You are on page 1of 11

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lokasi penelitian kali ini berada di PT Aditya Buana Inter yang bergerak di
bidang pertambangan batu granit (Quarry) yang terletak di Desa Kenanga
Kecamatan Sungailiat, Kabupaten Bangka. PT Aditya Buana Inter terletak 10 Km
dari pusat Kota Sungailiat dengan akses pencapaian menuju lokasi memiliki kondisi
jalan relatif bebatuan dan dikelilingi daerah industri peleburan bijih timah. PT
Aditya Buana Inter beroperasi pada Bukit Sambung Giri dengan luas Izin Usaha
Perambangan (IUP) sebesar 12,86 Ha dengan area luasan cadangan sebesar 6 Ha
tanpa memiliki blok penambangan dengan metode penambangan Open Pit.
Pengambilan data awal di lapangan menggunakan alat ukur Theodolit DT 200
menggunakan pengukuran detail pada setiap sisi bukit dan perhitungan cadangan
pada menggunakan Metode Cross Section dan Metode Contour dengan batas
minimum elevasi 20 m di atas permukaan air laut.

Gambar 4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian

46
47

Untuk contoh data lapangan yang sudah didapatkan menggunakan


Theodolit DT 200 berupa titik titik stasiun tempat berdirinnya alat dengan metode
poligon terbuka menggunakan pengambilan titik detail dan titik kordinat x, y, serta
elevasi dapat dilihat pada Tabel 4.1 sebagai berikut.
Tabel 4.1 Tabulasi Data Lapangan
Koordinat
No Stasiun Azimuth Elevasi
x y
1 A 158,3194 620545 9786282 65,86
2 B 4,7625 620531 9786170 164,47
3 C 335,7569 620556 9786094 157,09
4 D 12,9875 620557 9786956 211,11
5 E 148,6250 620499 9786233 121,87
6 F 67,6652 620410 9786211 131,82
7 G 132,0667 620406 9786051 216,29

Pada data tabel di atas dapat dilihat pada pengambilan data lapangan
menggunakan pengambilan titik detail dari masing-masing stasiun yang terbagi atas
7 stasiun dengan jumlah data pengukuran keseluruhan berjumlah 248 data
(Lampiran B). Untuk nilai elevasi terendah berada pada stasiun A dan elevasi
tertinggi berada pada stasiun G karena tempat berdirinya alat pada Stasiun A
merupakan dataran sedangkan pada Stasiun G merupakan puncak bukit pada saat
menempatkan alat ukur.

4.1 Hasil Perhitungan Cross Section


Penaksiran cadangan batu granit dengan Metode Cross Section digunakan
pembuatan bentuk 3 dimensi berdasarkan data yang sudah didapat menggunakan
Software Surpac 6.6.2 dengan interval kontur 5 m. Untuk pembuatan dan
pengolahan cross section dilakukan perhitungan luas area tiap penampang dengan
prinsip pembuatan garis-garis penampang memotong tegak lurus bukit pada peta
kontur yang sudah dibuat. Pada pembuatan sayatan menggunakan Software
Minescape 4.119 dilakukan pembuatan variasi jarak section yaitu 10, 15, dan 20 m
dan didapat jumlah masing-masing sayatan yaitu 46, 31, dan 21 sayatan. Sayatan
48

yang digunakan yaitu memotong horizontal keseluruhan topografi yang sudah


didapat (Gambar 4.2). Dengan demikian, perhitungan ini tergantung pada
ketebalan, panjang, massa jenis batu granit di setiap penampang dan jarak interval
setiap penampang.

Gambar 4.2 Sayatan Peta Topografi Metode Cross Section


Gambar diatas merupakan contoh pengolahan data topografi berupa kontur
dengan pembagian sayatan berupa garis-garis yang memotong secara horizontal
peta yang berjumlah 21 sayatan dengan jarak masing-masing sayatan 20 m. Pada
pengolahannya sayatan yang sudah didapat diolah menggunakan Software
Minescape 4.119 sehingga didapat 21 penampang dengan pembuatan jarak
minimum elevasi 20 mdpl dan elevasi maksimum 150 mdpl. Untuk tampilan
contoh penampang yang didapat dapat dilihat pada Gambar 4.3 dan untuk
keseluruhan dapat dilhat pada lampiran.
49

Gambar 4.3 Contoh Penampang Cross Section


Gambar diatas menunjukkan contoh penampang yang dihasilkan dari
pengolahan Software Minescape 4.i19. Penampang yang ditampilkan merupakan
bidang yang akan dihitung luasannya yang kemudian dari masing-masing luasan
tersebut dapat dihitung volumenya menggunakan persamaan frustum atau mean
area. Untuk perhitungan nilai cross section dapat dilihat pada lampiran C, D, dan
E sedangkan untuk contoh perhitungan Metode Cross Section pada interval 5 m
dengan menggunakan Persamaan 2.2 yaitu persamaan mean area sebagai berikut:
(16.239,08 +14.295,61)
V= ×20
2
= 30.886,90 m3
Berdasarkan pengolahan data yang sudah dilakukan yaitu dimulai dari
pemasukan data pada Software Minescape 4.119, pembuatan penampang dengan
bantuan Software Autocad 2012, dan perhitungan masing-masing luas penampang
sehingga didapatkan volume masing-masing cadangan dengan interval section
yang berbeda-beda. Nilai volume masing-masing cadangan dapat dilihat pada Tabel
4.2 berikut:
50

Tabel 4.2 Volume Cadangan Metode Cross Section


No Interval Volume Tonnase
3
1 10 m 4.749.186,40 m 12.347.885,00 ton
3
2 15 m 4.601.865,75 m 11.964.851,00 ton
3
3 20 m 4.573.380,10 m 11.890.788,30 ton

Dari Tabel 4.2 di atas diketahui bahwa pada Metode Cross Section dengan
interval section 10 m memiliki total volume paling besar kemudian diikuti dengan
interval section 15 m dan interval section 20 m memiliki total volume terkecil. Hal
ini dapat berarti interval antar section mempengaruhi hasil dari volume yang
dihasilkan yaitu semakin besar interval section maka akan semakin kecil total
volume yang didapat atau dengan kata lain interval antar section memiliki pengaruh
tingkat ketelitian dari hasil volume yang didapat yaitu semakin rapat jarak section
maka semakin tinggi tingkat ketelitian yang didapat.

Grafik Metode Cross Section

15,000,000.00

10,000,000.00

5,000,000.00 tonnase (ton)


volume (m3)
0.00
10 meter 15 meter 20 meter
volume (m3) 4,749,186.40 4,601,865.75 4,573,380.10
tonnase (ton) 12,347,885.00 11,964,851.00 11,890,788.30

volume (m3) tonnase (ton)

Gambar 4.4 Grafik Metode Cross Section

4.2 Hasil Perhitungan Metode Contour


Penaksiran cadangan batu granit dengan Metode Contour digunakan
pembuatan bentuk 3 dimensi berdasarkan data yang sudah didapat dengan variasi
interval kontur yaitu 1, 5, dan 10 m menggunakan Software Surpac 6.6.2 (Gambar
4.5). Kemudian pada pengolahannya pembuatan garis terluar (boundary) untuk
membantu dalam perhitungan bidang kontur dengan prinsip perhitungan luas setiap
51

interval kontur dengan jarak antar sesuai dengan interval kontur dan dihitung
menggunakan Software Minescape 4.119. Perhitungan dilakukan pada tiap kontur
yang terdapat pada bentuk 3 dimensi dan menjumlahkan sesuai elevasi sehingga
didapat luasan tiap elevasi kontur. Perhitungan ini juga tergantung pada ketebalan,
panjang, massa jenis batu granit di setiap kontur dan jarak interval setiap
penampang.

Gambar 4.5 Peta Topografi Metode Contour


Pada gambar di atas merupakan Peta Topografi dari pengukuran data
lapangan yang sudah didapat kemudian diolah menggunakan Software Surpac 6.6.2
dengan interval 5 m. Pengolahan yang dilakukan berbeda dengan Metode Cross
Section karena tidak menggunakan pembagian sayatan yang memotong horizontal
keseluruhan peta. Contoh pengolahan dapat dilihat pada Gambar 4.6 berikut.
52

Gambar 4.6 Pemilihan Bidang Kontur


Gambar diatas menunjukkan pengolahan data untuk mencari luasan bidang
pada Metode Contour menggunakan Software Minescape 4.119. Pada Gambar 4.6
menunjukkan tahapan pemilihan kontur dengan elevasi tertentu yang kemudian
dapat ditentukan luas bidangnya.

Gambar 4.7 Bidang Kontur


53

Kemudian pada Gambar 4.7 di atas menunjukkan bidang yang sudah dipilih
yaitu terletak pada elevasi 55 m kemudian dapat ditentukan luasannya
menggunakan Software Minescape 4.119. Tahapan ini dilakukan pada semua
kontur yang terdapat pada peta kemudian hasil masing-masing luasan bidang yang
didapat diakumulasikan pada tiap elevasi yang sama sehingga didapat total luasan
bidang tiap elevasi. Dari hasil luasan total elevasi tersebut perhitungan volume pada
Metode Contour dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan frustum atau
mean area. Untuk perhitungan nilai Metode Contour dapat dilihat pada lampiran
F, G, dan H sedangkan untuk contoh perhitungan Metode Contour pada interval 5
m dengan menggunakan Persamaan 2.1 yaitu persamaan frustum sebagai berikut:
(132.716,03 + 3.520,86) + √132.716,03 × 3.520,86
V = ×5
3
= 263.089 m3
Berdasarkan pengolahan data yang sudah dilakukan menggunakan Software
Minescape 4.119, didapat nilai total volume masing-masing cadangan dapat dilihat
pada Tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3 Volume Cadangan Metode Contour
No Interval Volume Tonnase
1 1m 4.871.332,59 m3 12.665.464,73 ton
2 5m 4.808.473,06 m3 12.502.029,97 ton
3 10 m 4.798.857,98 m3 12.477.030,75 ton

Dari Tabel 4.3 di atas diketahui bahwa pada Metode Contour yang memiliki
dengan kontur interval 1 m memiliki total volume paling besar kemudian diikuti
kontur dengan interval 5 m dan kontur dengan interval 10 m memiliki total volume
terkecil. Hal ini juga berarti pada Metode Contour, interval kontur mempengaruhi
hasil dari volume yang dihasilkan yaitu semakin besar interval kontur maka
semakin kecil total volume yang didapat karena interval kontur semakin banyak
dan rapat sehingga volume yang didapat akan semakin besar, begitu pula sebaliknya
semakin besar interval kontur maka akan semakin sedikit elevasi yang didapat yang
mempengaruhi hasil dari luasan area sehingga volume yang didapat akan lebih kecil
dibandingkan dengan jarak interval kontur yang rapat. Hasil dari pengolahan
54

penaksiran cadangan menggunakan Metode Contour dapat dilihat pada Gambar 4.8
sebagai berikut.

Grafik Metode Contour

15,000,000.00
10,000,000.00 tonnase (ton)
5,000,000.00
volume (m3)
0.00
1 meter 5 meter 10
meter
volume (m3) 4,871,332.59 4,808,473.06 4,798,857.98
tonnase (ton) 12,665,464.73 12,502,029.97 12,477,030.75

volume (m3) tonnase (ton)

Gambar 4.8 Grafik Metode Contour

4.3 Analisis Data dan Perhitungan Umur Tambang


Analisis data berdasarkan hasil yang didapat dalam penaksiran cadangan
menggunakan Metode Cross Section dan Metode Contour akan dilihat pada jumlah
cadangan yang didapat pada masing-masing hasil pengolahan menggunakan
Software Minescape 4.119 yang akan didapat selisih hasil perhitungan dari kedua
metode tersebut yaitu sebagai berikut:

Perbandingan Tonnase
12,800,000.00
12,600,000.00
12,400,000.00
12,200,000.00
Ton

12,000,000.00
11,800,000.00
11,600,000.00
11,400,000.00
Volume 1 Volume 2 Volume 3
Cross Section 12,347,885.00 11,964,851.00 11,890,788.30
Contour 12,665,464.73 12,502,029.97 12,477,030.75

Cross Section Contour

Gambar 4.9 Perbandingan Tonnase Metode Cross Section dan Contour


55

Berdasarkan grafik di atas, diketahui adanya selisih pada nilai tonnase batu
granit antara Metode Cross Section dan Metode Contour. Selisih tersebut masing-
masing yaitu pada volume 1 memiliki selisih sebesar 317.579,73 ton atau 2,5 % ,
pada volume 2 memiliki selisih sebesar 537.178,97 ton atau 4,3 %, dan pada volume
3 m memiliki selisih sebesar 586.242,45 ton atau 4,7% .
Perbandingan nilai tonnase ini memiliki rata-rata pada interval kontur yang
semakin rapat maka hasil tonnase akan semakin tinggi yang berarti semakil rapat
kontur maka nilai cadangan akan semakin besar karena semakin rapat kontur
semakin banyak pula bagian yang akan terhitung dan semakin renggang kontur
maka akan ada bagian yang hilang sehingga tidak dapat dihitung dan ini
menyebabkan nilai kontur yang semakin renggang akan memiliki nilai cadangan
yang semakin kecil.
Untuk mengetahui lamanya umur tambang berdasarkan data perhitungan
cadangan di atas dapat diketahui dengan menggunakan Persamaan 2.15.
Perhitungan umur tambang ini menggunakan data cadangan yang diketahui dan
kemudian dibagi dengan data jumlah produksi per tahun sehingga akan didapat
lamanya umur tambang. Berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB)
PT Aditya Buana Inter Tahun 2017, jumlah target produksi perusahaan per bulan
yaitu 10.000 m3 atau 120.000 m3 per tahun. Untuk perhitungan umur tambang, nilai
total cadangan yang digunakan yaitu pada Metode Cross Section memiliki nilai
sebesar 4.749.186,40 m3 pada interval section 10 m sedangkan pada Metode
Contour nilai total cadangan yang digunakan yaitu sebesar 4.871.332,59 m3 dengan
interval 1 m karena memiliki nilai yang paling tinggi dan dianggap yang paling
mendekati kebenaran. Sesuai dengan data target produksi PT Aditya Buana Inter,
maka perhitungan umur tambang yaitu sebagai berikut:
1. Umur Tambang dengan hasil Metode Cross Section
4.749.186,40 m3
Umur tambang =
120.000 m3 ⁄tahun
= 39, 577 tahun atau 40 tahun
56

2. Umur Tambang dengan hasil Metode Contour


4.871.332,59 m3
Umur tambang =
120.000 m3 ⁄tahun
= 40, 594 tahun atau 41 tahun
Berdasarkan hasil perhitungan umur tambang diatas, untuk lamanya umur
tambang berdasarkan cadangan yang sudah dihitung menggunakan Metode Cross
Section yaitu 40 tahun sedangan hasil umur tambang yang menggunakan Metode
Contour yaitu 41 tahun.

You might also like