You are on page 1of 23

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diuretik adalah obat yang mempunyai titik tangkap kerja pada ginjal untuk
meningkatkan produksi kemih. Secara teoritis, produksi kemih dapat ditingkatkan
dengan mempercepat laju filtrasi dan yang kedua dengan mengurangi penyerapan
kembali di tubulus. Diuretik dibagi menjadi 5 golongan:
1. Inhibitor karbonik anhidrase adalah obat yang digunakan untuk menurunkan
tekanan intraokular.
2. Diuretik loop bekerja dengan mencegah reabsorpsi natrium, klorida, dan
kalium pada segmen tebal ujung asenden ansa Henle (nefron) melalui
inhibisi pembawa klorida.
3. Triazid merupakan obat yang paling banyak digunakan, obat ini dapat
menurunkan reabsorpsi natrium dan klorida, yang meningkatkan ekskresi
air, natrium, dan klorida.
4. Hemat kalium berfungsi menurunkan reabsorpsi natrium dan klorida, yang
meningkatkan ekskresi air, natrium, dan klorida.
5. Mekanisme kerja obat diuretik dibagi menjadi 2 yaitu famakodinamik dan
farmakokinetik.

Pemakaian diuretik sebagai terapi edema telah dimulai sejak abad ke-16.
HgCl 2 diperkenalkan oleh Paracelcus sebagai diuretik. Tahun 1930, Swartz
menemukan bahwa sulfanilamide sebagai antimicrobial dapat juga digunakan
untuk mrngobati edema pada pasien payah jantung, yaitu dengan meningkatkan
ekskresi dari Na+. diuretik modern makin berkembang sejak ditemukannya efek
samping dari obat-obat antimikroba yang mengakibatkan perubahan komposisi
dan output urine. Terkecuali spronolakton, diuretik kebanyakan berkembang
secara empiris, tanpa mengetahui mekanisme system transport spesifik di nefron.
Diuretik adalah obat yang terbanyak diresepkan di USA, cukup efektif, namun
memiliki efek samping yang banyak pula (Ganiswarna, 1995).
Indikasi penggunaan obat diuretik :
1. Edema yang disebabkan oleh gagal jantung, penyakit hat, dan gangguan
ginjal.

1
2. Non edema seperti hipertensi glukoma mountain sickness, forced diuesis
pada keracunan, ganggua asam basa, dan nefrolitiasis rekuren

Diuretik sangat berguna untuk mengatasi edema yang disebabkan penyakit


jantung, sirosis hati dan penyakit ginjal tertentu. Diuretik terutama digunakan
untuk mengurangi sembab atau (edema) yang disebabkan oleh meningkatnya
jumlah cairan luar sel, pada keadaan yang berhubungan dengan kegagalan jantung
kongestif, kegagalan ginjal, oligourik, sirosis hepatik, keacunan kehamilan,
glaukoma, hiperkalsemia, diabetes insipidus dan sembab yang disebabkan oleh
penggunaan jangka panjang kortikosteroid atau estrogen. Diuretik juga digunakan
sebagai penunjang pada pengobatan hipertensi (Tjay, 2007). Diuretik
mempengaruhi tiga proses fisiologis dalam pengangkutan elektrolit, yaitu pada
filtrasi glomerulus, penyerapan kembali di tubulus atau loop of henle dan sekresi
di tubulus. Secara umum diuretika dibagi menjadi tujuh kelompok yaitu diuretika
osmotik, diuretika pembentuk asam, diuretika merkuri organik, diuretika
penghambat karbonik anhidrase, diuretika turunan tiazida, diuretika hemat kalium
dan diuretika loop (Soekardjo dkk, 1995).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian diuretik?
2. Apa saja penggolongan dan jenis obat diuretik?
3. Bagaimana mekanisme kerja obat diuretik?
4. Apa saja indikasi penggunaan obat diuretik?
5. Apa saja efek samping dari penggunaan obat diuretik?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui pengertian diuretik
2. Untuk mengetahui apa saja penggolongan dan jenis obat diuretik?
3. Untuk mempelajari bagaimana mekanisme kerja obat diuretik?
4. Untuk mengetahui apa saja indikasi penggunaan obat diuretik?
5. Untuk mengetahui apa saja efek samping dari penggunaan obat diuretik?

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Diuretik


Diuretik berasal dari kata dioureikos yang berarti merangsang berkemih
atau merangsang pengeluaran urin. Diuretik adalah suatu sediaan yang dapat
meningkatkan laju urinasi dan volume air seni. Dengan kata lain diuretik ialah
obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Istilah diuresis
memiliki dua pengertian, ialah menunjukkan adanya penambahan volume urin
yang diproduksi dan menunjukkan jumlah pengeluaran zat-zat terlarut dan air.
Fungsi utama diuretika adalah untuk memobilisasi cairan edema, yang berarti
mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan
ekstrasel kembali menjadi normal. Penggunaan diuretik dalam pengobatan medis
dilakukan untuk menurunkan volume cairan ekstraseluler, khususnya
pada penyakit yang berhubungan dengan edema dan hipertensi. Diuretik juga
dilaporkan dapat dijadikan sebagai terapi sirosis hati, asites , sindrom nefritis, dan
toksemia gagal ginjal. Tetapi dibalik keuntungan pemberian diuretik, harus
diingat bahwa pengeluaran sejumlah besar cairan tubuh yang diikuti keluarnya
garam-garam tubuh, dapat menimbulkan gangguan keseimbangan pH dan atau
makanan yang masuk, jumlah air kemih, berat badan setiap hari, tekanan darah
dan pemeriksaan laboratorium. Juga dijaga agar penderita makan buah-buahan
yang banyak mengandung K+ untuk mengganti K+ yang hilang. Sediaan diuretik
dapat berasal dari senyawa kimia sintetik (buatan) dan alami (sumber hayati).

2.2 Jenis-Jenis dan Penggolongan Obat Diuretik


Diuretik dapat dibagi menjadi 5 golongan yaitu :
1. Inhibitor karbonik anhidrase (asetazolamid).
2. Loop diuretik (furosemid, as etakrinat, torsemid, bumetanid)
3. Tiazid (klorotiazid, hidroklorotiazid, klortalidon)
4. Hemat kalium (amilorid, spironolakton, triamteren)
5. Osmotik (manitol, urea)

3
1. Inhibitor karbonik anhidrase
Karbonik anhidrase adalah enzim yang mengkatalis reaksi CO2
+H2O H2CO3. Enzim ini terdapat antara lain dalam sel korteks
renalis, pankreas, mukosa lambung, mata, eritrosit dan SSP, tetapi
tidak terdapat dalam plasma.
Inhibitor karbonik anhidrase adalah obat yang digunakan untuk
menurunkan tekanan intraokular pada glaukoma dengan membatasi
produksi humor aqueus, bukan sebagai diuretik (misalnya, asetazolamid).
Obat ini bekerja pada tubulus proksimal (nefron) dengan mencegah
reabsorpsi bikarbonat (hidrogen karbonat), natrium, kalium, dan air semua
zat ini meningkatkan produksi urine.
Yang termasuk golongan diuretik ini adalah asetazolamid,
diklorofenamid dan meatzolamid.
2. Loop Diuretik
Termasuk dalam kelompok ini adalah asam etakrinat,
furosemid dan bumetanid. Asam etakrinat termasuk diuretik yang
dapat diberikan secara oral maupun parenteral dengan hasil yang
memuaskan. Furosemid atau asam 4-kloro-N-furfuril-5-sulfomail
antranilat masih tergolong derivat sulfonamid.
Diuretik loop bekerja dengan mencegah reabsorpsi natrium, klorida,
dan kalium pada segmen tebal ujung asenden ansa Henle (nefron) melalui
inhibisi pembawa klorida. Obat ini termasuk asam etakrinat, furosemid da
bumetanid, dan digunakan untuk pengobatan hipertensi, edema, serta
oliguria yang disebabkan oleh gagal ginjal. Pengobatan bersamaan dengan
kalium diperlukan selama menggunakan obat ini.
3. Tiazid
Senyawa tiazid menunjukkan kurva dosis yang sejajar dan daya
klouretik maksimal yang sebanding. Merupakan obat diuretik yang paling
banyak digunakan. Diuretik tiazid, seperti bendroflumetiazid, bekerja pada
bagian awal tubulus distal (nefron). Obat ini menurunkan reabsorpsi
natrium dan klorida, yang meningkatkan ekskresi air, natrium, dan klorida.
Selain itu, kalium hilang dan kalsium ditahan. Obat ini digunakan dalam

4
pengobatan hipertensi, gagal jantung ringan, edema, dan pada diabetes
insipidus nefrogenik.
Obat-obat diuretik yang termsuk golongan ini adalah ; klorotiazid,
hidroklorotiazid, hidroflumetiazid, bendroflumetiazid, politiazid,
benztiazid, siklotiazid, metiklotiazid, klortalidon, kuinetazon, dan
indapamid.
4. Hemat kalium
Diuretik yang mempertahankan kalium menyebabkan diuresis tanpa
kehilangan kalium dalam urine. Yang termasuk dalam klompok ini antara
lain aldosteron, traimteren dan amilorid.
 Antagonis Aldosteron
Aldosteron adalah mineralokortikoid endogen yang paling kuat.
Peranan utama aldosteron ialah memperbesar reabsorbsi natrium dan
klorida di tubuli serta memperbesar ekskresi kalium. Yang
merupakan antagonis aldosteron adalah spironolakton dan bersaing
dengan reseptor tubularnya yang terletak di nefron sehingga
mengakibatkan retensi kalium dan peningkatan ekskresi air serta
natrium. Obat ini juga meningkatkan kerja tiazid dan diuretik loop.
Diuretik yang mempertahankan kalium lainnya termasuk amilorida,
yang bekerja pada duktus pengumpul untuk menurunkan reabsorpsi
natrium dan ekskresi kalium dengan memblok saluran natrium, tempat
aldosteron bekerja. Diuretik ini digunakan bersamaan dengan diuretik
yang menyebabkan kehilangan kalium serta untuk pengobatan edema
pada sirosis hepatis. Efek diuretiknya tidak sekuat golongan diuretik
kuat.
 Triamteren dan Amilorid
Kedua obat ini terutama memperbesar ekskresi natrium dan
klorida, sedangkan eksresi kalium berkurang dan ekskresi bikarbonat
tidak mengalami perubahan. Triamteren menurunkan ekskresi K+
dengan menghambat sekresi kalium di sel tubuli distal. Dibandingkan
dengan triamteren, amilorid jauh lebih mudah larut dalam air sehingga
lebih mudah larut dalam air sehingga lebih banyak diteliti.

5
Absorpsi triamteren melalui saluran cerna baik sekali, obat ini
hanya diberikan oral. Efek diuresisnya biasanya mulai tampak setelah
1 jam. Amilorid dan triameteren per oral diserap kira-kira 50% dan
efek diuresisnya terlihat dalam 6 jam dan berkahir sesudah 24 jam.
5. Diuretik osmotik
Istilah diuretik osmotik biasanya dipakai untuk zat bukan
elektrolit yang mudah dan cepat diekskresi oleh ginjal. Contoh
dari diuretik osmotik adalah ; manitol, urea, gliserin dan isosorbid.
Suatu zat dapat bertindak sebagai diuretik osmotik apabila
memenuhi 4 syarat :
1. Difiltasi secara bebas oleh glomerulus
2. Tidak atau hanya sedikit direabsorpsi sel tubuli ginjal
3. Secara farmakologis merupakan zat yang inert
4. Umumnya resisten terhadap perubahan-perubahan
metabolik.

2.3 Mekanisme Kerja Obat Diuretik


1. Inhibitor karbonik anhidrase
Yang termasuk golongan diuretik ini adalah asetazolamid, diklorofenamid dan
meatzolamid.
 Asetazolamid
 Farmakodinamika
Efek farmakodinamika yang utama dari asetazolamid adalah
penghambatan karbonik anhidrase secara nonkompetitif. Akibatnya
terjadi perubahan sistemik dan pearubahan terbatas pada organ tempat
enzim tersebut berada. Asetazolamid memperbesar ekskresi K+, tetapi
efek ini hanya nyata pada permulaan terapi saja, sehingga pengaruhnya
terhadap keseimbangan kalium tidak sebesar pengaruh tiazid.
 Farmakokinetik
Asetazolamid diberikan per oral.Asetozalamid mudah diserap melalui
saluran cerna, kadar maksimal dalam darah dicapai dalam 2 jam dan
ekskresi melalui ginjal sudah sempurna dalam 24 jam. Obat ini

6
mengalami proses sekresi aktif oleh tubuli dan sebagian direabsorpsi
secara pasif. Asetazolamid terikat kuat pada karbonik anhidrase,
sehingga terakumulasi dalam sel yang banyak mengandung enzim ini,
terutama sel eritrosit dan korteks ginjal. Distribusi penghambat
karbonik anhidrase dalam tubuh ditentukan oleh ada tidaknya enzim
karbonik anhidrase dalam sel yang bersangkutan dan dapat tidaknya
obat itu masuk ke dalam sel. Asetazolamid tidak dimetabolisme dan
diekskresi dalam bentuk utuh melalui urin.
2. Loop Diuretik
 Mekanisme kerja :
Secara umum dapat dikatakan bahwa diureti kuat mempunyai mula
kerja dan lama kerja yang lebih pendek dari tiazid. Diuretik kuat terutama
bekerja pada Ansa Henle bagian asenden pada bagian dengan epitel tebal
dengan cara menghambat kotranspor Na+/K+/Cl- dari membran lumen
pada pars ascenden ansa henle, karena itu reabsorpsi Na+/K+/Cl- menurun
 Farmakokinetik
Ketiga obat mudah diserap melalui saluran cerna, dengan derajat
yang agak berbeda-beda. Bioavaibilitas furosemid 65 % sedangkan
bumetanid hamper 100%. Diuretic kuat terikat pada protein plasma secara
ekstensif, sehingga tidak difiltrasi di glomerulus tetapi cepat sekali
disekresi melalui system transport asam organic di tubuli proksimal.
Kira-kira 2/3 dari asam etakrinat yang diberikan secara IV
diekskresi melalui ginjal dalam bentuk utuh dan dalam konjugasi dengan
senyawa sulfhidril terutama sistein dan N-asetil sistein. Sebagian lagi
diekskresi melalui hati.sebagian besar furosemid diekskresi dengan cara
yang sama, hanya sebagian kecil dalam bentuk glukuronid. Kira-kira 50%
bumetanid diekskresi dalam bentuk asal, selebihnya sebagai metabolit.
3. Tiazid
 Mekanisme kerja :
Bekerja pada tubulus distal untuk menurunkan reabsorpsi Na+ dengan
menghambat kotransporter Na+/Cl- pada membran lumen.

7
 Farmakodinamika
Efek farmakodinamika tiazid yang utama ialah meningkatkan
ekskresi natrium, klorida dan sejumlah air. Efek natriuresis dan kloruresis
ini disebabkan oleh penghambatan reabsorbsi elektrolit pada hulu tubuli
distal. Pada penderita hipertensi, tiazid menurunkan tekanan darah bukan
saja karena efek diuretiknya, tetapi juga karena efek langsung terhadap
arteriol sehingga terjadi vasodilatasi.
 Farmakokinetik :
Absorbsi tiazid melalui saluran cerna baik sekali. Umumnya efek
obat tampak setelah 1 jam. Didistribusikan ke seluruh ruang ekstrasel dan
dapat melewati sawar uri. Dengan proses aktif, tiazid diekskresi oleh sel
tubuli proksimal ke dalam cairan tubuli. Biasanya dalam 3-6 jam sudah
diekskresi dari badan.
4. Hemat kalium
 Antagonis Aldosteron
 Mekanisme kerja
Penghambatan kompetitif terhadap aldosteron. Bekerja di
tubulus renalis rektus untuk menghambat reabsorpsi Na+, sekresi K+
dan sekresi H+
 Farmakokinetik
70% spironolakton oral diserap di saluran cerna, mengalai
sirkulasi enterohepatik dan metabolisme lintas pertama. Metabolit
utamanya kankrenon. Kankrenon mengalami interkonversi enzimatik
menjadi kakreonat yang tidak aktif.
5. Diuretik osmotik
 Mekanisme Kerja:
Cara kerja obat diuretik osmotik adalah dengan meningkatkan
tekanan osmotik dalam lumen tubular (makanya namanya diuretik
osmotik). Hal ini menyebabkan ekskresi air dan elektrolit meningkat.
Elektrolit tersebut yaitu Na, K, Ca, Mg, HCO3 dan fosfat.
Pemberian manitol dan urea adalah secara intravena, sedangkan gliserin

8
dan isosorbid dapat diberikan per oral. Gliserin paling banyak
dimetabolisme yaitu sebesar 80% dan manitol 20%. Urea dan isosorbid
tidak dimetabolisme. Semua obat ini diekresi melalui ginjal.

2.4 Indikasi Penggunaan Obat Diuretik


1. Inhibitor karbonik anhidrase
 Indikasi
Penggunaan utama adalah menurunkan tekanan intraokuler pada
penyakit glaukoma. Asetazolamid juga efektif untuk mengurangi gejala
acute mountain sickness. Asetazolamid jarang digunakan sebagai diuretik,
tetapi dapat bermanfaat untuk alkalinisasi urin sehingga mempermudah
ekskresi zat organik yang bersifat asam lemah.
 Sediaan dan posologi
Asetazolamid tersedia dalam bentuk tablet 125 mg dan 250 mg untuk
pemberian oral.
2. Loop Diuretik
 Indikasi
Furosemid lebih banyak digunakan daripada asam etakrinat, karena
ganguan saluran cerna yang lebih ringan. Diuretik kuat merupakan obat
efektif untuk pengobatan udem akibat gangguan jantung, hati atau ginjal.
 Sediaan
 Asam etakrinat. Tablet 25 dan 50 mg digunakan dengan dosis 50-200
mg per hari. Sediaan IV berupa Na-etakrinat, dosisnya 50 mg, atau
0,5-1 mg/kgBB.
 Furosemid. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 20,40,80 mg dan
preparat suntikan. Umunya pasien membutuhkan kurang dari 600
mg/hari. Dosis anak 2mg/kgBB, bila perlu dapat ditingkatkan menjadi
6 mg/kgBB.
 Bumetanid. Tablet 0.5mg dan 1 mg digunakan dengan dosis dewasa
0.5-2mg sehari. Dosis maksimal per hari 10 mg. Obat ini tersedia juga
dalam bentuk bubuk injeksi dengan dosis IV atau IM dosis awal
antara 0,5-1 mg, dosis diulang 2-3 jam maksimum 10mg/kg.

9
3. Tiazid
 Indikasi
a. Tiazid merupakan diuretik terpilih untuk pengobatan udem akibat
payah jantung ringan sampai sedang. Ada baiknya bila dikombinasi
dengan diuretik hemat kalium pada penderita yang juga mendapat
pengobatan digitalis unruk mencegah timbulnya hipokalemia yang
memudahkan terjadinya intoksikasi digitalis.
b. Merupakan salah satu obat penting pada pengobatan hipertensi, baik
sebagai obat tunggal atau dalam kombinasi dengan obat hipertensi lain.
c. Pengobatan diabetes insipidus terutama yang bersifat nefrogen dan
hiperkalsiuria pada penderita dengan batu kalsium pada saluran kemih.
 Sediaan
Sediaan dan dosis golongan tiazid dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
SEDIAN DAN DOSIS TIAZID DAN SENYAWA SEJENIS

Obat Sediaan Dosis Lama kerja


(mg/hari) (jam)

Klorotiazid Tablet 250 dan 500 mg 500-2000 6-12

Hidroklortiazid Tablet 25 dan 50 mg 25-100 6-12

Hidroflumetiazid Tablet 50 mg 25-200 6-12

Bendroflumetiazid Tablet 2.5, 5 dan 10 mg 5-20 6-12


Tablet 1, 2 dan 4 mg
Politiazid 1-4 24-48
Tablet 50 mg
Benztiazid 50-200 6-12
Tablet 2 mg
Siklotiazid 1-2 18-24
Tablet 2.5 dan 5 mg
Metiklotiazid 2.5-10 24
Tablet 25, 50 dan 100mg
Klortalidon 25-100 24-72

10
Kuinetazon Tablet 50 mg 50-200 18-24

Indapamid Tablet 2.5 mg 2.5-5 24-36

4. Hemat kalium
 Indikasi
Antagonis aldosteron digunakan secara luas untuk pengobatan
hipertensi dan udem yang refrakter. Biasanya obat ini dipakai bersama
diuretik lain dengan maksud mengurangi ekskresi kalium, disamping
memperbesar diuresis.
 Sediaan dan dosis
Spironolakton terdapat dalam bentuk tablet 25, 50 dan 100 mg.
Dosis dewasa berkisar antara 25-200mg, tetapi dosis efektif sehari rata-
rata 100mg dalam dosis tunggal atau terbagi. Terdapat pula sediaan
kombinasi tetap antara spironolakton 25 mg dan hidraoklortiazid 25mg,
serta antara spironolakton 25 mg dan tiabutazid 2,5 mg.
 Triamteren dan Amilorid
 Indikasi
Bermanfaat untuk pengobatan beberapa pasien udem. Tetapi obat ini
akan bermanfaat bila diberikan bersama dengan diuretik golongan lain,
misalnya dari golongan tiazid.
 Sediaan
Triamteren tersedia sebagai kapsul dari 100mg. Dosisnya 100-300mg
sehari. Untuk tiap penderita harus ditetapkan dosis penunjang
tersendiri. Amilorid terdapat dalam bentuk tablet 5 mg. Dosis sehari
sebesar 5-10mg. Sediaan kombinasi tetap antara amilorid 5 mg dan
hidroklortiazid 50 mg terdapat dalam bentuk tablet dengan dosis sehari
antara 1-2 tablet.
5. Diuretik osmotik
 Indikasi
- Edema yang disebabkan oleh gagal jantung, penyakit hati, dan
gangguan ginjal.

11
- Non edema seperti hipertensi, glukoma, mountain sickness, Forced
diuresis pada keracunan, gangguan asam basa, dan nefrolitiasis
rekuren.
2.5 Efek Samping Obat Diuretik
1. Inhibitor karbonik anhidrase
 Efek Samping dan kontraindikasi
Pada dosis tinggi dapat timbul parestesia dan kantuk yang terus-
menerus. Asetazolamid mempermudah pembentukan batu ginjal karena
berkurangnya sekskresi sitrat, kadar kalsium dalam urin tidak berubah atau
meningkat. Asetazolamid dikontraindikasikan pada sirosis hepatis karena
menyebabkan disorientasi mental pada penderita sirosis hepatis. Reaksi
alergi yang jarang terjadi berupa demam, reaksi kulit, depresi sumsum
tulang dan lesi renal mirip reaksi sulfonamid.
Asetazolamid sebaiknya tidak diberikan selam kehamilan karena pada
hewan percobaan obat ini dapat menimbulkan efek teratogenik.
2. Loop Diuretik
 Efek samping
Efek samping asam etakrinat dan furosemid dapat dibedakan atas:
2. Reaksi toksik berupa gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
yang sering terjadi
3. Efek samping yang tidak berhubungan dengan kerja utamanya jarang
terjadi. Gangguan saluran cerna lebih sering terjadi dengan asam
etakrinat daripada furosemidi.
Tidak dianjurkan pada wanita hamil kecuali bila mutlak diperlukan.
Asam etakrinat dapat menyebabkan ketulian sementara maupun menetap.
Ketulian sementara dapat terjadi pada furosemid dan lebih jarang pada
bumetanid. Ketulian ini mungkin sekali disebabkan oleh perubahan
komposisi eletrolit cairan endolimfe. Ototoksisitas merupakan suatu efek
samping unik kelompok obat ini. Pada penggunaan kronis, diuretik kuat ini
dapat menurunkan bersihan litium.
4. Tiazid
 Efek samping

12
a. Reaksi alergi berupa kelainan kulit, purpura, dermatitis disertai
fotosensitivitas dan kelainan darah.
b. Pada penggunaan lama dapat timbul hiperglikemia, terutama pada
penderita diabetes yang laten.Ada 3 faktor yang menyebabkan antara
lain : berkurangnya sekresi insulin terhadap peninggian kadar glukosa
plasma, meningkatnya glikogenolisis dan berkurangnya glikogenesis.
c. Menyebabkan peningkatan kadar kolesterol dan trigliserid plasma
dengan mekanisme yang tidak diketahui.
d. Gejala infusiensi ginjal dapat diperberat oleh tiazid, mungkin karena
tiazid langsung megurangi aliran darah ginjal.
5. Hemat Kalium
 Antagonis Aldosteron
 Efek samping
Efek toksik yang paling utama dari spironolakton adalah hiperkalemia
yang sering terjadi bila obat ini diberikan bersama-sama dengan asupan
kalium yang berlebihan. Tetapi efek toksik ini dapat pula terjadi bila
dosis yang biasa diberikan bersama dengan tiazid pada penderita
dengan gangguan fungsi ginjal yang berat. Efek samping yang lebih
ringan dan reversibel diantranya ginekomastia, dan gejala saluran
cerna.
 Triamteren dan Amilorid
 Efek samping
Efek toksik yang paling berbahaya dari kedua obat ini adalah
hiperkalemia. Triamteren juga dapat menimbulkan efek samping yang
berupa mual, muntah, kejang kaki, dan pusing. Efek samping amilorid
yang paling sering selain hiperkalemia yaitu mual, muntah, diare dan
sakit kepala.
6. Diuretik Osmotik
 Efek Samping
- Resiko pada penyakit gagal jantung dan edema paru karena
peningkatan volume plasma pada awal pemberian
- Hiponatremia dan hipovolemia

13
- Reaksi hipersensitivitas
- Trombosis vena, hiperglikemia dan glikosuria (pemberian gliserin)

14
BAB III

PERMASALAHAN

3.1 CONTOH KASUS


Seorang laki-laki bernama Tn. W usia 43 tahun datang kerumah
sakit untuk mengecek kesehatannya. Setelah hasil cek kesehatan keluar di
dapatkan hasil bahwa tekanan darah 150/92mmHg. Tn. W mengatakan
bahwa Tn. W memiliki masalah dikantornya dan sejak 3 bulan terakir
tekanan darahnya tinggi. Dokter yang memeriksa kondisi Tn. W dan
mendapatkan informasi, kemudian memberikan arahan dan pengobatan
yang harus dilakukan oleh Tn. W. Dokter menjelaskan bahwa Tn. W
masuk kedalam kategori hipertensi tingkat 1 berdasarkan usia dan dokter
memberikan resep, lalu menjelelaskan bahwa Tn. W harus mengkonsumsi
obat Hygroton dalam bentuk tablet sebesar 25 mg sebanyak 1xsehari dan
dikonsumsi pada pagi hari.

3.2 PEMBAHASAN KASUS


Joint national cammitte on prevention, detection, evaluation, and
treatment of high blood preassure (JNC) VII mengklasifikasikan tekanan
darah untuk usia >18 tahun berdasarkan sistolik/diastolic, menjadi 4:
1. Tekanan darah normal (<120/<80 mmHg)
2. Prehipertensi (120-139/80-89 mmHg)
3. Hipertensi tingkat 1 (140-159/90-99 mmHg)
4. Hipertensi tingkat 2 ( ≥160/≥100 mmHg)

Tujuan pengobatan hipertensi yaitu mencegah terjadinya


morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler akibat tekanan darah tinggi
dengan cara seminimal mungkin mengganggu kualitas hidup pasien. hal
ini dicapai apabila tekanan darah dibawah 140/90 mmHg sambal
mengendalikan faktot kardiovaskuler lainnya.

15
Penatalaksanaan strategi terapi meliputi:
1. Memastikan bahwa tekanan darah benar-benar mengalami kenaikan
pada pengukuran berulang kali. Dalam kasus dijelaskan bahwa pasien
mengalami kenaikan tekanan darah sejak 3 bulan terakhir
2. Menentukan target dalam penurunan tekanan darah
3. Melakukan terapi nonfarmakologis meliputi pengamatan secara umum
terhadap pola hidup pasien.
4. Terapi farmakologis meliputi pengoptimalan penggunaan obat tunggal
anti-hipertensi, dan melakukan monitoring secara ritun. Terapi
hipertensi dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu, farmakologis dan
nonfarmakologis. Dalam kasus tersebut dokter memberikan terapi
farmakologis dengan memberikan obat hygroton.

Diuretik menurunkan tekanan darah terutama dengan cara


mendeplesikan simpanan-simpanan natrium tubuh. Awalnya diuretik
menurunkan tekanan darah dengan menurunkan volume darah dan curah
jantung, tahanan vaskuler perifer. Penurunan tekanan darah dapat dilihat
dengan terjadinya diuresis. Diuresis menyebabkan penurunan volume
plasma dan stroke volume yang akan menurunkan tekanan darah. Obat-
obatan yang digunakan dalam terapi hipertensi yaitu, diuretik golongan
tiazid, diuretik kuat hemat kalium.

Obat diuretic pada pasien hipertensi bekerja pada hulu tubuli distal
dengan cara menurunkan tekanan darah dengan cara mendeplesikan
simpanan natrium dalam tubuh. Awalnya diuretik menurunkan tekanan
darah dengan menurunkan volume darah dan curah jantung,tahanan
vaskuler periver. Penurunan tekanana darah dapat terlihat dengan
terjadinya diuresis. Diuresis menyebabkan terjadinya penurunan volume
plasma dan stroke volum yang akan menurunkan curah jantungdan ahirnya
menurunkan tekanan darah.

16
Efeknya lebih lemah dan lambat tetapi tertahan lebih lama (6-48 jam)
dan terutama digunakan dalam terapi pemeliharaan hipertensi dan
kelemahan jantung (dekompensatio cardis). Obat-obat ini memiliki kurva
dosis efek datar, artinya bila dosis optimal dinaikkan lagi efeknya
(dieresis, penurunan tekanan darah) tidak bertambah.

Penggunaan obat diuretik bagi pesien penderita hipertensi merupakan


pilihan pertama dan biasanya penderita mengalami banyak BAK secara
berlebihan, maka seringkali penggunaan obat diuretik pada pagi hari saja.
Dalam penggolongan diuretik merek dagang hygroton termasuk dalam
golongan Tiazid dengan nama generic chlortalidone :
 Indikasi:
Edema, hipertensi, diabetes insipidus
 Kontraindikasi:
Hypokalemia yang refraktur, hyponatremia, hiperkalsemia,
gangguan ginjal, dan hati yang berat, hiperurikemia yang
simtomatik, penyakit adison

Efek samping:

Hipotensi postural dan gangguan saluran cerna yang ringan,


impotensi (reversible bila obat dihentikan), hypokalemia,
hypomagnesemia, hyponatremia, hiperkalsemia, alkalosis
hipokloremanik, hiperurisemia, pirai, hiperglikemia, dan peningkatan
kadar kolesterol pplasma, jarang terjadi ruam kulit, fotosensitivitas,
gangguan darah (termasuk neutropenia & trombositopenia, bila
diberikan pada masa kehamilan akhir), pankreatitis, kolestasis
intrahepatic, dan reaksi hipersensitivitas
 Peringatan:
Dapat menyebabkan hypokalemia, memperburuk diabetes
dan pirai, mungkin memperburuk SLE (eritemia lupus sistemik),
usia lanjut, kehamilan dan menyusui, gangguan hati dan ginjal
berat, porfiria

17
 Dosis:
Edema, dosis awal 50 mg pada pagi hari/ 200-200mg selang
sehari, kurangi untuk pemeliharaan jika mungkin. Hipertensi, 25
mg, jika perlu ditingkatkan sampai 50 mg pada pagi hari
 Bentuk sediaan obat:
Tablet

Peran perawat dalam pemberian obat diuretik

Perawat harus terampil dan tepat saat memberikan obat, tidak


sekedar memberikan pil untuk diminum (oral) atau injeksi obat melalui
pembuluh darah (parenteral), namun juga mengobservasi respon klien
terhadap pemberian obat tersebut. Pengetahuan tentang manfaat dan
efek samping obat sangat penting dimiliki oleh perawat. Perawat
memiliki peran yang utama dalam meningkatkan dan mempertahankan
kesehatan klien dengan mendorong klien untuk lebih proaktif jika
membutuhkan pengobatan. Perawat berusaha membantu klien dalam
membangun pengertian yang benar dan jelas tentang pengobatan,
mengkonsultasikan setiap obat yang dipesankan dan turut serta
bertanggungjawab dalam pengambilan keputusa tentang pengobatan
bersama dengan tenaga kesehatan lain. Perawat dalam memberikan obat
juga harus memperhatikan resep obat yang diberikan harus tepat,
hitungan yang tepat pada dosis yang diberikan sesuai resep dan selalu
menggunakan prinsip 6 benar:

1. Benar Klien
2. Benar Obat
3. Benar Dosis Obat
4. Benar Waktu Pemberian
5. Benar Cara Pemberian (rute)
6. Benar Dokumentasikan.

18
a. Peran Dalam Mendukung Keefektifitasan Obat
Memiliki pengetahuan yang memadai tentang daya kerja dan
efek terapeutik obat, perawat harus mampu melakukan observasi
untuk mengevaluasi efek obat dan harus melakukan upaya untuk
meningkatkan keefektifitasan obat. Pemberian obat tidak boleh
dipandang sebagai pengganti perawatan, karena upaya kesehatan
tidak dapat terlaksana dengan pemberian obat saja. Pemberian
obat harus dikaitkan dengan tindakan perawatan. Ada berbagai
pendekatan yang dapat dipakai dalam mengevaluasi
keefektifitasan obat yang diberikan kepada pasien. Namun,
laporan langsung yang disampaikan oleh pasien dapat digunakan
pada berbagai keadaan. Sehingga, perawat penting untuk bertanya
langsung kepada pasien tentang keefektifitasan obat yang
diberikan.

b. Peran dalam mengobservasi efek samping dan alergi obat


Perawat mempunyai peran yang penting dalam
mengobservasi pasien terhadap kemungkinan terjadinya efek
samping obat.untuk melakukan hal ini, perawat harus mengetahui
obat yang diberikan pada pasien serta kemungkinan efek samping
yang dapat terjadi. Beberapa efek samping obat khususnya yang
menimbulkan keracunan memerlukan tindakan segera misalnya
dengan memberikan obat-obatan emergensi, menghentikan obat
yang diberikan dan secepatnya memberitahu dokter. Perawat
harus memberitahu pasien yang memakai/ minum obat di rumah
mengenai tanda-tanda atau gejala efek samping obat yang harus
dilaporkan pada dokter atau perawat. Setiap pasien mempunyai
ketahanan yang berbeda terhadap obat. Beberapa pasien dapat
mengalami alergi terhadap obat-obat tertentu. Perawat
mempunyai peran penting untuk mencegah terjadinya alergi pada
pasien akibat pemberian obat. Data tentang alergi harus diperoleh

19
sewaktu perawat melakukan pengumpulan data riwayat
kesehatan.

c. Peran Perawat dalam Menyimpan, Menyiapkan, dan, Pencatatan


Dalam menyimpan obat harus diperhatikan tiga faktor utama,
yaitu :
1. Suhu, adalah faktor terpenting, karena pada umumnya obat itu
bersifat termolabil (rusak atau berubah karena panas), untuk itu
perhatikan cara penyimpanan masing-masing obat yang
berbeda-beda
2. Posisi, pada tempat yang terang, letak setinggi mata, bukan
tempat umum dan terkunci.
3. Kedaluwarsa, dapat dihindari dengan cara rotasi stok, dimana
obat baru diletakkan dibelakang, yang lama diambil duluan.
Perhatikan perubahan warna (dari bening menjadi keruh) pada
tablet menjadi basah / bentuknya rusak.

d. Peran perawat dalam melakukan pendidikan kesehatan tentang obat


Perawat mempunyai tanggung jawab dalam melakukan
pendidikan kesehatan pada pasien, keluarga, dan masyarakat luas.
Hal ini termasuk pendidikan yang berkaitan dengan obat. Perawat
dapat memberikan penyuluhan tentang manfaat obat secara umum,
sedangkan informasi yang lebih terperinci bukan merupakan
tanggung jawab perawat tetapi tanggung jawab dokter.

20
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Obat diuretik adalah obat yang mekanisme kerjanya merangsang proses
berkemih. Dapat diartikan sebagai obat yang mempercepat laju urinasi atau
menambah volume serta zat-zat yang dikeluarkan melalui urin. Obat jenis
diuretik digolongkan menjadi 5 kelompok dengan mekanisme kerja yang
berbeda-beda. Mekanisme kerja setiap golongan obat diuretik sesuai dengan
indikasi yang ada. Meskipun obat ini berfungsi untuk memperlancar proses
berkemih, apabila penggunaannya tidak sesuai dengan anjuran dokter akan
menimbulkan efek samping. Efek samping yang ada bukan hanya efek
samping dari kinerja obat melaikan resiko penyakit yang mungkin timbul
akibat penggunaan berlebih. Indikasi penggunaan diuretik ada 2 yaitu, edema
disebabkan oleh gagal jantung, penyakit hati, & gangguan ginjal, sedangkan
non edema disebabkan oleh hipertensi, glukoma, maountain sickness, forced
diuresis pada keracunan, gangguan asam basa dan nefrolitiasis rekuren.
kelompok obat diuretik:
1. Inhibitor karbonik anhidrase adalah obat yang digunakan untuk
menurunkan tekanan intraokular.
2. Diuretik loop bekerja dengan mencegah reabsorpsi natrium, klorida,
dan kalium pada segmen tebal ujung asenden ansa Henle (nefron)
melalui inhibisi pembawa klorida.
3. Triazid merupakan obat yang paling banyak digunakan, obat ini dapat
menurunkan reabsorpsi natrium dan klorida, yang meningkatkan
ekskresi air, natrium, dan klorida.
4. Hemat kalium berfungsi menurunkan reabsorpsi natrium dan klorida,
yang meningkatkan ekskresi air, natrium, dan klorida.
5. Mekanisme kerja obat diuretik dibagi menjadi 2 yaitu famakodinamik dan
farmakokinetik.

Peran perawat yang dimaksud adalah cara untuk menyatakan aktifitas


perawat dalam praktik, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya
yang diakui dan diberi kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas

21
dan tanggung keperawatan secara professional sesuai dengan kode etik
professional.
Perawat harus terampil dan tepat saat memberikan obat, tidak sekedar
memberikan pil untuk diminum (oral) atau injeksi obat melalui pembuluh
darah (parenteral), namun juga mengobservasi respon klien terhadap
pemberian obat tersebut. Pengetahuan tentang manfaat dan efek samping obat
sangat penting dimiliki oleh perawat. Perawat memiliki peran yang utama
dalam meningkatkan dan mempertahankan kesehatan klien dengan
mendorong klien untuk lebih proaktif jika membutuhkan pengobatan.

b. Saran
Sangat penting bagi pasien untuk membahas setiap obat yang
digunakan kepada dokter. Hal tersebut sangat penting dilakukan agar pasien
memahami hasil dan manfaat yang diinginkan serta efek samping yang
mungkin ditimbulkan oleh obat yang digunakan. Untuk mendapatkan manfaat
obat diuretic secara optimal jangan berhenti minum obat dan jangan pernah
mengubah dosis/ frrekuensi obat yang digunakan tanpa terlebih dahulu
berkonsultasi dengan dokter. Dengan menggunakan obat secara bijak agar
dapat memperoleh hasil maksimal dalam penggunaan obat diuretic dan
menghindari efek samping yang dapat ditimbulkan olehnya.

Sebagai mahasiswa keperawatan sudah seharusnya kita memahami


dan mengaplikasikan langsung pada saat proses keperawatan mengenai peran
perawat dalam pengobatan agar terciptanya keperawatan professional.

22
DAFTAR RUJUKAN

Ayu. 2013. Tugas Kimia Medisinal. (daring),


(http://s1farmasiayu.blogspot.co.id/2013_01_01_archive.html), diakses 7
April 2017.
Dirgantarah, W. 2013. Diuretik (daring).
(https://wahyudirgantarah.files.wordpress.com/2013/11/diuretik.pdf),
diakses pada 8 April 2017.
Riyawan. 2015. Makalah Farmakologi Diuretik. (daring),
(http://www.riyawan.com/2015/03/farmakologi-diuretik.html), diakses 7
April 2017.
Sumber: Pharmacy_store. 2011. Obat diuretic, (online),
(http://pharmacystore.blogspot.co.id/2011/12/obat-diuretik.html), diakses 9
Oktober 2017.
Wikipedia. (daring), (https://id.wikipedia.org/wiki/Diuretik), diakses 7 April
2017.
Artikel farmasi. 2015. Pengobatan hipertensi dengan obat diuretika. (online),
(http://www.artikelfarmasi.com/2015/03/pengobatan-hipertensi-dengan-
obat-diuretika.html), diakses 19 April 2017.
Purwanto, W, E. 2008. Penggunaan diuretic pada hipertensi, (online),
(http://www.google.co.id/amp/s/yosefw.wordpress.com/2008/01/01/penggu
naan-diuretik-pada-hipertensi/amp/), diakses 19 April 2017.

23

You might also like