You are on page 1of 8

Secret Garden

Sinar matahari mulai memasuki kamarku melalui celah-celah jendela kamarku. Dalam
tidurku, aku menggerutu, siapa sih yang membuka tirai pada jendela kamarku, mengganggu saja.
Ini alasan aku benci pagi hari. Setiap pagi, kedua adikku, Mainera dan Devano, datang ke
kamarku dan mengangguku. Kadang, aku lepas kendali dan memarahi kedua adikku habis-
habisan, tapi adik-adikku tidak kapok. Kegiatan mereka setiap pagi yang menyebalkan itu selalu
mereka lakukan. Aku bertanya-tanya pada diriku sendiri, kapan mereka akan berhenti melakukan
hal menyebalkan itu.

Suatu hari, saat adik-adikku masuk ke kamarku untuk mengangguku, aku berpura-pura
tidur. Aku sengaja bangun lebih pagi dengan bantuan alarm agar tidurku tidak diganggu oleh
mereka berdua. Namun, Mai dan Dev malah mengendap-endap masuk ke dalam lemari baju
milikku.

"Kalian sedang apa?," tanyaku tiba-tiba. Mai dan Dev terkejut. Wajah mereka memerah
kebingungan.

“Hahahaha.. rasakan kalian berdua,” batinku.

"Kemari kak, ikut dengan kami!," ajak Dev.

Tak kusangka ternyata Dev malah berkata begitu. Kukira ia akan kehabisan alasan dan akhirnya
pergi ke kamarnya. Karena penasaran, aku mengikuti mereka berdua masuk ke dalam lemari
pakaian, siapa tahu mereka akan bermain permainan yang seru.

Yang kulakukan hanya masuk ke lemari milikku dan berkedip, tiba-tiba aku berada di
tempat yang mirip taman di kerajaan yang megah.

"Kita dimana?," aku bertanya ke Mai dan Dev.

"Kita berada di Secret Garden!," Mai menjawab pertanyaanku.

"Kami suka bermain disini, itu kenapa setiap pagi kami datang ke kamarmu!," lanjut Dev.

Tempat itu indah, kolam ikan, semak bunga, air mancur, dan masih banyak lagi. Aku dan kedua
adikku berlarian dan tertawa tanpa henti saat bermain disitu, kami sangat menikmatinya. Kami
tak berhenti disitu, saat melihat kelinci melompat-lompat di depan kami, kami mengejarnya
hingga memutari taman, ini seru sekali.

"Aduh capeknya!," kataku sambil duduk di rumput. Kami bertiga akhirnya berhenti bermain, dan
memutuskan untuk beristirahat.

"Kay..Mai..Dev," tiba-tiba terdengar suara yang sangat keras memanggil nama kami. Aku
bingung, suara itu seperti suara raksasa.

"Suara siapa itu?," tanyaku.

"Itu mama kak, waktunya kita pulang," jawab Mai.


Kami berlari ke pintu tempat kami masuk tadi, dan begitu kami melewati pintu, kami kembali ke
kamarku. Kami melihat mama berdiri di depan kami saat mama membuka pintu lemari.

"Kalian sedang apa di lemari?," tanya mama kepada kami.

"Kami sedang bermain, Ma." jawab kami serentak, sambil tersenyum lebar.

Setelah mama keluar kamar untuk menyiapkan makan malam, kami bertiga duduk di atas kasur.

“Kak, jangan kesana tanpa kami, ya?,” kata Mai.

“Hah? Memangnya kenapa, Mai?,” tanyaku bingung.

“Kakak belum bertemu penguasa tempat itu sih. Perempuan itu sangat kejam!,” jawab Mai.

Aku hanya mengangguk, tapi sebenarnya aku masih bingung dan juga penasaran.

“Lalu kenapa kita tidak bertemu penguasa tempat itu tadi?,” aku bertanya lagi.

“Karena kita tidak keluar dari taman itu,” jawab Mai.

“Begitu keluar dari taman, perempuan kejam itu pasti langsung tahu dimana keberadaanmu!,”
lanjut Dev.

“Janji ya, jangan kesana tanpa kami,” kata Mai dan Dev serentak.

“Iya, iya,” jawabku walau sebenarnya aku sangat penasaran.

Hari ini, liburan Mai dan Dev berakhir, sedangkan aku masih mempunya sisa 1 minggu
untuk berlibur. Selama kedua adikku sekolah, aku selalu merasa bosan. Setiap melihat lemariku,
aku ingin sekali masuk ke sana. Aku penasaran, siapa penguasa tempat itu dan bagaimana
rupanya. Apakah dia benar-benar kejam? Namun, aku harus menahan diriku untuk tak masuk ke
sana. Akhirnya aku memutuskan untuk tidur sambil menunggu Mai dan Dev pulang sekolah.

Aku membuka mataku, dan bangun dari tempat tidur. Ternyata masih dua jam berlalu
semenjak aku tidur.

‘Kriettt…,’ itu suara pintu lemariku yang terbuka sendiri.

“Hah? Kenapa lemariku terbuka dengan sendirinya..? Aduh..,” kataku, sambil berjalan ke arah
lemariku.

‘Sret..,’ aku terpeleset saat akan menutup pintu, dan jatuh ke dalam lemariku.

“Aduh sakit..” ucapku sambil memegang kepalaku yang terbentur lantai taman.

“Siapa kamu?” ucap seseorang. Aku terkejut, aku takut jika ia tahu dan akan menangkapku.

“A..aku..," belum sempat aku menjawab, orang itu menyelaku.


"Kenapa kau duduk di tanah?," tanyanya.

"Err.., aku tadi terjatuh," jawabku.

"Perkenlakan namaku Aiko," dia memperkenalkan diri saat membantuku berdiri.

"Em, namaku Kay," aku juga memperkenalkan diri.

"Kau datang dari pintu itu?," tanya Aiko.

"Iya," jawabku singkat, mungkin karena masih belum nyaman dengan orang baru.

"Lalu apa urusanmu datang kesini?," tanya Aiko lagi.

"Hah?," kataku.

"Apa urusanmu disini?," Aiko mengulang pertanyaannya.

"Emm aku ingin melihat penguasa tempat ini...?," jawabku ragu.

"Apa?!," pekik Aiko.

"Jangan berteriak di telingaku dong...," kataku sambil menutup telinga.

"Kau tidak tahu kalau penjaga Ratu Blinda itu sangat kejam!," kata Aiko.

"Ratu Blinda? Jadi nama penguasa tempat ini Blinda.. apa dia sekejam ibu guru di sekolahku saat
aku tidak mengerjakan tugas?," tanyaku.

"Haha.. bisa saja kamu. Em.. aku tidah tahu, rakyat disini sangat jarang berintraksi dengan Ratu
Blinda," jawab Aiko.

"Tapi, kalau kau mau menemui Ratu Blinda aku akan membantumu menyusup ke istana," lanjut
Aiko.

"Benar? Tapi, kenapa tiba-tiba... Oh atau jangan-jangan kau adalah penghuni istana ya?!,"
tanyaku.

"Tidak, aku bukan penghuni istana. Aku hanya bosan saja di kamar, jadi kuputuskan bermain
disini," kata Aiko

"Ah sudahlah, sekarang kita ke kamarku saja dulu," ajaknya kemudian.

'Hah? Kamarnya? Apa dia juga sama sepertiku?' kataku dalam hati.

Di perjalanan tidak ada satu pun dari kami yang berbicara.

"Hm..hm.. Aiko.." ucapku memecah keheningan.

"Ya, ada apa Kay?" jawabnya.


"Emm.. apa kau kesini lewat lemarimu?" tanyaku penasaran.

"Oh rupanya kau belum tahu ya.. kukira kau sudah tahu," kata Aiko.

"Hah? Tahu apa? Aku tidak tahu apapun tentang tempat ini. Jadi tolong beritahu aku ya,
Aiko? Please..." kataku dengan memelas.

"Jadi, semua rakyat yang ada disini sama sepertimu Kay. Mereka juga datang kesini dengan
masuk ke dalam lemari di kamar mereka masing-masing. Namun, tidak semua orang dapat pergi
ke tempat ini. Rumornya, hanya orang-orang pemberani yang dapat pergi ke sini, dan kau adalah
salah satunya, begitu juga denganku," jelas Aiko panjang lebar.
"Wow!" aku sangat terkesan dengan penjelasan Aiko.

"Kalau begitu, Ratu Blinda dan para penjaga istana juga sama seperti kita ya?" lanjutku.

"Tentang itu sih, aku tidak tahu, Kay. Aku dan teman-temanku sedang dalam proses mencari
tahu tentang itu.. seperti detektif yang ada di komik-komik.. Hahahaha.."

"Aiko.. ada-ada saja kau ini."

'Ternyata Aiko orangnya asik juga ya' batinku berkata.

Setelah berjalan cukup jauh, akhirnya kami sampai di kamar Aiko. Rumah Aiko ternyata
indah, dan nyaman.

"Aiko, apa kamu tinggal sendirian?," tanyaku saat melihat betapa sepinya rumah Aiko.

"Iya," jawab Aiko enteng.

'Poof,' aku menoleh ke arah suara itu dan Aiko. Tapi, aku tidak melihat Aiko disana, kemana dia?

"Aku disini," kata Aiko yang menjadi tidak terlihat.

"Agh!," aku berteriak kaget sampai terjatuh dari kursi yang kududuki.

'Poof,' sekarang aku bisa melihat Aiko, dia sedang tertawa terbahak-bahak di depanku.

"Ha..ha, lucu sekali," kataku.

Aiko membantuku bangun, dan kami berangkat ke istana Ratu Blinda setelah mengambil
beberapa barang.

Kami harus melewati hutan permen, dan sungai tidak bernama, untuk sampai ke istana Ratu
Blinda.

"Oh ya, bagaimana kamu bisa menghilang Aiko? Apa aku juga bisa melakukannya?," tanyaku
antusias.
"Dulu aku senang sekali berkeliling Secret Garden hingga bertemu banyak penyihir-penyihir
baik, dan salah satu dari mereka mengajarkanku," jawab Aiko.

Kami mengobrol cukup lama, hingga tidak sadar bahwa kami sudah sampai di daerah istana Ratu
Blinda.

"Dari sini, kita harus menghilang," kata Aiko.

"Apa? Maksudmu menghilang seperti kamu? Aku tidak bisa--," kata-kataku terpotong saat Aiko
menyentuhku lalu kami berdua menghilang.

"Umm, wow..," gumamku.

Aku dan Aiko masuk ke dalam istana lewat pintu belakang yang langsung menuju dapur. Benar
kata Aiko, para penjaga Ratu Blinda sangat kejam, saat ada pelayan yang tidak sengaja
menyenggol mereka, dengan kasarnya para penjaga mendorong mereka.
Kami mengendap-endap menuju ruang singgasana. Disana, Ratu Blinda duduk dengan manis
sambil memakai mahkotanya yang indah. Ratu Blinda terlihat sangat anggun dengan gaun merah
yang ia kenakan, ditambah dengan ruangan singgasana yang sangat mewah.

"Wow.. megah sekali.. sayang ya wajahnya Ratu Blinda tidak kelihatan dari sini," kataku.

"Sssttt!," Aiko menutup mulutku saat beberapa penjaga melewati kami.

" Kak! Kak Kay!," tiba-tiba aku mendengar suara yang memanggil namaku, itu pasti adik-adikku.

"Mai, Dev! Aku akan segera pulang!," teriakku.

"Ups!," aku lupa bahwa kami sedang mengendap-endap. Para penjaga istana menoleh ke sumber
suara, yaitu aku dan Aiko.

"Lari!," Aiko menarik tanganku, saat puluhan penjaga mengejar kami. Aiko sangat panik hingga
kemampuan menghilangnya tak berfungsi, kami berlari mengelilingi taman istana, berharap tak
tertangkap oleh para penjaga yang jumlahnya terus bertambah.

"Pegangan!!," suruh Aiko.

'Blup,' tiba-tiba, kami berada di kamar Aiko.

"Apa itu..?," tanyaku bingung.

"Itu kemampuan teleportasi yang diajarkan salah satu penyihir kepadaku," jawab Aiko sambil
mengelap keringat yang ada di dahinya.

"Lalu kenapa tidak pakai itu tadi? Kita jadi tak perlu berjalan jauh kan!," omelku.

"Hahaha, iya deh maaf ya Kay. Oh ya, bukankah kamu harus menemui adik-adikmu?," kata Aiko.

“Oh ya.. aku akan segera pulang,” kataku.


“Hati-hati di jalan ya Kay, awas tersandung batu, Hahaha..” lagi-lagi Aiko tertawa. Padahal itu
tidak lucu sama sekali.

‘Blup,’ Mai dan Dev muncul di depanku dan Aiko.

“Mai? Dev? Kok.. kok.. bisa?” tanyaku dengan terkejut dan juga heran.

“Eh maaf kak, kami lupa memberitahu kakak kalau disini kami juga bisa teleportasi, hehehe”
sahut Dev.

“Omong-omong, siapa laki-laki yang berada di samping kakak?” tanya Mai heran.

“Hmmm kalian ini benar-benar mengesalkan ya. Ini Aiko, dia tadi mengajakku berkeliling di
tempat ini dan dia juga mengajakku untuk melihat Ratu Blinda loh! Tapi, aku tidak sempat
melihat wajahnya,” kataku.

“Salam kenal Kak Aiko. Kami juga ingin melihat Ratu Blinda kak! Ayo kak, antar kami..”
mohon Dev Aiko.

“Wah.. boleh-boleh, ayo kita ke istana! Let’s go!” ajak Aiko.

Kami berempat pun pergi ke istana Ratu Blinda. Aiko, Mai, dan Dev mengajariku
bagaimana cara berteleportasi serta menghilang. Ini sangat asyik, aku tidak berbohong. Kalau
kalian berkunjung ke sini, mungkin kalian akan betah dan tidak mau pulang.

“Nah kita sudah sampai di pintu rahasia.” kata Aiko.

“Loh tadi kan kita tidak masuk lewat sini..?” tanyaku.

“Iya Kay, ini pintu lain yang terhubung ke lorong samping istana, dekat dengan ruang
singgasana.” jelas Aiko.

“Ayo kak cepat masuk, kak Aiko yang di depan ya..” kata Mai yang ingin segera melihat Ratu
Blinda.

Setelah beberapa menit berjalan akhirnya kami pun sampai di dalam istana. Kami merubah diri
menjadi tidak terlihat dan jalan mengendap-endap ke ruang singgasana.

Saat sampai di ruang singgasana, Mai, Dev, dan Aiko terlihat kagum dengan kecantikan
dan keanggunan Ratu Blinda. Mata mereka sampai melotot saat melihatnya, Hahahaha. Aku
pun menoleh kea rah Ratu Blinda. Betapa terkejutnya aku saat menoleh ke arahnya.

“Ch..Chaca?! Ia Charvina Blindarani kan? Apa yang ia lakukan di sini?” teriakku.

“Hey Kay! Apa yang kau lakukan?” kata Aiko.

“Maaf, ta- tapi percaya atau tidak, Ratu Blinda adalah teman sekolahku!”

“Apa?!” teriak Mai, Dev, dan Aiko bersamaan.


Tanpa sadar, ternyata para penjaga datang dan mengepung kami berempat. Ratu Blinda
alias Chaca pun datang kea rah kami. Ia mengucapkan mantra dan membuat kami terlihat
seperti sedia kala.

“Hey.. kau, Kay kan?” kata Chaca.

“Hehe.. iya.. hai Cha!” sapaku.

“Ternyata kau juga berkunjung ke dunia ini, Kay. Bagaimana, seru kan?” tanya Chaca.

“Sangat seru!!” kataku.

Ratu Blinda, eh maksudku Chaca pun menyuruh para penjaga untuk pergi ke tempat jaganya
masing-masing. Lalu, ia mengajak kami untuk berkeliling istana.

“Ratu.. perkenalkan nama saya Aiko,” kata Aiko.

“Ahahaha.. tidak perlu memanggilku dengan sebutan itu. Panggil saja Chaca, salam kenal
Aiko,” jawab Chaca.

“Kalian adik-adik Kay ya? Salam kenal ya..” lanjutnya.

“Salam kenal Kak Chaca!” kata Mai dan Dev bersamaan.

“Cha.. bagaimana kau bisa menjadi ratu di sini?” tanyaku kepada Chaca.

“Aku sudah tahu tempat ini sejak berumur lima tahun. Aku dan penjaga-penjaga istana juga
sama seperti kalian, datang lewat lemari kami masing-masing. Dulu saat pertama kali
berkujung, aku sangat senang dan akhirnya masuk ke dalam istana karena impianku saat kecil
adalah memiliki istana seperti putri di cerita dongeng, hahaha.. Tapi, saat aku masuk istana,
aku bertemu seorang penjaga yang berbadan besar. Aku ketakutan dan menangis. Lalu, sang
Ratu menghampiriku dan menggendongku. Ia sangat baik kepadaku, dan sudah
mengganggapku seperti anaknya sendiri. Sekarang ia sudah tidak pernah kembali ke secret
garden ini. Karena itulah, para penghuni istana dan juga para menteri mengangkatku menjadi
ratu di sini.” cerita Chaca.

“Wow..” aku, Mai, Dev, dan Aiko melongo.

“Lalu mengapa rakyat di sini mengganggapmu kejam, padahal kau kan baik?” tanyaku lagi.

“Mungkin itu karena di istana ini ada dua kelompok penjaga, penjaga putih dan penjaga merah.
Pejaga putih memiliki sikap yang ramah, sedangkan penjaga merah sikapnya sedikit kasar.
Rakyat mengira hal itu karena perintah ratu, tapi sebenarnya tidak. Sejak awal memang para
penjaga disini sudah terbagi menjadi dua kelompok. Katanya sih agar sistem hukum disini lebih
adil.” jelas Chaca.

“Oh begitu ya teryata..” kata Aiko.

“Apa kakak sudah mencoba memberitahu rakyat agar mereka tidak menganggap kakak sebagai
ratu yang kejam?” tanya Dev kepada Chaca.
“Belum sih, aku tidak cukup berani untuk itu..” kata Chaca.

“Kalau begitu kami akan bantu kak Chaca!” kata Mai.

“Wah.. sungguh? Terima kasih ya..” sahut Chaca.

“Let’s go!” seperti biasa, ajakan Aiko.

Kami pun menyiapkan brosur dan perlengkapan lain untuk memberitahu rakyat tentang
fakta yang sebenarnya. Akhirnya rakyat percaya dan menganggap bahwa Chaca adalah Ratu
Blinda yang baik hati. Kehidupan di Secret Garden pun menjadi lebih tentram dan damai.

“Terima kasih Kay, Aiko, Mai, dan Dev atas semua bantuannya, aku sangat menghargai itu,”
ucap Chaca.

“Sama-sama, Cha! Sukses untuk menjalankan tempat ini ya… kau pasti bisa!” ucapku
mewakili Aiko, Mai, dan Dev.

“Cha.. Kami pulang dulu ya.. sepertinya mama kami sudah mencari kami.. sampai jumpa,” kata
Aiko.

“Iya Cha, sampai jumpa,” kataku.

Kami pun kembali ke rumah masing-masing. Tak kusangka ternyata Secret Garden
sangat menyenangkan, seperti dunia impian kita. Disana, banyak kekuatan magic yang tidak
dapat aku lakukan di Bumi. Oh ya.. aku juga sudah bertemu Aiko di dunia nyata loh.. hehehe..
orangnya memang sedikit freak tapi mengasyikkan. Hahahaha.. Kami juga sering bertemu di
Secret Garden. Pengalaman ini tidak akan kulupakan. Akan kuceritakan kepada anak cucuku
nanti. Dan akhir kata, “Nothing is impossible.”

Azlia Kusuma Cahyani

X IA 7 / 09

You might also like