifikasi Nyeri
a. Nyeri somatik superficial (nyeri pada kulit).
b. Nyeri somatik dalam.
c. Nyeri viseral (nyeri karena perangsangan organ visceral).
d. Nyeri alih.
e. Nyeri akut.
f. Nyeri kronis.
L. Daftar pustaka
Yuliatun, Laily. 2008. Penangan Nyeri Persalinan dengan Metode Non Farmakologi. Malang :
Bayumedia Publishing.
Nyeri persalinan merupakan pengalaman subjektif tentang sensasi fisik yang terkait
dengan kontraksi uterus, dilatasi dan penipisan serviks, serta penurunan janin selama
persalinan. Respon fisiologis terhadap nyeri meliputi peningkatan tekanan darah, denyut
nadi, pernapasan, keringat, diameter pupil, dan ketegangan otot (Arifin, 2008).
Nyeri persalinan ditandai dengan adanya kontraksi rahim, kontraksi sebenarnya telah
terjadi pada minggu ke-30 kehamilan yang disebut kontraksi Braxton hicks akibat perubahan-
perubahan dari hormon estrogen dan progesteron tetapi sifatnya tidak teratur, tidak nyeri
dan kekuatan kontraksinya sebesar 5 mmHg, dan kekuatan kontraksi Braxton hicks ini akan
menjadi kekuatan his dalam persalinan dan sifatnya teratur. Kadang kala tampak keluarnya
cairan ketuban yang biasanya pecah menjelang pembukaan lengkap, tetapi dapat juga keluar
sebelum proses persalinan. Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan dapat
berlangsung dalam waktu 24 jam (Gadysa, 2009).
II. FISIOLOGI NYERI PERSALINAN
1. Selama kala I
Nyeri dihasilkan oleh dilatasi servik dan SBR, serta ditensi uterus.
a. Itensitas nyeri kala I akibat dari kontraksi uterus involunter.
b. Nyeri dirasakan dari pinggang ke perut.
c. Kualitas nyeri bervariasi.
d. Sensasi impuls dari uterus sinapsnya pada torakal 10, 11,12 dan lumbal 1.
e. Mengurangi nyeri pada fase ini dengan memblok daerah diatasnya.
Fase Transisi
a. Selama fase transisi sensasi nyeri dirasakan amat sangat.
b. Menunjukkan penurunan:
c. Penurunan kemampuan mendengar dan konsentrasi.
2. Selama Kala II
a. Nyeri diakibatkan oleh tekanan kepala janin pada pelvis.
b. Distensi struktur pelvis dan tekanan pada pleksus lumbosakralis.
c. Nyeri dirasakan pada: Region L 2m bagian bawah punggung, dan juga pada paha dan
tungkai. Pada area vagina dan perineum
d. Sensasinya seperti tarikan,tekanan, rasa terbakar dan puntiran serta kram.
e. Ibu biasanya punya keinginan untuk mengedan.
f. Sensasi impuls dibawa dari pericum ke sacrum 2, 3, 4 oleh saraf pudendal.
g. Untuk mengurangi nyeri diblok pada reseptor yang lebih bawah.
3. Kala III
Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Tanda – tanda lepasnya plasenta mencakup
beberapa atau semua hal berikut ini: Perubahan bentuk dan tinggi fundus, tali pusat
memanjang, semburan darah mendadak dan singkat. Manajemen aktif kala tiga bertujuan
untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat
waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi kehilangan darah kala tiga persalinan jika
dibandingkan dengan penatalaksaan fisiologis.
Keuntungan manajemen katif kala tiga adalah persalinan kala tiga lebih singkat,
mengurangi jumlah kehilangan darah, me-ngurangi kejadian retensio plasenta. Tiga
langkah utama dalam manajemen aktif kala tiga adalah peberian suntikan oksitosin dalam
1 menit pertama setelah bayi lahir, melakukan penegangan tali pusat terkendali, measase
fundus uteri.
4. Kala IV
Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post
partum.Menurut Manuaba Kala IV dimaksud-kan untuk melakukan observasi karena
perdarahan post partum paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang harus
dilakukan adalah:
1. Kesadaran penderita, mencerminkan kebahagiaan karena tugasnya untuk melahirkan
bayi telah selesai.
2. Pemeriksaan yang dilakukan: tekanan darah, nadi, pernafa-san, dan suhu; kontraksi
rahim yang keras; perdarahan yang mungkin terjadi dari plasenta rest, luka
episiotomi, perlukaan pada serviks; kandung kemih dikosongkan, karena dapat
mengganggu kontraksi rahim.
3. Bayi yang telah dibersihkan diletakan di samping ibunya agar dapat memulai
pemberian ASI.
4. Observasi dilakukan selama 2 jam dengan interval pemerik-saan setiap 2 jam.
5. Bila keadaan baik, parturien dipindahkan ke ruangan inap bersama sama dengan
bayinya.
5. Intensitas Nyeri
Intensitas nyeri dibedakan menjadi:
a. Nyeri berat
b. Nyeri sedang
c Nyeri ringan
Diukur bedasarkan skala bersifat subjektif dengan analog skala simple descriptive
skalagrafik, dengan rating skala lima kala intensitas nyeri:
0 : Tidak nyeri
1-2 : Nyeri ringan
3-5 : Nyeri sedang/Moderal
6-7 : Nyeri berat/Severe
8-10 : Nyeri sangat berat
4. Klasifikasi Nyeri
a. Nyeri somatik superficial (nyeri pada kulit).
b. Nyeri somatik dalam.
c. Nyeri viseral (nyeri karena perangsangan organ visceral).
d. Nyeri alih.
e. Nyeri akut.
f. Nyeri kronis.
a. Faktor Fisik
Intensitas nyeri yang dirasakan bergantung pada beberapa faktor seperti intensitas
dan lamanya kontraksi rahim, besarnya pembukaan mulut rahim, regangan jalan lahir
bagian bawah, umur, banyaknya persalinan, besarnya janin, dan keadaan umum pasien.
Pasien yang bersalin pertama kali pada usia tua umumnya mengalami persalinan yang
lebih lama dan lebih nyeri dibandingkan dengan pasien usia muda. Intensitas kontraksi
rahim pada persalinan yang pertama cenderung lebih tinggi pada awal persalinan. Juga
pada kemacetan persalinan akibat janin yang besar atau jalan lahir yang sempit pasien
mengalami rasa nyeri yang lebih hebat daripada persalinan normal. Kelelahan dan kurang
tidur berpengaruh juga terhadap toleransi pasien dalam dalam menghadapi rasa nyeri.
b. Faktor Psikologik
reaksi pasien terhadap rasa nyeri pada persalinan berbeda-beda. Hal ini antara lain
tergantung dari siakap dan keadaan mental pasien, kebiasaan dan budaya. Mengalihkan
perhatian seperti mendengarkan musik, bercakap-cakap sering digunakan untuk
mengurangi reaksi terhadap rasa nyeri.
Nyeri persalinan. Pasti semua ibu hamil yang bakal bersalin ngerasa takut untuk menghadapi
persalinan. tapi sebenarnya secara keilmuan di dalam literatur menyebutkan bahwa nyeri
persalinan itu dapat ditangani alias diobati. Memang tidak sampai hilang namun setidaknya
dapat membuat nyaman sang ibu. Kalau sekarang sih sudah banyak ibu hamil yang akan bersalin
menggunakan operasi sesar untuk mengatasi rasa nyerinya atau takut nyeri. Tapi kata orang
jaman dulu kalau "wanita adalah orang yang melahirkan secara normal yang memang melalui
jalan lahir". Sebenarnya kalau harus operasi karena takut sama nyeri itu terlalu kekanak-kanakan,
kalau memeng tidak mau merasakan nyeri ya tidak usah punya anak. kecuali harus melakukan
operasi karena ada indikasi. Jadi tidak perlu merasa takut dengan nyeri persalinan karena
sebenarnya dapat di atasi baik secara farmakologis maupun nonfarmakologis. untuk lebih
jelasnya silahkan konsultasi ke dokter kandungan/bidan anda.
1. Metode Farmakologis
a. Pethidin
Pethidin merupakan salah satu metode pengurangan rasa sakit yang dilakukan
dengan menyuntikkan pethidine di paha atau pantat. Masa kerjanya bisa mencapai 4 jam
dan dapat menimbulkan rasa kantuk (walaupun ibu tetap dalam keadaan sadar) serta
kadang-kadang juga dapat menimbulkan rasa mual. Efek pethidin, yang merupakn
turunan morfin ini, tidak hanya dirasakan oleh ibu, tetapi juga oleh janin. Janin ikut
mengantuk dan agak lemas. Oleh karena itu, cara ini sudah jarang digunakan (Andriana,
2007).
c. Anastesi Epidural
Metode ini paling sering dilakukan karena memungkinkan ibu untuk tidak
merasakan sakit tanpa tidur. Obat anastesi disuntikkan pada rongga kosong tipis
(epidural) diantara tulang punggung bagian bawah. Pemberian obat ini harus
diperhitungkan agar tidak ada pengaruhnya pada kala II persalinan, jika tidak maka ibu
akan mengedan lebih lama (Judha, 2012).
d. Entonox
Entonox merupakan metode penggurangan rasa sakit lewat inhalasi atau
penghirupan, menggunakan campuran oksigen dan oksida nitrogen (nitrous oxide). Saat
kontraksi datang, ibu dapat menghirup obat ini dengan menggunakan masker.
Entonox bekerja langsung pada otak ibu, dengan mematikan rasa sakit yang
ditangkap oleh otak. Obat bius hirup ini memberikan efek ringan dan baru bekerja 30
menit setelah digunakan serta tidak berdampak apapun pada janin (Andriana, 2007).
B. Metode Non Farmakologis
a. Aromaterapi
Aromaterapi/bau-bauan yang menyenangkan dan memberikan rasa nyaman serta
relaksasi pada tubuh dan pikiran ibu akan mereduksi nyeri dan cemas, sehingga nyeri
akan berkurang (Yuliatun, 2008).
c. Relaksasi
Sebagian besar ibu hamil mengalami ketakutan terhadap nyeri persalinan yang akan
mereka alami. Selama persalinan, ketakutan akan menyebabkan dan meningkatkan rasa
nyeri persalinan. Sementara itu, relaksasi menyebabkan penurunan ketegangan yang
dialami ibu bersalin maupun bayinya dan lebih efektif bila dilakukan sejak masa
kehamilan.
Beberapa manfaat relaksasi untuk ibu diantaranya yaitu stres ibu bersalin berkurang
atau teratasi sehingga ibu mempunyai pengalaman yang positif tentang persalinan dan
aliran darah tubuh tidak dialihkan dari uterus sehingga mencegah kelelahan, terutama
pada otot uterus (Yuliatun, 2008).
d. Teknik Pernafasan
Pada umumnya, metode relaksasi berfokus pada pengontrolan pernafasan dan
memastikan proses pernafasan berfungsi dengan baik. Saat ibu bersalin mengalami rasa
takut, pernafasan menjadi dangkal dan cepat, bahu tertarik ke depan atas mendekati
telinga dan leher disertai rasa kaku dan kencang. Hal tersebut merupakan reaksi yang
umumnya saat menghadapi situasi stressful atau situasi yang menakutkan. Keadaan
tersebut normal, namun tubuh tidak dapat terus menerus dalam kondisi tersebut dala
waktu yang lama tanpa merasa kelelahan. Pernafasan yang terjadi saat ibu mengalami
panik menyebabkan hilangnya suplai oksigen pada tubuh ibu dan bayi sehingga
dibutuhkan teknik pernafasan yang baik (Yuliatun, 2008).
g. Hidroterapi
Air merupakan hal yang mengagumkan dalam penurunan nyeri. Saat persalinan air
dapat membuat ibu menjadi rileks, membawa perasaan seolah berada pada dunia sendiri
tanpa seorang pun masuk didalamnya. Hidroterapi dapat dilakukan dengan cara
menyiram tubuh dengan shower ke area punggung, atau perut untuk menurunkan
stimulus nyeri akibat kontraksi. Selain itu, hidroterapi dapat juga dilakukan dengan cara
berendam dalam kolam atau bak untuk persalinan dan berakhir sampai bayi lahir.
Teknik ini lebih dikenal dengan nama waterbirth.
Penggunaan hidroterapi tersebut tidak dapat menghilangkan nyeri secara
keseluruhan, namun hidroterapi dapat membuat ketidaknyamanan selama persalinan
dapat diatasi (Yuliatun, 2008).
h. Akupresur
Akupresur merupakan ilmu penyembuhan yang berasal dari Tionghoa dan sudah
dikenal lebih dari 500 tahun yang lalu (Yuliatun, 2008). Akupresur merupakan
pengembangan diri teknik akupuntur. Nyeri persalinan dapat dikontrol dengan
memberikan stimulus, salah satu stimulus tersebut adalah akupresur. Akupresur akan
merangsang produksi endorphin local, selain itu akupresur menutup gerbang terhadap
rasa nyeri yaitu dengan mempertimbangkan tempat penekanan dalam mengontrol nyeri
persalinan. Teknik akupresur ini juga dikenal sebagai masase shiatsu (Judha, 2012).
i. Hypnobirthing
Hypnobirthing merupakan penggunaan metode hipnotis untuk mencapai relaksasi
maksimum dan rasa nyaman selama proses persalinan. Ibu bersalin yang menggunakan
metode hypnobirthing akan merasakan rileks, tenang, dan tetap dapat mengontrol
dirinya.
Metode hypnobirthing merupakan manajemen nyeri persalinan nonfarmakologi
yang tidak mempunyai efek merugikan bagi ibu dan janin. Metode ini mengajarkan
pada ibu bahwa persalinan merupakan proses yang menyenangkan sehingga endofrin
pada tubuh ibu bersalin meningkat yang akan menghilangkan rasa tidak nyaman, nyeri,
dan meminimalkan penggunaan medikasi (Yuliatun, 2008).
j. Massage
Umunnya ada dua teknik pemijatan yang dilakukan dalam persalina, yaitu
effleurage dan countepressure. Effleurage adalah teknik pemijatan berupa usapan
lembut, lambat, dan panjang atau tidak terputus-putus. Teknik ini menimbulkan efek
relaksasi. Sedangkan massage countepressure adalah pijatan tekanan kuat dengancara
meletakkan tumit tangan atau bagian datar dari tanagn, atau juga menggunakan bola
tenis. Tekanan dapat diberikan dalam gerakan lurus atau lingkaran kecil. Teknik ini
efektif menghilangkan rasa sakit punggung akibat persalinan (Danuatmaja dan
Meiliasari, 2004).