You are on page 1of 7

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Spiritual

Spiritual Care adalah praktek dan prosedur yang dilakukan oleh perawat terhadap
pasien untuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien (Cavendish et al, 2003). Menurut
Meehan (2012) spiritual care adalah kegiatan dalam keperawatan untuk membantu pasien
yang dilakukan melalui sikap dan tindakan praktek keperawatan berdasarkan nilai-nilai
keperawatan spiritual yaitu mengakui martabat manusia, kebaikan, belas kasih,
ketenangan dan kelemahlembutan.

Chan (2008) dan Mc Sherry & Jamieson (2010) mengatakan bahwa spiritual care
merupakan aspek perawatan yang integral dan fundamental dimana perawat menunjukkan
kepedulian kepada pasien. Spiritual care berfokus pada menghormati pasien, interaksi
yang ramah dan simpatik, mendengarkan dengan penuh perhatian dan memberikan
kekuatan pada pasien dalam menghadapi penyakitnya (Mahmoodishan, 2010).

Spiritual care tidak mempromosikan agama atau praktek untuk meyakinkan pasien
tentang agamannya melainkan memberi kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan
nilai-nilai dan kebutuhan mereka, dan memberdayakan mereka terkait dengan penyakitnya
( Souza et al, 2007 dalam Sartori, 2010).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa spiritual care adalah praktek dan prosedur
keperawatan yang dilakukan perawat untuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien
berdasarkan nilai-nilai keperawatan spiritual yang berfokus pada menghormati pasien,
interaksi yang ramah dan simpatik, mendengarkan dengan penuh perhatian, memberi
kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan kebutuhan pasien, memberikan kekuatan
pada pasien dan memberdayakan mereka terkait dengan penyakitnya, dan tidak
mempromosikan agama atau praktek untuk meyakinkan pasien tentang agamannya.

2.2 Kebutuhan Spiritual

Setiap manusia memiliki dimensi spiritual dan semua pasien memiliki kebutuhan
spiritual dan kebutuhan ini menonjol pada saat keadaan stres emosional, sakit, atau bahkan
menjelang kematian. Oleh karena itu perawat harus sensitif akan kebutuhan spiritual
pasien dan berespon dengan tepat. Pemenuhan kebutuhan spiritual pasien dapat
meningkatkan perilaku koping dan memperluas sumber-sumber kekuatan pada pasien
(Kozier et al, 2004).

Hamid (2008) mengatakan bahwa kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan untuk


mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai, adanya rasa
keterikatan, kebutuhan untuk memberi dan mendapat maaf. Speck (2005, dalam Sartori,
2010) menggambarkan kebutuhan spiritual sebagai bagian penting dari kehidupan kita
yang dapat membantu kita untuk mengatasi kondisi kita, menemukan makna dan tujuan,
serta harapan dalam hidup. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hodge et al (2011)
menemukan enam kebutuhan spiritual pasien yaitu :

a.Makna,tujuan, dan harapan hidup

Merupakan kebutuhan untuk memahami peristiwa dalam kehidupan secara


keseluruhan. Pasien membutuhkan penjelasan tentang penyakitnya, mengapa
penyakit ada pada dirinya, dengan adanya penjelasan diharapkan pasien tidak putus
asa, berfikir positif, mensyukuri berkat Tuhan, fokus pada hal-hal yang
baik,membuat hidup menjadi lebih berarti. Kebutuhan akan makna, tujuan, dan
harapan erat kaitannya dengan kebutuhan akan hubungan dengan Tuhan.

b.Hubungan dengan Tuhan

Bagi pasien hubungan dengan Tuhan menjadi kebutuhan yang sangat penting
yang dapat membantu mereka menghadapi masa-masa sulit, memberikan rasa yang
utuh tentang makna dan tujuan serta memberikan harapan untuk masa kini, masa
depan, dan masa akhirat. Perilaku yang ditunjukkan pasien adalah memohon,
komunikasi dengan Tuhan, menerima kehendak Tuhan, menerima rencana Tuhan,
percaya bahwa Tuhan yang menyembuhkan penyakitnya, yakin akan kehadiran
Tuhan pada masa-masa perawatan penyakitnya dan pasien percaya Tuhan yang
memelihara dan mengawasi mereka.

c. Praktek spiritual

Pasien mempunyai keinginan untuk terlibat dalam kegiatan ibadah secara rutin.
Dengan kegiatan ibadah pasien berharap dapat meningkatkan hubungan dengan
Tuhan sehingga dapat mengatasi segala cobaan yang mereka hadapi. Kegiatan yang
dilakukan oleh pasien adalah berdoa, membaca kitab suci, pelayanan keagamaan,
mendengar musik rohani dan membaca buku yang bertema rohani.

d.Kewajiban agama

Hal ini berhubungan dengan tradisi agama pasien misalnya adanya makanan yang
halal dan tidak halal, kematian dan proses penguburan yang harus dihormati.

e. Hubungan interpersonal

Selain hubungan dengan Tuhan, pasien juga membutuhkan hubungan dengan


orang lain, termasuk hubungan dengan kaum ulama. Kebutuhan ini meliputi :
mengunjungi anggota keluarga, menerima doa orang lain, meminta maaf, menerima
dukungan, dihargai dan dicintai orang lain.

f.Hubungan dengan perawat dan tenaga kesehatan lainnya

Pasien berharap memiliki interaksi dengan perawat dan tenaga kesehatan


lainnya. Pasien membutuhkan para tenaga kesehatan memiliki ekspresi wajah yang
ramah, kata-kata dan bahasa tubuh yang baik, menghormati, empati, peduli,
memberikan informasi tentang penyakitnya secara lengkap dan akurat, dan
mendiskusikan tentang pilihan pengobatan.

2.3 Peran Perawat Dalam Spiritual Care


Dahulu spiritual care belum dianggap sebagai suatu dimensi Nursing
Therapeutic, tetapi dengan munculnya Holistic Nursing maka Spiritual care menjadi
aspek yang harus diperhatikan dan pengkajian kebutuhan spiritual pasien berkembang
dan dikenal sebagai aktivitas-aktivitas legitimasi dalam domain keperawatan
(O′Brien, 1999). Perawat merupakan orang yang selalu hadir ketika seseorang sakit,
kelahiran, dan kematian. Pada peristiwa kehidupan tersebut kebutuhan spiritual sering
menonjol, dalam hal ini perawat berperan untuk memberikan spiritual care
(Cavendish, 2003).

Balldacchino (2006) menyimpulkan bahwa perawat berperan dalam proses


keperawatan yaitu melakukan pengkajian, merumuskan diagnosa keperawatan,
menyusun rencana dan implementasi keperawatan serta melakukan evaluasi
kebutuhan spiritual pasien, perawat juga berperan dalam komunikasi dengan pasien,
tim kesehatan lainnya dan organisasi klinis/pendidikan, serta menjaga masalah etik
dalam keperawatan.

2.4 Standar Operasional Prosedur (SOP) Spiritual Care

Penelitian Baldacchino (2006) dan Cavendish et al (2003) menemukan jika


perawat melakukan kegiatan spiritual care, jenis dan frekwensi dari intervensi tidak
diketahui karena spiritual care jarang bahkan tidak pernah didokumentasikan.
Menurut Broten (1997 dalam Cavendish et al (2003) mengatakan beberapa perawat
tidak mendokumentasikan kegiatan spiritual care karena tidak ada petunjuk
pelaksanaan. Cavendish et al (2003) mengungkapkan bahwa dalam memberikan
spiritual care pada pasien, perawat dapat menggunakan petunjuk pelaksanaan
Nursing Interventions Classification (NIC) Labels. Kegiatan perawat dalam
memberikan spiritual care dikategorikan menjadi 10 kategori yaitu: fasilitasi
pertumbuhan spiritual, dukungan spiritual, kehadiran, mendengarkan dengan aktif,
humor, sentuhan, terapi sentuhan, peningkatan kesadaran diri, rujukan, dan terapi
musik. Sepuluh kategori tersebut akan diuraikan pada tabel 2.1.

Tabel 2.1. Standar Operasional Prosedur Spiritual Care berdasarkan

Nursing Interventions Classification (NIC) Labels

NO NIC Label Perencanaan NIC Pelaksanaan NIC

1. Fasilitasi a. Mendorong pasien a. Menanyakan pasien tentang


pertumbuhan untuk mengungkapkan perasaannya
spiritual perasaannya b. Mendorong pasien berdoa
b. Mendorong pasien c. Mendoakan pasien
melakukan praktek d. Mendorong keluarga,
spiritual kerabat berdoa bersama
c. Mendukung pasien aktif pasien
dalam kegiatan e. Meminta keluarga,
keagamaan kerabat agar membantu
d. Mendorong pasien memenuhi kebutuhan
meningkatkan spiritual pasien
hubungan
NO NIC Label Perencanaan NIC Pelaksanaan NIC

dengan keluarga, orang f. Meminta keluarga, kerabat


lain dan pemuka agama peduli dengan spiritual
e. Mempromosikan pasien
hubungan dengan orang g.Memberikan kartu ucapan
lain untuk kegiatan pada pasien
keagamaan
f. Menciptakan lingkungan h.Menyediakan lingkungan
yang yang nyaman
nyaman
i. Merujuk kepemuka agama

j. Menyediakan tempat berdoa


pasien dengan pemuka
agama

2 Dukungan a. Mendorong pasien a. Mengingatkan pasien untuk


spiritual melakukan kegiatan ibadah
keagamaan , jika b. Mengantar pasien ibadah
diinginkan
b. Mendorong pasien c. Menawarkan spiritual care
menggunakan sumber
daya spiritual jika d. Menanyakan apakah
diinginkan pasien dan keluarga butuh
c. Menyediakan artikel pemuka agama
keagamaan e. Menyediakanartikel
d. Menfasilitasi pasien keagamaan
menggunakan f. Mengijinkan pasien untuk
meditasi, doa, ritual meditasi, berdoa, dan
dan tradisi agama ritual lainnya
lainnya g. Mendengarkan dengan
e. Mendengarkan dengan aktif ungkapan pasien
aktif tentang perasaannya
f. Meyakinkan pasien h. Menghibur pasien
bahwa perawat i. Mendiskusikan tentang
mendukung pasien penyakit dan kematian
3. Kehadiran a. Menunjukkan sikap a. Mengakui pasien sebagai
menerima individu yang unik
b. Mengungkapkan b. Berbicara dengan keluarga
secara verbal bahwa pasien
perawat empati c. Menawarkan dukungan
terhadap pengalaman emosional kepada pasien
pasien dan keluarga
c. Membangun d. Penguatan melalui
kepercayaan dan hal sentuhan
positif :memeluk,membelai,
d. Mendengarkan berpegangan tangan
keprihatinan pasien e. Bertindak sebagai advokat
e. Menyentuh pasien :

NO NIC Label Perencanaan NIC Pelaksanaan NIC

untuk mengungkapkan Perawat hadir secara fisik


keprihatinan untuk membantu keluarga
dan pasien
4. Mendengarkan a. Menetapkan tujuan a. Membiarkan pasien
dengan aktif untuk berinteraksi bercerita tentang pasien
b. Menunjukkan sendiri
kesadaran dan b. Mendorong pasien untuk
kepekaan terhadap selalu semangat
emosi pasien c. Melakukan diskusi tentang
c. Mendorong pasien hal-hal yang tidak pasti
untuk merefleksikan
sikap, pengalaman
masa lalu dengan
situasi saat ini
5. Humor Membuat cerita lucu Membuat humor dengan
sehingga pasien gembira cerita lucu
6. Sentuhan Memegang tangan pasien Memegang tangan pasien
untuk memberikan
dukungan emosional
7. Terapi Memegang tangan pasien Menyampaikan energy positif
sentuhan dengan lembut melalui sentuhan
8. Peningkatan Membantu pasien untuk Menyampaikan pada pasien
Kesadaran diri mengidentifikasi sumber tentang keyakinan yang
motivasi positif
9. Rujukan Mengidentifikasi asuhan Mengidentifikasi kebutuhan
keperawatan/kesehatan spiritual pasien
yang dibutuhkan pasien
10. Terapi musik Memfasilitasi partisipasi Menyanyikan lagu-lagu
aktif pasien, misalnya rohani bersama pasien untuk
memainkan alat musik menenangkan pasien
atau bernyanyi jika hal ini
diinginkan dan layak
Cavendish, R., Konecny, L., Mitzeliotis, C., Donna, R., Luise, B, K., Lanza, M., et
al. (2003). Spiritual care activities of nurses using Nursing Interventions Classification
(NIC) labels. International Journal of Nursing Terminologies and Classification,14, 113-
122.

Chan, M. F. (2008). Factors affecting nursing staff in practicing spititual care.


Journal of Clinical Nursing, 19, 2128-2136

Meehan, T. (2012). Spirituality and spiritual care from a careful nursing


perspective.Journal of Clinical Management, 4, 1-11.

Sartori, P. (2010). Spirituality 2: Explorating how to address patients’ spiritual need in


practice. Nursing time, 106, 5-23.
Kozier, B., Berman, A., & Snyder, S. J. (2004). Fundamental of nursing: Concept,
process, and practice. New Jersey: Pearson Prentice Hall.

Hamid, A. Y. (2008). Bunga rampai: Asuhan keperawatan kesehatan jiwa.

Jakarta: EGC.

Hodge., David,R., Horvath.,& Violet, E. (2011). Spiritual needs in health care


settings: A qualitative meta-synthesis of clients’ perspectives. Social work,
56, 16-30.
O’ Brien, M. E. (1999). Spirituality in nursing: Standing on holy ground.Boston:
Jones and Bartlett Publisher.

You might also like