You are on page 1of 9

Didi Sukardi Kajian Kekerasan Rumah Tangga

KAJIAN KEKERASAN RUMAH TANGGA DALAM PERSPEKTIF


HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

Didi Sukardi
Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam
IAIN Syekh Nurjati Cirebon
Jl. Perjuangan By Pass Sunyaragi Cirebon
Email: didisukardi212@yahoo.com

Abstrak

Tindak kekerasan di dalam rumah tangga merupakan jenis kejahatan yang kurang
mendapatkan perhatian dan jangkauan hukum. Tindak kekerasan di dalam rumah tangga
pada umumnya melibatkan pelaku dan korban diantara anggota keluarga di dalam rumah
tangga, sedangkan bentuk tindak kekerasan bisa berupa kekerasan fisik dan kekerasan verbal
(ancaman kekerasan). Pelaku dan korban tindak kekerasan didalam rumah tangga bisa
menimpa siapa saja, tidak dibatasi oleh strata, status sosial, tingkat pendidikan, dan suku
bangsa. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengkaji kekerasan dalam rumah tangga
menurut hukum positif dan hukum Islam, dan untuk mengetahui korelasi kekerasan dalam
rumah tangga ditinjau dari hukum positif dan hukum Islam. Dalam kitab Undang-undang
Hukum Pidana (KUHP) telah dirumuskan pasal-pasal tentang tindak pidana penganiayaan,
namun belum dianggap mengakomodir perbuatan pidana yang berkaitan dengan kekerasan
dalam rumah tangga. Menurut persektif hukum pidana Islam, tindak pidana kekerasan dalam
rumah tangga, terutama kekerasan fisik terhadap istri dalam UU PKDRT merupakan bagian
dari perbuatan jarimah yaitu tidak pidana atas selain jiwa.

Kata Kunci: Kekerasan Rumah Tangga, Hukum Positif, Hukum Islam

Abstract

Domestic violence is a type of crime that received less attention and reach of the law.
Violence in the home usually involves perpetrators and victims among family members in the
household, while the forms of violence can include physical violence and verbal abuse
(threats of violence). Perpetrators and victims of violence in the household can happen to
anyone, not limited by strata, social status, education level, and ethnicity. The purpose of this
paper is to examine domestic violence by positive law and Islamic law, and to determine the
correlation of domestic violence in terms of positive law and Islamic law. In the book of the
Law of Criminal Law (Penal Code) has been formulated provisions on the crime of
persecution, but has not been considered to accommodate the criminal acts related to
domestic violence. According to the perspectives of Islamic criminal law, the crime of
domestic violence, especially physical violence against wife in Domestic Violence Act is part
of jarimah that is not a criminal act on the soul apart.

Keywords: Domestic violence, Positive law, Islamic law

Mahkamah Vol. 9 No. 1 Januari-Juni 2015 41


Didi Sukardi Kajian Kekerasan Rumah Tangga

Pendahuluan rumah tangga terjadi dalam lembaga legal


Negara berpandangan bahwa segala yaitu perkawinan.1
bentuk kekerasan terutama kekerasan dalam Di Indonesia data tentang kekerasan
rumah tangga adalah pelanggaran hak asasi terhadap perempuan tidak dikumpulkan
manusia dan kejahatan terhadap martabat secara sistematis pada tingkat nasional.
kemanusiaan serta bentuk diskriminasi. Laporan dari institusi pusat krisis
Pandangan negara tersebut didasarkan pada perempuan, menunjukkan adanya pening-
pasal. 28 Undang-undang Dasar Negara katan tindak kekerasan terhadap
Republik Indonesia tahun 1945, beserta perempuan. Komisi Perempuan (2005)
perubahannya. Pasal. 28 g ayat (1) Undang- mengindikasikan 72% dari perempuan
Undang Dasar tahun 1945 menentukan melaporkan tindak kekerasan sudah
bahwa setiap, orang berhak atas menikah dan pelakunya selalu suami
perlindungan diri pribadi, keluarga, mereka.2 Mitra Perempuan (2005) 80% dari
kehormatan, martabat, dan harta benda yang perempuan yang melapor pelakunya adalah
berada di bawah kekuasaannya, serta berhak para suami, mantan suami, pacar laki-laki,
atas rasa aman dan perlindungan dari kerabat atau orang tua, 4,5% dari perempuan
ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak yang melapor berusia dibawah 18 tahun.
berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi. Pusat Krisis Perempuan di Jakarta (2005); 9
Tindak kekerasan di dalam rumah dari 10 perempuan yang memanfaatkan
tangga (domestic violence) merupakan jenis pelayanan mengalami lebih dari satu jenis
kejahatan yang kurang mendapatkan kekerasan (fisik, fisiologi, seksual,
perhatian dan jangkauan hukum. Tindak kekerasan ekonomi, dan pengabaian),
kekerasan di dalam rumah tangga pada hampir 17% kasus tersebut berpengaruh
umumnya melibatkan pelaku dan korban terhadap kesehatan reproduksi perempuan.
diantara anggota keluarga di dalam rumah Kecenderungan tindak kekerasan
tangga, sedangkan bentuk tindak kekerasan dalam rumah tangga terjadinya karena
bisa berupa kekerasan fisik dan kekerasan faktor dukungan sosial dan kultur (budaya)
verbal (ancaman kekerasan). Pelaku dan dimana istri di persepsikan orang nomor dua
korban tindak kekerasan didalam rumah dan bisa diperlakukan dengan cara apa saja.
tangga bisa menimpa siapa saja, tidak Hal ini muncul karena transformasi
dibatasi oleh strata, status sosial, tingkat pengetahuan yang diperoleh dari masa lalu,
pendidikan, dan suku bangsa. istri harus nurut kata suami, bila istri
Tindak kekerasan pada istri dalam mendebat suami, dipukul. Kultur di
rumah tangga merupakan masalah sosial masyarakat suami lebih dominan pada istri,
yang serius, akan tetapi kurang mendapat ada tindak kekerasan dalam rumah tangga
tanggapan dari masyarakat dan para dianggap masalah privasi, masyarakat tidak
penegak hukum karena beberapa alasan, boleh ikut campur.
pertama: ketiadaan statistik kriminal yang Saat ini dengan berlakunya undang-
akurat, kedua: tindak kekerasan pada istri undang anti kekerasan dalam rumah tangga
dalam rumah tangga memiliki ruang lingkup disetujui tahun 2004, maka tindak kekerasan
sangat pribadi dan terjaga privacynya dalam rumah tangga bukan hanya urusan
berkaitan dengan kesucian dan suami istri tetapi sudah menjadi urusan
keharmonisan rumah tangga (sanctitive of
the home), ketiga: tindak kekerasan pada 1
Elli N Hasbianto, Kekerasan Dalam Rumah
istri dianggap wajar karena hak suami Tangga. Potret Muram Kehidupan Perempuan
sebagai pemimpin dan kepala keluarga, Dalam Perkawinan. Makalah Disajikan pada
Seminar Nasional Perlindungan Perempuan dari
keempat: tindak kekerasan pada istri dalam
pelecehan dan Kekerasan seksual. UGM
Yogyakarta, 6 November 1996.
2
Komnas Perempuan, Peta Kekerasan
Pengalaman Perempuan Indonesia (Jakarta:
Ameepro, 2005.

Mahkamah Vol. 9 No. 1 Januari-Juni 2015 42


Didi Sukardi Kajian Kekerasan Rumah Tangga

publik. Keluarga dan masyarakat dapat ikut dan menghindarkan diri dari dorongan hama
mencegah dan mengawasi bila terjadi nafsu.3
kekerasan dalam rumah tangga. Hukum Islam adalah hukum yang
Kekerasan dalam rumah tangga dibangun berdasarkan pemahaman manusia
menurut Undang-undang RI Nomor. 23 atas nash Al-Qur’an maupun sunah yang
tahun 2004 adalah setiap perbuatan terhadap mengatur kehidupan manusia yang berlaku
seseorang terutama perempuan, yang universial. Keuniversalan hukum Islam ini
berakibat timbulnya kesengsaraan atau sebagai kelanjutan dari hakikat Islam
penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, sebagai agama universal, yakni agama yang
dan atau penelantaran rumah tangga substansi-subtansi ajarannya tidak dibatasai
termasuk ancaman untuk melakukan oleh ruang dan waktu manusia, melainkan
perbuatan, pemaksaan, atau perampasan berlaku bagi semua orang Islam dimanapun,
kemerdekaan secara melawan hukum dalam kapanpun dan kebangsaan apapun (Said
lingkup rumah tangga. Agil Husin, 2004:7).
Kebanyakan dari korban KDRT ini Perbuatan kekerasan fisik menurut
terjadi pada perempuan dan anak. Kasus- hukum pidana Islam dapat digolongkan
kasus rumah tangga yang memicu adanya kepada perbuatan kejahatan terhadap nyawa
pengani-ayaan dalam rumah tangga sering atau badan orang lain, perbuatan itu
dialami oleh anggota keluarga yang merupakan bentuk tindak pidana
dianggap bisa dilecehkan dan kurang penganiayaan atas selain jiwa atau dapat
dihormati. Biasanya pelaku KDRT dikarena juga dikatakan sebagai pelukaan (al-jarh).
masalah ekonomi yang tidak mencukupi Berdasarkan beberapa uraian di atas,
kebutuhan hidup atau perasaan yang egois penulis menganggap pentingnya melalukan
dalam rumah tangga. kajian mengenai aspek hukum kekerasan
Dari sisi etika moral syari’ah yang dalam rumah tangga yang diatur dalam
didalamnya mengajarkan tentang kasih Undang-Undang Nomor 23 tahun 2004
sayang dan amanah yang harus diemban tentang Pengahapusan Kekerasan dalam
dalam institusi perkawinan, tentu tidakan Rumah Tangga yang merupakan hukum
kekerasan terhadap istri bertentangan positif di Indonesia dengan melakukan studi
dengan tujuan pernikahan, yakni membina analisis komparatif berdasarkan perspektif
rumah tangga yang aman, tentram dan hukum pidana Islam yang bersumber dari
damai yang melindungi tujuan-tujuan Al-qur’an dan Sunnah.
syari’ah. Tujuan dari penulisan ini adalah :
Hukum sebagai aturan dan pedoman 1. Mengkaji kekerasan dalam rumah tangga
dalam kehidupan masyarakat dimaksudkan menurut hukum positif dan hukum Islam
untuk mencapai keadilan dan kemanfaatan 2. Mengetahui korelasi kekerasan dalam
secara maksimal. Hukum Islam disyar’at- rumah tangga ditinjau dari hukum positif
kan oleh Allah dengan tujuan utama untuk dan hukum Islam
merealisasikan dan melindungi kemasala-
hatan umat manusia. Dalam terminologi Faktor Penyebab Terjadinya Kekerasan
ushul fiqh, syari’at diturunkan Allah kepada Dalam Rumah Tangga
hambanya dalam rangka merealisir Kekerasan dalam rumah tangga
kemasalahatan manusia di dunia dan bukanlah hal yang baru dihadapi oleh para
diakhirat. Ini bisa diwujudkan jika syari’at istri atau suami, akan tetapi telah ada
tersebut bisa dipahami. Setelah dipahami, semenjak kehiduan manusia membangun
dilaksanakan dengan kepatuhan yang tulus rumah tangga. Pemahaman yang jujur dan
ikhlas terhadap faktor-faktor yang

3
Ahmad Rofiq, Fiqh Kontektual. Dari
Normatif ke Pemaknaan Sosial, cet.1 (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2004), 3.

Mahkamah Vol. 9 No. 1 Januari-Juni 2015 43


Didi Sukardi Kajian Kekerasan Rumah Tangga

mendorong terjadinya kekerasan akan memberikan pemahaman mengenai


menjadi langkah strategis dalam kekerasan fisik yang diakibatkan karena
menemukan solusi dari persolan yang suatu tindak pidana penganiayaan.
dihadapi. Banyak faktor secara empirik telah Kekerasan fisik dalam tindak penganiayaan
terbukti memberikan kontribusi terhadap seperti diuraikan dalam pasal-pasal KUHP
meningkatnya kekerasan dalam rumah adalah bertujuan merugikan pihak korban
tangga muslim. Diantara penyebab itu secara fisik dan jasmani.
adalah: Pengertian penganiayaan menurut
1. Sikap nusyuz istri atau suami yaitu sikap yurisprudensi adalah adanya tujuan yang
membangkang teradap kewajiban- patut yang hendak di capai oleh suatu
kewajiban dalam kehidupan perkawinan, perbuatan yang di sadari (terpaksa)
seperti istri tidak mau melayani suami menimbulkan rasa sakit atau luka. Dalam
pada hal tidak ada uzur seperti haid atau ilmu hukum, penganiayaan diartikan sebagai
sakit perbuatan yang dilakukan dengan sengaja
2. Lemahnya pemahaman atau pengamalan untuk menimbulkan rasa sakit (pijn) atau
ajaran Islam oleh individu umat Islam. luka (letsel) pada tubuh orang lain.
Tidak adanya ketaqwaan pada individu, Berdasarkan pengertian di atas dapat
lemahnya pemahaman relasi suami-istri diketahui tentang unsure-unsur
dalam rumah tangga, dan karakteristik penganiayaan, yaitu adanya kesengajaan,
yang tempramental juga sebagai pemicu adanya perbuatan dan adanya akibat
bagi seseorang untuk melanggar hukum perbuatan yang dituju.
syari’at termasuk melakukan tindakan a. Unsur kesengajaan, disebut juga dengan
KDRT. unsur subjektif. Kesengajaan dalam hal
3. Disisi lain juga disebabkan adanya faktor ini disamping ditujukan pada
ekonomi, pendidikan yang rendah, perbuatannya itu
cemburu dan lain sebagainya. Kekerasan b. Adanya perbuatan, disebut dengan unsur
dalam rumah tangga yan disebabkan objektif. Unsur ini masih bersifat abstrak,
faktor ekonomi, bisa digambarkan karena karena dengan istilah/kata perbuatan saja,
minimnya penghasilan suami dalam maka dalam bentuknya yang kongkrit
mencukupi kebutuhan rumah tangga. tidak terbatas wujudnya. Padahal yang
Terkadang adanya istri yang terlalu terjadi pada umumnya adalah bahwa
banyak menuntut untuk memenuhi perbuatan tersebut mengandung sifat
kebutuhan rumah tangga, baik kebutuhan kekerasan fisik dan harus menimbulkan
sandang, pangan maupun kebutuhan rasa sakit atau luka pada tubuh, dengan
pendidikan. Dari situlah berawal kata lain bahwa yang boleh di pidana
pertengkaran antara suami dengan istri yaitu mereka yang menciptakan onregt
yang pada akhirnya menimbulkan (perbuatan yang melawan hukum).
kekerasan dalam rumah tangga. Kedua c. Adanya akibat perbuatan (yang dituju),
belah pihak tidak lagi saling mengontrol yaitu rasa sakit dan luka pada tubuh
emosinya Berdasarkan pasal 5 Undang-undang
Nomor 23 Tahun 2004, dipertegas larangan
Kekerasan Fisik Menurut KUHP Dan melakukan kekerasan dalam lingkup rumah
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tangga, berbunyi : Setiap orang dilarang
Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam melakukan kekerasan dalam rumah tangga
Rumah Tangga terhadap orang dalam Iingkup rumah
Pada dasarnya istilah kekerasan fisik tangganya, dengan cara:
tidak ditemukan dalam Kitab Undang- 1. Kekerasan fisik
Undang Hukum Pidana (KUHP) secara 2. Kekerasan psikis
terperinci, yang ada adalah istilah 3. Kekerasan seksual
penganiayaan yang secara substansi dapat

Mahkamah Vol. 9 No. 1 Januari-Juni 2015 44


Didi Sukardi Kajian Kekerasan Rumah Tangga

4. Kekerasan ekonomi (penelantaran rumah terhadap tubuh orang lain dalam KUHP
tangga) diatur pada pasal 351 sampai 358 KUHP.
Larangan pada pasal ini mencakup Pengaturan tentang delik
kekerasan fisik, kekerasan psikis atau penganiayaan dalam KUHP dapat dibedakan
psikologis, kekerasan seksual dan menjadi 5 macam, sebagai berikut:
penelantaran rumah tangga atau kekerasan 1. Penganiayaan ringan (pasal 352 KUHP)
ekonomi. 2. Penganiayaan biasa (pasal 351 KUHP)
Pasal 6 menjelaskan perbuatan 3. Penganiayaan biasa yang direncanakan
kekerasan fisik dalam rumah tangga, yakni : terlebih dahulu (pasal 353 KUHP)
“kekerasan fisik sebagaimana dimaksud 4. Penganiayaan berat (pasal 354 KUHP)
dalam pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang 5. Penganiayaan berat dengan direncanakan
mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau lebih dahulu (pasal 355 KUHP).
luka berat. Dari uraian di atas pada dasarnya
Berdasarkan keterangan Pasal 5 di Kitab Undang-Undang Hukum pidana
atas, dapat diambil kesimpulan yakni ada (KUHP) telah mengatur sanksi pidana bagi
dua unsur kekerasan fisik dalam pengaturan pelaku kekerasan yang merupakan bagian
UU PKDRT yaitu : adanya perbuatan dan dari tindak pidana penganiayaan, namun
adanya akibat perbuatan ditimbulkan. sanksi tersebut belum mengakomodir
a. Adanya perbuatan, yaitu adanya langsung tindak kekerasan dalam keluarga.
perbuatan atau adanya aksi dalam Dengan dikriminalisasikannya
melakukan kekerasan fisik atau perbuatan kekerasan dalam rumah tangga
penganiayaan berupa memukul, sebagai tindak pidana dalam Undang-
menendang, mencubit, mendorong, baik undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang
dengan tangan/kakinya maupun dengan Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah
alat atau senjata Tangga atau disingkat dengan UU PKDRT,
b. Adanya akibat perbuatan, yakni adanya maka UU ini telah menjadi bagian dari
akibat dari perbuatan tersebut, yaitu rasa sistem hukum pidana positif Indonesia.
sakit dan luka pada tubuh. Karena secara yuridis semua bentuk
Dalam Kitab Undang-undang kekerasan terhadap perempuan, terutama
Hukum Pidana (KUHP) tidak ditemukan yang terjadi di ranah rumah tangga harus
pengaturan khusus mengenai perbuatan dipandang sebagai kejahatan terhadap
pidana yang berkaitan dengan kekerasan kemanusiaan dan merupakan bentuk
dalam rumah tangga. Dalam KUHP hanya pelanggaran hak asasi manusia.
mengatur tentang tindak pidana atau delik- UU PKDRT memperluas defenisi
delik tentang penganiayaan kekerasan tidak hanya sebagai perbuatan
Kata aniaya berarti perbuatan bengis yang berakibat timbulnya penderitaan fisik,
seperti perbuatan penyiksaan atau tetapi juga penderitaan secara psikis.
penindasan. Menganiaya artinya Kekerasan dalam hal ini dirumuskan sebagai
memperlakukan sewenang-wenang dengan delik penganiayaan dan delik kesusilaan
mempersakiti, atau menyiksa dan psikologis/ psikis, seksual dan penelantaran
sebagainya. Penganiayaan artinya perlakuan rumah tangga.
yang sewenang-wenang dengan penyiksaan, Berkaitan dengan kekerasan fisik
penindasan dan sebagainya terhadap terhadap istri atau dalam keluarga telah
teraniaya. dijelaskan dalam UU PKDRT, sebagaimana
Penganiayaan itu sebagai perbuatan pada pasal 6 dirumuskan sebagai berikut :
yang dilakukan dengan sengaja untuk “Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud
menimbulkan rasa sakit atau luka kepada dalam Pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang
orang lain, yang semata-mata merupakan mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau
tujuan dari perbuatan tersebut. Jika diamati luka berat.
pengaturan pasal-pasal tentang kejahatan

Mahkamah Vol. 9 No. 1 Januari-Juni 2015 45


Didi Sukardi Kajian Kekerasan Rumah Tangga

Dalam UU ini suatu perbuatan dapat sesuatu yang dilakukan oleh seseorang
dikatakan kekerasan fisik jika perbuatan menyangkut suatu kejahatan atau apapun
tersebut mengakibatkan rasa sakit, jatuh yang ia perbuat. Jinayah adalah suatu
sakit, atau luka berat bagi korbannya. Ini penamaan melalui bentuk masdar dari kata
menandakan bahwa kekerasan fisik tersebut janna yang berarti kejelekan yang
berdampak melukai atau mencederai korban menimpanya.
pada anggota tubuhnya, sehingga korban Dr. Abdul Kadir Audah dalam
menimbulkan rasa sakit, jatuh sakit atau kitabnya at-Tasyri Aljina’i Al-Islamy
luka berat. menjelaskan arti kata Jinayah sebagai
Jika dipahami, maka pengertian berikut: Jinayah menurut bahasa merupakan
tentang penganiayaan dalam KUHP dan nama bagi suatu perbuatan jelek seseorang.
kekerasan maupun kekerasan fisik dalam Adapun menurut istilah adalah nama bagi
UU PKDRT yang telah diuraikan di atas, suatu perbuatan yang diharamkan Syara’,
pada prinsipnya mengandung substansi dan baik perbuatan itu mengenai jiwa, harta,
pemahaman yang sama, yaitu perbuatan benda, maupun selain jiwa dan harta benda.
yang dilakukan sama-sama bentuk Para fuqaha sering kali
penganiayaan yang dapat menimbulkan rasa menggunakan kata jinayah dengan maksud
sakit, menciderai atau dapat merugikan jarimah pengertian kata jinayah itu sendiri
keselamatan nyawa dan tubuh korban. secara etimologis ialah suatu hasil perbuatan
buruk yang dilakukan seseorang. Sedangkan
Kekerasan Rumah Tangga/Kekerasan dimaksud dengan kata-kata jarimah adalah :
Fisik Dalam Hukum Pidana Islam “larangan-larangan Syara’ (yang apabila
Pada dasarnya istilah tindak pidana dikerjakan) diancam Allah dengan hukuman
kekerasan fisik tidak ditemui dalam hukum had dan ta’zir”
pidana Islam. Kekerasan fisik merupakan Larangan tersebut adakalanya berupa
tindak pidana (jarimah) dan perbuatan mengerjakan perbuatan yang dilarang atau
tindak pidana atas selain jiwa dalam hukum meninggalkan perbuatan yang
pidana Islam. Tindak pidana atas selain jiwa diperintahkan. Dengan kata-kata syara’
seperti yang dikemukakan oleh Abdul Kadir pada pengertian tersebut di atas, yang
Audah adalah setiap perbuatan menyakiti dimaksud ialah bahwa sesuatu perbuatan
orang lain yang mengenai badannya, tetapi baru bisa dianggap jarimah apabila dilarang
tidak sampai menghilangkan nyawanya, oleh Syara’. Juga berbuat atau tidak berbuat
sedangkan menurut Wahbah Zuhaili, bahwa tidak dianggap sebagai jarimah, kecuali bila
tindak pidana atas selain jiwa adalah setiap diancam hukuman terhadapnya.
tindakan melawan hukum atas badan Dari defenisi di atas dapat
manusia, baik berupa pemotongan anggota disimpulkan bahwa tindak pidana (jarimah)
badan, pelukaan, maupun pemukulan adalah melakukan perbuatan yang dilarang
sedangkan jiwa atau nyawa dan hidupnya atau meninggalkan setiap perbuatan yang
masih tetap tidak terganggu. diperintahkan, melakukan atau
Inti dari unsur tindak pidana atas meninggalkan perbuatan yang telah
selain jiwa atau tindak penganiayaan, seperti ditetapkan hukum Islam atas keharaman dan
dikemukakan dalam definisi di atas adalah diancamkan hukuman terhadapnya.
perbuatan menyakiti, yakni setiap jenis Fuqaha mengistilahkan lafal
pelanggaran yang bersifat menyakiti atau hukuman dengan lafal ajziyah (bentuk
merusak anggota badan manusia, seperti plural) dan bentuk singularnya adalah jaza,
pelukaaan, pemukulan, pencekikan, apabila dalam melakukan atau
pemotongan dan penempelengan. meninggalkan suatu perbuatan atau
Dalam hukum Islam, hukum pidana meninggalkan suatu perbuatan tidak
dikenal dengan Fiqih Jinayah. Secara ditetapkan hukuman tertentu, perkara
etimologis, jinayah adalah nama bagi

Mahkamah Vol. 9 No. 1 Januari-Juni 2015 46


Didi Sukardi Kajian Kekerasan Rumah Tangga

tersebut tidak bisa dikatakan sebagai tindak dilakukan terpidana dan tidak dikhawatirkan
pidana (jarimah). akan mengakibatkan kematian kepada
Fuqaha membagi tindak pidana pelaku.
(jarimah) terhadap manusia menjadi tiga Hukuman lain adalah Takzir. Imam
bagian: Malik berpendapat bahwa pelaku tindak
a. Tindak pidana atas jiwa secara mutlak. pidana penganiayaan disengaja berhak di-
Masuk dalam bagian ini adalah tindak takzir, baik ia berhak di qishas maupun
pidana yang merusak jiwa yaitu tidak, karena adanya penghalang qishas,
pembunuhan dengan berbagai ampunan atau akad damai. mencegah,
macamnya. menghalangi dan membuat jera semua orang
b. Tindak pidana atas selain jiwa secara agar tidak melakukan tindak pidana.
mutlak. Masuk dalam bagian ini adalah Ketika hukuman qishas tidak dapat
tindak pidana yang menyentuh anggota diterapkan, maka kewajiban membayar diat
tubuh manusia tetapi tidak merupakan bentuk perlindunagn kepada
menghilangkan nyawa yaitu pemukulan korban kejahatan, selain itu juga merupakan
dan pelukaan (penganiayaan). bentuk pidana pengganti karena asas ajaran
c. Tindak pidana atas jiwa di satu sisi dan pemaaf yang sangat dianjurkan atau
bukan jiwa di sisi yang lain yakni tindak ditekankan dalam al-Qur’an dan sunnah.
pidana atas janin. Di satu sisi, janin
dianggap jiwa (bernyawa) tetapi di sisi Perspektif Hukum Pidana Islam
lain ia tidak dianggap jiwa. Dianggap Mengenai Kekerasan Fisik Terhadap
jiwa karena ia adalah anak manusia yang, Istri Dalam Undang-Undang Nomor 23
tidak dianggap jiwa karena janin belum Tahun 2004 Tentang Penghapusan
berpisah dari ibunya. Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Para fuqaha membagi tindak pidana Dalam perspektif hukum pidana
atas selain jiwa, baik yang disengaja dan Islam mengenai kekerasan dalam rumah
tidak disengaja menjadi lima bagian. tangga teruama kekerasan fisik terhadap istri
Pembagian ini didasarkan pada akibat dapat dirumuskan sebagai berikut
perbuatan pelaku. Pembagian tersebut a. Bahwa tindak pidana kekerasan fisik
adalah: terhadap istri yang termaktub dalam
1. Memisahkan anggota badan atau yang Undang-Undang Nomor 23 tahun 2004
sejenisnya tentang Penghapusan Kekerasan Dalam
2. Menghilangkan manfaat anggota badan, Rumah Tangga, sebagaimana dijelaskan
tetapi anggota badannya tetap ada pada Pasal 6 dirumuskan sebagai berikut:
3. Melukai kepala dan muka (syajjaj) Kekerasan fisik sebagaimana
4. Melukai selain kepala dan muka (al- dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah
jirah) perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit,
5. Luka yang tidak termasuk empat jenis jatuh sakit, atau luka berat
sebelumnya Menurut perspektif hukum pidana
Hukuman bagi pelaku tindak pidana Islam, tindakan suami yang melakukan
atas selain jiwa adalah : Hukuman Pokok kekerasan fisik terhadap istri adalah suatu
adalah qishas. Qishas dalam arti bahasa bentuk kejahatan dan perbuatan yang
adalah dari asal kata “tattabi’al atsar” dilarang oleh syariat karena akan
artinya menelusuri jejak. Pendapat ulama mengakibatkan kemudharatan dan
Malikiyah, menurutnya terhadap pelaku merugikan keselamatan istri, oleh karena
tindak pidana penganiayaan tetap wajib itu termasuk dalam perbuatan jarimah.
diterapkan hukuman qishas, terutama Sebagaimana yang telah dijelaskan
penganiayaan (al-jarh) yang dilakukan sebelumnya bahwa jarimah adalah
dengan sengaja selama memungkinkan melakukan perbuatan yang dilarang atau
untuk dilakukan persis sama seperti yang meninggalkan setiap perbuatan yang

Mahkamah Vol. 9 No. 1 Januari-Juni 2015 47


Didi Sukardi Kajian Kekerasan Rumah Tangga

diperintahkan, melakukan atau dapat dikatakan rumusan tindak


meninggalkan perbuatan yang telah pidananya sejalan atau selaras dengan
ditetapkan hukum Islam atas keharaman tindak pidana atas selain jiwa
dan diancamkan hukuman terhadapnya. (penganiayaan) dalam konsep jarimah.
Perbuatan Jarimah dalam hal ini adalah Bahwa tindak pidana kekerasan fisik atau
tindak pidana atas selain jiwa. Menurut penganiayaan adalah tindak pidana
Abd Al-Qadir Audah tindak pidana atas kejahatan terhadap tubuh atau jiwa
selain jiwa yaitu setiap perbuatan yang manusia sehingga perbuatan tersebut
menyakiti orang lain yang mengenai dilarang melakukan dan bagi pelakunya
badannya, tetapi tidak sampai diancam dengan hukuman pemidanaan.
menghilangkan nyawanya. c. Dari segi hukuman pelaku tindak pidana
b. Berdasarkan pengaturan pada Pasal 44 kekerasan fisik terhadap istri dalam UU
sampai pasal 48 UU PKDRT ancaman PKDT diberikan penjatuhan pidana yaitu
hukuman bagi pelaku tindak pidana pidana penjara dan denda. Sementera
kekerasan fisik terhadap istri hukuman bagi pelaku tindak pidana atas
Menurut perspektif hukum selain jiwa adalah qisas, disamping itu
pidana Islam ancaman hukuman bagi juga diwajibkan hukuman takzir
pelaku tindak tindak pidana kekerasan (penjara/pengasingan) bagi pelakunya.
fisik dalam UU PKDRT tersebut adalah Jika qisas batal dilaksanakan maka
termasuk bagian dari hukuman yang hukuman diganti dengan diat
berbentuk takzir, yaitu hukuman yang
diserahkan pelaksananan kepada Penutup
penguasa. Pelanggaran-pelanggaran Berdasarkan pembahasan yang telah
yang dikenai hukuman takzir disebut diuraikan dimuka, maka dapat ditarik
dengan jarimah takzir. kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada dasarnya keberadaan Kitab
Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)
Korelasi Antara Hukum Pidana Positif
telah merumuskan pasal-pasal tentang
Dengan Hukum Pidana Islam Mengenai
tindak pidana penganiayaan, namun
Kekerasan Dalam Rumah Tangga
keberadaan pengaturan ini belum
Berdasarkan beberapa uraian
sebelumnya dapat penulis tarik pemahaman dianggap mengakomodir perbuatan
pidana yang berkaitan dengan kekerasan
tentang beberapa hal yang berkaitan dengan
kekerasan dalam keluarga terutama dalam rumah tangga. Secara substansi
hukum dari pengaturan penganiayaan
kekerasan fisik terhadap istri yaitu
korelasinya antara hukum positif dan hukum dalam KUHP pada dasarnya
mengandung rumusan hukum yang sama
pidana Islam:
a. Bahwa pengaturan tentang tindak pidana dengan pengaturan UU PKDRT hanya
kekerasan fisik dalam UU PKDRT dan saja UU PKDRT mengatur lebih khusus
tindak pidana atas selain jiwa dalam tindak pidana dalam rumah tangga.
jarimah atau hokum pidana Islam adalah 2. Bahwa menurut persektif hukum pidana
sama-sama bertujuan memberikan Islam, secara substansi hukum tindak
pidana kekerasan dalam rumah tangga,
perlindungan kepada manusia,
kepentingan dan kemaslahatan terutama kekerasan fisik terhadap istri
masyarakat, menjaga sistem masyarakat, dalam UU PKDRT merupakan bagian
memelihara rasa aman, menghindari dari perbuatan jarimah yaitu tidak
kemaksiatan, menjauhi kerusakan dan pidana atas selain jiwa. Berkaitan
menjamin keberlangsungan hidup dengan hukuman pidana penjara dalam
UU PKDRT menurut hukum pidana
masyarakat
Islam, sehingga tindak pidana ini
b. Secara substansi tindak pidana kekerasan
fisik terhadap istri dalam UU PKDRT tergolong kedalam jarimah takzir

Mahkamah Vol. 9 No. 1 Januari-Juni 2015 48


Didi Sukardi Kajian Kekerasan Rumah Tangga

3. Bahwa terdapat korelasi antara hukum Hasbianto, Elli N, Kekerasan Dalam Rumah
positif dengan hukum pidana Islam yaitu Tangga. Potret Muram Kehidupan
: Perempuan Dalam Perkawinan.
a. Pandangan hukum Islam dan hukum Makalah Disajikan pada Seminar
positif memandang bahwa kekerasan Nasional Perlindungan Perempuan
dalam rumah tangga atau kekerasan dari pelecehan dan Kekerasan
terhadap istri adalah perilaku tercela seksual. UGM Yogyakarta, 6
dan terlalang. Hukum Islam dan November 1996.
hukum positif sama-sama Komnas Perempuan, Kerentananan
berpandangan bahwa kedudukan Perempuan terhadap Kekerasan
seorangistri sama tingginya dengan Ekonomi dan Kekerasan Seksual: di
seorang suami. Empat bentuk rumah, institusi pendidikan dan
kekerasan yang juga dijelaskan lembaga negara,Catatan KTP tahun
dalam Undang-undang Nomor 23 2008, Jakarta: Komnas Perempuan,
Tahun 2004 yaitu kekerasan fisik, 2009.
kekerasan psikis, kekerasan seksual Muhammad, Husein., Kekerasan terhadap
dan kekerasan ekonomi. Perempuan Perspektif Islam,
b. Korelasi tentang tujuan Makalah disampaikan dalam seminar
penghukuman dalam rangka yang diselenggarakan di PSW
menjaga kemaslahatan manusia, STAIN Pekalongan, 28 November
keselarasan aturan hukum mengenai 2005
kekerasan fisik terhadap istri dan Muhsin, Aminah Wadud, Quran Menurut
tindak pidana atas selain jiwa Perempuan: Membaca Kembali
(penganiayaan), namun secara Kitab Suci Dengan Semangat
khusus UU PKDRT mengatur dalam Keadilan, terj. Abdullah Ali, Jakarta:
lingkup keluarga, Serambi, 2006.
c. Dari segi hukuman dapat dikatakan Mulia, Siti Musdah, Kekerasan dalam
bahwa hukuman berupa penjara rumah tangga; Perpeksif Agama-
merupakan bentuk hukuman takzir Agama. Jakarta, 2004.
dalam hukum pidana Islam. Munir, Lily Zakiyah, "Domestic Violence in
Indonesia," Muslim World Journal of
Daftar Pustaka Human Rights: Vol. 2. No. 1, Article
5 (2005).
Departemen Agama RI, Alquran Dan Rofiq, Ahmad, Fiqh Kontektual. Dari
Terjemahan, Jakarta 2004. Normatif ke Pemaknaan Sosial, cet.
Fayyumi, Badriyah, “Islam dan Masalah 1, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
Kekerasan dalam Rumah Tangga”, 2004.
dalam Abdul Moqsith Ghazali, et. al. Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 tentang
Tubuh, Seksualita, dan Kedaulatan Penghapusan Kekerasan Dalam
Perempuan: Bunga Rampai Rumah Tangga.
Pemikiran Ulama Muda,Yogyakarta:
LKiS-Jakarta: Rahima, 2002.

Mahkamah Vol. 9 No. 1 Januari-Juni 2015 49

You might also like