Professional Documents
Culture Documents
Gambar 72
- Bila propeller shaft berputar kearah kanan ( sesuai arah panah ), maka ropeller
blade juga turut berputar kekanan, karena propeller shaft dihubungkan
dengan propeller blade menggunakan spie ( key ).
- Dengan adanya gaya aksi ini maka menurut Keseimbangan akan timbul gaya
reaksi mengarah Kehaluan dengan demikian mendorong propeller Shaft
kehaluan.
- Dengan dipasangkan trust block yang diikat dengan Bout pengikat ke hull
plate, maka propeller shaft Gerakannya tertahan, mengakibatkan kapal yang
Bergerak kehaluan ( bila tidak dipasangkan thaust Block maka propeller shaft
bergerak terus kehaluan Tanpa yang menghalangi )
1
2. Propeller Pitch ( Kisar baling – baling )
Kisar adalah jarak antar propeller blade Sesamanya, sehingga bila ada 4
blade, Maka kisar total = 4 x jumlah kisar antar Blade. Misalnya antar blade,
kisarnya 1 meter,
Gambar 73
3. Arus Ikut
Arus ikut adalah arus yang mengikuti gerakkan kapal ( bisa maju atau bisa
mundur) untuk mengisi kekosongan air laut akibat kapal bergerak. Dengan
kapal bergerak, erarti ada kekosongan air laut yang harus diisi oleh air laut
juga yang bergerak berupa arus ikut. Arah arus ikut sama dengan arah
gerakan kapal, bila kapal maju, arus ikut bergerak kedepan, namun bila
kapal mundur, arus ikut bergerak kebalakang.
4. Slip
Slip adalah beda jarak tenpuh antara baling – baling dengan kapal. Slip
digolongkan kepada : slip semu dan slip nyata. Jadi : slip semu adalah
beda jarak yang ditempuh baling – baling terhadap jarak yang Ditempuh
kapal. Karena : jarak tempuh adalah kecepatan kapal x waktu tempuh
Maka dapat dituangkan dalam rumus sbb :
SS = Sb - Sk Sb = Cb . t dan Sk = vk . t
Sb
2
Sehingga
SS= C – V
C C=H.N.1852.3600
C=6667200Hn
SN= C – {V – (AI)}
Dan C
1. Rumus Adimirality
Bila L2 adalah panjang kapal, atau lebar atau dalam kapal, sedangkan A
adalah luas kapal maka :
D = L3atau L3 = D L = 3 D = ( D ) 1/3
Dari A = L maka A = {( D )1/3}2 = ( D ) 2/3
2
Pe = ( D ) 2/3.V2.V
Pe = ( D ) 2/3 . V3
3
Menurut loyol, bila dikaitkan dengan admirality coeficient maka :
Pe = ( D ) 2/3.V3
Dimana : Pe = daya dorong ( EKW )
Ca
D = displacement ( ton )
V = kecepatan kapal ( knot )
Ca = caef admirality
Untuk kapal single SCROW Ca = 374 – 482
Untuk kapal twin SCROW Ca = 363 – 391
Dari Pe = W.V dimana W adalah gaya gesekan ini tergantung pada kecepatan
kapal sehingga : W = V2 sehingga : P e = V2.V = V 3
Sedangkan B = be . pe dimana be adalah pemakaian bahan bakar spesific efektif
dan harganya tetap, maka : B = V 3 B = Pe
B = Pe= V3
Karena B =
Pemakaian bahan bakar bila dikaitkan dengan fungsi baling – baling, maka
timbul pemakaian bahan bakar per satuan waktu dan pemakaian bahan bakar
per satuan jarak dengan rumus :
4
Propeller Curve
Gambar 74
5
Sebagai kordinat dari titik – titik A,B,C,D,E dan F ( yaitu pada prosentasi beban
yang berubah – ubah )
Untuk menghitung pemakaian bahan bakar per satuan waktu yang ekonomis
digunakan rumus : 3 dan unutk pemakaian bahan bakar per
jarak yang ekonomisB = CV + d
Digunakan rumus : B = CV2 + d
v
6
Bila v = 4 maka B = 0,46 (4)3 + 284 = 313,5 kg / jam dan
B1 = o,46 (4)2 + 284 = 73,5 kg / mil
4
3
Bila v = 6 maka B = 0,46 (6) + 284 = 383,4 kg / jam dan
B1 = 0,46 (6)2 + 284 = 64,1 kg / mil
6
Bila v = 8 maka B = 0,46 (8)3 + 284 = 519,5 kg / jam dan
Bila kg /
V = 7,5 B = 47,8
jam
B= 64,27 Kg
/ mil
Pada kecepatan kapal ekonomis 7,5 knots didapat pemakaian bahan bakar
per waktu ekonomis B = 478 kg / jam dan pemakaiana bahan bakar per jarak
ekonomis B = 64,27 kg / mil.
7
Gambar 75