You are on page 1of 7

Jenis-jenis Usaha Agribisnis dan Jenis Pembiayaan yang Sudah

Diterapkan di Indonesia

Nama : Azhar Dhika Wiratama

NIM : 11140920000051

Agribisnis merupakan suatu cara lain melihat pertanian sebagai suatu sistim bisnis yang
terdiri dari empat subsistem yang berkaitan yaitu : subsistem agribisnis hulu, (pengadaan dan
penyaluran saranan produksi), subsistem agribisnis usaha tani (produksi primer), subsistem
agribisnis hilir (pengolahan,penyimpanan,distribusi tata niaga), dan sub sistem jasa penunjang.
Agribisnis secara umum mengandung pengertian sebagai keseluruhan operasi yang terkait
dengan aktivitas untuk menghasilkan dan mendistribusikan input produksi, aktivitas untuk
produksi usaha tani, untuk pengolahan dan pemasaran. Agribisnis memberikan suatu konsep dan
wawasan yang sangat dalam tentang pertanian modern menghadapi milenium ketiga.

Adapun kelima mata rantai atau subsistem tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Subsistem Penyediaan Sarana Produksi


Sub sistem penyediaan sarana produksi menyangkut kegiatan pengadaan dan penyaluran.
Kegiatan ini mencakup perencanaan, pengelolaan dari sarana produksi, teknologi dan
sumberdaya agar penyediaan sarana produksi atau input budidaya memenuhi kriteria
tepat waktu, tepat jumlah, tepat jenis, tepat mutu dan tepat produk.
2. Subsistem Budidaya atau proses produksi
Subsistem ini mencakup kegiatan pembinaan dan pengembangan budidaya dalam rangka
meningkatkan produksi primer pertanian. Termasuk kedalam kegiatan ini adalah
perencanaan pemilihan lokasi, komoditas, teknologi, dan pola budidaya dalam rangka
meningkatkan produksi primer. Disini ditekankan pada budidaya yang intensif dan
sustainable (lestari), artinya meningkatkan produktivitas lahan semaksimal mungkin
dengan cara intensifikasi tanpameninggalkan kaidah-kaidah pelestarian sumber daya
alam yaitu tanah dan air. Disamping itu juga ditekankan budidaya yang berbentuk
komersial bukan budidaya yang subsistem, artinya produksi primer yang akan dihasilkan
diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam artian ekonomi terbuka. Budidaya
adalah sebagian dari kegiatan di permukaan bumi dimana seorang petani, sebuah
keluarga atau manajer yang digaji bercocok tanam atau memelihara ternak.
3. Subsistem Agroindustri/pengolahan hasil
Lingkup kegiatan ini tidak hanya aktivitas pengolahan sederhana di tingkat petani, tetapi
menyangkut keseluruhan kegiatan mulai dari penanganan pasca panen produk pertanian
sampai pada tingkat pengolahan lanjutan dengan maksud untuk menambah value added
atau nilai tambah dari produksi primer tersebut. Dengan demikian proses pengupasan,
pembersihan, pengekstraksian, penggilingan, pembekuan, pengeringan, dan peningkatan
mutu.
4. Subsistem Pemasaran
Subsistem pemasaran mencakup pemasaran hasil-hasil budidaya dan agroindustri baik
untuk pasar domestik maupun ekspor. Kegiatan utama subsistem ini adalah pemantauan
dan pengembangan informasi pasar dan market intelligence pada pasar domestik dan
pasar luar negeri.
5. Subsistem Penunjang
Subsistem ini merupakan penunjang kegiatan pra panen dan pasca panen yang meliputi :
o Sarana Tataniaga
o Perbankan/perkreditan
o Penyuluhan Agribisnis
o Kelompok tani· Infrastruktur agribisnis
o Koperasi Agribisnis
o BUMN
o Swasta
o Penelitian dan Pengembangan
o Pendidikan dan Pelatihan
o Transportasi
o Kebijakan Pemerintah
Salah satu aspek pendukung bergeraknya usaha agribisnis tersebut adalah adanya
dukungan permodalan (pembiayaan), pada dasarnya jenis permodalan dalam suatu perusaaan
dibedakan menjadi dua, yaitu
 Modal Tetap (fixed)
Merupakan modal yang dapat digunakan berkali-kali dalam proses produksi. Contohnya
tanah, mesing, serta bangunan.
 Modal Tidak tetap (variable)
Merupakan modal yang terpakai habis dalam satu kali proses produksi. Contohnya benih,
pupuk, serta pestisida.
Jenis-jenis modal atau pembiayaan antara lain
 Modal sendiri
Merupakan modal yang dimiliki dan dikuasai sendiri oleh pemilik perusahaan. Modal sendiri
berasal dari tabungan atau berasal dari warisan orang tua. Untuk modal seperti ini, pengusaha
bebas untuk menentukan penggunaannya tanpa harus bertanggung jawab kepada pihak lain
atau harus memenuhi kewajiban-kewajiban tertentu.
 Investasi
Merupakan dana atau barang yang dipakai untuk membeli atau membayar asset-aset jangka
panjang.
 Pinjaman
Skim Kredit Agribisnis (SKA) mencakup tidak saja usaha on-farm, tetapi juga untuk
usaha agribisnis hulu dan hilirnya. Komoditas yang akan dibiayai meliputi komoditas tanaman
pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan yang merupakan komoditas unggulan (high
value commodities). SKA disusun untuk mendukung pengembangan agribisnis sektor hulu, on-
farm dan hilir. Prinsip SKA adalah (a) dapat merubah image petani untuk tidak mengandalkan
sumber pembiayaan dengan bunga murah, (b) pengelolaan penggunaan kredit yang transparan,
(c) sistem pengembalian kredit dengan pola reward dan punishment, (d) fleksibel baik dalam
besarnya kredit, pola kredit, jangka pengembalian dan pelayanan, serta (e) prosedur dan
mekanisme pengajuan, penyaluran dan pengembalian kredit yang sederhana. Secara rinci
disampaikan dukungan SKA untuk masing-masing sub sektor dari hulu, on-farm dan hilir.
Subsektor peternakan
• Subsistem hulu : peralatan inseminasi buatan (IB), alat pencacah pakan ternak, alat
ummb, alat press jerami, alat mesin tetas telur
• Subsistem budidaya : sapi potong, kambing/domba, ayam ras pedaging, ayam petelur dan
itik
• Subsistem hilir : mesin pellet, mesin penggilling jagung, tangki susu, cooling unit, milk
can, pencabut bulu ayam dan alat pengangkut ayam
Subsektor perkebunan
• Subsistem hulu : pembangunan sumber benih, alat penyemprot hama bertekanan, tiang
rambat lada, alat angkut perkebunan
• Subsistem budidaya : karet, kelapa sawit, kakao, kapas, tebu, tembakau, lada, jambu
mete, rami, nilam, abaca, kelapa dan panili.
• Subsistem hilir : alat sangrai, penggiling kopi dan kakao
Subsektor tanaman pangan
• Subsistem hulu : benih tanaman, pengadaan benih, peralatan (traktor roda dua, pompa
air), kios saprodi
• Subsistem budidaya : kacang tanah, kacang hijau, padi, jagung
• Subsistem hilir : penggilingan padi, alat perontok, pengering serba guna, pengadaan
pangan
Subsektor hortikultura
• Subsistem hulu : peralatan pompa air irigasi, irigasi tetes, kios saprodi
• Subsistem budidaya : cabai merah, bawang merah, bawang putih, kentang, tomat, kubis,
nenas, mangga, jeruk, salak
• Subsistem hilir : alat pengolah (bawang merah, kripik kentang, kripik pisang, selai nenas)

Sumber pembiayaan lain yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung pengembangan


agribisnis antara lain adalah: Kredit Ketahanan Pagan, Kredit Taskin, Modal Ventura,
Pemanfaatan Laba BUMN, Pegadaian, Kredit Komersial perbankan, (Kupedes dari BRI,
Swamitra dari Bank Bukopin, Kredit Usaha Kecil dari : BNI, Bank Danamon, BII, Bank
Mandiri, Kredit BCA, Kredit Pengusaha Kecil dan Mikro (KPKM) dari Bank Niaga, Kredit
Modal Kerja dari Bank Agro Niaga), dan pemanfaatan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) di
pedesaan.
Kredit ketahanan pangan (KKP)
KKP adalah kredit investasi dan atau modal kerja yang diberikan oleh Bank Pelaksana
kepada petani, peternak, kelompok (tani dan peternak) dalam rangka pembiayaan intensifikasi
padi, jagung, kedelai, ubi kayu, ubi jalar, budi daya tebu, peternakan sapi potong, sapi perah,
ayam buras, itik, usaha penangkapan ikan dan pengadaan pangan gabah, jagung dan kedelai.
Dengan demikian untuk komoditas perkebunan yang lain tidak dapat dibiayai dari skim KKP.
Pola penyaluran KKP melalui pola executing, dengan sumber dana 100% berasal dari dana
perbankan dan resiko sepenuhnya ditanggung oleh perbankan. Namun demikian, pemerintah
masih menyediakan subsidi suku bunga.

Kredit Taskin Agribisnis


Kredit Taskin Agribisnis merupakan kredit berbunga murah yang ditujukan untuk
meningkatkan investasi agribisnis skala kecil/rumah tangga sekaligus untuk mengentaskan
kemiskinan di daerah. Kredit ini bersumber dari Yayasan Dakap dan Yayasan Mandiri.

Modal Ventura
Modal ventura merupakan salah satu sumber pembiayaan non perbankan yang
dipergunakan untuk semua sektor usaha produktif melalui kerjasama antara Perusahaan Modal
Ventura dengan Pengusaha Kecil/Menengah.

Dana laba BUMN


Dana Laba BUMN merupakan salah satu sumber pembiayaan bagi pengusaha kecil dan
menengah dengan suku bunga yang sangat rendah.

Pegadaian
Perum Pegadaian telah melaksanakan uji coba gadai gabah di Kabupaten Indramayu
bekerjasama dengan Ditjen Bina Sarana Pertanian dengan hasil cukup baik. Perum Pegadaian
merencanakan pengembangan sistem tunda jual di beberapa propinsi sentra produksi padi,
seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan sebagainya. Prinsipnya
petani dapat memperoleh kredit dari pegadaian dengan jaminan gabah, terutama pada saat panen
raya pada saat harga gabah turun. Dengan demikian Perum Pegadaian juga merupakan salah satu
alternatif sumber pembiayaan untuk pengembangan alsintan. Namun suku bunga gadai cukup
tinggi, yaitu 1,75% per 15 hari maksimum 4 bulan, karena sumber dana yang digunakan berasal
dari kredit komersial.

Skim kredit komersial


Skim Kredit Komersial merupakan sumber permodalan dengan suku bunga komersial dan
dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan sektor pertanian. Secara garis besar skim kredit
komersial antara lain adalah:
• KUPEDES (Kredit Umum Pedesaan) dari BRI
• SWAMITRA dari Bank Bukopin
• Kredit Usaha Kecil dari BNI
• Kredit Usaha Kecil dari Bank Danamon
• Kredit BCA
• Kredit Usaha Kecil dari Bank Mandiri
• Kredit Usaha Kecil dari BII
• Kredit Kepada Pengusaha Kecil dan Mikro dari Bank Niaga
• Kredit Modal Kerja dari Bank Agro Niaga

Lembaga Keuangan Mikro (LKM)


Untuk mengantisipasi kondisi kebijakan perbankan yang bersifat branch banking system
maka dari aspek pembiayaan, Departemen Pertanian mempunyai kebijakan untuk
mengembangkan dan memberdayakan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang dapat menjadi
sumber pembiayaan dan mudah diakses oleh petani. Kebijakan pengembangan LKM untuk
Agribisnis ini didasari atas pertimbangan teknis sebagai berikut: (1) LKM umumnya berada di
lokasi yang mudah diakses oleh petani, (2) Kultur petani kecil, cenderung akan lebih menyukai
proses yang singkat, tanpa banyak prosedur dan memerlukan kredit yang tepat dalam jumlah
yang kecil (sesuai kebutuhan), dan (3) dengan menggunakan LKM yang umumnya mempunyai
keterikatan socio-historical dengan daerah, Lokakarya Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi 46
(dengan petani di sekitarnya) maka diasumsikan akan mengurangi masalah “moral hazard”
dalam pengembalian kredit.
DAFTAR PUSTAKA

Padangaran, Ayub M. 2013. Analisis Kuantitatif Pembiayaan Perusahaan Pertanian. Bogor: PT


Penerbit IPB Press.

Sanjaya, Try. 2015. Analisis Kelayakan Agribisnis Udang.Skripsi sarjana pada Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara

Thohari, Endang. 2003. Sumber-sumber Pembiayaan untuk Agribisnis. Jakarta : Direktur


pembiayaan, Ditjen Bina Sarana Pertanian

You might also like