Professional Documents
Culture Documents
SIVARUBINI RENGANATHAN
13/355848/KG/09653
YOGYAKARTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
PEMBAHASAN
B. Sterilisasi
a. Autoklaf
Cara Sterilisasi dengan autoklaf merupakan cara sterilisasi dengan
uap bertekanan tinggi. Cara ini merupakan cara atau metode yang
dianggap paling efektif dan dapat merusak spora – spora yang
resisten serta fungus. Penggunaan panas yang lembab dengan
tekanan tinggi ini menghasilkan kekuatan penghacur bakteri yang
paling efektif terhadap semua bentuk mikroorganisme. Alat dan
bahan yang akan disterilisasi dalam autoklaf biasanya dibungkus
dahulu dalam kasa biasanya disteriliser dalam satu paket bedah,
untuk sesuatu jenis operasi.
Pembungkusan dengan kain kasa ini gunanya untuk mempertahankan
sterilitas alat atau bahan beberapa hari atau minggu diluar autoclave.
Ada beberapa pabrik yang membuat kertas pembungkus sebagai ganti
kain kasa. Kertas ini mempunyai sifat – sifat kain dan juga mempunyai
kelebihan – kelebihan dari pada kain kasa. Sifatnya kurang poreus dari
pada kain kasa, dan oleh sebab itu lebih sukar ditembus oleh debu dan
mikroorganisme, tetapi tidak dapat dipergunakan berkali – kali. Alat –
alat atau bahan – bahan yang telah disterilkan di autoclave dengan
pembungkus kertas yang cukup dapat disimpan dilemari selama 2 – 4
minggu.
Lama waktu sterilisasi dengan autoclave tergantung dari besar
kecilnya paket bedah. Paket yang kecil dapat disterilkan dalam waktu
30 menit pada 2500F dengan tekanan 20 pon ( 10 kg ).
Sarung tangan dari karet merupakan bahan yang lebih peka
terhadap tekanan uap dari pada peralatan lainnya instrumen dari metal.
Oleh sebab itu bahan dari karet cukup disteriliser dengan tekanan uap
15 pon atau 15 menit pada 2500F.
Gambar 1. Autoklaf
b. Hot air sterilizer
Hot air sterilizer adalah alat yang digunakan untuk
mensterilkan instrument, namun memakan waktu lama. Waktu dan
suhu biasanya harus ditingkatkan, standarnya pada suhu 1600 C
selama dua jam, 1700 C selama 1 jam atau 1800 C selama 30 menit.
Cara ini dapat digunakan untuk glass materials seperti syringe,
cawan petri, flasks, pipet, dan test tubes, juga instrumen bedah
seperti scalpel, gunting, forcep, dll.
Gambar 2. Hot air sterilizers
c. Glass bead sterilizer
Glass bead sterilizer adalah alat yang digunakan untuk
instrumen yang akan digunakan kembali oleh pasien yang sama.
Alat ini tidak cocok digunakan untuk instrument yang akan
digunakan kembali pada pasien yang lain, karena sterilisasi dengan
alat ini kurang efektif, tidak ada cara untuk menguji suhu pada
prosesnya
Cara ini dapat dipakai dengan efektif bila kedalam air yang
digunakan dicampurkan bahan-bahan kimia untuk menaikan titik
didih daripada air tersebut. Kenaikan titik didih dari pada air
tersebut gunaya untuk mendapatkan temperatur 2500F, yang bukan
saja mematikan bakteri tetapi juga spora-sporanya. Suatu larutan
karbonas 2 % sudah cukup untuk memperoleh hasil yang baik. Ini
dapat diperoleh dengan melarutkan 60 cc karbonas Na dalam 1
galon akuades. Larutan ini dapat menghemat waktu sterilisasi dan
dapat mengurangi daya korosif pada alat-alat metal dan dengan
demikian alat-alat metal dengan demikian alat – alat tesebut
menjadi lebih awet karena berkurangya kadar O2 didalamnya.
2. Bahan Medis
Sterilisasi ini bertujuan untuk membebaskan bahan-bahan medis
dari berbagai macam mikroorganisme. Berikut macam-macam
sterilisator bahan:
3. Ruangan
1. Asepsis
a. Bedah atraumatik
Bedah atraumatik adalah bedah atau operasi dengan trauma jaringan yang
ditimbulkan diusahakan sekecil atau seminimal mungkin, dan seluruh tindakan
bedah dilakukan dengan cara dan bahan yang atraumatik (Kasim, 1992). Selain itu
menurut Kruger (1974), bedah atraumatik adalah cara mengerjakan bedah
(operasi) jaringan hidup yang berprinsip pada trauma jaringan yang ditimbulkan
diusahakan sekecil mungkin. Prinsip atraumatik ini merupakan tindakan
pembedahan yang dilakukan secara terencana, meminimalisasi trauma dan
mengurangi komplikasi. Adapun keuntungan yang dicapai dari pencabutan gigi
atraumatik adalah:
(Mangunkusumo, 1997)
D. Komplikasi Pencabutan Gigi
2. Proses pencabutan
(Mangunkusumo, 1997).
Menurut Fragiskos (2007) terdapat beberapa ciri tang (forceps) rahang atas
dan rahang bawah, yaitu:
1. Tang posterior rahang atas
a. Secara umum bentuk tang seperti huruf “s”
b. Tang premolar maksila memiliki paruh yang konkaf ke arah operator.
Paruh luas dan terbuka, digunakan untuk mencabut gigi premolar
rahang atas. Kedua ujung paruh membulat.
c. Tang premolar rahang bawah memiliki paruh yang tidak menutup dan
lebih panjang dibandingkan tang untuh gigi anterior bawah.
d. Tang rahang bawah memiliki 2 paruh yang simetris, kedua paruhnya
memilikitakik yang runcing untuk mencengkram akar bukal dan
lingual.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Segala tindakan bedah yang dilalukan para ahli bedah tidak lepas
dari tujuan eksodonsia, prinsip kerja tindakan bedah dan komplikasi yang
ditimbulkan pasca eksodonsia, teknik anestesi dan komplikasi yang
ditimbulkan pasca anestesi, persiapan pra operasi seperti sterilisasi alat,
bahan, dan ruangan yang akan digunakan, dan perbedaan ciri-ciri tang
cabut rahang atas posterior dan rahang bawah posterior.
B. Saran
Archer, H.W., 1975, Oral and Maxillofacial Surgery, Volume One, 5th edition, W.
B. Saunders Company, Philadelphia.
Dwirahardjo, B., 2004, Bahan Ajar Bedah Mulut I, Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Kasim, Bukhari. 1992, Trauma wajah, Luka Bakar dan Luka Avulsi. Cermin
Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 80, hal 31
Kruger, G.O., 1974, textbook of Oral Surgery, 4th Edition, The CV. Mosby
Company.
Mangunkusumo, Haryono. 1997. Eksodonsia dan Komplikasinya. UGM.,
Yogyakarta.