You are on page 1of 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Upaya kesehatan reproduksi salah satunya adalah menurunkan angka


kesakitan dan kematian ibu hamil dan bersalin. Adapun penyebab langsung dari
kematian ibu di Indonesia adalah trias klasik yaitu perdarahan, infeksi, toksemia
gravidarum. Perdarahan sebanyak 30% dari total kasus kematian, eklamsi
(keracunan kehamilan) 25%, infeksi 12%. Salah satu dari ketiga ketiga faktor
tersebut adalah perdarahan, perdarahan dapat terjadi pada saat kehamilan,
persalinan dan masa nifas. Perdarahan yang terjadi pada kehamilan, bisa terjadi
pada awal kehamilan maupun kehamilan lanjut, dengan besar angka
kejadiannya 3% pada kehamilan lanjut dan 5% pada awal kehamilan.
Perdarahan yang terjadi pada awal kehamilan meliputi abortus, mola hidatidosa
dan kehamilan ektopik. Pada kehamilan lanjut antara lain meliputi Solutio
Plasenta dan Plasenta Previa. Dari kasus perdarahan diatas ternyata didapatkan
besar kasus paling tinggi adalah perdarahan pada awal kehamilan yang dari
salah satu perdarahan awal kehamilan tersebut terdapat kehamilan
molahidatidosa.

Molahidatidosa adalah Tumor jinak dari trofoblast dan merupakan


kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus korialis langka, vaskularisasi
dan edematous, janin biasanya meninggal akan tetapi villus-villus yang
membesar dan edematous itu hidup dan tumbuh terus menerus, sehingga
gambaran yang diberikan adalah sebagai segugus buah anggur. Penyebab pasti
terjadinya kehamilan Mola hidatidosa belum diketahui pasti, namun ada
beberapa faktor yang memengaruhinya yaitu faktor ovum, imunoselektif
trofoblast, usia, keadaan sosio-ekonomi yang rendah, paritas tinggi, defisiensi
protein, infeksi virus dan faktor kromosom yang jelas, dan riwayat kehamilan
mola sebelumnya. Jenis pada molahidatidosa yaitu Molahidatidosa Komplet

1
(MHK) dan Molahidatidosa Parsial (MHP). Angka kematian yang diakibatkan
oleh kehamilan Molahidatidosa berkisar antara 2,2% - 5,7%.

Pada kehamilan Molahidatidosa jika tidak dilakukan penanganan secara


komprehensif maka masalah kompleks dapat timbul sebagai akibat adanya
kehamilan dengan Molahidatidosa yaitu TTG (Tumor Trofoblast Gestasional)
dimana TTG ini terbagi menjadi 2 macam yaitu: Choriocarcinoma non
Villosum dan Choriocarcinoma Villosum yang bersifat hematogen dan dapat
bermetastase ke vagina, paru-paru, ginjal, hati bahkan sampai ke otak. Dengan
presentasi kejadian tersebut adalah 18-20% keganasan.

Penatalaksanaan pada Molahidatidosa ada tiga tahap yaitu perbaikan


keadaan umum ibu, pengeluaran jaringan mola dengan cara Kuretase atau
Histerektomi, dan pemeriksaan tindak lanjut yaitu follow up selama 12 bulan,
dengan mengukur kadar β-HCG dan mencegah kehamilan selama 1 tahun.
Tindak lanjut serta penatalaksanaan saat ini berpusat pada pengukuran serial
kadar β-HCG serum untuk mendeteksi Tumor Trofoblast Persisten.

Penyakit ini, baik dalam bentuk jinak atau ganas, banyak ditemukan di
Negara Asia, sedangkan di Negara bagian Barat lebih jarang.Angka di
Indonesia umumnya berupa angka Rumah Sakit yaitu RSCM, untuk Mola
Hidatidosa berkisar 1:50 sampai 1:141 kehamilan. Angka ini jauh lebih tinggi
disbanding Negara-negara barat dimana insidennya berkisar 1:1000 sampai
1:2500 kehamilan untuk kejadian Molahidatidosa. Sedangkan frekuensi
kejadian Molahidatidosa di RSU dr. Slamet Garut tahun 2009 sebanyak 37
kasus dari jumlah kehamilan sebanyak 1730 dan ditemukan angka untuk
Molahidatidosa 1:47 kehamilan pada tahun 2009.

Mola Hidatidosa ialah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri tumor jinak


(benigna) dari chorion penyebab embrio mati dalam uterus tetapi plasenta
melanjutkan sel-sel trophoblastik terus tumbuh menjadi agresif dan membentuk
tumor yang invasif, kemudian edema dan membentuk seperti buah anggur,
karakteristik mola hidatiosa bentuk komplet dan bentuk parsial, yaitu tidak ada
jaringan embrio dan ada jaringan embrio.

2
B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi molahidatidosa
2. Untuk mengetahui manifestasi klinis molahidatidosa
3. Untuk mengetahui penatalaksanaan molahidatidosa
4. Untuk mengetahui etiologi molahidatidosa
5. Untuk mengetahui pencegahan molahidatidosa

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Molahidatidosa (kehamilan molar) adalah pertumbuhan proliferasi trofoblas
plasenta jinak dimana vili korionik berkembang menjadi edematous, kistik,
vetikel transparan avascular yang menggantung secara berkelompok seperti
anggur. Molahidatidosa adalah penyakit trofoblastik gestasional. Penyakit
trofoblas gestasional (gestational trophoblastic disease-GTD) adalah spectrum
kehamilan yang berhubungan dengan gangguan proliferatif tropoblastik tanpa
janin yang hidup. (Gilbert, 2007).
Molahidatidosa ialah kehamilan abnormal dengan ciri-ciri stroma villus
korialis langka vaskularisasi dan edematous. Janin biasanya meninggal, akan
tetapi villus-villus yang membesar dan edematous itu hidup dan tumbuh terus
gambaran yang diberikan ialah sebagai segugus buah anggur. Jaringan
trofoblastik pada villus kadang-kadang berpoliferasi ringan kadang-kadang
keras, dan mengeluarkan hormone, yakni human chorionic gonadotrophin
(HCG) dalam jumlah yang lebih besar daripada kehamilan biasa. (Sarwono
Prawirohardjo, 2009).
Molahidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar
dimana tidak ditemukan janin dan hamper seluruh villi korialis mengalami
perubahan berupa degenerasi hidropik. Secara makroskopik, molahidatidosa
mudah dikenal yaitu berupa gelembung-gelembung putih tembus pandang,
berisi cairan jernih dengan ukuran bervariasi dari beberapa millimeter sampai
1-2 cm. (Hanifa Wiknjosasrto, 2009)

B. Manifestasi Klinis
Mual, muntah, pusing dan lain-lain.hanya saja derajat keluhannya sering
lebih berat. Selanjutnya perkembangan lebih pesat, sehingga pada umumnya
besar uterus lebih besar dari umur kehamilan. Ada pula kasus-kasus yang
uterusnya lebih kecil atau sama besar walaupun jaringannya belum dikeluarkan.

4
C. Penatalaksanaan
Meskipun sebagian besar mola hilang secara spontan kuret isap merupakan
metode yang aman, cepat dan efektif untuk mengevakuasi molahidatidosa jika
diperlukan (Cunninggham dkk, 2005: Gilbert, 2007)

D. Etiologi
Penyebabnya belum diketahui, meskipun mungkin terkait dengan cacat
ovum atau defisiensi gizi. Ibu pada peningkatan resiko untuk pembentukkan
molahidatidosa adalah mereka yang telah menggunakan klomifen (clomid)
untuk stimulasi opulasi dan mereka yang berada di remaja awal atau lebih dari
40 tahun factor resiko lain termasuk riwayat keguguran dan gizi factor
(Misalnya, Defisiensi asupan koefisien karoten dan lemak hewani). (Bess dan
Wood, 2006: Chon dkk, 2009)

E. Pencegahan
1. Banyak mengonsumsi vitamin A
2. Hindari makanan siap saji
3. Hindari sayuran berpestisida
4. Hindari sayuran yang busuk
5. Banyak mengonsumsi buah-buahan
6. Melakukan pola hidup sehat
7. Rutin check-up ke dokter

5
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus

Ny. X berusia 30 tahun dibawah keluarganya karena mengalami pendarahan.


Klien sudah6 hari mengalami pendarahan. Hasil pemeriksaan diadapatkan vulva
tampak kotor dan keluar cairan putih kekuningan serta berbau, darah yang keluar
disertai gelembung-gelembung cairan. Klien tampak lemah, mukosa bibir kering,
turgor kulit kering tidak elastis, pasien mengaku mual, muntah, tampak meringis
menahan nyeri. Pasien mengaku nyeri dibagian perutnya. Perdarahan 500 cc, TD
100/80 mmHg, RR 22x/menit, N 125x/menit, suhu 37ᵒ c, BB 55 kg. pasien juga
mengatakan pusing selama 2 hari. Usia kandungannya sudah 9 minggu. Selama
perdarahan pasien hanya berbaring di tempat tidur.

A. Pengkajian

1. Identitas

Nama : Ny. X

Umur : 30 tahun

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

2. Keluhan utama

Pasien dating ke Rumah Sakit dengan keluhan mengalami perdarahan disertai


gelembung berisi cairan.

3. Riwayat penyakit dahulu

4. Riwayat penyakit sekarang

Klien mengeluh mengalami perdarahan disertai gelembung-gelemung berisi


sejak 6 hari, mual muntah, pusing sudah 3 hari, nyeri bagian perut.

5. Riwayat kesehatan keluarga

6. Riwayat Obstetri

6
a. Riwayat menstruasi

Menstruasi pertama usia 14 tahun, siklus menstruasi teratur 28 hari,


setiap kali menstruasi selama 6 hari. Hari pertama haid terakhir tanggal 4
2016, sebelumnya tidak mengalami perdarahan , pada tanggal 2 september
mengalami perdarahan sampai saat ini dan baru di bawa kerumah sakit pada
tanggal 10 september 2016.

b. Riwayat kehamilan

Klien tidak pernah mengalami penyakit seperti sekarang, selama hamil


anak 1, dan baru kehamilan anak ke 2 mengalami perdarahan.

7. Pola kesehatan

a. Pola aktivitas dan latihan : Klien seorang ibu rumah tangga, setiap hari
melakukan pekerjaan rumah dan waktu istirahat sedikit. Klien merasakan nyeri
pada bagian perut bawahnya, nyeri bertambah berat ketika bergerak.

b. Tidur dan istirahat : Klien tidur selama 6- 8 jam. Saat sakit klien mengalami
gangguan tidur karena nyeri yang dirasakan.

c. Nyaman dan nyeri : Klien Mengalami nyeri dibagian perut bawahnya dan
perdarahan, nyeri yang hebat membuat klien tidak bisa tidur.

d. Pola nutrisi : Klien mengalami gangguan nafsu makan, karena setiap kali
makan dan minum klien selalu muntah.

e. Cairan elektrolit : Mukosa bibir klien kering, turgor kulit tidak elastis.

f. Oksigenasi : Klien tidak mengalami sesak nafas.

g. Eliminasi urin : Klien BAK 6-7 kali dalam sehari, warna kuning bercampur
darah, tidak nyeri saat BAK, dilakuakn secara mandiri.

h. Eliminasi fekal : Klien melakukan eleminasi fekal 1 kali sehari, namun saat
sakit klien tidak BAB sama sekali.

7
i. Sensori, persepsi, dan kognitif : Klien tidak mengalami gangguan
penglihatan, ketajaman visus baik, Klien tidak mengalami gangguan
pendengaran, tidak mengalami gangguan penciuman maupun pengecapan.

8. Pemeriksaan fisik

Keadaan umum : tampak meringis kesakitan memengang perutnya, pucat

Kesadaran klien : composmentis dengan GCS 15,

Tanda – tanda viital

TD : 100/80,

RR : 22x/menit,

N : 125x/menit,

suhu : 37 ○ c.

BB : 55 kg

a. Kepala

Inspeksi : tampak simetris, rambut bersih, tidak ada lesi, konjungtiva anemis,
sclera tidak ikterik, hidung normal, tidak terlihat adanya sektum deviasi,
epiktaksis. telinga simetris. Wajah pucat, mukosa bibir kering.

b. Leher

Inspeksi : Leher terlihat normal tidak terlihat adanya kaku kuduk, tenggorokan
normal.

Palpasi : Tidak teraba pembesaran tonsil dan nyeri telan, tidak teraba adanya
pembesaran tiroid.

c. Dada

8
Inspeksi : Bentuk dada simetris, tidak terdapat adanya bantuan otot pernafasan.

Palpasi : Fremitus kanan dan kiri sama, tidak terdapat nyeri tekan.

Auskultasi : Suara nafas normal, Tidak terdengar suara nafas tambahan.

Perkusi : Terdengar suara sonor.

d. Abdomen

Terdapat nyeri tekan di perut, saat di auskultasi terdengar wising usus, dan
peristaltik 15x/menit.

e. Genetalia

Vulva tampak kotor, terdapat peradarahan pervagina.

f. Kulit

Turgor kulit kering tidak elastis, tidak terdapat lesi, tidak terdapat tanda alergi.

g. Rektum

Rektum bersih tidak ada infeksi.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko tinggi syok hipovelemik

2. Kekurangan volume cairan

3. Nyeri akut

C. Intervensi

a. Resiko tinggi syok hipovelemik

1. Monitor status sirkulasi, warna kulit, suhu kulit, denyut jantung.

2. Monitor input dan output.

3. Berikan cairan Iv atau oral yang tepat.

9
4. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala datangya syok.

 Mengetahui tanda syok hipovelemik

 Menjaga keseimbangan cairan selama perdarahan.

 Membantu mengangti cairan yang hilang selam perdarahan.

 Mengantisipasi terjadinya syok berulang

b. Kekurangan volume cairan

1. Monitor status hidrasi

2. Monitor TTV

3. Monitor masukan cairan

4. Monitor intake dan output cairan

5. Kolaborasi pemberian cairan IV

6. Persiapkan transfusi

c. Nyeri akut

1. Kaji skala nyeri.

2. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu, ruangan,


pencahayaan, dan kebisingan.

3. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi.

4. Observasi aspek nonverbal dari ketidak nyamanan.

5. Kolaborasi pemberian analgetik

D. Implementasi

a. Resiko tinggi syok hipovelemik

1. Memonitor status sirkulasi, warna kulit, suhu kulit, denyut jantung.

10
2. Memonitor input dan output.

3. Memberikan cairan Iv atau oral yang tepat.

4. Mengajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala datangya syok

b. Kekurangan volume cairan

1. Memonitor Status Dehidrasi

2. Memonitor Ttv

3. Memonitor Masukan Cairan

4. Memonitor Intake Dan Output Cairan

5. Memberikan Cairan Iv

6. Mempersiapkan Transfuse

c. Nyeri akut

1. Mengkaji skala nyeri.

2. Mengontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu,


ruangan, pencahayaan, dan kebisingan.

3. Mengkaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi.

4. Mengobservasi aspek nonverbal dari ketidak nyamanan.

5. Berkolaborasi pemberian analgetik.

E. Evaluasi
1. Resiko tinggi syok hipovelemik

S : pasien mengatakan darah yang keluar lebih sedikit

O : arah yang keluar tidak terlalu banyak

Vulva tidak tampak terlalu kotor

11
Gelembung-gelembung cairan sudah tidak keluar lagi

A : masalah teratasi

P : lanjutkan intervensi

2. Kekurangan volume cairan

S :Pasien mengatakan sudah tidak mual dan muntah saat makan

O : Mukosa bibir kembali normal

Turgor kulit kembali elastis

A : Masalah teratasi

P : Hentikan Intervensi

3. Nyeri akut

S : Pasien mengatakan nyeri sedikit berkurang

O : Pasien tidak tampak meringis kesakitan lagi

Pasien sudah tidak memagangi perutnya lagi

A : Masalah teratasi

P : Lanjutkan intervensi

12
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Mola hidatidosa adalah penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan


kehamilan disertai janin dan seluruh vili korealis mengalami perubahan hidro.
Gejala klinis yang ditampakkan pada kehamilan ini sama dengan kehamilan
normal. Perkembangan hamil selanjutnya menunjukkan pembesaran rahim yang
pesat disertai pengeluaran hormon semakin meningkat. Infiltrasi sel trofoblas yang
merusak pembuluh darah menimbulkan gejala pendarahan sedikit demi sedikit
sampai pendarahan banyak dan pengeluaran gelembung mola. Penyebabnya yaitu
ovnamun terlambat dikeluarkan, immunoselektif dan trofoblas, paritas tinggi,
kekurangan protein. Pada wanita yang mengalami mola hidatidosa ini sering
mengalami mual dan muntah karena produksi Hcg yang tinggi. Pendarahan yang
abnormal dapat menyebabkan infeksi pada kandungan usia muda. Resiko infeksi
harus segera ditangani untuk demi kesesalamatan kandungan.

B. Saran

Kepada ibu hamil disarankan untuk selalu melakukan pemeriksaan


kandungan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya gejala patologis
yang sering terjadi saat sedang mengandung. Apabila terjadi gejala patologis, ibu
harus segera melaporkan kepada tenaga medis agar tidak terjadi hal-hal ang tidak
diinginkan terhadap kandungannya.

13

You might also like