You are on page 1of 26

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Terminal” ini. Makalah ini disusun untuk pedoman dalam
memberikan Asuhan Keperawatan pada pasien tahap terminal di RSUD Kalideres.

Selesainya makalah ini tentunya tidak terlepas dari bantuan banyak pihak. Dalam penyusunan
Makalah ini penulis juga memberi kesempatan kepada pembaca, kiranya berkenan memberi
kritikan dan saran yang bersifat membangun dengan maksud meningkatkan pengetahuan
penulis agar lebih baik dalam karya selanjutnya.

Jakarta, 22 Maret 2019

Penyusun

Rumah Sakit Umum Daerah Kalideres 1


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR…………………………………………………..............1
DAFTAR ISI……………………………………………………..……................2
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………..................3
A. Latar Belakang..............…………………………………….................3
B. Rumusan Masalah……………………………………….......................4
C. Tujuan............……………………………………….………................4
D. Ruang Lingkup…………………………………….….…….................4
E. Manfaat …………………………………..……..…………..................4
BAB II TINJAUAN TEORI………………………………………….................5
A. Pengertian …………………………………………………..................5
B. Faktor Predisposisi…………………………………………..................5
C. Pathway……………………………………………………..................6
D. Klasifikasi……………………………………………………...............7
E. Tanda dan Gejala……………………………………………................7
F. Hak Individu Yang Akan Meninggal (Tahap Terminal)……................10
G. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tahap Terminal………...................11
1. Pengkajian………………………………………………................11
2. Diagnosa Keperawatan…………………………………................11
3. Intervensi………………………………………………….............18
BAB III PENUTUP……………………………………………………..............29
A. Kesimpulan…………………………………………………...............29
B. Saran …………………………………………………………............29
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..........30

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perawat adalah profesi yang difokuskan pada perawatan individu, keluarga, dan
masyarakat sehingga mereka dapat mencapai, mempertahankan, atau memulihkan

Rumah Sakit Umum Daerah Kalideres 2


kesehatan yang optimal dan kualitas hidup dari lahir sampai mati. Bagaimana peran
perawat dalam menangani pasien yang sedang menghadapi proses sakaratul maut?

Peran perawat sangat konprehensif dalam menangani pasien karena peran perawat adalah
membimbing rohani pasien yang merupakan bagian integral dari bentuk pelayanan
kesehatan dalam upaya memenuhi kebutuhan biologis-psikologis-sosiologis-spritual
(APA, 1992 ), karena pada dasarnya setiap diri manusia terdapat kebutuhan dasar spiritual
( Basic spiritual needs, Dadang Hawari, 1999 ).

Pentingnya bimbingan spiritual dalam kesehatan telah menjadi ketetapan WHO yang
menyatakan bahwa aspek agama (spiritual) merupakan salah satu unsur dari pengertian
kesehataan seutuhnya (WHO, 1984). Oleh karena itu dibutuhkan dokter dan terutama
perawat untuk memenuhi kebutuhan spritual pasien. Karena peran perawat yang
konfrehensif tersebut pasien senantiasa mendudukan perawat dalam tugas mulia
mengantarkan pasien diakhir hayatnya dan perawat juga dapat bertindak sebagai
fasilisator (memfasilitasi) agar pasien tetap melakukan yang terbaik seoptimal mungkin
sesuai dengan kondisinya. Namun peran spiritual ini sering kali diabaikan oleh perawat.
Padahal aspek spiritual ini sangat penting terutama untuk pasien terminal yang didiagnose
harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati sakaratul maut.

Menurut Dadang Hawari (1977,53) “orang yang mengalami penyakit terminal dan
menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan, krisis spiritual, dan
krisis kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat klien menjelang ajal perlu
mendapatkan perhatian khusus”.
Pasien terminal biasanya mengalami rasa depresi yang berat, perasaan marah akibat
ketidakberdayaan dan keputusasaan. Dalam fase akhir kehidupannya ini, pasien tersebut
selalu berada di samping perawat.
B. Rumusan Masalah
Setelah kami melakukan observasi pada pasien yang dirawat di RSUD Kalideres, kami
menemukan beberapa pasien dengan kondisi terminal, sehubungan dengan itu dapat
dirumuskan masalah bagaimana askep pada pasien tahap terminal ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum :

Rumah Sakit Umum Daerah Kalideres 3


Memberikan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tahap Terminal dan mengetahui apa
yang menjadi hak dan kewajiban pasien terminal agar sesuai dengan yang seharusnya.
2. Tujuan Khusus
Teridentifikasi :
a. Kondisi seseorang yang mendekati kematian.
b. Konsep teori dari kebutuhan terminal atau menjelang ajal.
c. Askep pasien tahap terminal

D. Ruang Lingkup
Dalam Penulisan makalah ini kelompok kami menggunakan metode kepustakaan dan
internet.

E. Manfaat
Mengetahui dan dapat bertidak sesuai dengan hak dan kewajibannya sesuai dengan
perainya agar tidak ada yang merasa dilebihkan atau dikurangkan.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Keadaan Terminal adalah suatu keadaan sakit dimana menurut akal sehat tidak ada harapan
lagi bagi si sakit untuk sembuh. Keadaan sakit itu dapat disebabkan oleh suatu penyakit atau
suatu kecelakaan.
Kondisi terminal adalah suatu proses yang progresif menuju kematian berjalan melalui suatu
tahapan proses penurunan fisik, psikososial dan spiritual bagi individu (Kubler-Rosa, 1969).

Rumah Sakit Umum Daerah Kalideres 4


Kondisi terminal adalah suatu proses yang progresif menuju kematian berjalan melalui suatu
tahapan proses penurunan fisik, psikososial dan spiritual bagi individu (Carpenito, 1999).
Kematian adalah tahap akhir kehidupan. Kematian bisa datang tiba-tiba tanpa peringatan atau
mengikuti priode sakit yang panjang . Terkadang kematian menyerang usia muda tetapi selalu
menunggu yang tua.

B. Faktor Predisposisi
1. Usia
2. Lingkungan social dan budaya
3. Factor jenis kelamin
4. Factor tingkat pendidikan
5. Factor ekonomi
6. Factor pengetahuan
7. Factor lama rawat inap
8. Factor perawat

C. Pathway

Penyakit terminal

Fase denial Fase anger Fase bergaining Fase depresi Fase acceptance

Syok Marah Tawar Ggn.Hubungan Menerima


menawar sosial kondisi

Mengingkari Takut akan Merasa tidak Mempersiapkan


dosa berharga mental
Kondisi

Takut akan Penarikan diri dan


Tidak percaya kematian lingkungan sosial

Resiko bunuh
Rumah Sakit Umum Daerah Kalideres
Factor 5
diri
lingkungan Factor tingkat
Duka
Factor cita
ekonomi Factor
social dan
Kehilangan Ketidakefektifan
Factor jenis
Factor lama Ketidakmampuan
Factor caring
pendidikan
Factor usia pengetahuan
budaya rawat
kopinginap
kelamin kopingperawat
keluarga
D. Klasifikasi
1. Penyakit – penyakit kanker stadium akhir.
2. Penyakit – penyakit infeksi.
3. Congestif Renal Failure (CRF)
4. Stroke Multiple Sclerosis.
5. Akibat kecelakaan fatal.
6. AIDS.
7. Diabetes Mellitus tipe II.

E. Tanda dan Gejala


1. Ciri – ciri penyakit terminal :
a. Penyakit tidak dapat disembuhkan
b. Mengarah pada kematian
c. Diagnose medis sudah jelas
d. Tidak ada obat untuk menyembuhkan
e. Prognosis jelek
f. Bersifat progresif
2. Fisik :
a. Gerakan pengindraan menghilang secara berangsur – angsur dari ujung kaki dan
ujung jari

Rumah Sakit Umum Daerah Kalideres 6


b. Aktivitas dari GI berkurang
c. Reflex mulai menghilang
d. Kulit kebiruan dan pucat
e. Denyut nadi tidak teratur dan lemah
f. Napas berbunyi keras dan cepat ngorok
g. Penglihatan mulai kabur
h. Klien kadang – kadang kelihatan rasa nyeri
i. Klien dapat tidak sadarkan diri
3. Psikososial
Sesuai fase – fase kehilangan menurut seorang ahli E.Kubbler Ross mempelajari respon –
respon atas menerima kematian dan maut secara mendalam, dan hasilnya sebagai
berikut :
a. Respon kehilangan
1) Rasa takut diungkapkan dengan ekspresi wajah, keakutan, cara tertentu untuk
mengatur tangan.
2) Cemas diungkapkan dengan cara menggerakkan otot rahang dan kemudian
mengendor.
3) Rasa sedih diungkapn dengan mata setengah terbuka/menangis.
b. Hubungan dengan orang lain
Kecemasan timbul akibat ketakutan dan ketidakmampuan untuk berhubungan secara
interpersonal serta akibat penolakan. Dr.Elisabeth Kubler-Ross telah mengidentifikasi
lima tahap berduka yang dapat terjadi pada pasien dengan penyakit terjadi pada pasien
dengan penyakit terminal.
1) Menolak (Denial)
Pada tahap ini klien tidak siap menerima keadaan yang sebenarnya terjadi dan
menunjukkan reaksi menolak.
Reaksi pada fase ini :
Psikologi
a) Syok
b) Tidak percaya
c) Tidak tahu harus berbuat apa
d) Mengingkari kenyataan
Fisik
a) Letih
b) Lemah
c) Pucat
d) Mual
e) Diare
f) Menangis
g) Gangguan pernapasan
h) Gelisah
i) Detak jantung meningkat
2) Marah (Anger)

Rumah Sakit Umum Daerah Kalideres 7


Kemarahan terjadi karena kondisi klien mengancam kehidupannya dengan segala
hal yang telah diperbuatnya sehingga menggagalkan cita-citanya.
Reaksi pada fase ini :
Perilaku
a) Agresif
b) Bicara kasar
c) Menyerang orang lain
d) Menolak pengobatan
e) Menuduh dokter atau perawat tidak kompeten
Fisik
a) Muka merah
b) \denyut nadi cepat
c) Gelisah
d) Susah tidur
e) Tangan mengepal
3) Menawar (Bargaining)
Pada tahap ini kemarahan baisanya mereda dan pasien malahan dapat
menimbulkan kesan sudah dapat menerima apa yang terjadi dengan dirinya.
4) Kemurungan (Depresi)
Selama tahap ini, pasien cen derung untuk tidak banyak bicara dan mungkin
banyak menangis. Ini saatnya bagi perawat untuk duduk dengan tenang disamping
pasien yang sedangan melalui masa sedihnya sebelum meninggal.
Reaksi pada fase ini :
Perilaku
a) Menunjukkan sikap menarik diri
b) Kadang bersikap sangat penurut
c) Tidak mau bicara
d) Menyatakan keputusasaan
e) Rasa tidak berharga
f) Bisa muncul keinginan bunuh diri
Gejala fisik
a) Menolak makan
b) Susah tidur
c) Letih
d) Libido turun
5) Menerima atau Pasrah (Acceptance)
Pada fase ini terjadi proses penerimaan secara sadar oleh klien dan keluarga
tentang kondisi yang terjadi dan hal-hal yang akan terjadi yaitu kematian. Fase ini
sangat membantu apabila kien dapat menyatakan reaksi-reaksinya atau rencana-
rencana yang terbaik bagi dirinya menjelang ajal. Misalnya: ingin bertemu dengan
keluarga terdekat, menulis surat wasiat.
Reaksi pada fase acceptance :
a) Reorganisasi perasaan kehilangan

Rumah Sakit Umum Daerah Kalideres 8


b) Pikiran tentang objek yang hilang akan mulai berkurang atau hilang beralih ke
objek baru.
c) Menerima kenyataan kehilangan.
d) Mulai memandang ke depan.

F. Hak Individu Yang Akan Meninggal (Tahap Terminal)


1. Hak diberlakukan sebagaiman manusia hidup sampai ajal tiba.
2. Hak untuk mempertahankan harapannya tidak peduli apapun perubahan yang terjadi
3. Hak untuk mendapatkan perawatan yang dapat memmpertahankan harapannya, apapun
perubahan yang terjadi.
4. Hak untuk mengungkapkan perasaan dan emosinya sehubungan dengan kematian yang
dihadapinya sesuai dengan kepercayaannya.
5. Hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan perawatannya.
6. Hak untuk memperoleh perhatian dalam pengobatan dan perawatan yang
berkesinambungan. Walaupun tujuan penyembuhan harus diubah memberikan rasa
nyaman.
7. Hak untuk tidak meninggal dalam kesendirian.
8. Hak untuk bebas dari rasa sakit.
9. Hak untuk memperoleh jawaban atas pertanyaannya secara jujur.
10. Hak untuk memperoleh bantuan dari perawat atau medis untuk keluarga yang
ditinggalkan agar dapat menerima kematiannya.
11. Hak untuk meninggal dalam keadaan damai dan bermantabat.
12. Hak untuk tetap dalam kepercayaan atau agamanya dan tidak diambil keputusan yang
bertentangan dengan kepercayaan yang dianutnya.
13. Hak untuk memperdalam kepercayaannya, apapun artinya bagi orang lain.
14. Hak untuk mengharapkan bahwa kesucian raga manusia akan dihormati setelah yang
bersangkutan meninggal.

G. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tahap Terminal


1. Pengkajian
Perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan kondisi terminal, tujuannya
untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi klien sehingga pada saat-saat
terakhir dalam hidup bisa bermakna dan akhirnya dapat meninggal dengan tenang dan
damai. Doka (1993) menggambarkan respon terhadap penyakit yang mengancam hidup
kedalam empat fase, yaitu:
a. Fase Prediagnostik : terjadi ketika diketahui ada gejala atau faktor resiko penyakit.
b. Fase Akut : berpusat pada kondisi krisis.
c. Klien dihadapkan pada serangkaian keputusasaan, termasuk kondisi medis,
interpersonal, maupun psikologis.
d. Fase Kronis, klien bertempur dengan penyakit dan pengobatannya. pasti terjadi.

Rumah Sakit Umum Daerah Kalideres 9


e. Klien dalam kondisi Terminal akan mengalami berbagai masalah baik fisik,
psikologis, maupun social-spiritual.

Gambaran problem yang dihadapi pada kondisi terminal antara lain :


a. Problem Oksigenisasi : Respirasi irregular, cepat atau lambat, pernafasan cheyne
stokes, sirkulasi perifer menurun, perubahan mental : Agitasi-gelisah, tekanan darah
menurun, hypoksia, akumulasi secret, dan nadi ireguler.
b. Problem Eliminasi : Konstipasi, medikasi atau imobilitas memperlambat peristaltic,
kurang diet serat dan asupan makanan jugas mempengaruhi konstipasi, inkontinensia
fekal bisa terjadi oleh karena pengobatan atau kondisi penyakit (mis Ca Colon),
retensi urin, inkopntinensia urin terjadi akibat penurunan kesadaran atau kondisi
penyakit misalnya : Trauma medulla spinalis, oliguri terjadi seiring penurunan intake
cairan atau kondisi penyakit mis gagal ginjal.
c. Problem Nutrisi dan Cairan : Asupan makanan dan cairan menurun, peristaltic
menurun, distensi abdomen, kehilangan BB, bibir kering dan pecah-pecah, lidah
kering dan membengkak, mual, muntah, cegukan, dehidrasi terjadi karena asupan
cairan menurun.
d. Problem suhu : Ekstremitas dingin, kedinginan sehingga harus memakai selimut.
e. Problem Sensori : Penglihatan menjadi kabur, refleks berkedip hilang saat mendekati
kematian, menyebabkan kekeringan pada kornea, Pendengaran menurun, kemampuan
berkonsentrasi menjadi menurun, pendengaran berkurang, sensasi menurun.
f. Problem nyeri : Ambang nyeri menurun, pengobatan nyeri dilakukan secara intra
vena, klien harus selalu didampingi untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan
kenyamanan.
g. Problem Kulit dan Mobilitas : Seringkali tirah baring lama menimbulkan masalah
pada kulit sehingga pasien terminal memerlukan perubahan posisi yang sering.
h. Masalah Psikologis : Klien terminal dan orang terdekat biasanya mengalami banyak
respon emosi, perasaaan marah dan putus asa seringkali ditunjukan. Problem
psikologis lain yang muncul pada pasien terminal antara lain ketergantungan, hilang
control diri, tidak mampu lagi produktif dalam hidup, kehilangan harga diri dan
harapan, kesenjangan komunikasi atau barrier komunikasi.
i. Perubahan Sosial-Spiritual : Klien mulai merasa hidup sendiri, terisolasi akibat
kondisi terminal dan menderita penyakit kronis yang lama dapat memaknai kematian
sebagai kondisi peredaan terhadap penderitaan. Sebagian beranggapan bahwa
kematian sebagai jalan menuju kehidupan kekal yang akan mempersatukannya
dengan orang-orang yang dicintai. Sedangkan yang lain beranggapan takut akan

Rumah Sakit Umum Daerah Kalideres 10


perpisahan, dikuncilkan, ditelantarkan, kesepian, atau mengalami penderitaan
sepanjang hidup.

Faktor-faktor yang perlu dikaji :


a. Faktor Fisik
b. Pada kondisi terminal atau menjelang ajal klien dihadapkan pada berbagai masalah
pada fisik. Gejala fisik yang ditunjukan antara lain perubahan pada penglihatan,
pendengaran, nutrisi, cairan, eliminasi, kulit, tanda-tanda vital, mobilisasi, nyeri.
c. Perawat harus mampu mengenali perubahan fisik yang terjadi pada klien, klien
mungkin mengalami berbagai gejala selama berbulan-bulansebelum terjadi kematian.
Perawat harus respek terhadap perubahan fisik yang terjadi pada klien terminal karena
hal tersebut menimbulkan ketidaknyamanan dan penurunan kemampuan klien dalam
pemeliharaan diri.
d. Faktor Psikologis
e. Perubahan Psikologis juga menyertai pasien dalam kondisi terminal. Perawat harus
peka dan mengenali kecemasan yang terjadi pada pasien terminal, harus bisa
mengenali ekspresi wajah yang ditunjukan apakah sedih, depresi, atau marah.
Problem psikologis lain yang muncul pada pasien terminal antara lain ketergantungan,
kehilangan harga diri dan harapan. Perawat harus mengenali tahap-tahap menjelang
ajal yang terjadi pada klien terminal.
f. Faktor Sosial
g. Perawat harus mengkaji bagaimana interaksi pasien selama kondisi terminal, karena
pada kondisi ini pasien cenderung menarik diri, mudah tersinggung, tidak ingin
berkomunikasi, dan sering bertanya tentang kondisi penyakitnya. Ketidakyakinan dan
keputusasaan sering membawa pada perilaku isolasi. Perawat harus bisa mengenali
tanda klien mengisolasi diri, sehingga klien dapat memberikan dukungan social bisa
dari teman dekat, kerabat/keluarga terdekat untuk selalu menemani klien.
h. Faktor Spiritual
i. Perawat harus mengkaji bagaimana keyakinan klien akan proses kematian, bagaimana
sikap pasien menghadapi saat-saat terakhirnya. Apakah semakin mendekatkan diri
pada Tuhan ataukah semakin berontak akan keadaannya. Perawat juga harus
mengetahui disaat-saat seperti ini apakah pasien mengharapkan kehadiran tokoh
agama untuk menemani disaat-saat terakhirnya.
j. Konsep dan prinsip etika, norma, budaya dalam pengkajian Pasien Terminal
nilai, sikap, keyakinan, dan kebiasaan adalah aspek cultural atau budaya yang
mempengaruhi reaksi klien menjelang ajal. Latar belakang budaya mempengaruhi

Rumah Sakit Umum Daerah Kalideres 11


individu dan keluarga mengekspresikan berduka dan menghadapi kematian atau
menjelang ajal. Perawat tidak boleh menyamaratakan setiap kondisi pasien terminal
berdasarkan etika, norma, dan budaya, sehingga reaksi menghakimi harus dihindari.
k. Keyakinan spiritual mencakup praktek ibadah, ritual harus diberi dukungan. Perawat
harus mampu memberikan ketenangan melalui keyakinan-keyakinan spiritual.
Perawat harus sensitive terhadap kebutuhan ritual pasien yang akan menghadapi
kematian, sehingga kebutuhan spiritual klien menjelang kematian dapat terpenuhi.

Tanda-tanda Kematian :
a. Dini :
1) Pernafasan terhenti, penilaian > 10 menit (inspeksi, palpasi auskultasi.
2) Terhentinya sirkulasi, penilaian 15 menit, nadi karotis tidak teraba.
3) Kulit pucat.
4) Tonus otot menghilang dan relaksasi.
5) Pembuluh darah retina bersegmentasi beberapa menit pasca kematian.
6) Pengeringan kornea yang menimbulkan kekeruhan dalam 10 menit (hilang dengan
penyiraman air.
b. Lanjut (Tanda pasti kematian)
1) Lebam mayat (livor mortis).
2) Kaku mayat (rigor mortis).
3) Penurunan suhu tubuh (algor mortis).
4) Pembusukan (dekomposisi).
5) Adiposera (lilin mayat).
6) Mumifikasi
Gejala dan masalah yang sering dijumpai pada berbagai sistem Organ.
a. Sistem Gastrointestinal: Anorexia, konstipasi, mulut kering dan bau, kandidiasis dan
sariawan mulut.
b. Sistem Genitourinaria : Inkontinensia urin.
c. Sistem Integumen : Kulit kering (pecah-pecah) dan dekubitus.
d. Sistem Neurologis : Kejang.
e. Perubahan Status Mental : Kecemasan, halusinasi dan depresi

2. Diagnosa Keperawatan
a. Dukacita
Definisi : Proses kompleks normal yang meliputi respons dan perilaku emosional,
fisik, spiritual, sosial, dan intelektual yakni individu, keluarga, dan komunitas
memasukan kehilangan yang aktual, adaptif, atau dipersepsikan kedalam kehidupan
sehari – hari mereka.
Batasan Karakteristik :
1) Perubahan tingkat aktivitas
2) Perubahan pola mimpi
3) Perubahan fungsi imun
4) Gangguan fungsi neuroendokrin
5) Marah

Rumah Sakit Umum Daerah Kalideres 12


6) Menyalahkan
7) Berpisah/menarik diri
8) Putus asa
9) Disorganisasi/kacau
10) Gangguan pola tidur
11) Mengalami kelegaan
12) Memelihara hubungan dengan klien dengan penyakit terminal
13) Membuat makna kehilangan
14) Kepedihan
15) Perilaku panic
16) Pertumbuhan personal
17) Distres psikologis
18) Menderita
Faktor yang berhubungan :
1) Mengantisipasi kehilangan hal yang bermakna
2) Mengantisipasi kehilangan orang terdekat
3) Kematian orang terdekat
4) Kehilangan objek penting
b. Ketidakefektifan Koping
Defenisi : Ketidak mampuan untuk membentuk penilaian valid tentang stressor,
ketidak
adekuatan pilihan respon yang dilakukan dan/atau tidak mampuan untuk
menggunakan sumber daya yang tersedia.
Batasan Karakteristik :
1) Perubahan pada pola komunikasi yang biasa
2) Penurunan penggunaan dukungan social
3) Perilaku destruktif terhadap orang lain
4) Letih, Angka penyakit yang tinggi
5) Ketidak mampuan memperhatikan informasi
6) Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar
7) Ketidak mampuan memenuhi harapan peran
8) Pemecahan masalah yang tidak adekuat
9) Kurangnya perilaku yang berfokus pada pencapaian tujuan
10) Kurangnya resolusi masalah
11) Konsentrasi buruk
12) Mengungkapkan ketidakmampuan meminta bantuan
13) Mengungkapkan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah
14) Pengambilan resiko, gangguan tidur
15) Penyalahgunaan zat
16) Menggunakan koping yang mengganggu perilaku adaptif
Faktor yang berhubungan :
1) Gangguan dalam pola penilaian ancaman, melepas tekanan
2) Gangguan dalam pola melepaskan tekanan/ketegangan
3) Perbedaan gender dalam strategi koping
4) Derajat ancaman yang tinggi
5) Ketidak mampuan untuk mengubah energi yang adaptif
6) Sumber yang tersedia tidak adekuat
7) Dukungan sosial yang tidak adekuat yang diciptakan oleh karakteristik hubungan

Rumah Sakit Umum Daerah Kalideres 13


8) Tingkat percaya diri yang tidak adekuat dalam kemampuan mengatasi masalah
9) Tingkat persepsi kontrol yang tidak adekuat
10) Ketidak adekuatan kesempatan bersiap terhadap stressor
11) Krisis muturasi, krisis situasi
12) Ragu
c. Ketidakefektifan Koping Keluarga
Defenisi : Perilaku terdekat (anggota keluarga atau orang penting lainnya) yang
membatasi kapasitas/kemampuannya dan kemampuan klien untuk secara efektif
menangani tugas penting mengenai adaptasi keduanya terhadap masalah kesehatan.
Batasan Karakteristik :
1) Pengabaian
2) Agresi agitasi
3) Menjamin rutinitas biasa tanpa menghormati kebutuhan klien
4) Peningkatan ketergantungan klien
5) Depresi
6) Membelot
7) Tidak menghormati kebutuhan klien
8) Perilaku keluarga yang mengganggu kesejahteraan
9) Permusuhan
10) Ganguan Individualisasi
11) Gangguan membangun kembali kehidupan yang bermakna untuk diri sendiri
12) Intoleran
13) Perawatan yang mengabaikan klien dalam hal kebutuhan dasar manusia
14) Hubungan yang mengabaikan anggota keluarga lain
15) Terlalu khawatir terus menerus mengenai klien
16) Psikosomatis
17) Penolakan
18) Merasakan tanda penyakit klien
Faktor Yang Berhubungan
1) Penanganan resistensi keluarga terhadap pengobatan yang berubah – ubah
2) Gaya koping yang tidak sesuai antara orang terdekat dengan klien untuk
menangani tugas adaptif
3) Gaya koping yang tidak sesuai diantara orang terdekat
4) Hubungan keluarga yang sangat ambivalen
5) Orang terdekat lama tidak mengungkapkan perasaan (miasalkan rasa bersalah,
cemas, permusuhan, putus asa)

3. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Keperawatan Hasil
1. Duka cita NOC : NIC :
1. Pengungkapan
Depresion system 1. Tentukan pada
secara verbal
Kriteria hasil : tahap berduka
perasaan dalam
1. Menunjukkan mana pasian

Rumah Sakit Umum Daerah Kalideres 14


rasa pergerakan terfiksasi. suatu lingkungan
ke arah resolusi Identifikasi yang tidak
dari rasa duka perilaku-perilaku mengancam
dan harapan yang berhubungan dapat membantu
untuk masa dengan tahap ini. pasien sampai
2. Kembangkan
depan kepada hubungan
2. Fungsi pada hubungan saling
dengan
tingkat adekuat, percaya dengan
persoalan-
ikut serta dalam pasien. Perlihatkan
persoalan yang
pekerjaan dan empati dan
belum
AKS perhatian. Jujur dan
terpecahkan.
tepati semua janji
2. Latihan fisik
3. Perlihatkan sikap
memberikan
menerima dan
suatu metode
membolehkan
4. Pengkajian data yang aman dan
dasar yang akurat efektif untuk
adalah penting mengeluarkan
untuk perencanaan kemarahan yang
keperawatan yang terpendam.
efektif bagi pasien 3. Pengetahuan
yang berduka. tentang perasaan-
5. Rasa percaya
perasaan yang
merupakan dasar
wajar yang
untuk suatu
berhubungan
kebutuhan yang
dengan setiap
terapeutik.
tahap.
6. Sikap menerima
4. Dorong pasien
menunjukkan
untuk meninjau
kepada pasien
hubungan dengan
bahwa anda pasien
konsep
untuk
kehilangan.
mengekspresikan
5. Komunikasikan
perasaannya secara
kepada pasien
terbuka

Rumah Sakit Umum Daerah Kalideres 15


7. Dorong pasien bahwa menangis
untuk merupakan hal
mengekspresikan yang
rasa marah. dapat diterima.
8. Bantu pasien untuk
6. Bantu pasien
mengeluarkan
dalam
kemarahan yang
memecahkan
terpendam dengan
masalahnya
berpartisipasi
sebagai dengan
dalam
berduka yang
aktivitas-aktivitas
normal dapat
motorik kasar (mis,
menolong
joging, bola
mengurangi
voli,dll)
beberapa
9. Ajarkan tentang
perasaan bersalah
tahap-tahap
menyebabkan
berduka
timbulnya
yang normal dan
respon-respon ini.
perilaku yang
7. Pasien harus
yakin bahwa ia
menghentikan
merupakan
persepsi
seseorang pribadi
idealisnya
yang bermakna.
dan mampu
Rasa percaya
menerima baik
Meningkat
aspek positif
10. Dorong pasien
maupun negatif
untuk
dari konsep
menjangkau
kehilangan
dukungan spiritual
sebelum proses
selama waktu ini
berduka selesai
dalam bentuk
seluruhnya.
apapun yang
8. Menangis
diinginkan
merupakan hal

Rumah Sakit Umum Daerah Kalideres 16


untuknya yang wajar dalam
menghadapi
kehilangan
9. Umpan balik
positif
meningkatkan
harga diri dan
mendorong
usaha untuk
menentukan
metoda-metoda
koping yang lebih
adaptif terhadap
pengalaman
kehilangan.
10. Memenuhi
kebutuhan
spiritual klien

2. Ketidakefektifan NOC : NIC


1. Informasi dapat
Koping Decision making Decision making
mengurangi
Role inhasmet 1. Menginformasikan
perasaan tanpa
Sosial suport klien alternatif
harapan dan tidak
Kriteria hasil : atau
berguna.
1. Mengidentifikasi solusi
pola koping Keikutsertaan
lain penanganan
yang efektif
dalam perawatan
2. Mengungkapkan 2. Memfasilitasi
secara verbal akan
klien
tentang koping
meningkatkan
yang efektif untuk membuat
3. Mengatakan perasaan kontrol
keputusan
penurunan stres
dan harga diri.
Klien 3. Bantu klien untuk
2. Meningkatkan
mengidentifikasi
perasaan kontrol
keuntungan,
dan keikutsertaan

Rumah Sakit Umum Daerah Kalideres 17


kerugian dari dalam situasi
keadaan orang terdekat
tidak dapat
berbuat banyak
3. Memberikan
wawasan
mengenai
Role inhancement
pemikiran,/faktor-
1. Bantu klien untuk
faktor yang
mengidentifikasi
berhubungan
macam – macam
dengan situasi
nilai kehidupan
individu.
2. Bantu klien
Kepercayaan
identifikasi
akan
strategi
meningkatkan
dalam situasi
persepsi pasien
dimana orang
tentang situasi
terdekat tidak
dan partisipasi
dapat berbuat
dalam regimen
banyak.
keperawatan.

Coping enhancement
1. Anjurkan klien
1. Menurunkan
untuk
ansietas dan
mengidentifikasi
menyediakan
gambaran
kontrol bagi
perubahan
pasien
peran yang realistis
selama situasi
2. Gunakan
krisis
pendekatan tenang
2. Untuk mengatasi
Dan meyakinkan
ketegangan dan
3. Hindari
memelihara rasa
pengambilan
kontrol individu
keputusan pada

Rumah Sakit Umum Daerah Kalideres 18


saat klien berada
dalam stres berat
1. Menyiapkan
4. Berikan informasi
status mental
actual yang terkait
pasien agar
dengan diagnosis,
mampu menerima
terapi dan
perubahan peran
prognosis
yang terjadi
2. Agar pasien yakin
Intervensi lainnya :
Dan mau
1. Mengobservasi
kooperatif dalam
TTV klien
Pemberian
2. Memenuhi
informasi
kebutuhan dasar
3. Pasien lebih
klien
mampu menerima
informasi dengan
jelas
4. Agar keluarga
bisa mengerti dan
menerima
sehingga tahap
anger bisa ditekan

1. Memonitor
perkembangan
status kesehatan
pasien
2. Menghargai
kehidupan klien
dengan tetap
memberikan
pelayanan sesuai
kebutuhannya

Rumah Sakit Umum Daerah Kalideres 19


demi
mempertahankan
hidupnya

3. Ketidakmampuan NOC NIC


1. Pasien
koping keluarga Family coping, Coping
mendapatkan
disable enhanchement
dukungan dan
Perenting,impaired 1. Bantu keluarga
bantuan dari
Therapeutic regimen dalam mengenal
keluarga dalam
management, masalah
menghadapi
ineffective 2. Dorong partisipasi
penyakitnya
Violence: keluarga dalam
2. Partisipasi
other semua pertemuan
seluruh
directed, risk for kelompok
anggota keluarga
Kriteria hasil 3. Dorong keluarga
dalam
1. Hubungan untuk
menyelesaikan
Pemberi asuhan memperlihatkan
masalah yang
klien:interaksi kekhawatiran dan
efektif
dan hubungan untuk membantu
3. Simpati dari
yang positif perawatan
keluarga
antara pemberi pasca hospitalisasi
meningkatkan
dan penerima 4. Bantu memotivasi
harga diri pasien.
2. Performa keluarga untuk
4. Membantu orang
Pemberi asuhan berubah membantu
terdekat dengan
perawatan klien untuk
pasien untuk
lansung : beradaptasi dengan
meyakinkan
penyediaan persepsi stresor,
pasien agar
perawatan perubahan, atau
menerima apa
kesehatan dan ancaman yang
yang terjadi dan
perawatan mengganggu
berkeinginan
personal pemenuhan
untuk membagi
yang tepat tuntutan dan peran
masalah pasien
kepada anggota hidup
dengan keluarga

Rumah Sakit Umum Daerah Kalideres 20


keluarga oleh 5. Dukungan emosi ; 5. Mengungkapkan
pemberi memberikan perasaan pada
keperawatan penenangan, diri pasien yang
keluarga penerimaan, dan tidak
3. Peforma dorongan selama terselesaikan
pemberian periode stres 6. Proses koping
asuhan 6. Memfasilitasi keluarga terjadi
perawatan partisipasi dengan efektif
tidak langsung : keluarga 7. Meningkatkan
pengaturan dan dalam perawatan hubungan
pengawasan emosi fisik klien keluarga
perawatan 7. Dukungan dengan klien
yang sesuai keluarga : 8. Peningkatan
bagi anggota meningkatkan kesehatan pasien
keluarga oleh nilai, minat, dan dengan
pemberi tujuan keluarga memberikan
perawatan 8. Panduan sistem pelayanan sesuai
keluarga kesehatan : kebutuhan pasien
4. Kesejahteraan memfasilitasi lokal 9. Memberikan
pemberi asuhan: klien dan pemahaman
derajat persepsi penggunaan tentang esensi
positif mengenai pelayanan kehidupan dan
status kesehatan kesehatan yang kematian
dan kondisi sesuai 10. Untuk mencari
5. Potensial 9. Mendorong pasien bantuan sesuai
ketahanan mencari dorongan kebutuhan akan
pemberi asuhan: spiritual , jika membuat mereka
faktor yang diperlukan memilih untuk
meningkatkan 10. Bantu anggota mengambil
kontinuitas keluarga dalam keuntungan dari
perawatan mengklarifikasi apa yang tersedia
oleh pemberi apa yang mereka
perawatan harapkan dan

Rumah Sakit Umum Daerah Kalideres 21


sesuai keluarga butuhkan satu
dalam periode sama lain
1. Membantu
waktu yang lama
pasien/orang
6. Koping Caregiver support
terdekat
keluarga: 1. Menyediakan
untuk
tindakan informasi penting,
mengilhami
keluarga untuk advokasi, dan
solusi yang
mengelola dukungan yang
mungkin
stresor yang dibutuhkan untuk
(memberikan
membebani memfasilitasi
pertimbangan pro
sumber –sumber perawatan primer
dan kontra bagi
keluarga pasien selain dari
setiap masalah)
7. Normalisasi profesional
sehingga mampu
keluarga ; kesehatan
mengambil
kapasitas
keputusan yang
system keluarga
baik
dalam
mempertahankan
rutinitas dan
1. Memantau
mengembangkan Family support
perkembangan
strategi untuk Intervensi lainnya
kondisi pasien
dengan tetap 1. Mengobservasi
2. Mempertahankan
menghargai diri TTV klien
hidup pasien
2. Memenuhi
pasien
kebutuhan dasar
mengoptimalkan
klien
fungsi jika
ada anggota
keluarga
yang sakit
kronis atau
mengalami
ketunadayaan
8. Mampu

Rumah Sakit Umum Daerah Kalideres 22


mengatasi
masalah
keluarga
9. Mencari bantuan
keluarga bila
perlu
10. Mencapai
Stabilitas
finansial
untuk memenuhi
kebutuhan
anggota keluarga
11. Mampu
menyelesaikan
konflik tanpa
kekerasan
12. Memperlihatkan
fleksibelitas
peran
13. Mengungkapkan
peningkatan
kemampuan
untuk
melakukan
koping terhadap
perubahan dalam
struktur
dinamika
keluarga
14. Mengungkapkan
perasaan
yang tidak
terselesaikan

Rumah Sakit Umum Daerah Kalideres 23


15. Identifikasi gaya
Koping yang
bertentangan
16. Partisipasi
dalam
pengembangan
dan
implementasi
rencana
keperawatan

Rumah Sakit Umum Daerah Kalideres 24


BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Keadaan Terminal adalah suatu keadaan sakit dimana menurut akal sehat tidak ada harapan
lagi bagi si sakit untuk sembuh. Keadaan sakit itu dapat disebabkan oleh suatu penyakit atau
suatu kecelakaan. Perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan kondisi terminal,
tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi klien sehingga pada saat-saat
terakhir dalam hidup bisa bermakna dan akhirnya dapat meninggal dengan tenang dan damai.

B. Saran
Pemberian bimbingan rohani tidak hanya dilakukan oleh para rohanian saja, sebaiknya
dilakukan juga oleh tenaga kesehatan yang lain, misalnya perawat sebagai tenaga pelayan 24
jam disamping pasien. Karena bimbingan rohani terhadap pasien terminal efektif
menurunkan kecemasan, memberikan ketenangan, dan motivasi hidup. Rancangan strategi
tentang bimbingan rohani pada pasien terminal dibuat prosedur tetap untuk dapat
mempromosikan kesehatan, agar para perawatpun bisa mempersiapkan pasien terminal
menerima kondisinya dan apabila meninggal, pasien terminal bisa meninggal dunia dengan
tenang

DAFTAR PUSTAKA

Rumah Sakit Umum Daerah Kalideres 25


Nurarif, Amin Huda, Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis Dan Nanda NIC-NOC. Jakarta : Mediaction.

Carpenito-Moyet, Lynda Juall. 1999. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta:EGC.


Kozier, Barbara. 2011. Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC

Cemy Nur Fitria. 2010. Palliative Care Pada Penderita Penyakit Terminal. Bandung.
portalgaruda.org. Diakses pada 15 Februari 2019.

Joko Susanto. 2012. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Penyakit Terminal. Lamongan.
www.e-
jurnal.com. Diakses pada 15 Februari 2019.

AD Damayanti. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Penyakit Terminal Ditinjau Dari
Aspek Psikososial. www.indonesianjournalofcancer.or.id. Diakses pada 15 Februari
2019.

Rumah Sakit Umum Daerah Kalideres 26

You might also like