You are on page 1of 64

LAPORAN PRAKTIKUM

EKOLOGI TUMBUHAN

Analisis Vegetasi Tumbuhan dan Indeks Nilai Penting


di Gunung Bawakaraeng

OLEH :

Arya Winandar Batara R


1514041008
Pendidikan Biologi (B)

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia pada hakikatnya adalah murid-murid alam atau lingkungan,
karena alam dan lingkungan mengajari mereka banyak hal. Kehidupan
sebagai dinamika yang mengandung pergeseran dan perubahan secara terus-
menerus. Oleh karena itu setiap manusia harus mampu menyesuaikan dirinya
dengan alam dan lingkungannya, serta sesama makhluk hidup yang
merupakan bagian dari alam. Dalam hal ini alam bagi manusia adalah segala-
galanya, bukan hanya sebagai tempat lahir, hidup, berkembang, maupun mati.
Akan tetapi juga mempunyai makna filosofis tersendiri. Alam adalah guru
bagi makhluk yang hidup di dalamnya. Dia dapat mempelajari apa saja yang
ada di sekelilingnya. Oleh karena itu lingkungan merupakan laboratorium
alam yang sangat baik dan lengkap, namun belum banyak yang menyadari
dan memanfaatkannya.
Lingkungan merupakan hal yang paling penting untuk dilindungi dan
dijaga kelestariannya karena merupakan tempat dimana seluruh makhluk
hidup tinggal. Baik manusia, hewan maupun tumbuhan serta faktor biotik dan
abiotik sebagai pendukungnya. Terdapat berbagai ilmu yang mempelajari
tentang lingkungan dan salah satunya adalah ekologi.
Ekologi merupakan cabang ilmu dalam biologi yang mempelajari
tentang hubungan makhluk hidup dengan habitatnya. Pada dasarnya makhluk
hidup bergantung pada makhluk hidup lainnya ataupun habitatnya sehingga
terjadi hubungan timbal balik antara suatu makhluk hidup dengan makhluk
hidup lainnya ataupun dengan habitatnya. Hubungan antar makhluk hidup
ataupun dengan habitatnya inilah yang merupakan interaksi yang dapat
bersifat predasi, parasitisme, komensalisme, dan mutualisme.
Ilmu ekologi mempelajari segala hal yang berkaitan dengan
lingkungan, salah satunya adalah vegetasi. Vegetasi merupakan sekumpulan
tumbuh-tumbuhan yang terdiri dari beberapa jenis yang berbeda hidup
bersama di suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut
terdapat interaksi yang erat baik diantara sesama individu penyusun vegetasi
itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga membentuk suatu
sistem yang dinamis dan hidup. Istilah ekologi juga berkaitan dengan
komunitas dan populasi. Populasi merupakan kumpulan individu dari jenis
yang sama dalam suatu daerah, maka komunitas merupakan kumpulan
populasi dari berbagai jenis dalam suatu daerah. Setiap dari satu jenis
komunitas bisa saja terdapat berbagai macam spesies. Dan tentunya jumlah
spesies yang satu dengan yang lainnya dalam suatu komunitas tidaklah sama.
Bisa saja terdapat spesies yang lebih mendominasi, bahkan terdapat pula
jumlah spesies yang terlalu sedikit pada komunitas tersebut.
Salah satu faktor penyusun hutan alam adalah vegetasi. Vegetasi
merupakan suatu kumpulan dari berbagai macam tumbuhan yang hidup
bersama di suatu tempat. Vegetasi selalu dinamis dan selalu berkembang
sesuai dengan keadaan habitatnya. Dengan itulah maka perlu melakukan
kegiatan analisis vegetasi. Hutan adalah komponen terpenting dari kehidupan
manusia maupun keseimbangan ekologi, oleh karenanya potensi yang
meliputi komposisi jenis tumbuhan dominasi jenis kerapatan dan lainnya
sangat perlu diukur. Hal ini sangat penting untuk menentukan perlakuan yang
harus dilakukan dari suatu luasan hutan. Hal yang diselidiki dan diukur dalam
ekologi hutan alam adalah tegakan.
Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komponen jenis)
dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-
tumbuhan. Pengamatan parameter vegetasi berdasarkan bentuk hidup pohon,
perdu, serta herba. Suatu ekosistem alamiah maupun binaan selalu terdiri dari
dua komponen utama yaitu komponen biotik dan abiotik. Vegetasi atau
komunitas tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik yang menempati
habitat tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak belukar dan lain-lain.
Struktur dan komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh
komponen ekosistem lainnya yang saling berinteraksi, sehingga vegetasi yang
tumbuh secara alami pada wilayah tersebut sesungguhnya merupakan
pencerminan hasil interaksi berbagai faktor lingkungan dan dapat mengalami
perubahan drastis karena pengaruh anthropogenik.Analisis vegetasi ditujukan
untuk mempelajari tingkat suksesi, evaluasi hasil pengendalian gulma,
perubahan flora (shifting) sebagai akibat metode pengendalian tertentu dan
evaluasi herbisida (trial) untuk menentukan aktivitas suatu herbisida terhadap
jenis gulma di lapangan.
Didalam suatu objek vegetasi terdapat bermacam-macam vegetasi
yang hidup diantaranya tumbuhan di mana dalam tumbuahan musiman dan
tumbuhan tahunan. Bentuk pada interaksi antara komponen ekosistem
tersebut merupakan suatu asas, yakni asas keanekaragaman, asas kerjasama,
asas persaingan, asas interaksi, dan asas keseimbangan, keseluruhan asas-asas
tersebut berfungsi sebagai sarana untuk tetap mempertahankan adanya
kelangsungan dalam hubungan timbal balik antara komponen ekosistem dan
antar komponen dengan lingkungannya.
Didalam suatu objek vegetasi terdapat bermacam-macam vegetasi
yang hidup diantaranya tumbuhan di mana dalam tumbuahan musiman dan
tumbuhan tahunan. Bentuk pada interaksi antara komponen ekosistem
tersebut merupakan suatu asas, yakni asas keanekaragaman, asas kerjasama,
asas persaingan, asas interaksi, dan asas keseimbangan, keseluruhan asas-asas
tersebut berfungsi sebagai sarana untuk tetap mempertahankan adanya
kelangsungan dalam hubungan timbal balik antara komponen ekosistem dan
antar komponen dengan lingkungannya.
Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komponen jenis)
dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-
tumbuhan. Pengamatan parameter vegetasi berdasarkan bentuk hidup pohon,
perdu, serta herba. Suatu ekosistem alamiah maupun binaan selalu terdiri dari
dua komponen utama yaitu komponen biotik dan abiotik. Vegetasi atau
komunitas tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik yang menempati
habitat tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak belukar dan lain-lain.
Struktur dan komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh
komponen ekosistem lainnya yang saling berinteraksi, sehingga vegetasi yang
tumbuh secara alami pada wilayah tersebut sesungguhnya merupakan
pencerminan hasil interaksi berbagai faktor lingkungan dan dapat mengalami
perubahan drastis karena pengaruh anthropogenik.
Berdasarkan uraian diatas maka praktikum ini sangat penting bagi kita
untuk melaksanakan praktikum ini untuk menghitung tumbuhan pohon, herba
dan semak yang ada pada plot yang kita bikin.

B. Tujuan
Tujuan pengamatan ini untuk mengetahui analisis vegetatif teknik Point
Center di daerah perbukitan gunung Bawakaraeng dengan mengumpulkan
ramuan, semak, pohon dan sampel.

C. Manfaat
Mahasiswa dapat memahami dan menerapakan metode-metode dalam
menganalisis setiap tipe vegetasi seperti metode transek, point centre, profil
digram, dan nested plot serta dapat mengetahui sifat abiotik lingkungan pada
beberapa wilayah di sekitar gunung bawakaraeng.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Lingkungan merupakan hal yang paling penting untuk dilindungi dan


dijaga kelestariannya karena merupakan tempat dimana seluruh makhluk hidup
tinggal. Baik manusia, hewan maupun tumbuhan serta faktor biotik dan abiotik
sebagai pendukungnya. Terdapat berbagai ilmu yang mempelajari tentang
lingkungan dan salah satunya adalah ekologi (Michael, 1995).
Ekologi merupakan cabang ilmu dalam biologi yang mempelajari tentang
hubungan makhluk hidup dengan habitatnya. Pada dasarnya makhluk hidup
bergantung pada makhluk hidup lainnya ataupun habitatnya sehingga terjadi
hubungan timbal balik antara suatu makhluk hidup dengan makhluk hidup lainnya
ataupun dengan habitatnya. Hubungan antar makhluk hidup ataupun dengan
habitatnya inilah yang merupakan interaksi yang dapat bersifat predasi,
parasitisme, komensalisme, dan mutualisme (Lesono, 2007).
Pengertian vegetasi adalah semua spesies tumbuhan yang terdapat dalam
suatu wilayah yang luas, yang memperlihatkan pola distribusi menurut ruang dan
waktu. Tumbuhan penutup permukaan bumi merupakan vegetasi yang dapat
berbeda dalam ruang dan waktu untuk komponen spesies penyusunnya,
berdasarkan ukuran keluasan maka vegetasi dapat dibedakan dalam formasi
adalah suatu tipe vegetasi yang sangat luas yang menutupi permukaan bumi,
sebagai contoh adalah formasi Taiga, dimana keberadan formasi Taiga terletak
pada pada beberapa benua, komposisi formasi taiga pada beberapa benua
merupakan suatu komposisi tumbuhan yang identrik sehingga tetap dengan nama
formasi Taiga (Michael, 1995).

Adanya hubungan antara manusia dengan lingkungan alam bagi


masyarakat pedesaan yang sangat erat menimbulkan tindakan bagi mereka untuk
mengolah alam secara langsung sebagai mata pencaharian meraka agar tetap
bertahan hidup di alam, diantaranya usaha atau tindakan pertanian, yaitu
merupakan ekosistem yang dibuat manusia, terdapat interaksi antara tanaman
dengan manusia tersebut untuk saling menguntungkan, baik manusia maupun
tanaman itu sendiri dengan teknik budidaya tertentu. Dari adanya hal tersebut
maka dapat diketahui gambaran keadaan sumber daya alam yang dapat berpotensi
untuk masyarakat atau manusia tersebut, perubahan – perubahan keadaan serta
potensi yang ada, maka dari itulah hal ni dilakukan transek vegetasi alam yaitu
penelusuran lokasi untuk mengetahui gambaran umum lokasi suatu tempat
sehingga diperoleh hasil keadaaan sumber alam yang berpotensi untuk manusia
dan dibudidayakan ( Lesono, 2007 ).
Ekologi berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari dua kata, yaitu oikos
yang artinya rumah atau tempat hidup, dan logos yang berarti ilmu. Ekologi
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup
maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya. Berdasarkan arti
harfiah dari asal katanya ekologi dan ekonomi sama. Ekologi (Oikos dan logos)
sedang ekonomi (Oikos dan nomos) sehingga kedua ilmu itu banyak
persamaannya. Namun dalam ekologi, mata uang yang dipakai dalam transaksi
bukan rupiah atau dolar, melainkan materi, energi, dan informasi.Dalam ekologi,
kita mempelajari makhluk hidup sebagai kesatuan atau sistem dengan
lingkungannya. Definisi ekologi seperti di atas, pertama kali disampaikan oleh
Ernest Haeckel (Harun,1993).
Ekologi berkepentingan dalam menyelidiki interaksi organisme dengan
lingkungannya. Pengamatan ini bertujuan untuk menemukan prinsip-prinsip yang
terkandung dalam hubungan timbal balik tersebut. Dalam studi ekologi digunakan
metoda pendekatan secara rnenyeluruh pada komponen-kornponen yang berkaitan
dalam suatu sistem. Ruang lingkup ekologi berkisar pada tingkat populasi,
komunitas, dan ekosistem. Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan
ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan
biotik. Faktora biotik antara lain suhu, air, kelembapan, cahaya, dan topografi,
sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan,
tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-
tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem
yang saling mempengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan
kesatuan ( Young, 1989 ).
Menurut Syafei ( 1990 ) faktor abiotik adalah faktor tak hidup yang meliputi
faktor fisik dan kimia. Faktor fisik utama yang mempengaruhi ekosistem adalah
sebagai berikut:
a. Suhu.
Suhu berpengaruh terhadap ekosistem karena suhu merupakan syarat
yang diperlukan organisme untuk hidup. Ada jenis-jenis organisme yang
hanya dapat hidup pada kisaran suhu tertentu.
b. Sinar matahari.
Sinar matahari mempengaruhi ekosistem secara global karena
matahari menentukan suhu. Sinar matahari juga merupakan unsur vital
yang dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai produsen untuk berfotosintesis.
c. Air .
Air berpengaruh terhadap ekosistem karena air dibutuhkan untuk
kelangsungan hidup organisme. Bagi tumbuhan, air diperlukan dalam
pertumbuhan, perkecambahan, dan penyebaran biji; bagi hewan dan
manusia, air diperlukan sebagai air minum dan sarana hidup lain, misalnya
transportasi bagi manusia, dan tempat hidup bagi ikan. Bagi unsur abiotik
lain, misalnya tanah dan batuan, air diperlukan sebagai pelarut dan
pelapuk.
d. Tanah.
Tanah merupakan tempat hidup bagi organisme. Jenis tanah yang
berbeda menyebabkan organisme yang hidup didalamnya juga berbeda.
Tanah juga menyediakan unsur-unsur penting bagi pertumbuhan
organisme, terutama tumbuhan.
e. Ketinggian
Ketinggian tempat menentukan jenis organisme yang hidup di tempat
tersebut, karena ketinggian yang berbeda akan menghasilkan kondisi fisik
dan kimia yang berbeda.
f. Angin
Angin selain berperan dalam menentukan kelembapan juga berperan
dalam penyebaran biji tumbuhan tertentu.
g. Garis lintang
Garis lintang yang berbeda menunjukkan kondisi lingkungan yang
berbeda pula. Garis lintang secara tak langsung menyebabkan perbedaan
distribusi organisme di permukaan bumi. Ada organisme yang mampu
hidup pada garis lintang tertentu saja.
Suatu konsep sentral dalam ekologi adalah ekosistem (sistem ekologi yang
terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan
lingkungannya. Oleh karena itu ekosistem adalah tatanan kesatuan secara utuh
menyeluruh antara segenap unsur lingkungan yang saling mempengaruhi.
Berdasarkan pengertian tersebut, suatu sistem terdiri dari komponenkomponen
yang bekerja secara teratur sebagai suatu kesatuan. Ekosistem terbentuk oleh
komponen hidup (biotik) dan tak hidup (abiotik) yang berinteraksi membentuk
suatu kesatuan yang teratur.Keteraturan itu terjadi karena adanya arus materi dan
energi, yang terkendali oleh arus informasi antara komponen dalam ekosistem.
Masing-masing komponen mempunyai fungsi (relung). Selama masing-masing
komponen tetap melakukan fungsinya dan bekerjasama dengan baik, keteraturan
ekosistem tetap terjaga (Chiras, 1991).
Vegetasi (dari bahasa Inggris: vegetation) dalam ekologi adalah istilah untuk
keseluruhan komunitas tetumbuhan. Vegetasi merupakan bagian hidup yang
tersusun dari tetumbuhan yang menempati suatu ekosistem. Beraneka tipe hutan,
kebun, padang rumput, dan tundra merupakan contoh-contoh vegetasi.Analisis
vegetasi biasa dilakukan oleh ilmuwan ekologi untuk mempelajari kemelimpahan
jenis serta kerapatan tumbuh tumbuhan pada suatu tempat. Analisa vegetasi
adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi
atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Untuk suatu kondisi hutan yang luas, maka
kegiatan analisa vegetasi erat kaitannya dengan sampling, artinya kita cukup
menempatkan beberapa petak contoh untuk mewakili habitat tersebut. Dalam
sampling ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu jumlah petak contoh, cara
peletakan petak contoh dan teknik analisa vegetasi yang digunakan ( Kimball,
1965 ).
Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk
menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu
vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat
berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang
pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang
ada (Hidayat, 1995).
Vegetasi dalam artian lain merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan
biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat.
Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat baik
diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme
lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta
dinamis. Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komponen jenis) dan
bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Hutan merupakan
komponen habitat terpenting bagi kehidupan oleh karenanya kondisi masyarakat
tumbuhan di dalam hutan baik komposisi jenis tumbuhan, dominansi spesies,
kerapatan nmaupun keadaan penutupan tajuknya perlu diukur (Natassa dkk, 2010)
Pengelolaan lingkungan hidup bersifat Antroposentris, artinya perhatian
utama dihubungkan dengan kepentingan manusia. Kelangsungan hidup suatu jenis
tumbuhan atau hewan, dikaitkan dengan peranan tumbuhan atau hewan itu untuk
memenuhi kebutuhan hidup manusia, baik material (bahan makanan) dan non-
material (keindahan dan nilai ilmiah). Dengan demikian kelangsungan hidup
manusia dalam lingkungan hidup sangat ditentukan oleh tumbuhan,hewan, dan
unsur tak hidup (Riberu, 2002).
Menurut Odum (1979) dalam bukunya “Fundamentals of Ecology”,
lingkungan hidup didasarkan beberapa konsep ekologi dasar, seperti konsep:
biotik, abiotik, ekosistem, produktivitas, biomasa, hukum thermodinamika I dan
II, siklus biogeokimiawi dan konsep faktor pembatas. Dalam komunitas ada
konsep biodiversitas, pada populasi ada konsep “carrying capacity”, pada spesies
ada konsep distribusi dan interaksi serta konsep suksesi dan klimaks. Makhluk
hidup (organisme) memiliki tingkat organisasi dari tingkat yang paling sederhana
sampai ke tingkat organisasi yang paling kompleks. Tingkatan organisasi tersebut
terlihat sebagai deretan biologi yang disebut spektrum biologi.
Adapun spektrum biologi yang dimaksud yaitu: protoplasma (zat hidup
dalam sel); sel (satuan dasar suatu organisme); jaringan (kumpulan sel yang
memiliki bentuk dan fungsi sama); organ (alat tubuh, bagian dari organisme),
sistem organ (kerjasama antara struktur dan fungsional yang harmonis);
organisme (makhluk hidup, jasad hidup); populasi (kelompok organisme yang
sejenis yang hidup dan berbiak pada suatu daerah tertentu); komunitas (semua
populasi dari berbagai jenis yang menempati suatu daerah tertentu); ekosistem;
dan biosfer (lapisan bumi tempat ekosistem beroperasi) (Riberu, 2002).
Apabila kita bandingkan luasan minimum antara hutan alam, hutan
tanaman, dan padang rumput, maka kita bisa menentukan bahwa besarnya
perbandingan luas petak minimum yang mewakili ekosistem hutan alam adalah
yang paling besar luasnya atau sekitar 8m x 16m. Hal ini dikarenakan bahwa pada
hutan alam, jenis tumbuhan yang ada paling heterogen dibanding hutan lainnya,
sehingga membutuhkan luasan yang lebih banyak untuk mendapatkan nilai persen
kenaikan dibawah 10 % (Rahardjanto, 2001). Analisis vegetasi biasa dilakukan
oleh ilmuwan ekologi untuk mempelajari kemelimpahan jenis serta kerapatan
tumbuh tumbuhan pada suatu tempat Analisa vegetasi adalah cara mempelajari
susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-
tumbuhan. Untuk suatu kondisi hutan yang luas, maka kegiatan analisa vegetasi
erat kaitannya dengan sampling, artinya kita cukup menempatkan beberapa petak
contoh untuk mewakili habitat tersebut. Dalam sampling ini ada tiga hal yang
perlu diperhatikan, yaitu jumlah petak contoh, cara peletakan petak contoh dan
teknik analisa vegetasi yang digunakan. Beberapa sifat yang terdapat pada
individu tumbuhan dalam membentuk populasinya, dimana sifat sifatnya bila di
analisa akan menolong dalam menentukan struktur komunitas. Sifat sifat individu
ini dapat dibagi atas dua kelompok besar, dimana dalam analisanya akan
memberikan data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif (Sumardi, 2004).
Menurut Kershaw (1973), Struktur vegetasi terdiri atas 3 komponen, yaitu:
a. Struktur vegetasi berupa vegetasi secara vertikal yang merupakan diagram
profil yang melukiskan lapisan pohon, tiang, sapihan, semak dan herba
penyusun vegetasi.
b. Sebaran, horizontal jenis-jenis penyususn yang menggambarkan letak dari
suatu individu terhadap individu lain.
c. Kelimpahan (abudance) setiap jenis dalam suatu komunitas.
Luas area tempat pengambilan contoh komunitas tumbuhan atau vegetasi
sangat bervariasi, tergantung pada bentuk atau struktur vegetasi tersebut. Yang
perlu diperhatikan dalam menentukan luas minimum yang dipakai adalah seluas
papaun percontohan diambil harus dapat menggambarkan bentuk vegetasi secara
keseluruhan. Percontohan yang diambil dianggap memadai apabila seluruh atau
sebagian besar jenis tumbuhan pembentuk vegetasi itu berada dalam vegetasi akan
didapatkan suatu luas terkecil yang dapat mewakili vegetasi, kecuali untuk hutan
tropika yang sangat sulit ditentukan luas terkecilnya. Luas terkecil yang dapat
mewakili karakteristik komunitas tumbuhan atau komunitas tumbuhan atau
vegetasi secara keseluruhan disebut luas minimum (Sucipto, 2008).
Analisis kuantitatif meliputi, distribusi tumbuhan (frekuensi), kerapatan
(density), atau banyaknya (abudance). Dalam analisis ini diperlukan suatu
perkiraan atau estimasi. Hal tersebut dapat dibuat dengan observasi spesies
tumbuhan pada tempat berbeda dalam habitat. Beberapa metode yang sering
digunakan adalah metode kuadrat, metode lop, metode titik, dan metode transek.
Dengan informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas
tumbuhan, komunitas vegetasi dikelompokkan menjadi vegetasi iklim dan
vegetasi tanah yang berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat mempunyai
keseimbangan yang spesifik (Ewusie, 2000).
Dari luas minimum, kita dapat menentukan berapa ukuran transek yang
digunakan. Ukuran luas minimum yang biasa digunakan ialah 25 cm x 25 cm, 25
cm x 50 cm, 50 cm x 50 cm, 50 cm x 100 cm, dan 100 cm x 100 cm. Dari masing-
masing ukuran yang dibuat, dicatat semua jenis tumbuhan yang ditemukan.
Kemudian dimasukkan ke dalam tabel. Untuk mendapatkan luas minimum,
disusun sebuah grafik dari data yang diperoleh. Perlu dipahami bahwa luas
minimum berada saat garis mulai mendatar, atau kalau ada penambahan jumlah
jenis tidak melebihi 10% (Sucipto, 2008).
Dalam menganalisis vegetasi, ada beberapa macam metode yang dapat
digunakan. Ada yang menggunakan petak contoh (plot) dan ada yang tak
menggunakan petak contoh (plot less). Metode yang menggunakan petak contoh
(plot) di antaranya adalah metode kuadrat, sedangkan yang tidak menggunakan
petak contoh adalah titik menyinggung (point intercpt), Point Centered Quarter
Methods, dll. Pemilihan metode ini tergantung pada tipe vegetasi, tujuan,
ketersediaan dana, waktu, tenaga, dan kendala-kendala lainnya. (Marsono, 2004).
Dalam metode ini garis-garis merupakan petak contoh (plot). Tanaman
yang berada tepat pada garis dicatat jenisnya dan berapa kali terdapat atrau
dijumpai. Pada metode garis ini, sistem analisis melalui variabel-variabel
kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi yang selanjutnya menentukan INP (indeks
nilai penting) yang akan digunakan untuk memberi nama sebuah vegetasi.
Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah individu sejenis yang terlewati oleh garis.
Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis yang tertutup oleh individu
tumbuhan, dan dapat merupakan prosentase perbandingan panjang penutupan
garis yang terlewat oleh individu tumbuhan terhadap garis yang dibuat (Syafei,
1990). Frekuensi diperoleh berdasarkan kekerapan suatu spesies yang ditemukan
pada setiap garis yang disebar (Rohman, 2001).
Suatu konsep sentral dalam ekologi adalah ekosistem (sistem ekologi yang
terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan
lingkungannya. Oleh karena itu ekosistem adalah tatanan kesatuan secara utuh
menyeluruh antara segenap unsur lingkungan yang saling mempengaruhi.
Berdasarkan pengertian tersebut, suatu sistem terdiri dari komponenkomponen
yang bekerja secara teratur sebagai suatu kesatuan. Ekosistem terbentuk oleh
komponen hidup (biotik) dan tak hidup (abiotik) yang berinteraksi membentuk
suatu kesatuan yang teratur.Keteraturan itu terjadi karena adanya arus materi dan
energi, yang terkendali oleh arus informasi antara komponen dalam ekosistem.
Masing-masing komponen mempunyai fungsi (relung). Selama masing-masing
komponen tetap melakukan fungsinya dan bekerjasama dengan baik, keteraturan
ekosistem tetap terjaga ( Chiras, 1991 ).
Adapun spektrum biologi yang dimaksud yaitu: protoplasma (zat hidup
dalam sel); sel (satuan dasar suatu organisme); jaringan (kumpulan sel yang
memiliki bentuk dan fungsi sama); organ (alat tubuh, bagian dari organisme),
sistem organ (kerjasama antara struktur dan fungsional yang harmonis);
organisme (makhluk hidup, jasad hidup); populasi (kelompok organisme yang
sejenis yang hidup dan berbiak pada suatu daerah tertentu); komunitas (semua
populasi dari berbagai jenis yang menempati suatu daerah tertentu); ekosistem;
dan biosfer (lapisan bumi tempat ekosistem beroperasi) (Riberu, 2002).
Jika suatu wilayah berukuran luas/besar, vegetasinya terdiri atas beberapa
bagian vegetasi atau komunitas tumbuhan yang menonjol. Sehingga terdapat
berbagai tipe vegetasi. Contoh bentuk pertumbuhan (growth form): termasuk
herba tahunan (annual), pohon selalu hijau berdaun lebar, semak yang meranggas
pada waktu kering, tumbuhan dengan umbi atau rhizome, tumbuhan selalu hijau
berdaun jarum, rumput menahun (perennial), dan semak kerdil (Soetjipta, 1994).
Suatu konsep sentral dalam ekologi adalah ekosistem (sistem ekologi yang
terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan
lingkungannya. Oleh karena itu ekosistem adalah tatanan kesatuan secara utuh
menyeluruh antara segenap unsur lingkungan yang saling mempengaruhi.
Berdasarkan pengertian di atas, suatu sistem terdiri dari komponenkomponen
yang bekerja secara teratur sebagai suatu kesatuan. Ekosistem terbentuk oleh
komponen hidup (biotik) dan tak hidup (abiotik) yang berinteraksi membentuk
suatu kesatuan yang teratur. Keteraturan itu terjadi karena adanya arus materi dan
energi, yang terkendali oleh arus informasi antara komponen dalam ekosistem
(Riberu, 2002).
Suatu populasi memiliki kekhasan yang tidak dimiliki oleh individu-
individu yang membangun populasi tesebut. Kekhasan dasar suatu populasi yang
menarik bagi seorang ekolog adalah ukuran dan rapatannya. Jumlah individu
dalam populasi mencirikan ukurannya dan jumlah individu populasi dalam suatu
daerah atau satuan volume adalah rapatannya. Kelahiran (Natalitas), kematian
(mortalitas), yang masuk (imigrasi), dan yang keluar (emigrasi) dari anggota
mempengaruhi ukuran dan rapatan populasi. Kekhasan lain dari populasi yang
penting dari segi ekologi adalah keragaman morfologi dalam suatu populasi alam
sebaan umur, komposisi genetik dan penyebaran individu dalam populasi
(Odum, 1993).
Spesies atau jenis adalah suatu takson yang dipakai dalam taksonomi
untuk menunjuk pada satu atau beberapa kelompok individu (populasi) yang
serupa dan dapat saling membuahi satu sama lain di dalam kelompoknya (saling
membagi gen) namun tidak dapat dengan anggota kelompok yang lain,
(Campbell, 2008). Area adalah sebuah daerah yang dikuasai atau menjadi
teritorial dari sebuah kedaulatan. Sedangkan kurva adalah suatu metode grafik
yang digunakan untuk mempresentasikan data pada tabel kehidupan(Campbell,
2008).
Luas area tempat pengambilan contoh komunitas tumbuhan atau vegetasi
sangat bervariasi, tergantung pada bentuk atau struktur vegetasi tersebut. Yang
perlu diperhatikan dalam menentukan luas minimum yang dipakai adalah seluas
papaun percontohan diambil harus dapat menggambarkan bentuk vegetasi secara
keseluruhan. Percontohan yang diambil dianggap memadai apabila seluruh atau
sebagian besar jenis tumbuhan pembentuk vegetasi itu berada dalam vegetasi akan
didapatkan suatu luas terkecil yang dapat mewakili vegetasi, kecuali untuk hutan
tropika yang sangat sulit ditentukan luas terkecilnya. Luas terkecil yang dapat
mewakili karakteristik komunitas tumbuhan atau komunitas tumbuhan atau
vegetasi secara keseluruhan disebut luas minimum. Dari luas minimum, kita dapat
menentukan berapa ukuran transek yang digunakan. Ukuran luas minimum yang
biasa digunakan ialah 25 cm x 25 cm, 25 cm x 50 cm, 50 cm x 50 cm, 50 cm x
100 cm, dan 100 cm x 100 cm. Dari masing-masing ukuran yang dibuat, dicatat
semua jenis tumbuhan yang ditemukan. Kemudian dimasukkan ke dalam tabel.
Untuk mendapatkan luas minimum, disusun sebuah grafik dari data yang
diperoleh. Perlu dipahami bahwa luas minimum berada saat garis mulai mendatar,
atau kalau ada penambahan jumlah jenis tidak melebihi 10% (Sucipto, 2008).
Luas minimum digunakan untuk memperoleh luasan petak contoh (sampling
area) yang dianggap representatif dengan suatu tipe vegetasi pada suatu habitat
tertentu yang sedang dipelajari. Luas petak contoh mempunyai hubungan erat
dengan keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut. Makin tinggi
keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut, makin luas petak contoh
yang dgunakan. Bentuk luas minimum dapat berbentuk bujur sangkar, empat
persegi panjang dan dapat pula berbentuk lingkaran (Badriah, 2011).
Metode luas minimum dilakukan dengan cara menentukan luas daerah
contoh vegetasi yang akan diambil dan didalamnya terdapat berbagai jenis
vegetasi tumbuhan. Syarat untuk pengambilan contoh haruslah representative bagi
seluruh vegetasi yang dianalisis. Keadaan ini dapat dikembalikan kepada sifat
umum suatu vegetasi yaitu vegetasi berupa komunitas tumbuhan yang dibentuk
oleh beragam jenis populasi. Dengan kata lain peranan individu suatu jenis
tumbuhan sangat penting. Sifat komunitas akan ditentukan oleh keadaan-keadaan
individu dalam populasi (Badriah, 2011).
Nilai penting merupakan suatu harga yang didapatkan dari penjumlahan
nilai relatif dari sejumlah variabel yang telah diukur (kerapatan relatif,
kerimbunan relatif, dan frekuensi relatif). Jika disusun dalam bentuk rumus maka
akan diperoleh: Nilai Penting = Kr + Dr + Fr Harga relatif ini dapat dicari dengan
perbandingan antara harga suatu variabel yang didapat dari suatu jenis terhadap
nilai total dari variabel itu untuk seluruh jenis yang didapat, dikalikan 100%
dalam tabel. Jenis-jenis tumbuhan disusun berdasarkan urutan harga nilai penting,
dari yang terbesar sampai yang terkecil. Dan dua jenis tumbuhan yang memiliki
harga nilai penting terbesar dapat digunakan untuk menentukan penamaan untuk
vegetasi tersebut (Surasana, 1990).
Menurut Michael (1994), membagi struktur vegetasi menjadi lima
berdasarkan tingkatannya, yaitu: fisiognomi vegetasi, struktur biomassa, struktur
bentuk hidup, struktur floristik, struktur tegakan. Struktur suatu vegetasi terdiri
dari individu-individu yang membentuk tegakan di dalam suatu ruang. Komunitas
tumbuhan terdiri dari sekelompok tumbuh-¬tumbuhan yang masing-masing
individu mempertahankan sifatnya.
Indeks Nilai Penting (INP) ini digunakan untuk menetapkan dominasi suatu
jenis terhadap jenis lainnya atau dengan kata lain nilai penting menggambarkan
kedudukan ekologis suatu jenis dalam komunitas. Indeks Nilai Penting dihitung
berdasarkan penjumlahan nilai Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi Relatif (FR)
dan Dominansi Relatif (DR) (Michael, 1994).
Indeks Nilai Penting (INP) ini digunakan untuk menetapkan dominasi suatu
jenis terhadap jenis lainnya atau dengan kata lain nilai penting menggambarkan
kedudukan ekologis suatu jenis dalam komunitas. Indeks Nilai Penting dihitung
berdasarkan penjumlahan nilai Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi Relatif (FR)
dan Dominansi Relatif (DR) (Surasana, 1990).
Metode intersepsi titik merupakan suatu metode analisis vegetasi dengan
menggunakan cuplikan berupa titik. Pada metode ini tumbuhan yang dapat
dianalisis hanya satu tumbuhan yang benar-benar terletak pada titik-titik yang
disebar atau yang diproyeksikan mengenai titik-titik tersebut. Dalam
menggunakan metode ini variable-variabel yang digunakan adalah kerapatan,
dominansi, dan frekuensi (Rohman, 2001).
Jika berbicara mengenai vegetasi, kita tidak bisa terlepas dari komponen
penyusun vegetasi itu sendiri dan komponen tersebutlah yang menjadi fokus
dalam pengukuran vegetasi. Komponen tumbuh-tumbuhan penyusun suatu
vegetasi umumnya terdiri dari (Andre, 2009) :
1. Belukar (Shrub) : Tumbuhan yang memiliki kayu yang cukup besar, dan
memiliki tangkai yang terbagi menjadi banyak subtangkai.
2. Epifit (Epiphyte) : Tumbuhan yang hidup dipermukaan tumbuhan lain
(biasanya pohon dan palma). Epifit mungkin hidup sebagai parasit atau hemi-
parasit.
3. Paku-pakuan (Fern) : Tumbuhan tanpa bunga atau tangkai, biasanya memiliki
rhizoma seperti akar dan berkayu, dimana pada rhizoma tersebut keluar tangkai
daun.
4. Palma (Palm) : Tumbuhan yang tangkainya menyerupai kayu, lurus dan
biasanya tinggi; tidak bercabang sampai daun pertama. Daun lebih panjang dari
1 meter dan biasanya terbagi dalam banyak anak daun.
5. Pemanjat (Climber) : Tumbuhan seperti kayu atau berumput yang tidak berdiri
sendiri namun merambat atau memanjat untuk penyokongnya seperti kayu atau
belukar.
6. Terna (Herb) : Tumbuhan yang merambat ditanah, namun tidak menyerupai
rumput. Daunnya tidak panjang dan lurus, biasanya memiliki bunga yang
menyolok, tingginya tidak lebih dari 2 meter dan memiliki tangkai lembut yang
kadang-kadang keras.
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Hari/tanggal : Jumat-Minggu/27-29 Oktober
Tempat : Gunung Bawakaraeng Desa Lembanna, Kecamatan Tinggi
Moncong Kabupaten Gowa.

B. Alat dan Bahan


1. Alat :
a. Papan Pengalas
b. Pensil
c. Meteran (150 cm)
d. Kamera
e. Parang/Golok
f. Termometer
g. Mistar
h. Busur Derajat
i. Soil Tester
2. Bahan :
a. Seluruh vegetasi tumbuh-tumbuhan yang terdapat di kaki Gunung
Bawakaraeng Desa Lembanna.
b. Subtrat tanah di lokasi penelitian.
c. Kertas
d. Tali Rafia

C. Prosedur Kerja
1. Menentukan wilayah untuk pemasangan transek 100m yang didalamnya
ada 10 plot 10x10m, 10 plot 5x5m dan 10 plot 2x2m.
2. Memasang transek sesuai dengan wilayah yang telah ditentukan
3. Mendata sekaligus mengambil gambar setiap spesies yang diamati untuk
setiap tipe vegetasi dimulai dari transek 1 hingga 10
4. Mendata sesuai dengan metode yang telah ditentukan.
5. Menuju ke lokasi lain yang telah ditentukan dan melakukan aktivitas 1 – 4
(lokasi yang ditentukan ada 3)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
1. Herba
a. Densitas
Densitas Densitas
No Spesies Densitas
Mutlak Relatif (%)
1 A 152 1,085714286 4,115894936
2 B 221 1,578571429 5,984294611
3 C 698 4,985714286 18,9006228
4 D 625 4,464285714 16,9239101
5 E 185 1,321428571 5,00947739
6 F 502 3,585714286 13,59328459
7 G 99 0,707142857 2,68074736
8 H 48 0,342857143 1,299756296
9 I 68 0,485714286 1,841321419
10 J 283 2,021428571 7,663146493
11 K 133 0,95 3,601408069
12 L 6 0,042857143 0,162469537
13 M 292 2,085714286 7,906850799
14 N 5 0,035714286 0,135391281
15 O 79 0,564285714 2,139182237
16 P 13 0,092857143 0,35201733
17 Q 2 0,014285714 0,054156512
18 R 29 0,207142857 0,785269429
19 S 1 0,007142857 0,027078256
20 T 46 0,328571429 1,245599783
21 U 12 0,085714286 0,324939074
22 V 104 0,742857143 2,816138641
23 W 90 0,642857143 2,437043054

b. Frekuensi
Frekuensi Frekuensi
No Spesies Frekuensi
Mutlak Relatif (%)
1 A 12 0,34285714 8,69565217
2 B 19 0,54285714 13,7681159
3 C 9 0,25714286 6,52173913
4 D 21 0,6 15,2173913
5 E 16 0,45714286 11,5942029
6 F 5 0,14285714 3,62318841
7 G 9 0,25714286 6,52173913
8 H 5 0,14285714 3,62318841
9 I 5 0,14285714 3,62318841
10 J 2 0,05714286 1,44927536
11 K 3 0,08571429 2,17391304
12 L 2 0,05714286 1,44927536
13 M 10 0,28571429 7,24637681
14 N 1 0,02857143 0,72463768
15 O 6 0,17142857 4,34782609
16 P 1 0,02857143 0,72463768
17 Q 1 0,02857143 0,72463768
18 R 2 0,05714286 1,44927536
19 S 1 0,02857143 0,72463768
20 T 4 0,11428571 2,89855072
21 U 1 0,02857143 0,72463768
22 V 1 0,02857143 0,72463768
23 W 2 0,05714286 1,44927536

c. Dominansi
Dominansi Dominansi
No Spesies Dominansi
Mutlak Relatif (%)
1 A 2,641 0,018864286 0,95603665
2 B 15,8568 0,113262857 5,74012947
3 C 1,7303 0,012359286 0,62636509
4 D 33,1268 0,23662 11,9918345
5 E 12,511 0,089364286 4,52895665
6 F 2,402 0,017157143 0,86951913
7 G 147,22 1,051571429 53,2933417
8 H 0,515 0,003678571 0,18642896
9 I 2,9054 0,020752857 1,05174891
10 J 0,412 0,002942857 0,14914317
11 K 0,166 0,001185714 0,06009166
12 L 0,122 0,000871429 0,04416375
13 M 0,546 0,0039 0,19765089
14 N 5 0,035714286 1,80998987
15 O 51,0056 0,364325714 18,4639239
16 P 0,013 9,28571E-05 0,00470597
17 Q 0,004 2,85714E-05 0,00144799
18 R 0,029 0,000207143 0,01049794
19 S 0,0001 7,14286E-07 3,62E-05
20 T 0,0046 3,28571E-05 0,00166519
21 U 0,024 0,000171429 0,00868795
22 V 0,00104 7,42857E-06 0,00037648
23 W 0,009 6,42857E-05 0,00325798

2. Semak
a. Densitas
Densitas relatif
No Densitas Densitas mutlak
(100%)

1 1614 12,912 30,1682243

2 1922 15,376 35,92523364

3 184 1,472 3,439252336

4 273 2,184 5,102803738

5 1072 8,576 20,03738318

6 95 0,76 1,775700935

7 121 0,968 2,261682243

8 45 0,36 0,841121495

9 17 0,136 0,317757009

10 2 0,016 0,037383178

11 1 0,008 0,018691589

12 4 0,032 0,074766355

b. Frekuensi
Frekuensi Relatif
No Frekuensi Frekuensi Mutlak
(100%)

1 29 0,232 20,86330935

2 29 0,032 20,86330935
3 5 0,04 3,597122302

4 18 0,144 12,94964029

5 21 0,168 15,10791367

6 8 0,064 5,755395683

7 14 0,112 10,07194245

8 6 0,048 4,316546763

9 6 0,048 4,316546763

10 1 0,008 0,71942446

11 1 0,008 0,71942446

12 1 0,008 0,71942446

c. Dominansi
Frekuensi Relatif
No Dominansi Dominansi Mutlak
(100%)

1 2425,1 19,4008 16,9009471

2 9642,1 77,1368 67,1974855

3 592 4,736 4,1257518

4 429,5 3,436 2,99326081

5 732,5 5,86 5,10492093

6 176,8 1,4144 1,2321502

7 204,5 1,636 1,42519636

8 94,6 0,7568 0,65928399

9 33,8 0,2704 0,23555813

10 7 0,056 0,04878423
11 4 0,032 0,0278767

12 7 0,056 0,04878423

3. Anakan Pohon
a. Densitas
No Densitas Densitas Mutlak Densitas Relatif

1 273 0,312 80,7692

2 30 0,034285 8,87573

3 26 0,029714 7,69230

4 1 0,001142 0,29585
b. F
5 8 0,009142 2,36686
r
Jumlah 388 0,386285 100
e
kuensi
No Frekuensi Frekuensi Mutlak Frekuensi Relatif

1 10 0,285 47,619

2 4 0,114 19,047

3 4 0,114 19,047

4 1 0,028 4,76190
c. D
5 2 0,057 9,52380
o
Jumlah 21 0,6 100
m
inansi
No. Spesies Dominansi Dominansi Mutlak Dominansi Relatif
(%)

1 A 9,64 0,0110 78,50

2 B 0,59 0,0006 4,80


3 C 1,49 0,0017 12,13

4 D 0,01 1,1428 0,08

5 E 0,55 0,0006 4,47

Jumlah 12,28 0,0140 100

4. Pohon
a. Densitas
Densitas
Species Densitas Densitas Mutlak
Relatif (100%)
Species A 3 0.003 6
Densitas Species B 32 0.032 64
Species C 12 0.012 24
Species D 3 0.003 6
Total 50 0.05 100

b. Frekuensi
Frekuensi
Species frekuensi FrekuensiMutlak
Relatif (100%)
Species A 3 0.3 15.78947368
Frekuensi Species B 8 0.8 42.10526316
Species C 7 0.7 36.84210526
Species D 1 0.1 5.263157895
Total 19 1.9 100

c. Dominansi
Dominansi Dominansi
Species Dominansi
Mutlak Relatif (100%)
Species
7353.88 7.35388 3.154190063
A
Species
201120.7366 201.1207366 86.26371776
Dominansi B
Species
23133.165 23.133165 9.922163424
C
Species
1538.6 1.5386 0.659928749
D
Total 233146.3816 233.1463816 100
5. Data Abiotik
Ukuran Serasah Ketinggian Baro-m
Transek Plot Kemiringan Koordinat
(m) (cm) (m) (mb)
10x10 3,8 1683 1013,4 S 5 ℃, 15'56.8''
1 5x5 3,5 E 119 ℃, 54' 44.8''
2x2 0,6
10x10 1,7
2 5x5 1,8
2x2 2,5
10x10 2,6
3 5x5 1,5
2x2 1,4
10x10 2,2
4 5x5 2,1
2x2 1,5
10x10 3,3
5 5x5 3,3
2x2 2,3
1
10x10 3,4
6 5x5 2,9
2x2 2,7
10x10 3,1
7 5x5 2,3
2x2 2,5
10x10 4,5
8 5x5 3,1
2x2 3,2
10x10 3,5
9 5x5 3,5
2x2 3,2
10x10 4
10 5x5 3,8
2x2 3,2
10x10 3,9
11 5x5 3,8
2 2x2 2,8
10x10 5,4
12
5x5 4,1
2x2 4
10x10 4,6
13 5x5 4,3
2x2 4,2
10x10 5,9
14 5x5 5,7
2x2 5,2
10x10 6,2
15 5x5 5,1
2x2 5,1
10x10 6,4
16 5x5 6,5
2x2 6,2
10x10 7,1
17 5x5 7,1
2x2 7
10x10 7
18 5x5 6,5
2x2 6,5
10x10 7,2
19 5x5 7
2x2 6,2
10x10 6,5
20 5x5 5,5
2x2 5
10x10 3,2 1697 1,5 65 ℃ S 09° 16’04. 9”
21 5x5 2,8 E 119° 54’43. 4”
2x2 5,5
10x10 4
22 5x5 6
2x2 6,3
10x10 4,9
3 23 5x5 10,5
2x2 4,5
10x10 3,6
24 5x5 5,4
2x2 5,9
10x10 2,7
25 5x5 4,3
2x2 0,7
10x10 1,7
26 5x5 4,4
2x2 0,8
10x10 4,5
27 5x5 5,5
2x2 7
10x10 2,5
28 5x5 3,6
2x2 3
10x10 4,2
29 5x5 2,5
2x2 1,9
10x10 2,4
30 5x5 1,9
2x2 3
10x10 2,3
31 5x5 3,4
2x2 1,9
10x10 2
32 5x5 0,5
2x2 0,9
10x10 2,6
4 33 5x5 2,5
2x2 1,5
10x10 5,6
34 5x5 2,5
2x2 3,9
10x10 1,9
35 5x5 2,4
2x2 0,2

B. Analisis Data
Herba
1. Densitas = kerapatan = jumlah individu
a. Spesies A
152
Densitas mutlak = 2x2x35 = 1.0714
1.0714
Densitas relative = 26,3785 x 100 % = 4,0616 %
b. Spesies B
221
Densitas mutlak = 2x2x35 = 1,5785
1,5785
Densitas relative = 26,3785 x 100 % = 5,9840%

c. Spesies C
698
Densitas mutlak = 2x2x35 = 4,9857
4,9857
Densitas relatif = 26,3785 x 100 % = 18,9006%

d. Spesies D
625
Densitas mutlak =2x2x35 = 4,4642
4,4642
Densitas relatif = 26,3785 x 100 % = 16,9239%

e. Spesies E
185
Densitas mutlak = 2x2x35 =1,3214
1,3214
Densitas relatif = 26,3785 x 100 % = 5,0093%

f. Spesies F
502
Densitas mutlak = 2x2x35 = 3,5857
3,5857
Densitas relatif = 26,3785 x 100 % = 13,5932%

g. Spesies G
99
Densitas mutlak =2x2x35 = 0,7071
0,7071
Densitas relatif =26,3785 x 100 % = 2,6805%

h. Spesies H
48
Densitas mutlak = 2x2x35 = 0,3428
0,3428
Densitas relatif = 26,3785 x 100 % = 1,2995%

i. Spesies I
68
Densitas mutlak =2x2x35 =0,4857
0,4857
Densitas relatif = 26,3785 x 100 % = 1,8412%

j. Spesies J
283
Densitas mutlak =2x2x35 = 2,0214

Densitas relatif =26,3785x 100 % = 7,6630%


k. Spesies K
133
Densitas mutlak =2x2x35 = 0,9500
0,9500
Densitas relatif =26,3785 x 100 % = 3,6014%

l. Spesies L
6
Densitas mutlak = 2x2x35 = 0,0428
0,0428
Densitas relatif =26,3785 x 100 % = 0,1622%

m. Spesies M
292
Densitas mutlak =2x2x35 = 2,0857
2,0857
Densitas relatif = 26,3785 x 100 % = 7,9068%

n. Spesies N
5
Densitas mutlak =2x2x35 = 0,0357
0,0357
Densitas relatif = 26,3785 x 100 % = 0,1353%

o. Spesies O
79
Densitas mutlak =2x2x35 = 0,5642
0,5642
Densitas relatif = 26,3785 x 100 % = 2,1388%

p. Spesies P
13
Densitas mutlak =2x2x35 = 0,0928
0,0928
Densitas relatif = 26,3785 x 100 % = 0,3518%

q. Spesies Q
2
Densitas mutlak =2x2x35 = 0,0142
0,1042
Densitas relatif = 26,3785 x 100 % = 0,0538

r. Spesies R
29
Densitas mutlak =2x2x35 = 0,2071
0,2071
Densitas relatif = 26,3785 x 100 % = 0,7851%

s. Spesies S
1
Densitas mutlak =2x2x35 = 0,0071
0,0071
Densitas relatif = 26,3785 x 100 % = 0,0269%

t. Spesies T
46
Densitas mutlak =2x2x35 = 0,3285
0,3285
Densitas relatif = 26,3785 x 100 % = 1,2453%

u. Spesies U
12
Densitas mutlak = = 0,0857
2x2x35
0,0857
Densitas relatif = 26,3785 x 100 % = 0,3248%

v. Spesies V
104
Densitas mutlak =2x2x35 = 0,7428
0,7428
Densitas relatif = 26,3785 x 100 % = 2,8159%

w. Spesies W
90
Densitas mutlak =2x2x35 = 0,6428
0,6428
Densitas relatif = 26,3785 x 100 % = 2,4368%.

2. Frekuensi = kehadiran
a. Spesies A
12
Frekuensi Mutlak = 35= 0,342
0,3428
Frekuensi Relatif = x 100% = 8,6943
3,9428
b. Spesies B
19
Frekuensi Mutlak = 35= 0,5428
0,5428
Frekuensi Relatif = x 100% = 13,7668
3,9428
c. Spesies C
9
Frekuensi Mutlak = 35= 0,2571
0,2571
Frekuensi Relatif = x 100% = 6,5207
3,9428
d. Spesies D
21
Frekuensi Mutlak = 35= 0,6
0,6
Frekuensi Relatif = x 100% = 15,2176
3,9428
e. Spesies E
16
Frekuensi Mutlak = 35= 0,4571
0,4571
Frekuensi Relatif = x 100% = 11,5932
3,9428
f. Spesies F
5
Frekuensi Mutlak = 35= 0,1428
0,1428
Frekuensi Relatif = 3,9428 x 100% = 3,6217
g. Spesies G
9
Frekuensi Mutlak = 35= 0,2571
0,2571
Frekuensi Relatif = x 100% = 6,520
3,9428
h. Spesies H
5
Frekuensi Mutlak = 35= 0,1428
0,1428
Frekuensi Relatif = x 100% = 3,6217
3,9428
i. Spesies I
5
Frekuensi Mutlak = 35= 0,1428
0,1428
Frekuensi Relatif = x 100% = 3,6217
3,9428
j. Spesies J
2
Frekuensi Mutlak = 35= 0,0571
0,0571
Frekuensi Relatif = x 100% = 1,4482
3,9428
k. Spesies K
3
Frekuensi Mutlak = 35= 0,0857
0,0857
Frekuensi Relatif = x 100% = 2,173
3,9428
l. Spesies L
2
Frekuensi Mutlak = 35= 0,0571
0,0571
Frekuensi Relatif = x 100% = 1,44
3,9428
m. Spesies M
10
Frekuensi Mutlak = 35= 0,2857
0,2857
Frekuensi Relatif = x 100% = 7.246
3,9428
n. Spesies N
1
Frekuensi Mutlak = 35= 0,0285
0,0285
Frekuensi Relatif = x 100% = 0,722
3,9428
o. Spesies O
6
Frekuensi Mutlak = 35= 0,1714
0,1714
Frekuensi Relatif = x 100% = 4,347
3,9428
p. Spesies P
1
Frekuensi Mutlak = = 0,0285
35
0,0285
Frekuensi Relatif = x 100% = 0,722
3,9428
q. Spesies Q
1
Frekuensi Mutlak = 35= 0,0285
0,0285
Frekuensi Relatif = x 100% = 0,722
3,9428
r. Spesies R
2
Frekuensi Mutlak = 35= 0,0571
0,0571
Frekuensi Relatif = x 100% = 1,448
3,9428
s. Spesies S
1
Frekuensi Mutlak = 35= 0,0285
0,0285
Frekuensi Relatif = x 100% = 0,722
3,9428
t. Spesies T
4
Frekuensi Mutlak = 35= 0,1142
0,1142
Frekuensi Relatif = x 100% = 2,896
3,9428
u. Spesies U
1
Frekuensi Mutlak = 35= 0,0285
0,0285
Frekuensi Relatif = x 100% = 0,722
3,9428
v. Spesies V
1
Frekuensi Mutlak = 35= 0,0285
0,0285
Frekuensi Relatif = x 100% = 0,722
3,9428
w. Spesies W
2
Frekuensi Mutlak = 35= 0,0571
0,0571
Frekuensi Relatif = x 100% = 1,4482
3,9428
3. Dominansi
a. Spesies A
2,641
Dominansi Mutlak = 2×2×35 = 0,0188
0,0188
Dominansi Relatif = 1,9731 × 100% = 0,9528%

b. Spesies B
15,8568
Dominansi Mutlak = 2×2×35 = 0,1132
0,1132
Dominansi Relatif = 1,9731 × 100% = 5,7371%

c. Spesies C
1,7303
Dominansi Mutlak = 2×2×35 = 0,0123
0,0123
Dominansi Relatif = 1,9731 × 100% = 0,6233

d. Spesies D
33,1268
Dominansi Mutlak = = 0,2366
2×2×35
0,2366
Dominansi Relatif = 1,9731 × 100% = 11,9912%

e. Spesies E
12,511
Dominansi Mutlak = 2×2×35 = 0,0893
0,0893
Dominansi Relatif = 1,9731 × 100% = 4,5258

f. Spesies F
2,402
Dominansi Mutlak = 2×2×35 = 0,0171
0,0171
Dominansi Relatif = 1,9731 × 100% = 0,8666

g. Spesies G
147,22
Dominansi Mutlak = 2×2×35 = 1,0515
1,0515
Dominansi Relatif = 1,9731 × 100% = 53,2117

h. Spesies H
0,515
Dominansi Mutlak = 2×2×35 = 36,7857
36,7857
Dominansi Relatif = × 100% = 1864,3%
1,9731

i. Spesies I
2,9054
Dominansi Mutlak = 2×2×35 = 0,0207

Dominansi Relatif = 1,9731 × 100% = 1,0491%


j. Spesies J
0,412
Dominansi Mutlak = 2×2×35 = 0,0029
0,0029
Dominansi Relatif = 1,9731 × 100% = 0,1469%

k. Spesies K
0,166
Dominansi Mutlak = 2×2×35 = 0,0011
0,0011
Dominansi Relatif = 1,9731 × 100% = 0,0557%

l. Spesies L
0,122
Dominansi Mutlak = 2×2×35 = 0,0008
0,0008
Dominansi Relatif = 1,9731 × 100% = 0,0405%

m. Spesies M
0,546
Dominansi Mutlak = 2×2×35 = 0,0039
0,0039
Dominansi Relatif = 1,9731 × 100% = 0,1976%

n. Spesies N
5
Dominansi Mutlak = 2×2×35 = 0,0357
0,0357
Dominansi Relatif = 1,9731 × 100% = 1,8093%

o. Spesies O
51,0056
Dominansi Mutlak = 2×2×35 = 0,3643
0,3643
Dominansi Relatif = 1,9731 × 100% = 18,4637%

p. Spesies P
0,013
Dominansi Mutlak = 2×2×35 = 9,2857
9,2857
Dominansi Relatif = 1,9731 × 100% = 144,7706

q. Spesies Q
0,004
Dominansi Mutlak = 2×2×35 = 2,8571
2,8571
Dominansi Relatif = 1,9731 × 100% = 144,80%

r. Spesies R
0,29
Dominansi Mutlak = 2×2×35 = 0,0002
0,0002
Dominansi Relatif = 1,9731 × 100% = 0,0101%

s. Spesies S
0,0007
Dominansi Mutlak = 2×2×35 = 7,1428
7,1428
Dominansi Relatif = 1,9731 × 100% = 362,0%

t. Spesies T
0,0046
Dominansi Mutlak = 2×2×35 = 3,2857
3,2857
Dominansi Relatif = 1,9731 × 100% = 166,5%

u. Spesies U
0,024
Dominansi Mutlak = 2×2×35 = 0,0001
0,0001
Dominansi Relatif = × 100% = 0,0050
1,9731

v. Spesies V
0,00104
Dominansi Mutlak = 2×2×35 = 7,4285
7,4285
Dominansi Relatif = 1,9731 × 100% = 376,4%

w. Spesies W
0,009
Dominansi Mutlak = 2×2×35 = 6,4285
6,4285
Dominansi Relatif = 1,9731 × 100% = 325,8%.

4. INP (Indeks Nilai Penting)


a. Spesies A
INP = Densitas Relatif + Frekuensi Relatif + Dominansi Relatif
= 4,11 + 3,76 + 6,95
= 14,82
b. Spesies B
INP = Densitas Relatif + Frekuensi Relatif + Dominansi Relatif
= 5,98 + 6,52 +5,74
= 18,24
c. Spesies C
INP = Densitas Relatif + Frekuensi Relatif + Dominansi Relatif
= 18,90 + 15,21 + 0,62
= 34,73
d. Spesies D
INP = Densitas Relatif + Frekuensi Relatif + Dominansi Relatif
= 16,92 + 11,59 + 11,99
= 40,5
e. Spesies E
INP = Densitas Relatif + Frekuensi Relatif + Dominansi Relatif
= 5,00 + 3,62 + 4,52
= 13,14
f. Spesies F
INP = Densitas Relatif + Frekuensi Relatif + Dominansi Relatif
= 13,59 + 6,52 + 0,86
= 20,97
g. Spesies G
INP = Densitas Relatif + Frekuensi Relatif + Dominansi Relatif
= 2,68 + 3,62 + 53,29
= 59,59
h. Spesies H
INP = Densitas Relatif + Frekuensi Relatif + Dominansi Relatif
= 1,29 + 3,62 + 0,18
= 5,09
i. Spesies I
INP = Densitas Relatif + Frekuensi Relatif + Dominansi Relatif
= 1,84 + 3,62 + 1,05
= 6,51
j. Spesies J
INP = Densitas Relatif + Frekuensi Relatif + Dominansi Relatif
= 7,66 + 7,44 + 0,19
= 9,24
k. Spesies K
INP = Densitas Relatif + Frekuensi Relatif + Dominansi Relatif
= 3,60 + 2,17 + 0,06
= 5,83
l. Spesies L
INP = Densitas Relatif + Frekuensi Relatif + Dominansi Relatif
= 0,16 + 1,44 + 0,04
= 1,64
m. Spesies M
INP = Densitas Relatif + Frekuensi Relatif + Dominansi Relatif
= 7,90 + 7,24 + 0.19
= 15,33
n. Spesies N
INP = Densitas Relatif + Frekuensi Relatif + Dominansi Relatif
= 0,13+ 0,72 + 1,80
= 2,65
o. Spesies O
INP = Densitas Relatif + Frekuensi Relatif + Dominansi Relatif
= 2,13 + 4,34 + 18,46
= 24,93
p. Spesies P
INP = Densitas Relatif + Frekuensi Relatif + Dominansi Relatif
= 0,35+ 0,72 + 0,04
= 1,074
q. Spesies Q
INP = Densitas Relatif + Frekuensi Relatif + Dominansi Relatif
= 0,05 + 0,72 + 0,01
= 0,771
r. Spesies R
INP = Densitas Relatif + Frekuensi Relatif + Dominansi Relatif
= 0,78+ 1,44 + 0,01
= 2,23
s. Spesies S
INP = Densitas Relatif + Frekuensi Relatif + Dominansi Relatif
= 0,02 + 0,72 + 3,62
= 4,36
t. Spesies T
INP = Densitas Relatif + Frekuensi Relatif + Dominansi Relatif
= 1,24 + 2,89 + 0,01
= 4,131
u. Spesies U
INP = Densitas Relatif + Frekuensi Relatif + Dominansi Relatif
= 0,32+ 0,72 + 0,008
= 1,048
v. Spesies V
INP = Densitas Relatif + Frekuensi Relatif + Dominansi Relatif
= 2,81 + 0,72 + 0,0003
= 3,5303
w. Spesies W
INP = Densitas Relatif + Frekuensi Relatif + Dominansi Relatif
= 2,43 + 1,44 + 0,003
= 3,873
5. Indeks Keanekaragaman
n
H’ = - ∑ pi ln pi Pi = Ni

a. Spesies A Pi
H’ = - ∑ pi ln pi = - (0,04) (-3,08)
= 0,1232
b. Spesies B Pi
H’ = - ∑ pi ln pi = - (0,08) (-2,46)
= 0,1968
c. Spesies C Pi
H’ = - ∑ pi ln pi = - (0,08) (-2,44)
= 0,1952
d. Spesies D Pi
H’ = - ∑ pi ln pi = - (0,14) (-1,91)
= 0,1952
e. Spesies E Pi
H’ = - ∑ pi ln pi = - (0,07) (-2,65)
= 0,1855\
f. Spesies F Pi
H’ = - ∑ pi ln pi = = - (0,06) (-2,80)
= 0,168
g. Spesies G Pi
H’ = - ∑ pi ln pi = - (0,20) (-1,56)
= 0,312
h. Spesies H Pi
H’ = - ∑ pi ln pi = - (0,01) (-4,07)
= 0,0407
i. Spesies I Pi
H’ = - ∑ pi ln pi = - (0,02) (-3,82)
= 0,0764
j. Spesies J Pi
H’ = - ∑ pi ln pi = - (0,03) (-3,47)
= 0,1041
k. Spesies K Pi
H’ = - ∑ pi ln pi = - (0,01) (-3,93)
= 0,0393
l. Spesies L Pi
H’ = - ∑ pi ln pi = - (0,005) (-5,19)
= 0,02595
m. Spesies M Pi
H’ = - ∑ pi ln pi = - (0,05) (-2,97)
= 0,1485
n. Spesies N Pi
H’ = - ∑ pi ln pi = - (0,0089) (-4,72)
= 0,042
o. Spesies O Pi
H’ = - ∑ pi ln pi = - (0,08) (-2,48)
= 0,1984

p. Spesies P Pi
H’ = - ∑ pi ln pi = - (0,003) (-5,62)
= 0,0168

q. Spesies Q Pi
H’ = - ∑ pi ln pi = - (0,002) (-5,95)

= 0,0119

r. Spesies R Pi
H’ = - ∑ pi ln pi = - (0,007) (-4,89)

= 0,03423

s. Spesies S Pi
H’ = - ∑ pi ln pi = - (0,002) (-5,98)

= 0,01196

t. Spesies T Pi
H’ = - ∑ pi ln pi = - (0,013) (-4,28)

= 0,05564

u. Spesies U Pi
H’ = - ∑ pi ln pi = - (0,003) (-5,64)

= 0,01692

v. Spesies V Pi
H’ = - ∑ pi ln pi = - (0,011) (-4,43)

= 0,048

w. Spesies W Pi
H’ = - ∑ pi ln pi = - (0,012) (-4,34)
= 0,052

6. Indeks Kemerataan
𝐻′
E = ln(𝑠)
2,56948
E= ln(23)
= 0,81948

Semak
1. Densitas
a. Densitas Mutlak
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢𝑠𝑝. 1614
1) Densitas mutlak Spesies A = = (5𝑥5)𝑥 5 =
𝑙𝑢𝑎𝑠𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
12,912
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢𝑠𝑝. 1922
2) Densitas mutlak Spesies B = = (5𝑥5)𝑥 5 =
𝑙𝑢𝑎𝑠𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
15,376
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢𝑠𝑝. 184
3) Densitas mutlak Spesies C = = (5𝑥5)𝑥 5 =
𝑙𝑢𝑎𝑠𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
1,472
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢𝑠𝑝. 273
4) Densitas mutlak Spesies D = = (5𝑥5)𝑥 5 =
𝑙𝑢𝑎𝑠𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
2,184
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢𝑠𝑝. 1072
5) Densitas mutlak Spesies E = = (5𝑥5)𝑥 5 =
𝑙𝑢𝑎𝑠𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
8,576
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢𝑠𝑝. 95
6) Densitas mutlak Spesies F = = (5𝑥5)𝑥 5 =
𝑙𝑢𝑎𝑠𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
0,76
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢𝑠𝑝. 121
7) Densitas mutlak Spesies G = = (5𝑥5)𝑥 5 =
𝑙𝑢𝑎𝑠𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
0,968
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢𝑠𝑝. 45
8) Densitas mutlak Spesies H = = (5𝑥5)𝑥 5 = 0,3
𝑙𝑢𝑎𝑠𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢𝑠𝑝. 17
9) Densitas mutlak Spesies I = = (5𝑥5)𝑥 5 =
𝑙𝑢𝑎𝑠𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
0,136
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢𝑠𝑝. 2
10) Densitas mutlak Spesies J = = (5𝑥5)𝑥 5 =
𝑙𝑢𝑎𝑠𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
0,016
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢𝑠𝑝. 1
11) Densitas mutlak Spesies K = = (5𝑥5)𝑥 5 =
𝑙𝑢𝑎𝑠𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
0,008
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢𝑠𝑝. 4
12) Densitas mutlak Spesies L = = (5𝑥5)𝑥 5 =
𝑙𝑢𝑎𝑠𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
0,032

b. Densitas Relatif
𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢𝑠𝑝. 1614
1) Denrel Sp. A = 𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑠𝑝. 𝑥 100% = 5350 𝑥 100% =

30,1682243
𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢𝑠𝑝. 1922
2) Denrel Sp. B = 𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑠𝑝. 𝑥 100%= 5350 𝑥 100% =

35,92523364
𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢𝑠𝑝. 184
3) Den rel Sp. C = 𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑠𝑝. 𝑥 100%= 5350 𝑥 100% =

3,439252336
𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢𝑠𝑝. 273
4) Denrel Sp. D = 𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑠𝑝. 𝑥 100%= 5350 𝑥 100% =

5,102803738
𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢𝑠𝑝. 1072
5) Denrel Sp. E = 𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑠𝑝. 𝑥 100%= 5350 𝑥 100% =

20,03738318
𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢𝑠𝑝. 95
6) Denrel Sp. F = 𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑠𝑝. 𝑥 100% = 5350 𝑥100% =

1,775700935
𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢𝑠𝑝. 121
7) Denrel Sp. G = 𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑠𝑝. 𝑥 100% = 5350 𝑥100% =

2,261682243
𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢𝑠𝑝. 45
8) Denrel Sp. H = 𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑠𝑝. 𝑥 100% = 5350 𝑥100% =

0,841121495
𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢𝑠𝑝. 17
9) Denrel Sp. I = 𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑠𝑝. 𝑥 100% = 5350 𝑥100% =

0,317757009
𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢𝑠𝑝. 2
10) Denrel Sp. J = 𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑠𝑝. 𝑥 100% = 5350 𝑥100% =

0,037383178
𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢𝑠𝑝. 1
11) Denrel Sp. K = 𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑠𝑝. 𝑥 100% = 5350 𝑥100% =

0,018691589
𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢𝑠𝑝. 4
12) Denrel Sp. L = 𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑠𝑝. 𝑥 100% = 5350 𝑥100% =

0,074766355

2. Frekuensi
a. Frekuensi Mutlak
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑝𝑙𝑜𝑡𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝𝑠𝑝.ℎ𝑎𝑑𝑖𝑟 29
1) Frekuensi mutlak spesies A = = (5𝑥5)𝑥 5 =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑝𝑙𝑜𝑡

0,232
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑝𝑙𝑜𝑡𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝𝑠𝑝.ℎ𝑎𝑑𝑖𝑟 29
2) Frekuensi mutlak spesies B= = (5𝑥5)𝑥 5 =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑝𝑙𝑜𝑡

0,232
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑝𝑙𝑜𝑡𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝𝑠𝑝.ℎ𝑎𝑑𝑖𝑟 5
3) Frekuensi mutlak spesies C = = (5𝑥5)𝑥 5 = 0,04
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑝𝑙𝑜𝑡
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑝𝑙𝑜𝑡𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝𝑠𝑝.ℎ𝑎𝑑𝑖𝑟 18
4) Frekuensi mutlak spesies D = = (5𝑥5)𝑥 5 =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑝𝑙𝑜𝑡

0,144
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑝𝑙𝑜𝑡𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝𝑠𝑝.ℎ𝑎𝑑𝑖𝑟 21
5) Frekuensi mutlak spesies E = = (5𝑥5)𝑥 5 =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑝𝑙𝑜𝑡

0,168
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑝𝑙𝑜𝑡𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝𝑠𝑝.ℎ𝑎𝑑𝑖𝑟 8
6) Frekuensi mutlak spesies F = = (5𝑥5)𝑥 5 =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑝𝑙𝑜𝑡

0,064
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑝𝑙𝑜𝑡𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝𝑠𝑝.ℎ𝑎𝑑𝑖𝑟 14
7) Frekuensi mutlak spesies G = = (5𝑥5)𝑥 5 =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑝𝑙𝑜𝑡

0,112
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑝𝑙𝑜𝑡𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝𝑠𝑝.ℎ𝑎𝑑𝑖𝑟 6
8) Frekuensi mutlak spesies H = = (5𝑥5)𝑥 5 =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑝𝑙𝑜𝑡

0,048
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑝𝑙𝑜𝑡𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝𝑠𝑝.ℎ𝑎𝑑𝑖𝑟 6
9) Frekuensi mutlak spesies I = = (5𝑥5)𝑥 5 =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑝𝑙𝑜𝑡

0,048
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑝𝑙𝑜𝑡𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝𝑠𝑝.ℎ𝑎𝑑𝑖𝑟 1
10) Frekuensi mutlak spesies J = = (5𝑥5)𝑥 5 =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑝𝑙𝑜𝑡

0,008
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑝𝑙𝑜𝑡𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝𝑠𝑝.ℎ𝑎𝑑𝑖𝑟 1
11) Frekuensi mutlak spesies K = = (5𝑥5)𝑥 5 =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑝𝑙𝑜𝑡

0,008
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑝𝑙𝑜𝑡𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝𝑠𝑝.ℎ𝑎𝑑𝑖𝑟 1
12) Frekuensi mutlak spesies L = = (5𝑥5)𝑥 5 =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑝𝑙𝑜𝑡

0,008

b. Frekuensi Relatif
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝𝑠𝑝. 29
1) Frekrel Sp. A = 𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑠𝑝. x 100 % = 139 𝑥 100% =

20,86330935
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝𝑠𝑝. 29
2) Frekrel Sp. B = 𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑠𝑝. x 100 % = 139 𝑥 100% =

20,86330935
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝𝑠𝑝. 5
3) Frekrel Sp. C = 𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑠𝑝. x 100 % = 139 𝑥 100% =

3,597122302
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝𝑠𝑝. 18
4) Frekrel Sp. D = 𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑠𝑝. x 100 % = 139 𝑥 100% =

12,94964029
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝𝑠𝑝. 21
5) Frekrel Sp.E = 𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑠𝑝. x 100 % = 139 𝑥 100% =

15,10791367
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝𝑠𝑝. 8
6) Frekrel Sp. F = 𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑠𝑝. x 100 % = 139 𝑥 100% =

5,755395683
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝𝑠𝑝. 14
7) Frekrel Sp. G = 𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑠𝑝. x 100 % = 139 𝑥 100% =

10,07194245
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝𝑠𝑝. 6
8) Frekrel Sp. H = 𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑠𝑝. x 100 % = 139 𝑥 100% =

4,316546763
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝𝑠𝑝. 6
9) Frekrel Sp. I = 𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑠𝑝. x 100 % = 139 𝑥 100% =

4,316546763
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝𝑠𝑝. 1
10) Frekrel Sp. J = 𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑠𝑝. x 100 % = 139 𝑥 100% =

0,71942446
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝𝑠𝑝. 1
11) Frekrel Sp. K = 𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑠𝑝. x 100 % = 139 𝑥 100% =

0,71942446
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝𝑠𝑝. 1
12) Frekrel Sp. L = 𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑠𝑝. x 100 % = 139 𝑥 100% =

0,71942446

3. Dominansi
a. Dominansi Mutlak
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢𝑠𝑝. 2425,1
1) Dominansi mutlak Spesies A = = (5𝑥5)𝑥 5 =
𝑙𝑢𝑎𝑠𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ

19,4008
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢𝑠𝑝. 9642,1
2) Dominansi mutlak Spesies B = = (5𝑥5)𝑥 5 =
𝑙𝑢𝑎𝑠𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ

77,1368
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢𝑠𝑝. 592
3) Dominansi mutlak Spesies C = = (5𝑥5)𝑥 5 =
𝑙𝑢𝑎𝑠𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ

4,736
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢𝑠𝑝. 429,5
4) Dominansi mutlak Spesies D = = (5𝑥5)𝑥 5 =
𝑙𝑢𝑎𝑠𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ

3,436
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢𝑠𝑝. 732,5
5) Dominansi mutlak Spesies E = = (5𝑥5)𝑥 5 = 5,86
𝑙𝑢𝑎𝑠𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢𝑠𝑝. 176,8
6) Dominansi mutlak Spesies F = = (5𝑥5)𝑥 5 =
𝑙𝑢𝑎𝑠𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ

1,4144
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢𝑠𝑝. 204,5
7) Dominansi mutlak Spesies G = = (5𝑥5)𝑥 5 =
𝑙𝑢𝑎𝑠𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ

1,636
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢𝑠𝑝. 94,6
8) Dominansi mutlak Spesies H = = (5𝑥5)𝑥 5 =
𝑙𝑢𝑎𝑠𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ

0,7568
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢𝑠𝑝. 33,8
9) Dominansi mutlak Spesies I = = (5𝑥5)𝑥 5 =
𝑙𝑢𝑎𝑠𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ

0,2704
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢𝑠𝑝. 7
10) Dominansi mutlak Spesies J = = (5𝑥5)𝑥 5 =
𝑙𝑢𝑎𝑠𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ

0,056
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢𝑠𝑝. 4
11) Dominansi mutlak Spesies K = = (5𝑥5)𝑥 5 =
𝑙𝑢𝑎𝑠𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ

0,032
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢𝑠𝑝. 7
12) Dominansi mutlak Spesies L = = (5𝑥5)𝑥 5 =
𝑙𝑢𝑎𝑠𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ

0,056

b. Dominansi Relatif
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝𝑠𝑝.
1) Domrel Sp. A = 𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑠𝑝. x 100 % =
2425,1
𝑥 100% = 16,9009471
14348,9
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝𝑠𝑝.
2) Domrel Sp. B = 𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑠𝑝. x 100 % =
9642,1
𝑥 100% =67,1974855
14348,9
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝𝑠𝑝.
3) Domrel Sp. C = 𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑠𝑝. x 100 % =
592
𝑥 100% = 4,1257518
14348,9
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝𝑠𝑝.
4) Domrel Sp. D = 𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑠𝑝. x 100 % =
429,5
𝑥 100% =2,99326081
14348,9
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝𝑠𝑝.
5) Domrel Sp.E = 𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑠𝑝. x 100 % =
732,5
𝑥 100% = 5,104920993
14348,9
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝𝑠𝑝.
6) Domrel Sp. F = 𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑠𝑝. x 100 % =
176,8
𝑥 100% = 1,2321502
14348,9
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝𝑠𝑝.
7) Domrel Sp. G = 𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑠𝑝. x 100 % =
204,5
𝑥 100% =1,42519636
14348,9
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝𝑠𝑝.
8) Domrel Sp. H = 𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑠𝑝. x 100 % =
94,6
𝑥 100% =0,65928399
14348,9
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝𝑠𝑝.
9) Domrel Sp. I = 𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑠𝑝. x 100 % =
33,8
𝑥 100% = 0,23555813
14348,9
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝𝑠𝑝.
10) Domrel Sp. J = 𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑠𝑝. x 100 % =
7
𝑥 100% = 0,04878423
14348,9
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝𝑠𝑝.
11) Domrel Sp. K = 𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑠𝑝. x 100 % =
4
𝑥 100% = 0,0278767
14348,9
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝𝑠𝑝.
12) Domrel Sp. L = 𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑠𝑝. x 100 % =
4
𝑥 100% =0,04878423
14348,9

4. INP (Indeks Nilai Penting)


1. Jadi nilai INP spesies A = Densitas Relatif + Frekuensi Relatif +
Dominansi Relatif
= 30,1682243 +20,86330935+16,9009471
= 67,93248076
2. Jadi nilai INP spesies B= Densitas Relatif + Frekuensi Relatif +
Dominansi Relatif
= 35,92523364 +20,86330935+67,1974855
= 123,9860285
3. Jadi nilai INP spesies C= Densitas Relatif + Frekuensi Relatif +
Dominansi Relatif
= 3,439252336+3,597122302+4,1257518
= 11,16212644
4. Jadi nilai INP spesies D= Densitas Relatif + Frekuensi Relatif +
Dominansi Relatif
= 5,102803738+12,94964029+2,99326081
= 21,04570483
5. Jadi nilai INP spesies E= Densitas Relatif + Frekuensi Relatif +
Dominansi Relatif
= 20,03738318+15,1079167+5,10492093
= 40,25021778
6. Jadi nilai INP spesies F = Densitas Relatif + Frekuensi Relatif +
Dominansi Relatif
= 1,775700935+5,755395683+1,2321502
= 8,763246818
7. Jadi nilai INP total spesies G = Densitas Relatif + Frekuensi Relatif +
Dominansi Relatif
= 2,261682243+10,07194245+1,42519636
= 13,75882105
8. Jadi nilai INP total spesies G = Densitas Relatif + Frekuensi Relatif +
Dominansi Relatif
= 0,841121495+4,316546763+0,65928399
= 5,816952245
9. Jadi nilai INP total spesies G = Densitas Relatif + Frekuensi Relatif +
Dominansi Relatif
= 0,317757009+4,316546763+0,23555813
= 4,869861898
10. Jadi nilai INP total spesies G = Densitas Relatif + Frekuensi
Relatif + Dominansi Relatif
= 0,037383178+0,71942446+0,04878423
= 0,805591865
11. Jadi nilai INP total spesies G = Densitas Relatif + Frekuensi
Relatif + Dominansi Relatif
= 0,018691589+0,71942446+0,0278767
= 0,765992751
12. Jadi nilai INP total spesies G = Densitas Relatif + Frekuensi
Relatif + Dominansi Relatif
= 0,074766355+0,71942446+0,04878423
= 0,842975043
5. Indeks Keanekaragaman
n
H’ = - ∑ pi ln pi Pi = Ni
n 67,93
a. Spesies A Pi = Ni = = 0,23
300

H’ = - ∑ pi ln pi = - (0,23) (-1,49)
= 0,34
n 123,98
b. Spesies B Pi = Ni = = 0,41
300

H’ = - ∑ pi ln pi = - (0,41) (-0,88)
= 0,36
n 11,16
c. Spesies C Pi = Ni = = 0,04
300

H’ = - ∑ pi ln pi = - (0,04) (-3,30)
=0,13
n 21,04
d. Spesies D Pi = Ni = = 0,07
300

H’ = - ∑ pi ln pi = - (0,07) (-2,65)
= 0,19
n 40,25
e. Spesies E Pi = Ni = = 0,13
300

H’ = - ∑ pi ln pi = - (0,13) (-2,01)
= 0,26
n 8,76
f. Spesies F Pi = Ni = = 0,03
300

H’ = - ∑ pi ln pi = - (0,03) (-3,53)
= 0,11
n 13,75
g. Spesies G Pi = Ni = = 0,05
300

H’ = - ∑ pi ln pi = - (0,05) (-3,08)
= 0,15
n 5,81
h. Spesies H Pi = = = 0,02
Ni 300

H’ = - ∑ pi ln pi = - (0,02) (-3,94)
= 0,07
n 4,86
i. Spesies I Pi = Ni = = 0,01
300

H’ = - ∑ pi ln pi = - (0,01) (-4,12)
= 0,04
n 0,81
j. Spesies J Pi = Ni = = 0,003
300

H’ = - ∑ pi ln pi = - (0,003) (-5,91)
= 0,02
n 0,76
k. Spesies K Pi = Ni = = 0,002
300
H’ = - ∑ pi ln pi = - (0,002) (-5,97)
= 0,01
n 0,84
l. Spesies L Pi = Ni = = 0,003
300

H’ = - ∑ pi ln pi = - (0,003) (-5,87)
= 0,02
6. Indeks Kemerataan
𝐻′
E = ln(𝑠)
1,7914
E = ln(12)

= 0,14234

Anakan Pohon
1. Densitas = kerapatan = jumlah individu
a. Spesies A
jumlah individu suatu spesies 273
x. Densitas mutlak = = 5x5x35 = 0,312
luas petak contoh
densitas mutlak suatu spesies
y. Densitas relatif = densitas mutlak seluruh spesies x 100 %
0,312
= 0,38628 x 100 % = 80,77 %

b. Spesies B
jumlah individu suatu spesies 30
a. Densitas mutlak = = =0,034
luas petak contoh 5x5x35
densitas mutlak suatu spesies
b. Densitas relative= densitas mutlak seluruh spesies x 100 %
0,034
= 0,3862 x 100 % = 8,804%

c. Spesies C
jumlah individu suatu spesies 26
a. Densitas mutlak = = 5x5x35 =0,029
luas petak contoh
densitas mutlak suatu spesies
b. Densitas relatif = densitas mutlak seluruh spesies x 100 %
0,029
= 0,3862 x 100 % = 7,509 %

d. Spesies D
jumlah individu suatu spesies 1
a. Densitas mutlak = = 5x5x35 = 0,00114
luas petak contoh
densitas mutlak suatu spesies
b. Densitas relative= densitas mutlak seluruh spesies x 100 %
0,00114
= x 100 % = 0,295 %
0,3862

e. Spesies E
jumlah individu suatu spesies 8
a. Densitas mutlak = = 5x5x35 =0,00914
luas petak contoh
densitas mutlak suatu spesies
b. Densitas relatif = densitas mutlak seluruh spesies x 100 %
0,00914
= x 100 % = 2,367 %
0,3862

2. Frekuensi = kehadiran
a) Spesies A
Jumlah Plot Suatu Spesies 10
a. Frekuensi Mutlak = = = 0,28
Jumlah Seluruh Plot 35
Jumlah Mutlak Suatu Spesies
b. Frekuensi Relatif = Frekuensi mutlak x 100 %
Seluruh Spesies
0,28
= x 100% = 46,66%
0,6

b) Spesies B
Jumlah Plot Suatu Spesies 4
a. Frekuensi Mutlak = = 35= 0,11
Jumlah Seluruh Plot
Jumlah Mutlak Suatu Spesies
b. Frekuensi Relatif = Frekuensi mutlak x 100 %
Seluruh Spesies

0,11
= x 100% = 18,33%
0,6

b) Spesies C
Jumlah Plot Suatu Spesies 4
a. Frekuensi Mutlak = = 35= 0,11
Jumlah Seluruh Plot

Jumlah Mutlak Suatu Spesies


b..Frekuensi Relatif = Frekuensi mutlak x 100 %
Seluruh Spesies
0,11
= x 100% = 18,33%
0,6

d) Spesies D
Jumlah Plot Suatu Spesies 1
a. Frekuensi Mutlak = = 35= 0,02
Jumlah Seluruh Plot

Jumlah Mutlak Suatu Spesies


b.Frekuensi Relatif = Frekuensi mutlak x 100 %
Seluruh Spesies
0,02
= x 100% = 3,33%
0,6

e) Spesies E
Jumlah Plot Suatu Spesies 2
a. Frekuensi Mutlak = = 35= 0,05
Jumlah Seluruh Plot

Jumlah Mutlak Suatu Spesies


b. Frekuensi Relatif = Frekuensi mutlak x 100 %
Seluruh Spesies

0,05
= x 100% = 8,33%
0,6

3. Dominansi
a) Spesies A
Luas Penutupan Tajuk Setiap Spesies 9,64
a. Dominansi Mutlak = = =0,011
Luas Plot 875

Dominansi Mutlak Setiap Spesies


b. Dominansi Relatif =Dominansi Mutlak Seluruh spesies x 100 %

0,011
= x 100 % =78,57%
0,014

b) Spesies B
Luas Penutupan Tajuk Setiap Spesies 0,59
a. Dominansi Mutlak = = =0,00067
Luas Plot 875

Dominansi Mutlak Setiap Spesies


b. Dominansi Relatif =Dominansi Mutlak Seluruh spesies x 100 %

0,00067
= x 100 % = 4,775%
0,014

c) Spesies C
Luas Penutupan Tajuk Setiap Spesies 1,49
a. Dominansi Mutlak = = 875 = 0,0017
Luas Plot

Dominansi Mutlak Setiap Spesies


b. Dominansi Relatif =Dominansi Mutlak Seluruh spesies x 100 %

0,0017
= x 100 % = 12,14%
0,014

d) Spesies D
Luas Penutupan Tajuk Setiap Spesies 0,01
a. Dominansi Mutlak = = = 0,00001
Luas Plot 875

Dominansi Mutlak Setiap Spesies


b. Dominansi Relatif =Dominansi Mutlak Seluruh spesies x 100 %
0,00001
= x 100 % = 0,071%
0,014

e) Spesies E
Luas Penutupan Tajuk Setiap Spesies 0,55
a. Dominansi Mutlak = = = 0,00063
Luas Plot 875

Dominansi Mutlak Setiap Spesies


b. Dominansi Relatif =Dominansi Mutlak Seluruh spesies x 100 %

0,00063
= 0,01403 x 100 % = 4,49%

1. Indeks Nilai Penting


 Spesies A = DensitasRelatif + FrekuensiRelatif + DominansiRelatif
= 80,76 + 47,61 + 78,50
= 206,87
 Spesies B = DensitasRelatif + FrekuensiRelatif + DominansiRelatif
= 8,87 + 19,04 + 4,80
=32,71
 Spesies C = DensitasRelatif + FrekuensiRelatif + DominansiRelatif
= 7,69 + 19,04 + 12,13
=38,86
 Spesies D = DensitasRelatif + FrekuensiRelatif + DominansiRelatif
= 0,29 + 4,76 + 0,08
= 5,13
 Spesies E = DensitasRelatif + FrekuensiRelatif + DominansiRelatif
= 2,36 + 9,52 + 4,47
= 16,35
2. Indeks Keanekaragaman
n
H’ = - ∑ pi ln pi Pi = Ni
n 206,88
m. Spesies A Pi = Ni = = 0,689
300

H’ = - ∑ pi lnpi = - (0,689) (-0,371)


= 0,255
n 32,37
n. SpesiesBPi = Ni = = 0,107
300

H’ = - ∑ pi ln pi = - (0,107) (-2,21)
= 0,236
n 38,87
o. SpesiesCPi = Ni = = 0,129
300

H’ = - ∑ pi lnpi = - (0,129) (-2,04)


= 0,263
n 5,13
p. SpesiesDPi = Ni = = 0,017
300

H’ = - ∑ pi ln pi = - (0,017) (-4,066)
= 0,069
n 16,36
q. SpesiesEPi = Ni = = 0,054
300

H’ = - ∑ pi ln pi = - (0,054) (-2,908)
= 0,157
3. Indeks Kemerataan
H′ 0,99
Spesies A, E = In n = 𝐼𝑛 (5) = 0,615817

Pohon
1. Densitas = kerapatan = jumlah individu
a. Spesies A
3
Densitasmutlak= 10x10x10 = 0,003
0,003
Densitas relative = x 100 % = 6
0,05

b. Spesies B
32
Densitasmutlak = 10x10x10 = 0,032
0,032
Densitas relative = x 100 % = 64
0,05

c. Spesies C
12
Densitasmutlak = 10x10x10 = 0,012
0,012
Densitasrelatif= x 100 % = 24
0,05

d. Spesies D
3
Densitasmutlak =10x10x10 = 0,003
0,003
Densitasrelatif = x 100 % = 6 %
0,05
2. Frekuensi = kehadiran
a. Spesies A
3
Frekuensi Mutlak = 10= 0,3
0,3
FrekuensiRelatif = x 100% = 15,7895
1,9
b. Spesies B
8
Frekuensi Mutlak = 10= 0,8
0,8
FrekuensiRelatif = x 100% = 42,1053
1,9
c. Spesies C
7
Frekuensi Mutlak = 10= 0,7
0,7
FrekuensiRelatif = x 100% = 36,8421
1,9
d. Spesies D
1
Frekuensi Mutlak = 10= 0,1
0,1
FrekuensiRelatif = x 100% = 5,26136
1,9
3. Dominansi
a. Spesies A
7353,88
DominansiMutlak = 10𝑥10𝑥10 = 7,35388
7,35388
DominansiRelatif = 233,146 × 100% = 3,15419

b. Spesies B
20112,1
DominansiMutlak = 10𝑥10𝑥10 = 201,121
201,121
DominansiRelatif = 233,146 × 100% = 86,2637

c. Spesies C
23133,17
DominansiMutlak = 10×10×10 = 23,1332
23,1332
DominansiRelatif = 233,146 × 100% = 9,92216

d. Spesies D
1538,6
DominansiMutlak = 10×10×10 = 1,5386
1,5386
DominansiRelatif = 233,146 × 100% = 0,65993

4. INP (Indeks Nilai Penting)


a. Spesies A
INP = DensitasRelatif + FrekuensiRelatif + DominansiRelatif
= 6 + 15,7895 + 3,15419
= 24,9437
b. Spesies B
INP = DensitasRelatif + FrekuensiRelatif + DominansiRelatif
= 0,032 + 42,1053 + 86,2637
= 192,369
c. Spesies C
INP = DensitasRelatif + FrekuensiRelatif + DominansiRelatif
= 24 + 36,8421 + 9,92216
= 70,7643
d. Spesies D
INP = DensitasRelatif + FrekuensiRelatif + DominansiRelatif
= 6 + 5,26136 + 0,65993
= 11,9231
5. Indeks Keanekaragaman
n
H’ = - ∑ pi ln pi Pi = Ni

a. Spesies A Pi
H’ = - ∑ pi ln pi = - (0,0831) (-2,49)
= 0,207
b. Spesies B Pi
H’ = - ∑ pi ln pi = - (0,6412) (-0,44)
= 0,285
c. Spesies C Pi
H’ = - ∑ pi ln pi = - (0,2359) (-1,44)
= 0,341
d. Spesies D Pi
H’ = - ∑ pi ln pi = - (0,0397) (-3,23)
= 0,128
6. Indeks Kemerataan
𝐻′
E = ln(𝑠)
0,207
E= ln(4)
= 0,149
C. Pembahasan
Ekologi merupakan cabang ilmu dalam biologi yang mempelajari tentang
hubungan makhluk hidup dengan habitatnya. Pada dasarnya makhluk hidup
bergantung pada makhluk hidup lainnya ataupun habitatnya sehingga terjadi
hubungan timbal balik antara suatu makhluk hidup dengan makhluk hidup lainnya
ataupun dengan habitatnya. Hubungan antar makhluk hidup ataupun dengan
habitatnya inilah yang merupakan interaksi yang dapat bersifat predasi,
parasitisme, komensalisme, dan mutualisme (Lesono, 2007).
Vegetasi (dari bahasa Inggris: vegetation) dalam ekologi adalah istilah
untuk keseluruhan komunitas tetumbuhan. Vegetasi merupakan bagian hidup yang
tersusun dari tetumbuhan yang menempati suatu ekosistem. Beraneka tipe hutan,
kebun, padang rumput, dan tundra merupakan contoh-contoh vegetasi.Analisis
vegetasi biasa dilakukan oleh ilmuwan ekologi untuk mempelajari kemelimpahan
jenis serta kerapatan tumbuh tumbuhan pada suatu tempat. Analisa vegetasi
adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi
atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Untuk suatu kondisi hutan yang luas, maka
kegiatan analisa vegetasi erat kaitannya dengan sampling, artinya kita cukup
menempatkan beberapa petak contoh untuk mewakili habitat tersebut. Dalam
sampling ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu jumlah petak contoh, cara
peletakan petak contoh dan teknik analisa vegetasi yang digunakan ( Kimball,
1965 ).
Kegiatan praktikum ini dilakukan dikawasan gunung Bawakaraeng
Lembanna Malino, Kabupaten Gowa. Analisis vegetasi dilakukan dengan metode
dengan menggunakan plot. Total plot yang diamati adalah 35 plot. Adapun tujuan
dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui densitas, frekuensi dan dominansi dari
organisme penyusun dalam suatu komunitas, untuk menganalisis vegetasi pada
suatu area, dan untuk dapat merekapitulasi data analisis vegetasi dengan
perhitungan yang tepat. Untuk hasil pengukuran lapangan dilakukan dianalisis
data untuk mengetahui kondisi kawasan yang diukur secara kuantitatif. Alat-alat
yang digunakan busur, termometer, soiltester, dan alat tulis menulis. Metodologi
eksperimen dilakukan dengan mengambil sampel dengan membuat plot 2x2 untuk
herba, 5x5 untuk semak dan anakan pohon, dan 10x10 untuk pohon. Adapun
transek yang kami amati yaitu ada 3,5 transek.
Hasil pengamatan menunjukkan tanaman herba pada transek 1 ditemukan 19
spesies tanaman dan pada transek 2 untuk 5 plot dengan jumlah spesies 8.
Keseluruhan plot herba yang diamati pada spesies G memiliki nilai INP tertinggi
yaitu 59,59 dan spesies Q yang memiliki nilai INP terendah dengan nilai 0,771.
Keanekaragaman jenis tidak hanya ditentukan oleh kekayaan spesies karena
keanekaragam jenis merupakan fungsi gabungan dari kerapatan dan kekayaan
jenis. Dari tabel pengamatan terlihat nilai INP yang tidak merata. Rentang antara
nilai INP yang tertinggi dan terendah yang tinggi sekitar 90. Sehingga, dapat
dikatakan relung tidak tersebar secara merata pada areal tersebut.
Untuk tanaman semak pada transek 1 ditemukan 8 spesies. Pada transek 2
juga ditemukan 4 spesies tanaman semak. Untuk tanaman anakan pohon pada
transek 1 ditemukan 5 spesies. Pada transek 2 hanya ditemukan 1 spesies tanaman
anakan pohon. Untuk keseluruhan plot anakan pohon yang diamati pada spesies A
memiliki nilai INP tertinggi yaitu 206,37 dan spesies D yang memiliki nilai INP
terendah dengan nilai 5,13. Dari tabel pengamatan terlihat nilai INP yang tidak
merata. rentang antara nilai INP yang tertinggi dan terendah. Sehingga, dapat
dikatakan relung tidak tersebar secara merata pada areal tersebut.
Untuk tanaman jenis pohon hanya ditemukan pada transek 1 dengan jumlah 2
spesies tanaman. Dari tabel pengamatan terlihat nilai INP yang cenderung agak
merata. Rentang antara nilai INP yang tertinggi dan terendah tidak terlalu jauh.
Sehingga, dapat dikatakan relung tersebar agak merata pada areal tersebut.
Tingkat keanekaragaman jenis pada transek 1 lebih tinggi dibandingkan tingkat
keanekaragaman jenis pada transek 2. Hal ini disebabkan karena jumlah spesies
pada transek 1 lebih banyak dan tersebar lebih merata.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum lapangan, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Densitas ditentukan berdasarkan penutupan daerah cuplikan oleh populasi
jenis tumbuhan. Sedangkan frekuensi ditentukan berdasarkan kekerapan dari
jenis tumbuhan dijumpai dalam sejumlah area sampel (n) dibandingkan
dengan seluruh total area sampel yang dibuat (N), biasanya dalam persen
(%). Keragaman spesies dapat diambil untuk menandai jumlah spesies
dalam suatu daerah tertentu atau sebagai jumlah spesies diantara jumlah
total individu dari seluruh spesies yang ada. Vegetasi pada suatu area.
2. Untuk menganalisis vegetasi pada suatu daerah, perlu ditentukan nilai
densitas, frekuensi, dominansi. Dimana densitas terdiri atas densitas mutlak
dan densitas relatif, frekuensi terdiri atas frekuensi mutlak dan frekuensi
relatif, serta dominansi mutlak dan relatif.
3. Rekapitulasi data analisis vegetasi menggunakan indeks nilai penting (INP)
yang merupakan jumlah dari densitas relatif, frekuensi relatif, dan
dominansi relatif. Kemudian menentukan indeks keanekaragaman dan
indeks kemerataan.

B. Saran
Adapun saran untuk kegiatan praktikum, yaitu sebaiknya praktikan harus
bekerja sama dengan baik lagi dalam kegiatan praktikum agar praktikum
berjalan lebih lancar. Selain itu, praktikan harus berhati-hati dalam melaksaan
kegiatan praktikum agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N.A.2008. Biologi Jilid 3 Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga.


Chiras, Daniel D. (1991). Environmental science: Action for a suitainable
future.New York: The Benyamin Cummings Publishing Company, Inc.
Ewusie, J. Y.2000. Pengantar Ekologi Tropika Bandung: ITB.
Harun, 1993. Ekologi Tumbuhan. Bina Pustaka. Jakarta.
Kimball. 1999. Biologi Edisi kelima Jilid II . Jakarta : Erlangga

Lesono, Amin Setyo. 2007. Ekologi. Bayumedia : Malang

Hidayat, E.B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung: Institut Teknologi


Bandung Press
Kershaw, K.A. 1979. Quantitatif and Dynamic Plant Ecology. London: Edward
Arnold Publishers.

Marsono, D. 1977. Diskripsi Vegetasi dan Tipe-tipe Vegetasi Tropika.

Michael, P. 1995. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium.


Jakarta: UI Press.

Natassa, dkk. 2010. Analisa Vegetasi dengan Metode Kuadran.


(http://riyantilathyris.wordpress.com/2010/11/26/laporan-analisisvegetasi/)
(Tanggal akses: 17 Oktober 2014): Makasssar.
Odum, E . P. 1972. Fundamentals of Ecology. W. B. Saunder Company
Philadelphia. London Toronto.
Rahardjanto, A. 2001. Ekologi Tumbuhan. Malang: UMM Press.
Riberu, Paskalis. 2002. Pembelajaran ekologi. Jurnal pendidikan penabur. No
1/Th. I. Universitas Negeri Jakarta: Jakarta.
Rohman, Fatchur dan I Wayan Sumberartha. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi
Tumbuhan. Malang: JICA.
Soetjipta.1994. Dasar-Dasar Ekologi Hewan. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Yogyakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek
Pembinaan Dan Peningkatan Mutu Tenaga Pendidikan.
Sucipto, A. 2008. Ekolgi Kuantitatif, Metode Analisis Populasi dan Komunitas.
Usaha : Persada Malang.
Sumardi dan S.M, Widyastuti.2004.Dasar-dasar Perlindungan
Hutan.Yogyakarta: UGM Press.
Surasana, Syafeieden. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: FMIPA
Biologu ITB.

Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung. ITB

Young, A. 1989. Agroforestry for Soil Management. Second edition. CABI.


ICRAF

You might also like