You are on page 1of 8

BAB XVIII

BALING – BALING ( PROPELLER )

Gambar 72

- Bila propeller shaft berputar kearah kanan ( sesuai arah panah ), maka ropeller
blade juga turut berputar kekanan, karena propeller shaft dihubungkan
dengan propeller blade menggunakan spie ( key ).

- Baling – baling yang berputar menimbulkan pusaran Air, mengakibatkan timbul


gaya aksi mengarah Ke buritan (kalau kapal maju).

- Dengan adanya gaya aksi ini maka menurut Keseimbangan akan timbul gaya
reaksi mengarah Kehaluan dengan demikian mendorong propeller Shaft
kehaluan.

- Dengan dipasangkan trust block yang diikat dengan Bout pengikat ke hull
plate, maka propeller shaft Gerakannya tertahan, mengakibatkan kapal yang
Bergerak kehaluan ( bila tidak dipasangkan thaust Block maka propeller shaft
bergerak terus kehaluan Tanpa yang menghalangi )

1
2. Propeller Pitch ( Kisar baling – baling )

Kisar adalah jarak antar propeller blade Sesamanya, sehingga bila ada 4
blade, Maka kisar total = 4 x jumlah kisar antar Blade. Misalnya antar blade,
kisarnya 1 meter,

Maka kisar total = 4 x 1 = 4 meter.

Gambar 73

3. Arus Ikut

Arus ikut adalah arus yang mengikuti gerakkan kapal ( bisa maju atau bisa
mundur) untuk mengisi kekosongan air laut akibat kapal bergerak. Dengan
kapal bergerak, erarti ada kekosongan air laut yang harus diisi oleh air laut
juga yang bergerak berupa arus ikut. Arah arus ikut sama dengan arah
gerakan kapal, bila kapal maju, arus ikut bergerak kedepan, namun bila
kapal mundur, arus ikut bergerak kebalakang.

4. Slip

Slip adalah beda jarak tenpuh antara baling – baling dengan kapal. Slip
digolongkan kepada : slip semu dan slip nyata. Jadi : slip semu adalah
beda jarak yang ditempuh baling – baling terhadap jarak yang Ditempuh
kapal. Karena : jarak tempuh adalah kecepatan kapal x waktu tempuh
Maka dapat dituangkan dalam rumus sbb :

SS = Sb - Sk  Sb = Cb . t dan Sk = vk . t
Sb

2
Sehingga

SS= C – V
C C=H.N.1852.3600

C=6667200Hn
SN= C – {V – (AI)}
Dan C

Dimana : SS = slip semu ( % )


C = kecepatan baling – baling ( knots )
V = kecepatan kapal ( knots )
SN = slip nyata ( % )
A I = arus ikut ( knots )
H = kisar baling – baling ( m )
N = putaran baling – baling ( RPS )

1. Rumus Adimirality

Bila L2 adalah panjang kapal, atau lebar atau dalam kapal, sedangkan A
adalah luas kapal maka :

A = L 2 dan V = L3 sehingga V = volume adalh sama dengan D ( displacement )


kapal
Displacement adalah berat benam kapal adalah berat bagian yang terbenam
dari kapal, sehingga :

D = L3atau L3 = D L = 3 D = ( D ) 1/3
Dari A = L maka A = {( D )1/3}2 = ( D ) 2/3
2

Selanjutnya W = AV2 dimana W = F ( gaya dorong )


W = ( D ) 2/3.V2

PE = W.V = F.V atau Pe = AV2. V A = constant P 0 3

Pe = ( D ) 2/3.V2.V

Pe = ( D ) 2/3 . V3

3
Menurut loyol, bila dikaitkan dengan admirality coeficient maka :

Pe = ( D ) 2/3.V3
Dimana : Pe = daya dorong ( EKW )
Ca
D = displacement ( ton )
V = kecepatan kapal ( knot )
Ca = caef admirality
Untuk kapal single SCROW Ca = 374 – 482
Untuk kapal twin SCROW Ca = 363 – 391

2. Propeller Law ( Hukum Baling )

Dari Pe = W.V dimana W adalah gaya gesekan ini tergantung pada kecepatan
kapal sehingga : W = V2 sehingga : P e = V2.V = V 3
Sedangkan B = be . pe dimana be adalah pemakaian bahan bakar spesific efektif
dan harganya tetap, maka : B = V 3 B = Pe
B = Pe= V3

Sehingga : B1 = Pe1 = ( V 1 )3 = ( n1 )3 untuk putaran yang


B2 Pe2 ( V2 )3 ( n 2 )3 Berubah – ubah
(ME)

Karena B =

3. Pemakaian Bahan Bakar

Pemakaian bahan bakar bila dikaitkan dengan fungsi baling – baling, maka
timbul pemakaian bahan bakar per satuan waktu dan pemakaian bahan bakar
per satuan jarak dengan rumus :

Keterangan : B = pemakaian bahan bakar ( kg / jam )


Pe= daya efektif mesin atau daya dorong efektif baling – baling
(EKW)
V = kecepatan kapal ( knot )
N = putaran baling – baling ( RPS )
Be = pemakaian bahan bakar spesifik ( kg / EKW / jam )
B1 = pemakaian bahan bakar ( kg / mil )
S = jarak tempuh ( mil )
h = handle bahan bakar
AR = aksi radius = jarak tempuh sama namun waktu tidak sama
F = gaya dorong ( KN )
Kondisi index 1 adalah kondisi awal
Index 2 adalah kondisi akhir
 b = Rendemen baling – baling

4
Propeller Curve

Gambar 74

Pada propeller curve sebagai sumbu mendatar ( horizontal ) adalah kecepatan


kapal ( V ) atau putaran baling – baling ( n ), sedangkan sebagai sumbu vertical
adalah daya efektif baling – baling ( Pe ) atau pemakaian bahan bakar ( B )

- Untuk Auxiliary Engine ( AE ), dimana putarannya tetap maka curvenya adalah


lincar
( garis lurus ) dan berlaku juga MCR ( maximum combinius revalation ),dimana
putaran secara rutin adalah putaran constant
- Sedangkan untuk Main Engine ( ME ), dimana putarannya selalu berubah –
ubah terutama saat mamoevring condition ( kondisi olah gerak ), maka
curvenya adalh garis lengkung bentuk hyperbola dimana berlaku :

Pe1 = B1 = (v1) = (n1)3 grafik (curve ) ini adalah


Pe2 B2 (V2) (n23

5
Sebagai kordinat dari titik – titik A,B,C,D,E dan F ( yaitu pada prosentasi beban
yang berubah – ubah )

Pemakaian bahan bakar ekonomis dan kecepatan kapal yang ekonomis

Untuk menghitung pemakaian bahan bakar per satuan waktu yang ekonomis
digunakan rumus : 3 dan unutk pemakaian bahan bakar per
jarak yang ekonomisB = CV + d
Digunakan rumus : B = CV2 + d
v

Sebagai contoh : suatu kapal dengan kecepatan yang berubah – ubah


didapat Pada V = 16,5 knots, pemakaian BBM = 2350 kg /
jam. Pada V = 15 knots, pemakaian BBM = 1837,5 kg / jam
Hitunglah pemakaian BBM yang ekonomis untuk satuan aktu
dan Satuan jarak termasuk kecepatan kapal yang ekonomis.

Penyelesaian : pertama – tama harus menggambar grafik B dan B1


Dari B = CV3 + d 2350 = c (16,5)3 + d 2350 =
4492 c + d
1837,5 = c (15)3 + d 1837,5 =
3375 c + d
512,5 =
117 c + 0
c = 512,5 =
0,46
117
2350 = 4492. 0,46 + d
d = 284

sehingga persamaan B = 0,46v3 + 284


dari B1 = cv2 + d persamaan B =1 = B = 0,46v3 + 284
v 2 v v

sehingga B1 = 0,46 v2 + 284


v

Bila v = 0 maka B = 0,46 (0)3 + 284 = 284 kg / jam dan


B1= 0,46 (0)2 + 284 = ∽ kg / mil
0
Bila v = 2 maka B = 0,46 (2)3 + 284 = 287,7 kg / jam dan
B1= 0,46 (2)2 + 284 = 143,9 kg / mil
2

6
Bila v = 4 maka B = 0,46 (4)3 + 284 = 313,5 kg / jam dan
B1 = o,46 (4)2 + 284 = 73,5 kg / mil
4
3
Bila v = 6 maka B = 0,46 (6) + 284 = 383,4 kg / jam dan
B1 = 0,46 (6)2 + 284 = 64,1 kg / mil
6
Bila v = 8 maka B = 0,46 (8)3 + 284 = 519,5 kg / jam dan
Bila kg /
V = 7,5 B = 47,8
jam

B= 64,27 Kg
/ mil

B1 = 0,46 (8)2 + 284 = 64,4 kg / mil


8
3
Bila v = 15 maka B = 0,46 (15) + 284 = 1837,5 kg / jam dan
B1= 0,46 (15)2 + 284 = 122,5 kg / mil
15
Bila v = 16,5 maka B = 0,46 (16,5)3 + 284 = 2350 kg / jam dan
B1 = 0,46 (16,5)2 + 284 =135,8 kg / mil
16,5

Pada kecepatan kapal ekonomis 7,5 knots didapat pemakaian bahan bakar
per waktu ekonomis B = 478 kg / jam dan pemakaiana bahan bakar per jarak
ekonomis B = 64,27 kg / mil.

Dari perhitungan didapatkan bahwa pada kecepatan V = 8 knots, didapat


pemakaian bahan bakar ekonomis untuk satuan waktu sebesar 519,5 kg / jam,
sedangkan pemakaian bahan bakar ekonomis untuk satuan jarak sebesar 64,9 kg
/ mil dengan kecepatan kapal yang ekonomis sebesar 8 knots.

Tujuan menetapkan kecepatan kapal yang ekonomis, bila persediaan


bahan bakar sudah menipis didalam tanki, namun bagaimana caranya kapal
sampai ketempat tujuan dengan bahan bakar yang ada. ( lihat kurva B dan B 1 ).

Untuk itu kecepatan kapal diturunkan, walaupun waktu tiba terlambat,


namun kapal selamat, pada hal bila m kecepatan kapal penuh, persediaan bahan
bakar kurang, sehingga kapal tidak sampai selamat ke tempat tujuan.

7
Gambar 75

You might also like