You are on page 1of 18

MAKALAH FITOKIMIA 1

“ANTOCYANIDIN”

Disusun Oleh :

Revind Novianda 16330008

Widya Adfri Susanti 16330084

Lulu Hayati Addiyar 16330085

Siti Julaeha 16330110

Dosen :

Munawarohthus Sholikha, M.Si

INSTITUS SAINS DAN TEKNOLOGI NASIAONAL

FAKULTAS FARMASI, PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah S.W.T. yang telah memberi
kami rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
denganbaik yang berjudul “ANTOCYANIDIN”

Makalah ini kami susun dalam rangka memenuhi tugas kelompok mata
kuliah Fitokimia 1. Dalam makalah ini kami menguraikan pembahasan mengenai
ekstraksi pigmen antosianin dari kulit buah naga merah (hylocereus polyrhizus).
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Maka dari itu, kritik dan saran sangat kami perlukan agar ke depannya dapat jauh
lebih baik.

Terima kasih atas segala partisipasi semua pihak yang mendukung


tersusunnya makalah ini. Kami mohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan
kami.

Jakarta, 11 Desember 2018

Penulis

i|Page
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ......................................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................................... 2

BAB II TINJUAN PUSTAKA

2.1 Teori Dasar ............................................................................................................... 3

2.2 Metode Penentuan Kadar Antosianin ...................................................................... 5

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Ekstraksi Antosianin................................................................................................. 6

ii | P a g e
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Maraknya penggunaan pewarna makanan yang dilarang terutama pada
jajanan pasar membuat konsumen merasa khawatir terhadap aspek keamanan
pangan, oleh sebab itu perlu adanya alternatif penggunaan pewarna pada
makanan. Untuk menggantikan pewarna-pewarna sintetis yang sudah tidak
diizinkan lagi, sebaiknya digunakan pewarna alami atau yang diizinkan.
Pewarna alami seperti buah bit merah, daun suji, daun pandan, dan kunyit
merupakan salah satu alternatif pengganti pewarna untuk bahan makanan.
Pigmen lain yang dapat diekstrak dari sumber bahan alami adalah antosianin
dari kulit buah naga Hylocereus polyrhizus.
Antosianin merupakan kelompok pigmen yang berwarna merah sampai
biru yang tersebar luas pada tanaman. Antosianin tergolong pigmen yang
disebut flavonoid. Senyawa golongan flavonoid termasuk senyawa polar dan
dapat diekstraksi dengan pelarut yang bersifat polar pula. Beberapa pelarut
yang bersifat polar diantaranya etanol, air dan etil asetat. Kondisi asam akan
mempengaruhi hasil ekstraksi. Keadaan yang semakin asam apalagi
mendekati pH 1 akan menyebabkan semakin banyaknya pigmen antosianin
berada dalam bentuk kation flavilium atau oksonium yang berwarna dan
pengukuran absorbansi akan menunjukkan jumlah antosianin yang semakin
besar. Disamping itu keadaan yang semakin asam menyebabkan semakin
banyak dinding sel vakuola yang pecah sehingga pigmen antosianin semakin
banyak yang terekstrak.
Antosianidin adalaha senyawa flavonoid secara struktur termasuk
kelompok flavon. Glikosida antosianidin dikenal sebagai antosianin,
senyawa ini tergolong pigmen dan pembentukan warna pada tanaman yang
ditentukan oleh pH dari lingkungannya. Senyawa paling umum adalah
antosianidin, sianidin yang terjadi dalam sekitar 80% dari pigmen daun

1|Page
tumbuhan, 69% dari buah-buahan dan 50% dari bunga. Kebanyakan warna
bunga merah dan biru disebabkan antosianin

1.2 Rumusan Masalah

a. apa yang di maksud antosianin?


b. Ekstraksi pigmen antosianin dari kulit buah naga merah dilakukan dengan
menggunakan ekstraksi maserasi?
c. hubungan antara jenis pelarut, rasio pelarut dan lama ekstraksi terhadap
nilai rendemen, nilai pH dan nilai absorbansi dari pigmen antosianin?

1.3 Tujuan pembahasan

a. Pengertian antosisanin.
b. MenganalisisEkstraksi pigmen antosianin dari kulit buah naga merah
dilakukan dengan menggunakan ekstraksi maserasi.
c. Hasil penelitian yang diperoleh mencakup tentang hubungan antara jenis
pelarut, rasio pelarut dan lama ekstraksi terhadap nilai rendemen, nilai pH
dan nilai absorbansi dari pigmen antosianin.

2|Page
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Dasar

Struktur antosianin yaitu suatu turunan struktur aromatik tunggal dengan


penambahan atau pengurangan gugus hidroksil atau dengan metilasi atau
glikosida. Terdapat enam antosianin yang umum. Antosianin yang paling umum
ialah sianidin, pelargonidin delfinidin, peonidin, petunidin, dan malvirin.
Antosianin tergolong pigmen yang disebut flavonoid yang pada umumnya larut
dalam air. Flavonoid mengandung dua cincin benzen yang dihubungkan oleh tiga
atom karbon. Jika monoglikosida, maka bagian gula hanya terikat pada posisi 3,
dan pada posisi 3 dan 5 bila merupakan diglikosida dan bagian aglikionnya
disebut antosianidin.

Antosianin merupakan kelompok pigmen yang berwarna merah sampai


biru yang tersebar luas pada tanaman. Antosianin tergolong pigmen yang disebut
flavonoid. Senyawa golongan flavonoid termasuk senyawa polar dan dapat
diekstraksi dengan pelarut yang bersifat polar pula. Beberapa pelarut yang bersifat
polar diantaranya etanol, air dan etil asetat. Kondisi asam akan mempengaruhi
hasil ekstraksi. Keadaan yang semakin asam apalagi mendekati pH 1 akan
menyebabkan semakin banyaknya pigmen antosianin berada dalam bentuk kation
flavilium atau oksonium yang berwarna dan pengukuran absorbansi akan

3|Page
menunjukkan jumlah antosianin yang semakin besar. Disamping itu keadaan yang
semakin asam menyebabkan semakinbanyak dinding sel vakuola yang pecah
sehingga pigmen antosianin semakin banyak yang terekstrak.

Warna mempunyai arti dan peranan yang sangat penting pada komoditas
pangan dan hasil pertanian lainnya. Peranan itu sangat nyata pada 3 hal yaitu daya
tarik, tanda pengenal dan atribut mutu. Suatu bahan yang dinilai bergizi, enak dan
teksturnya sangat baik tidak akan dimakan apabila memiliki warna yang tidak
sedap dipandang atau memberi kesan telah menyimpang dari warna yang
seharusnya.

Pigmen flavonoid, khususnya antosianin tidak hanya berperan dalam


menyumbangkan warna alami pada makanan, minuman, obat-obatan dan
kosmetik, bahkan menurut Soni and Maria (2007), bahwa sejumlah penelitian
menunjukkan dampak potensial kelompok flavonoid antara lain mengurangi
resiko penyakit jantung, kanker, hyperlipidemias dan penyakit kronis lainnya
melalui asupan makanan kaya antosianin.

Buah naga merah memiliki warna merah yang sangat menarik yang
disebut antosianin. Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan
paling banyak tersebar luas dalam tumbuhan. Pigmen yang berwarna kuat dan
larut dalam air ini adalah penyebab hampir semua warna merah jambu, merah
marak, merah senduduk, ungu, dan biru dalam bunga, daun, dan buah pada
tumbuhan tingggi. [6]

Anthocyanin terutama didistribusikan di antara bunga, buah, dan sayuran


dan bertanggung jawab untuk sebagian besar warna merah, biru, dan ungu. Baru-
baru ini, peningkatan perhatian telah diberikan kepada kemungkinan manfaat
kesehatan mereka dalam mencegah penyakit degeneratif kronis termasuk kanker
dan penyakit jantung [6]

Antosianin termasuk dalam kelompok flavonoid dari senyawa polifenol


dan merupakan glikosida dari turunan polihidroksi dan polimetoksi dari kation 2-
fenilbenzopirilium atau kation flavilium (Brouillard, 1982; Kong et al., 2003).

4|Page
Antosianin yang ditemukan pada tanaman pangan umumnya dalam bentuk
glikosida dan asilglikosida dari 6 antosianidin (aglikon) utama, yaitu pelargonidin,
sianidin, delfinidin, peonidin, petunidin, dan malvidin (CastaňedaOvando et al.,
2009). Sebanyak 258 antosianin telah ditemukan dalam buah, sayuran, dan biji-
bijian (Mazza dan Miniati, 1993) dan sampai sekarang telah dilaporkan lebih dari
500 antosianin berasal dari berbagai tanaman (Andersen dan Jordhein, 2006).

2.2 Metode Penentuan kadar Antosianin

Pengukuran kandungan antosianin sangat penting untuk kedua aplikasi


industri penelitian dan.absorptivitas molar dalam pelarut pilihan diperlukan untuk
pengukuran yang akurat dari kandungan antosianin pigmen diidentifikasi. Untuk
menggunakan koefisien penyerapan, perlu untuk memiliki anthocyanin standar
yang tersedia. Terlepas dari jumlah besar anthocyanin ditemukan di alam, tidak
semua dari mereka yang tersedia di pasar, dan mereka yang dikomersialkan dijual
dalam jumlah kecil dengan kemurnian kelas rendah, selain menjadi sangat mahal.
Isolasi setiap antosianin dianggap masalah terutama karena kesulitan
mempersiapkan anthocyanin kristal, bebas dari kotoran, dalam jumlah yang cukup
untuk memungkinkan handal berat di bawah optimal kondisi. Ketersediaan
metode yang efisien untuk pemisahan antosianin, seperti High Performance
Liquid Chromatography (HPLC), dikombinasikan dengan daftar koefisien
penyerapan harus menyederhanakan estimasi kuantitatif anthocyanin individu.
Sebuah sumber yang baik dari anthocyanin dan metode praktis untuk
mengumpulkan mereka juga diperlukan untuk memungkinkan isolasi senyawa-
senyawa di laboratorium. [6]

Komposisi antosianidin Analisis antosianidin merupakan pendekatan awal


yang diperlukan untuk mendapatkan informasi jenis aglikon antosianin

Identifikasi awal menjadi lebih mudah karena hanya terdapat 6


antosianidin utama yang ditemukan pada bahan pangan, yaitu pelargonidin,
sianidin, delfinidin, peonidin, petunidin, dan malvidin (Brouillard, 1982; Hong
dan Wrolstad, 1990a).Hidrolisis dari antosianin buah duwet terpurifikasi

5|Page
menghasilkan 5 antosianidin yang dipisahkan menggunakan KCKT-DAD
dideteksi pada panjang gelombang 520 nm (Gambar 1).Identifikasi dilakukan
dengan membandingkan waktu retensi dan spektrum (λvis-maks) dari antosianidin
buah duwet dengan standar antosianidin. Selain itu, kromatogram KCKT dari
antosianidin buah duwet juga dibandingkan dengan antosianidin dari anggur
(concord grape) yang diperoleh dari pustaka (Ordaz-Galindo et al., 1999; Durst
dan Wrolstad, 2001). Lebih lanjut menurut Hong dan Wrolstad (1990a), pada
pemisahan antosianidin dengan sistem KCKT fase terbalik, urutan elusi dari
antosianidin (aglikon) dapat diprediksi berdasarkan jumlah fenolik hidrofilik dan
gugus metoksil hidrofobik, dengan urutan elusi adalah delfinidin, sianidin,
petunidin, pelargonidin, peonidin, dan malvidin.

6|Page
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 EKSTRAKSI PIGMEN ANTOSIANIN DARI KULIT BUAH NAGA


MERAH (Hylocereus polyrhizus)

Ekstraksi merupakan suatu cara untuk memisahkan campuran beberapa zat


menjadi komponen terpisah (Winarno et al., 1973). Waktu ekstraksi zat pewarna
alami harus diketahui secara optimal dan juga harus dipertimbangkan dari segi
efektifitasnya. Efektifitas ekstraksi tidak dapat dilepaskan dari kemampuan bahan
pengekstrak untuk melarutkan senyawa yang diekstrak. Peristiwa pembentukan
larutan dikatakan sebagai interaksi antara pelarut dengan zat yang dilarutkan
(Winarno et al., 1973). Bila dikaitkan dengan energi, maka defenisi pelarutan
adalah: (1) Peristiwa pemutusan ikatan solut-solut yang membutuhkan energi; (2)
Peristiwa pemutusan ikatan solven-solven yang membutuhkan energi; (3)
Peristiwa pembentukan ikatan solutsolven yang melepaskan energi. Jadi, apabila
energi yang dilepaskan pada tahap 3 dapat menutup energi yang dibutuhkan pada
tahap 1 dan 2 maka zat dapat terlarut (Petrucci, 1987). Ekstraksi adalah proses
pengeluaran sesuatu zat dari campuran bahan dengan jalan menambahkan bahan
ekstraksi tepat pada waktunya. Hanya zat yang diekstrak yang dapat larut dalam
bahan ekstraksi. Pemisahan yang diinginkan dapat terjadi karena adanya
perbedaan dalam sifat yaitu dapat larutnya antara bahan-bahan campuran dari
suatu campuran zat dalam bahan pelarut. Untuk mendapatkan senyawa
pengekstrak yang baik, diperlukan bahan pengekstrak yang memiliki kepolaran
yang sama dengan zat yangdiekstrak. Senyawa non polar hanya dapat larut
dengan baik dalam senyawa non polar seperti eter, kloroform, benzen, etanol dan
metanol. Hal serupa juga berlaku pada senyawa polar yang hanya dapat larut
dengan baik dalam senyawa polar seperti air. Senyawa bioaktif yang diekstrak
tersebut akan larut dalam pelarut karena kesesuaian/ kesamaan polaritas yang
disebut like disolves like (Chan et al., 2009). Berbagai senyawa organik, pada
umumnya termasuk dalam senyawa non polar. Senyawa-senyawa organik
menggabungkan atomnya dengan membagi secara bersama elektron-elektron dari
atomnya. Ikatan yang terjadi dikenal sebagai ikatan kovalen (Hart, 1990).

7|Page
Antosanin dapat diekstrak dengan pelarut agak polar dan jenis pelarut yang
digunakan mempunyai kesesuaian kelarutan dengan antosianin, baik dari segi
polaritasnya maupun tingkat kelarutannya dalam air atau dapat bercampur dengan
air dalam berbagai proporsi. Menurut Markakis (1982), metode ekstraksi yang
baik untuk bahan hayati (yang berasal dari tanaman) adalah dengan melarutkan
bahan ke dalam 1% HCl dalam metanol. Aamun untuk penerapan dalam pangan,
metode ekstraksinya menggunakan 1% HCl dalam etanol. Hal ini dikarenakan
sifat toksik dari metanol. Berbagai contoh ekstraksi antosianin misalnya ekstraksi
dengan menggunakan etanol dengan HCl 1,5N pada kulit buah rambutan (Wijaya
et al. 2001), ekstraksi dengan menggunakan etanol pada kulit buah duwet (Sari,
2005). Guillotin et al., (2009) telah memastikan bahwa deglikosilasi antosianin
menyebabkan hilangnya stabilitas warna dan molekul. Oleh karennya jika
menggunakan enzim untuk ekstraksi jus buah maka dianjurkan tanpa glikosidase.

Ekstraksi pigmen antosianin dari kulit buah naga merah dilakukan dengan
menggunakan ekstraksi maserasi. Variabel yang digunakan adalah jenis pelarut
yaitu:

1. campuran aquades ditambah asam sitrat 10%;

2. Campuran etanol ditambah asam sitrat 10%;

3. Campuran etil asetat ditambah asam sitrat 10%.

Pelarut Ekstraksi Larutan adalah campuran dua atau lebih yang homogen.
Komponen larutan tersebut terdiri dari pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute).
Pelarut merupakan komponen zat dalam jumlah besar dalam suatularutan dan sifat
fisiknya dominan dalam larutan. Pelarut yang baik untuk ekstraksi adalah pelarut
yang mempunyai daya melarutkan yang tinggi terhadap zat yang diekstraksi. Daya
melarutkan yang tinggi berhubungan dengan kepolaran dari senyawa yang
diekstraksi. Adanya kecenderungan kuat bagi senyawa yang polar larut ke dalam
pelarut polar dan senyawa non polar larut dalam pelarut non polar (Vogel, 1987).
Salah satu ciri penting dari pelarut yang akan digunakan untuk mengekstraksi
suatu zat atau senyawa adalah tetapan dielektriknya. Tetapan dielektrik adalah
nisbah gaya yang bekerja pada muatan/kutub dalam ruang hampa dengan gaya

8|Page
yang bekerja pada dua muatan tersebut dalam pelarut. Jadi, umumnya
pelarutpelarut yang berkutub (polar) dapat melarutkan zat-zat yang berkutub dan
pelarut-pelarut yang tidak berkutub (nonpolar) dapat melarutkan zat-zat yang
tidak berkutub (Sudarmadji, 1997).

Pelarut yang seringkali digunakan untuk mengekstrak antosianin adalah


alkohol: etanol dan metanol (Budiarto, 1991), amil alkohol (Robinson, 1991),
isopropanol (Saati, 2002), aseton (Eksin, 1990 ), atau dengan air/aquades (Nollet,
1996 ), yang dikombinasi dengan asam, seperti asam khlorida (Nollet, 1996),
asam asetat, asam format (Gao and Mazza, 1996), atau asam askorbat (Robinson,
1991). Ekstraksi flavonoid menggunakan pelarut etanol menghasilkan daya
antioksidatif lebih tinggi, dibandingkan dengan air dan metanol (Jung et al.,
2006). Contoh Paten pada Oktober 2004 oleh Golc Wondra No. SI2004000016
dari Institut Hajdrihova 19,1000 Ljubljana SI, bahan ekstrak tiga macam buah
yaitu anggur, blackcurrant dan redcurrant (masing-masing 2 kg) yang diekstrak
dengan etanol : air = 70 : 30 (4 liter), mengandung antosianin yang sekaligus
dapat difungsikan sebagai antioksidan pada produk makanan. Fox, Gregory J.
(2009) dalam patennya United States Patent 6132791 menemukan bahwa pigmen
antosianin dari ruby merah dapat diekstraksi menggunakan larutan diasamkan
dapat stabil dalam range pH cukup luas dan suhu relatif tinggi. Beberapa jenis
asam yang dapat digunakan antara lain asam asetat, asam sitrat, asam malat, asam
laktat dan asam karboksilat. Yokoyama and Ono (2006, US Patent. No 4302200)
menggunakan ion sulfit 1-1,5% pada suhu 85oC selama 30 menit dalam
mengekstraksi pigmen antosianin untuk jus buah (anggur, cherry), dengan suhu
evaporasi 30-35oC.

Rasio perbandingan pelarut (1:2, 1:4 dan 1:6). Lama ekstraksi (1, 2 dan 3
hari). Parameter uji dalam penelitian ini adalah nilai pH, nilai absorbansi dan
rendemen antosianin. Nilai pH diukur dengan menggunakan pH meter poket.
Nilai absorbansi diukur dengan menggunakan Spektrofotometri UV-Visible (UV-
1800 Shimadzu) pada panjang gelombang 500 - 550 nm. Dalam penelitian ini,
Spektrofotometri UV-Visible digunakan untuk mengetahui / menganalisa tingkat
kecerahan antosianin. Pengukuran % berat rendemen pigmen antosianin dilakukan
dengan menggunakan rumus rendemen antosianin di bawah ini. [1]

9|Page
Jenis pelarut, rasio pelarut dan lama ekstraksi terhadap nilai pH antosianin
Berdasarkan hasil analisa diketahui bahwa terdapat interaksi sangat nyata antara
lama ekstraksi dan rasio pelarut (volume pelarut) terhadap nilai pH pigmen
antosianin pada berbagai jenis pelarut yaitu campuran campuran qauades
ditambah asam sitrat 10%, campuran etil asetat ditambah asam sitrat 10% dan
campuran etanol 95% ditambah asam sitrat 10%.

Gambar 2. Pengaruh Lama Ekstraksi dan Rasio

Pelarut Terhadap pH Pada Jenis Pelarut Aquades ditambah As.Sitrat 10%.

10 | P a g e
Dari gambar 2, 3 dan 4 diatas didapat nilai pH yang lebih baik adalah pada
campuran pelarut aquades ditambah asam sitrat dengan rasio 1:6 (600 ml) dan
lama ekstraksi 3 hari yaitu gambar 2. Aquades merupakan larutan netral yang
dapat melarutkan pigmen antosianin ditambah lagi dengan penambahan asam
sitrat yang mampu menurunkan pH larutan. Keadaan yang semakin asam apalagi
mendekati pH 1 akan menyebabkan semakin banyaknya pigmen antosianin berada
dalam bentuk kation flavilium atau oksonium yang berwarna dan pengukuran
absorbansi akan menunjukkan jumlah antosianin yang semakin besar. Disamping
itu keadaan yang semakin asam menyebabkan semakin banyak dinding sel
vakuola yang pecah sehingga pigmen antosianin semakin banyak yang terekstrak
gambar 4. Sifat pigmen antosianin umumnya bersifat asam dan lebih stabil dalam
kondisi asam. Lama ekstraksi juga berpengaruh terhadap nilai pH pigmen
antosianin. Karena semakin lama ekstraksi maka nilai pH semakin kecil ada pada
perbandingan rasio 1:6 dengan lama ekstraksi 3 hari. Penurunan terjadi akibat
bertambahnya antosianin yang terdegradasi yang menyebabkan nilai pH menurun.

Jenis pelarut, rasio pelarut dan lama ekstraksi terhadap nilai absorbansi
antosianin Berdasarkan hasil analisa diketahui bahwa terdapat interaksi sangat
nyata antara lama ekstraksi dan rasio pelarut (volume pelarut) terhadap nilai
absorbansi pigmen antosianin pada berbagai jenis pelarut yaitu campuran qauades
ditambah asam sitrat 10%, campuran etil asetat ditambah asam sitrat 10% dan
campuran etanol 95% ditambah asam sitrat 10%.

11 | P a g e
Dari gambar 5, 6 dan 7 diatas maka didapat untuk nilai absorbansi yang lebih
baik adalah pada jenis pelarut aquades ditambah asam sitrat, dengan perbandingan
rasio 1:6 (600 ml) dan lama ekstraksi 3 hari yaitu sebesar 4.000. Hal ini
dikarenakan semakin besar nilai absorbansi maka kecerahan warnanya pun akan
semakin tinggi. Fungsi pelarut untuk ekstraksi antosianin merupakan faktor yang
menentukan kualitas dari suatu ekstraksi [4]. Pelarut air dan asam sitrat cocok
untuk ekstraksi pigmen antosianin karena pigmen tersebut memang mempunyai
sifat larut dalam air dan stabil pada kondisi asam [3].

Jenis pelarut, rasio pelarut dan lama ekstraksi terhadap rendemen


Antosianin Berdasarkan hasil analisa diketahui bahwa terdapat interaksi sangat
nyata antara lama ekstraksi dan rasio pelarut (volume pelarut) terhadap nilai
rendemen pigmen antosianin pada berbagai jenis pelarut.

12 | P a g e
Dari gambar 8, 9 dan 10 diatas maka didapatlah untuk nilai rendemen yang
paling tinggi adalah pada jenis pelarut aquadesditambah asam sitrat, dengan
perbandingan rasio 1:6 (600 ml) dan lama ekstraksi 3 hari yaitu sebesar 62,68 %
(% berat). hal ini dikarenakan senyawa antosianun pada buah naga merah
memiliki tingkat kepolaran yang hampir sama dengan dengan air dan alcohol.
Rendemen zat warna antosianin yang berbeda pada setiap perlakuan karena
kepolaran dari masing-masing pelarut yang digunakan. Zat warna antosianin
merupakan senyawa polar maka akan larut baik di dalam pelarut-pelarut yang
bersifat polar. Selain itu kemurnian pelarut yang digunakan mempengaruhi daya
ekstraksi atau melarutnya zat warna antosianin yang terlarut didalam pelarut,
sehingga akan mempengaruhi rendemen zat warna yang dihasilkan [2].

13 | P a g e
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kesimpulan Dari hasil penelitian didapat jenis pelarut yang paling


baik adalah campuran aquades dan asam sitrat 10% dengan rasio 1:6 (600
ml) dan lama ekstraksi 3 hari. Nilai Rndemen 62,68%; nilai pH 2 dan lama
ekstraksi 3 hari.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Anis, E, Identifikasi Dan Uji Kualitas Pigmen Kulit Buah Naga Merah
(Hylocareus costaricensis) Pada Beberapa Umur Simpan Dengan Perbedaan Jenis
Pelarut, Jurnal Gamma, Universitas Muhamadiyah, Malang Vol 6, 2002.

14 | P a g e
[2] Harborne, J. B, Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
Tumbuhan, Diterjemahkan oleh Keokasih Padmawinata, Penerbit ITB, Bandung,
1987.

[3] Jackman, R. L. dan Smith J. L, Anthocyanins and Betalains. Di dalam


Hendry G. A. P dan J.D. Houghton (Eds). Natural Food Colorants, 2nd Edition.
Chapman and Hall, London, 1996.

[4] Moulana, R, Efektivitas Penggunaan Jenis Pelarut dan Asam dalam Proses
Ekstraksi Pigmen Antosianin Kelopak Bungan Rosella, Jurnal Forum Teknik ,
Universitas Syah Kuala, Darussalam, Banda Aceh, Vol 4, No 3, 2012.

[5] Nursaerah, R, Mempelajari Ekstraksi Antosianin dari Kulit Buah Manggis


(Garcinia mangostana L.) Dengan Berbagai Jenis Pelaru, Skripsi, Fakultas
Teknologi Pangan Universitas Pasundan, Bandung, 2010.

[6] Anthocyanins standards (cyanidin-3-O-glucoside and cyanidin-3-O-


rutinoside) isolation from freeze-dried açaí (Euterpe oleraceae Mart.) by HPLC
Ana Cristina Miranda Senna GOUVÊA1*, Manuela Cristina Pessanha de
ARAUJO2, Daniel Filisberto SCHULZ3, Sidney PACHECO2, Ronoel Luis de
Oliveira GODOY2, Lourdes Maria Corrêa CABRAL2

[7] Elfi Anis Saati dkk. 2016. PIGMEN ANTOSIANIN: IDENTIFIKASI DAN MANFAATNYA
BAGI INDUSTRI MAKANAN DAN FARMASI. Malang : Penerbit Universitas
Muhammadiyah Malang.

[8] Puspita Sari dkk. 2009. IDENTIFIKASI ANTOSIANIN BUAH DUWET (Syzygium
cumini) MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI -DIODE ARRAY
DETECTION. Bandung : J. Teknol.dan Industri Pangan, Vol. XX No. 2.

15 | P a g e

You might also like