You are on page 1of 3

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil absorpsi asam salisilat dalam keadaan asam pada lambung tikus
% Absorpsi Ct0-Ct1
Kelompok Ct0 (mg%) Ct1 (mg%)
Ct0
I 40 10 75

II 40 20 50

V 40 5 87.5
Total 212.5
Rata-rata 70.8

Tabel 2. Hasil absorpsi asam salisilat dalam keadaan basa pada lambung tikus
% Absorpsi Ct0-Ct1
Kelompok Ct0 (mg%) Ct1 (mg%)
Ct0
III 40 5 87.5

IV 40 5 87.5

VI 40 25 37.5
Total 212.5
Rata-rata 70.8

Gambar 1. asam salisilat keadaan basa saat pengambilan awal (kanan) dan pengambilan setelah 1
jam (kiri)
Pembahasan
Berdasarkan hasil percobaan, laju rata-rata absorpsi asam salisilat dalam
larutan NaHCO3 sebesar 70.8%. Hal ini disebabkan oleh sifat asli dari asam
salisilat yang merupakan asam, sehingga jika diberikan penambahan zat kimia
yang bersifat basa, maka proses penyatuan atau homogenisasi larutan akan
membutuhkan waktu yang lama. Selain itu juga, larutan tersebut tidak mudah
untuk larut dalam lemak sehingga susah untuk diabsorpsi di mana komponen sel
sebagian besar oleh fosfolopid pada membran. Rataan konsentrasi obat pada
waktu awal sebesar 40%, namun setelah menunggu satu jam nilai rataan
konsentrasi obat menjadi 11,6%. Larutan basa yang memiliki pH yang tinggi juga
menghasilkan pengaruh pada transportasi aktif, sehingga larutan cenderung susah
diabsorpsi. Seharusnya, hal ini dapat bertolak belakang bila larutan pada pH
pelarut yang berlainan sehingga mudah berdisosiasi sedangkan pada hasil kedua
didapatkan hasil yang lebih baik. Asam asetil salisilat (aspirin) yang dimasukkan
ke dalam lambung tikus dalam suasana asam akan diabsorpsi lebih baik. Namun,
pada percobaan kali ini hasil rata-rata yang ditunjukkan mendapatkan hasil yang
sama antara kondisi asam dan basa. Hal tersebut disebabkan karena ada beberapa
sample obat yang diambil dari lambung kurang mencukupi untuk diuji. Hal ini
terlihat dari percobaan yang menunjukkan bahwa rataan jumlah konsentrasi obat
yang diabsorpsi lambung adalah sebesar 70.8%. Setelah ditunggu selama satu jam,
rataan konsentrasi asam salisilat yang diperoleh dari lambung adalah 11.6%. Hal
ini menunjukkan bahwa sebesar 88.4% dari keseluruhan asam salisilat yang
dimasukkan ke dalam lambung telah terabsorpsi dengan baik.
Dalam percobaan ini, asam salisilat dimasukkan ke dalam kondisi asam.
Berdasarkan Scoot (1962) menyebutkan bahwa, obat atau senyawa kimia bersifat
asam akan lebih mudah berdisosiasi dalam suasana basa menjadi bentuk ion dan
anion atau sebaliknya. Asam salisilat cepat diabsorpsi dari lambung dan usus
halus bagian atas, serta kadar puncak dalam plasma dapat dicapai dalam waktu 2
jam (Syarif 2007; Wilmana 1995). Suasana asam di dalam lambung menyebabkan
sebagian besar dari salisilat terdapat dalam bentuk non ionisasi sehingga
memudahkan absorpsi. Kecepatan absorpsi lambung dipengaruhi oleh kecepatan
disintegrasi, bentuk sediaan (tablet atau cair), pH permukaan mukosa dan keadaan
lambung saat pengosongan (Wilmana 1995).

Scoot TS. 1962. Carcinogenic and Chronic Toxic Hazards of Aromatis Amine.
Amsterdam: Elsevier.
Syarif A, et al.. 2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Gaya Baru.
Wilmana PF. 1995. Farmakologi dan Terapi. Edisi ke-4. Editor: Sulistia G.
Ganiswarna. Jakarta (ID): Bagian Farmakologi FK UI.

You might also like