Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diuretik adalah obat yang mempunyai titik tangkap kerja pada ginjal untuk
meningkatkan produksi kemih. Secara teoritis, produksi kemih dapat ditingkatkan
dengan mempercepat laju filtrasi dan yang kedua dengan mengurangi penyerapan
kembali di tubulus. Diuretik dibagi menjadi 5 golongan:
1. Inhibitor karbonik anhidrase adalah obat yang digunakan untuk menurunkan
tekanan intraokular.
2. Diuretik loop bekerja dengan mencegah reabsorpsi natrium, klorida, dan
kalium pada segmen tebal ujung asenden ansa Henle (nefron) melalui
inhibisi pembawa klorida.
3. Triazid merupakan obat yang paling banyak digunakan, obat ini dapat
menurunkan reabsorpsi natrium dan klorida, yang meningkatkan ekskresi
air, natrium, dan klorida.
4. Hemat kalium berfungsi menurunkan reabsorpsi natrium dan klorida, yang
meningkatkan ekskresi air, natrium, dan klorida.
5. Mekanisme kerja obat diuretik dibagi menjadi 2 yaitu famakodinamik dan
farmakokinetik.
Pemakaian diuretik sebagai terapi edema telah dimulai sejak abad ke-16.
HgCl 2 diperkenalkan oleh Paracelcus sebagai diuretik. Tahun 1930, Swartz
menemukan bahwa sulfanilamide sebagai antimicrobial dapat juga digunakan
untuk mrngobati edema pada pasien payah jantung, yaitu dengan meningkatkan
ekskresi dari Na+. diuretik modern makin berkembang sejak ditemukannya efek
samping dari obat-obat antimikroba yang mengakibatkan perubahan komposisi
dan output urine. Terkecuali spronolakton, diuretik kebanyakan berkembang
secara empiris, tanpa mengetahui mekanisme system transport spesifik di nefron.
Diuretik adalah obat yang terbanyak diresepkan di USA, cukup efektif, namun
memiliki efek samping yang banyak pula (Ganiswarna, 1995).
Indikasi penggunaan obat diuretik :
1. Edema yang disebabkan oleh gagal jantung, penyakit hat, dan gangguan
ginjal.
1
2. Non edema seperti hipertensi glukoma mountain sickness, forced diuesis
pada keracunan, ganggua asam basa, dan nefrolitiasis rekuren
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
1. Inhibitor karbonik anhidrase
Karbonik anhidrase adalah enzim yang mengkatalis reaksi CO2
+H2O H2CO3. Enzim ini terdapat antara lain dalam sel korteks
renalis, pankreas, mukosa lambung, mata, eritrosit dan SSP, tetapi
tidak terdapat dalam plasma.
Inhibitor karbonik anhidrase adalah obat yang digunakan untuk
menurunkan tekanan intraokular pada glaukoma dengan membatasi
produksi humor aqueus, bukan sebagai diuretik (misalnya, asetazolamid).
Obat ini bekerja pada tubulus proksimal (nefron) dengan mencegah
reabsorpsi bikarbonat (hidrogen karbonat), natrium, kalium, dan air semua
zat ini meningkatkan produksi urine.
Yang termasuk golongan diuretik ini adalah asetazolamid,
diklorofenamid dan meatzolamid.
2. Loop Diuretik
Termasuk dalam kelompok ini adalah asam etakrinat,
furosemid dan bumetanid. Asam etakrinat termasuk diuretik yang
dapat diberikan secara oral maupun parenteral dengan hasil yang
memuaskan. Furosemid atau asam 4-kloro-N-furfuril-5-sulfomail
antranilat masih tergolong derivat sulfonamid.
Diuretik loop bekerja dengan mencegah reabsorpsi natrium, klorida,
dan kalium pada segmen tebal ujung asenden ansa Henle (nefron) melalui
inhibisi pembawa klorida. Obat ini termasuk asam etakrinat, furosemid da
bumetanid, dan digunakan untuk pengobatan hipertensi, edema, serta
oliguria yang disebabkan oleh gagal ginjal. Pengobatan bersamaan dengan
kalium diperlukan selama menggunakan obat ini.
3. Tiazid
Senyawa tiazid menunjukkan kurva dosis yang sejajar dan daya
klouretik maksimal yang sebanding. Merupakan obat diuretik yang paling
banyak digunakan. Diuretik tiazid, seperti bendroflumetiazid, bekerja pada
bagian awal tubulus distal (nefron). Obat ini menurunkan reabsorpsi
natrium dan klorida, yang meningkatkan ekskresi air, natrium, dan klorida.
Selain itu, kalium hilang dan kalsium ditahan. Obat ini digunakan dalam
4
pengobatan hipertensi, gagal jantung ringan, edema, dan pada diabetes
insipidus nefrogenik.
Obat-obat diuretik yang termsuk golongan ini adalah ; klorotiazid,
hidroklorotiazid, hidroflumetiazid, bendroflumetiazid, politiazid,
benztiazid, siklotiazid, metiklotiazid, klortalidon, kuinetazon, dan
indapamid.
4. Hemat kalium
Diuretik yang mempertahankan kalium menyebabkan diuresis tanpa
kehilangan kalium dalam urine. Yang termasuk dalam klompok ini antara
lain aldosteron, traimteren dan amilorid.
Antagonis Aldosteron
Aldosteron adalah mineralokortikoid endogen yang paling kuat.
Peranan utama aldosteron ialah memperbesar reabsorbsi natrium dan
klorida di tubuli serta memperbesar ekskresi kalium. Yang
merupakan antagonis aldosteron adalah spironolakton dan bersaing
dengan reseptor tubularnya yang terletak di nefron sehingga
mengakibatkan retensi kalium dan peningkatan ekskresi air serta
natrium. Obat ini juga meningkatkan kerja tiazid dan diuretik loop.
Diuretik yang mempertahankan kalium lainnya termasuk amilorida,
yang bekerja pada duktus pengumpul untuk menurunkan reabsorpsi
natrium dan ekskresi kalium dengan memblok saluran natrium, tempat
aldosteron bekerja. Diuretik ini digunakan bersamaan dengan diuretik
yang menyebabkan kehilangan kalium serta untuk pengobatan edema
pada sirosis hepatis. Efek diuretiknya tidak sekuat golongan diuretik
kuat.
Triamteren dan Amilorid
Kedua obat ini terutama memperbesar ekskresi natrium dan
klorida, sedangkan eksresi kalium berkurang dan ekskresi bikarbonat
tidak mengalami perubahan. Triamteren menurunkan ekskresi K+
dengan menghambat sekresi kalium di sel tubuli distal. Dibandingkan
dengan triamteren, amilorid jauh lebih mudah larut dalam air sehingga
lebih mudah larut dalam air sehingga lebih banyak diteliti.
5
Absorpsi triamteren melalui saluran cerna baik sekali, obat ini
hanya diberikan oral. Efek diuresisnya biasanya mulai tampak setelah
1 jam. Amilorid dan triameteren per oral diserap kira-kira 50% dan
efek diuresisnya terlihat dalam 6 jam dan berkahir sesudah 24 jam.
5. Diuretik osmotik
Istilah diuretik osmotik biasanya dipakai untuk zat bukan
elektrolit yang mudah dan cepat diekskresi oleh ginjal. Contoh
dari diuretik osmotik adalah ; manitol, urea, gliserin dan isosorbid.
Suatu zat dapat bertindak sebagai diuretik osmotik apabila
memenuhi 4 syarat :
1. Difiltasi secara bebas oleh glomerulus
2. Tidak atau hanya sedikit direabsorpsi sel tubuli ginjal
3. Secara farmakologis merupakan zat yang inert
4. Umumnya resisten terhadap perubahan-perubahan
metabolik.
6
mengalami proses sekresi aktif oleh tubuli dan sebagian direabsorpsi
secara pasif. Asetazolamid terikat kuat pada karbonik anhidrase,
sehingga terakumulasi dalam sel yang banyak mengandung enzim ini,
terutama sel eritrosit dan korteks ginjal. Distribusi penghambat
karbonik anhidrase dalam tubuh ditentukan oleh ada tidaknya enzim
karbonik anhidrase dalam sel yang bersangkutan dan dapat tidaknya
obat itu masuk ke dalam sel. Asetazolamid tidak dimetabolisme dan
diekskresi dalam bentuk utuh melalui urin.
2. Loop Diuretik
Mekanisme kerja :
Secara umum dapat dikatakan bahwa diureti kuat mempunyai mula
kerja dan lama kerja yang lebih pendek dari tiazid. Diuretik kuat terutama
bekerja pada Ansa Henle bagian asenden pada bagian dengan epitel tebal
dengan cara menghambat kotranspor Na+/K+/Cl- dari membran lumen
pada pars ascenden ansa henle, karena itu reabsorpsi Na+/K+/Cl- menurun
Farmakokinetik
Ketiga obat mudah diserap melalui saluran cerna, dengan derajat
yang agak berbeda-beda. Bioavaibilitas furosemid 65 % sedangkan
bumetanid hamper 100%. Diuretic kuat terikat pada protein plasma secara
ekstensif, sehingga tidak difiltrasi di glomerulus tetapi cepat sekali
disekresi melalui system transport asam organic di tubuli proksimal.
Kira-kira 2/3 dari asam etakrinat yang diberikan secara IV
diekskresi melalui ginjal dalam bentuk utuh dan dalam konjugasi dengan
senyawa sulfhidril terutama sistein dan N-asetil sistein. Sebagian lagi
diekskresi melalui hati.sebagian besar furosemid diekskresi dengan cara
yang sama, hanya sebagian kecil dalam bentuk glukuronid. Kira-kira 50%
bumetanid diekskresi dalam bentuk asal, selebihnya sebagai metabolit.
3. Tiazid
Mekanisme kerja :
Bekerja pada tubulus distal untuk menurunkan reabsorpsi Na+ dengan
menghambat kotransporter Na+/Cl- pada membran lumen.
7
Farmakodinamika
Efek farmakodinamika tiazid yang utama ialah meningkatkan
ekskresi natrium, klorida dan sejumlah air. Efek natriuresis dan kloruresis
ini disebabkan oleh penghambatan reabsorbsi elektrolit pada hulu tubuli
distal. Pada penderita hipertensi, tiazid menurunkan tekanan darah bukan
saja karena efek diuretiknya, tetapi juga karena efek langsung terhadap
arteriol sehingga terjadi vasodilatasi.
Farmakokinetik :
Absorbsi tiazid melalui saluran cerna baik sekali. Umumnya efek
obat tampak setelah 1 jam. Didistribusikan ke seluruh ruang ekstrasel dan
dapat melewati sawar uri. Dengan proses aktif, tiazid diekskresi oleh sel
tubuli proksimal ke dalam cairan tubuli. Biasanya dalam 3-6 jam sudah
diekskresi dari badan.
4. Hemat kalium
Antagonis Aldosteron
Mekanisme kerja
Penghambatan kompetitif terhadap aldosteron. Bekerja di
tubulus renalis rektus untuk menghambat reabsorpsi Na+, sekresi K+
dan sekresi H+
Farmakokinetik
70% spironolakton oral diserap di saluran cerna, mengalai
sirkulasi enterohepatik dan metabolisme lintas pertama. Metabolit
utamanya kankrenon. Kankrenon mengalami interkonversi enzimatik
menjadi kakreonat yang tidak aktif.
5. Diuretik osmotik
Mekanisme Kerja:
Cara kerja obat diuretik osmotik adalah dengan meningkatkan
tekanan osmotik dalam lumen tubular (makanya namanya diuretik
osmotik). Hal ini menyebabkan ekskresi air dan elektrolit meningkat.
Elektrolit tersebut yaitu Na, K, Ca, Mg, HCO3 dan fosfat.
Pemberian manitol dan urea adalah secara intravena, sedangkan gliserin
8
dan isosorbid dapat diberikan per oral. Gliserin paling banyak
dimetabolisme yaitu sebesar 80% dan manitol 20%. Urea dan isosorbid
tidak dimetabolisme. Semua obat ini diekresi melalui ginjal.
9
3. Tiazid
Indikasi
a. Tiazid merupakan diuretik terpilih untuk pengobatan udem akibat
payah jantung ringan sampai sedang. Ada baiknya bila dikombinasi
dengan diuretik hemat kalium pada penderita yang juga mendapat
pengobatan digitalis unruk mencegah timbulnya hipokalemia yang
memudahkan terjadinya intoksikasi digitalis.
b. Merupakan salah satu obat penting pada pengobatan hipertensi, baik
sebagai obat tunggal atau dalam kombinasi dengan obat hipertensi lain.
c. Pengobatan diabetes insipidus terutama yang bersifat nefrogen dan
hiperkalsiuria pada penderita dengan batu kalsium pada saluran kemih.
Sediaan
Sediaan dan dosis golongan tiazid dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
SEDIAN DAN DOSIS TIAZID DAN SENYAWA SEJENIS
10
Kuinetazon Tablet 50 mg 50-200 18-24
4. Hemat kalium
Indikasi
Antagonis aldosteron digunakan secara luas untuk pengobatan
hipertensi dan udem yang refrakter. Biasanya obat ini dipakai bersama
diuretik lain dengan maksud mengurangi ekskresi kalium, disamping
memperbesar diuresis.
Sediaan dan dosis
Spironolakton terdapat dalam bentuk tablet 25, 50 dan 100 mg.
Dosis dewasa berkisar antara 25-200mg, tetapi dosis efektif sehari rata-
rata 100mg dalam dosis tunggal atau terbagi. Terdapat pula sediaan
kombinasi tetap antara spironolakton 25 mg dan hidraoklortiazid 25mg,
serta antara spironolakton 25 mg dan tiabutazid 2,5 mg.
Triamteren dan Amilorid
Indikasi
Bermanfaat untuk pengobatan beberapa pasien udem. Tetapi obat ini
akan bermanfaat bila diberikan bersama dengan diuretik golongan lain,
misalnya dari golongan tiazid.
Sediaan
Triamteren tersedia sebagai kapsul dari 100mg. Dosisnya 100-300mg
sehari. Untuk tiap penderita harus ditetapkan dosis penunjang
tersendiri. Amilorid terdapat dalam bentuk tablet 5 mg. Dosis sehari
sebesar 5-10mg. Sediaan kombinasi tetap antara amilorid 5 mg dan
hidroklortiazid 50 mg terdapat dalam bentuk tablet dengan dosis sehari
antara 1-2 tablet.
5. Diuretik osmotik
Indikasi
- Edema yang disebabkan oleh gagal jantung, penyakit hati, dan
gangguan ginjal.
11
- Non edema seperti hipertensi, glukoma, mountain sickness, Forced
diuresis pada keracunan, gangguan asam basa, dan nefrolitiasis
rekuren.
2.5 Efek Samping Obat Diuretik
1. Inhibitor karbonik anhidrase
Efek Samping dan kontraindikasi
Pada dosis tinggi dapat timbul parestesia dan kantuk yang terus-
menerus. Asetazolamid mempermudah pembentukan batu ginjal karena
berkurangnya sekskresi sitrat, kadar kalsium dalam urin tidak berubah atau
meningkat. Asetazolamid dikontraindikasikan pada sirosis hepatis karena
menyebabkan disorientasi mental pada penderita sirosis hepatis. Reaksi
alergi yang jarang terjadi berupa demam, reaksi kulit, depresi sumsum
tulang dan lesi renal mirip reaksi sulfonamid.
Asetazolamid sebaiknya tidak diberikan selam kehamilan karena pada
hewan percobaan obat ini dapat menimbulkan efek teratogenik.
2. Loop Diuretik
Efek samping
Efek samping asam etakrinat dan furosemid dapat dibedakan atas:
2. Reaksi toksik berupa gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
yang sering terjadi
3. Efek samping yang tidak berhubungan dengan kerja utamanya jarang
terjadi. Gangguan saluran cerna lebih sering terjadi dengan asam
etakrinat daripada furosemidi.
Tidak dianjurkan pada wanita hamil kecuali bila mutlak diperlukan.
Asam etakrinat dapat menyebabkan ketulian sementara maupun menetap.
Ketulian sementara dapat terjadi pada furosemid dan lebih jarang pada
bumetanid. Ketulian ini mungkin sekali disebabkan oleh perubahan
komposisi eletrolit cairan endolimfe. Ototoksisitas merupakan suatu efek
samping unik kelompok obat ini. Pada penggunaan kronis, diuretik kuat ini
dapat menurunkan bersihan litium.
4. Tiazid
Efek samping
12
a. Reaksi alergi berupa kelainan kulit, purpura, dermatitis disertai
fotosensitivitas dan kelainan darah.
b. Pada penggunaan lama dapat timbul hiperglikemia, terutama pada
penderita diabetes yang laten.Ada 3 faktor yang menyebabkan antara
lain : berkurangnya sekresi insulin terhadap peninggian kadar glukosa
plasma, meningkatnya glikogenolisis dan berkurangnya glikogenesis.
c. Menyebabkan peningkatan kadar kolesterol dan trigliserid plasma
dengan mekanisme yang tidak diketahui.
d. Gejala infusiensi ginjal dapat diperberat oleh tiazid, mungkin karena
tiazid langsung megurangi aliran darah ginjal.
5. Hemat Kalium
Antagonis Aldosteron
Efek samping
Efek toksik yang paling utama dari spironolakton adalah hiperkalemia
yang sering terjadi bila obat ini diberikan bersama-sama dengan asupan
kalium yang berlebihan. Tetapi efek toksik ini dapat pula terjadi bila
dosis yang biasa diberikan bersama dengan tiazid pada penderita
dengan gangguan fungsi ginjal yang berat. Efek samping yang lebih
ringan dan reversibel diantranya ginekomastia, dan gejala saluran
cerna.
Triamteren dan Amilorid
Efek samping
Efek toksik yang paling berbahaya dari kedua obat ini adalah
hiperkalemia. Triamteren juga dapat menimbulkan efek samping yang
berupa mual, muntah, kejang kaki, dan pusing. Efek samping amilorid
yang paling sering selain hiperkalemia yaitu mual, muntah, diare dan
sakit kepala.
6. Diuretik Osmotik
Efek Samping
- Resiko pada penyakit gagal jantung dan edema paru karena
peningkatan volume plasma pada awal pemberian
- Hiponatremia dan hipovolemia
13
- Reaksi hipersensitivitas
- Trombosis vena, hiperglikemia dan glikosuria (pemberian gliserin)
14
BAB III
PERMASALAHAN
15
Penatalaksanaan strategi terapi meliputi:
1. Memastikan bahwa tekanan darah benar-benar mengalami kenaikan
pada pengukuran berulang kali. Dalam kasus dijelaskan bahwa pasien
mengalami kenaikan tekanan darah sejak 3 bulan terakhir
2. Menentukan target dalam penurunan tekanan darah
3. Melakukan terapi nonfarmakologis meliputi pengamatan secara umum
terhadap pola hidup pasien.
4. Terapi farmakologis meliputi pengoptimalan penggunaan obat tunggal
anti-hipertensi, dan melakukan monitoring secara ritun. Terapi
hipertensi dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu, farmakologis dan
nonfarmakologis. Dalam kasus tersebut dokter memberikan terapi
farmakologis dengan memberikan obat hygroton.
Obat diuretic pada pasien hipertensi bekerja pada hulu tubuli distal
dengan cara menurunkan tekanan darah dengan cara mendeplesikan
simpanan natrium dalam tubuh. Awalnya diuretik menurunkan tekanan
darah dengan menurunkan volume darah dan curah jantung,tahanan
vaskuler periver. Penurunan tekanana darah dapat terlihat dengan
terjadinya diuresis. Diuresis menyebabkan terjadinya penurunan volume
plasma dan stroke volum yang akan menurunkan curah jantungdan ahirnya
menurunkan tekanan darah.
16
Efeknya lebih lemah dan lambat tetapi tertahan lebih lama (6-48 jam)
dan terutama digunakan dalam terapi pemeliharaan hipertensi dan
kelemahan jantung (dekompensatio cardis). Obat-obat ini memiliki kurva
dosis efek datar, artinya bila dosis optimal dinaikkan lagi efeknya
(dieresis, penurunan tekanan darah) tidak bertambah.
Efek samping:
17
Dosis:
Edema, dosis awal 50 mg pada pagi hari/ 200-200mg selang
sehari, kurangi untuk pemeliharaan jika mungkin. Hipertensi, 25
mg, jika perlu ditingkatkan sampai 50 mg pada pagi hari
Bentuk sediaan obat:
Tablet
1. Benar Klien
2. Benar Obat
3. Benar Dosis Obat
4. Benar Waktu Pemberian
5. Benar Cara Pemberian (rute)
6. Benar Dokumentasikan.
18
a. Peran Dalam Mendukung Keefektifitasan Obat
Memiliki pengetahuan yang memadai tentang daya kerja dan
efek terapeutik obat, perawat harus mampu melakukan observasi
untuk mengevaluasi efek obat dan harus melakukan upaya untuk
meningkatkan keefektifitasan obat. Pemberian obat tidak boleh
dipandang sebagai pengganti perawatan, karena upaya kesehatan
tidak dapat terlaksana dengan pemberian obat saja. Pemberian
obat harus dikaitkan dengan tindakan perawatan. Ada berbagai
pendekatan yang dapat dipakai dalam mengevaluasi
keefektifitasan obat yang diberikan kepada pasien. Namun,
laporan langsung yang disampaikan oleh pasien dapat digunakan
pada berbagai keadaan. Sehingga, perawat penting untuk bertanya
langsung kepada pasien tentang keefektifitasan obat yang
diberikan.
19
sewaktu perawat melakukan pengumpulan data riwayat
kesehatan.
20
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Obat diuretik adalah obat yang mekanisme kerjanya merangsang proses
berkemih. Dapat diartikan sebagai obat yang mempercepat laju urinasi atau
menambah volume serta zat-zat yang dikeluarkan melalui urin. Obat jenis
diuretik digolongkan menjadi 5 kelompok dengan mekanisme kerja yang
berbeda-beda. Mekanisme kerja setiap golongan obat diuretik sesuai dengan
indikasi yang ada. Meskipun obat ini berfungsi untuk memperlancar proses
berkemih, apabila penggunaannya tidak sesuai dengan anjuran dokter akan
menimbulkan efek samping. Efek samping yang ada bukan hanya efek
samping dari kinerja obat melaikan resiko penyakit yang mungkin timbul
akibat penggunaan berlebih. Indikasi penggunaan diuretik ada 2 yaitu, edema
disebabkan oleh gagal jantung, penyakit hati, & gangguan ginjal, sedangkan
non edema disebabkan oleh hipertensi, glukoma, maountain sickness, forced
diuresis pada keracunan, gangguan asam basa dan nefrolitiasis rekuren.
kelompok obat diuretik:
1. Inhibitor karbonik anhidrase adalah obat yang digunakan untuk
menurunkan tekanan intraokular.
2. Diuretik loop bekerja dengan mencegah reabsorpsi natrium, klorida,
dan kalium pada segmen tebal ujung asenden ansa Henle (nefron)
melalui inhibisi pembawa klorida.
3. Triazid merupakan obat yang paling banyak digunakan, obat ini dapat
menurunkan reabsorpsi natrium dan klorida, yang meningkatkan
ekskresi air, natrium, dan klorida.
4. Hemat kalium berfungsi menurunkan reabsorpsi natrium dan klorida,
yang meningkatkan ekskresi air, natrium, dan klorida.
5. Mekanisme kerja obat diuretik dibagi menjadi 2 yaitu famakodinamik dan
farmakokinetik.
21
dan tanggung keperawatan secara professional sesuai dengan kode etik
professional.
Perawat harus terampil dan tepat saat memberikan obat, tidak sekedar
memberikan pil untuk diminum (oral) atau injeksi obat melalui pembuluh
darah (parenteral), namun juga mengobservasi respon klien terhadap
pemberian obat tersebut. Pengetahuan tentang manfaat dan efek samping obat
sangat penting dimiliki oleh perawat. Perawat memiliki peran yang utama
dalam meningkatkan dan mempertahankan kesehatan klien dengan
mendorong klien untuk lebih proaktif jika membutuhkan pengobatan.
b. Saran
Sangat penting bagi pasien untuk membahas setiap obat yang
digunakan kepada dokter. Hal tersebut sangat penting dilakukan agar pasien
memahami hasil dan manfaat yang diinginkan serta efek samping yang
mungkin ditimbulkan oleh obat yang digunakan. Untuk mendapatkan manfaat
obat diuretic secara optimal jangan berhenti minum obat dan jangan pernah
mengubah dosis/ frrekuensi obat yang digunakan tanpa terlebih dahulu
berkonsultasi dengan dokter. Dengan menggunakan obat secara bijak agar
dapat memperoleh hasil maksimal dalam penggunaan obat diuretic dan
menghindari efek samping yang dapat ditimbulkan olehnya.
22
DAFTAR RUJUKAN
23