Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
(MHK) dan Molahidatidosa Parsial (MHP). Angka kematian yang diakibatkan
oleh kehamilan Molahidatidosa berkisar antara 2,2% - 5,7%.
Penyakit ini, baik dalam bentuk jinak atau ganas, banyak ditemukan di
Negara Asia, sedangkan di Negara bagian Barat lebih jarang.Angka di
Indonesia umumnya berupa angka Rumah Sakit yaitu RSCM, untuk Mola
Hidatidosa berkisar 1:50 sampai 1:141 kehamilan. Angka ini jauh lebih tinggi
disbanding Negara-negara barat dimana insidennya berkisar 1:1000 sampai
1:2500 kehamilan untuk kejadian Molahidatidosa. Sedangkan frekuensi
kejadian Molahidatidosa di RSU dr. Slamet Garut tahun 2009 sebanyak 37
kasus dari jumlah kehamilan sebanyak 1730 dan ditemukan angka untuk
Molahidatidosa 1:47 kehamilan pada tahun 2009.
2
B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi molahidatidosa
2. Untuk mengetahui manifestasi klinis molahidatidosa
3. Untuk mengetahui penatalaksanaan molahidatidosa
4. Untuk mengetahui etiologi molahidatidosa
5. Untuk mengetahui pencegahan molahidatidosa
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Molahidatidosa (kehamilan molar) adalah pertumbuhan proliferasi trofoblas
plasenta jinak dimana vili korionik berkembang menjadi edematous, kistik,
vetikel transparan avascular yang menggantung secara berkelompok seperti
anggur. Molahidatidosa adalah penyakit trofoblastik gestasional. Penyakit
trofoblas gestasional (gestational trophoblastic disease-GTD) adalah spectrum
kehamilan yang berhubungan dengan gangguan proliferatif tropoblastik tanpa
janin yang hidup. (Gilbert, 2007).
Molahidatidosa ialah kehamilan abnormal dengan ciri-ciri stroma villus
korialis langka vaskularisasi dan edematous. Janin biasanya meninggal, akan
tetapi villus-villus yang membesar dan edematous itu hidup dan tumbuh terus
gambaran yang diberikan ialah sebagai segugus buah anggur. Jaringan
trofoblastik pada villus kadang-kadang berpoliferasi ringan kadang-kadang
keras, dan mengeluarkan hormone, yakni human chorionic gonadotrophin
(HCG) dalam jumlah yang lebih besar daripada kehamilan biasa. (Sarwono
Prawirohardjo, 2009).
Molahidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar
dimana tidak ditemukan janin dan hamper seluruh villi korialis mengalami
perubahan berupa degenerasi hidropik. Secara makroskopik, molahidatidosa
mudah dikenal yaitu berupa gelembung-gelembung putih tembus pandang,
berisi cairan jernih dengan ukuran bervariasi dari beberapa millimeter sampai
1-2 cm. (Hanifa Wiknjosasrto, 2009)
B. Manifestasi Klinis
Mual, muntah, pusing dan lain-lain.hanya saja derajat keluhannya sering
lebih berat. Selanjutnya perkembangan lebih pesat, sehingga pada umumnya
besar uterus lebih besar dari umur kehamilan. Ada pula kasus-kasus yang
uterusnya lebih kecil atau sama besar walaupun jaringannya belum dikeluarkan.
4
C. Penatalaksanaan
Meskipun sebagian besar mola hilang secara spontan kuret isap merupakan
metode yang aman, cepat dan efektif untuk mengevakuasi molahidatidosa jika
diperlukan (Cunninggham dkk, 2005: Gilbert, 2007)
D. Etiologi
Penyebabnya belum diketahui, meskipun mungkin terkait dengan cacat
ovum atau defisiensi gizi. Ibu pada peningkatan resiko untuk pembentukkan
molahidatidosa adalah mereka yang telah menggunakan klomifen (clomid)
untuk stimulasi opulasi dan mereka yang berada di remaja awal atau lebih dari
40 tahun factor resiko lain termasuk riwayat keguguran dan gizi factor
(Misalnya, Defisiensi asupan koefisien karoten dan lemak hewani). (Bess dan
Wood, 2006: Chon dkk, 2009)
E. Pencegahan
1. Banyak mengonsumsi vitamin A
2. Hindari makanan siap saji
3. Hindari sayuran berpestisida
4. Hindari sayuran yang busuk
5. Banyak mengonsumsi buah-buahan
6. Melakukan pola hidup sehat
7. Rutin check-up ke dokter
5
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus
A. Pengkajian
1. Identitas
Nama : Ny. X
Umur : 30 tahun
2. Keluhan utama
6. Riwayat Obstetri
6
a. Riwayat menstruasi
b. Riwayat kehamilan
7. Pola kesehatan
a. Pola aktivitas dan latihan : Klien seorang ibu rumah tangga, setiap hari
melakukan pekerjaan rumah dan waktu istirahat sedikit. Klien merasakan nyeri
pada bagian perut bawahnya, nyeri bertambah berat ketika bergerak.
b. Tidur dan istirahat : Klien tidur selama 6- 8 jam. Saat sakit klien mengalami
gangguan tidur karena nyeri yang dirasakan.
c. Nyaman dan nyeri : Klien Mengalami nyeri dibagian perut bawahnya dan
perdarahan, nyeri yang hebat membuat klien tidak bisa tidur.
d. Pola nutrisi : Klien mengalami gangguan nafsu makan, karena setiap kali
makan dan minum klien selalu muntah.
e. Cairan elektrolit : Mukosa bibir klien kering, turgor kulit tidak elastis.
g. Eliminasi urin : Klien BAK 6-7 kali dalam sehari, warna kuning bercampur
darah, tidak nyeri saat BAK, dilakuakn secara mandiri.
h. Eliminasi fekal : Klien melakukan eleminasi fekal 1 kali sehari, namun saat
sakit klien tidak BAB sama sekali.
7
i. Sensori, persepsi, dan kognitif : Klien tidak mengalami gangguan
penglihatan, ketajaman visus baik, Klien tidak mengalami gangguan
pendengaran, tidak mengalami gangguan penciuman maupun pengecapan.
8. Pemeriksaan fisik
TD : 100/80,
RR : 22x/menit,
N : 125x/menit,
suhu : 37 ○ c.
BB : 55 kg
a. Kepala
Inspeksi : tampak simetris, rambut bersih, tidak ada lesi, konjungtiva anemis,
sclera tidak ikterik, hidung normal, tidak terlihat adanya sektum deviasi,
epiktaksis. telinga simetris. Wajah pucat, mukosa bibir kering.
b. Leher
Inspeksi : Leher terlihat normal tidak terlihat adanya kaku kuduk, tenggorokan
normal.
Palpasi : Tidak teraba pembesaran tonsil dan nyeri telan, tidak teraba adanya
pembesaran tiroid.
c. Dada
8
Inspeksi : Bentuk dada simetris, tidak terdapat adanya bantuan otot pernafasan.
Palpasi : Fremitus kanan dan kiri sama, tidak terdapat nyeri tekan.
d. Abdomen
Terdapat nyeri tekan di perut, saat di auskultasi terdengar wising usus, dan
peristaltik 15x/menit.
e. Genetalia
f. Kulit
Turgor kulit kering tidak elastis, tidak terdapat lesi, tidak terdapat tanda alergi.
g. Rektum
B. Diagnosa Keperawatan
3. Nyeri akut
C. Intervensi
9
4. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala datangya syok.
2. Monitor TTV
6. Persiapkan transfusi
c. Nyeri akut
D. Implementasi
10
2. Memonitor input dan output.
2. Memonitor Ttv
5. Memberikan Cairan Iv
6. Mempersiapkan Transfuse
c. Nyeri akut
E. Evaluasi
1. Resiko tinggi syok hipovelemik
11
Gelembung-gelembung cairan sudah tidak keluar lagi
A : masalah teratasi
P : lanjutkan intervensi
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi
3. Nyeri akut
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi
12
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
13