Professional Documents
Culture Documents
“ANTOCYANIDIN”
Disusun Oleh :
Dosen :
JAKARTA
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah S.W.T. yang telah memberi
kami rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
denganbaik yang berjudul “ANTOCYANIDIN”
Makalah ini kami susun dalam rangka memenuhi tugas kelompok mata
kuliah Fitokimia 1. Dalam makalah ini kami menguraikan pembahasan mengenai
ekstraksi pigmen antosianin dari kulit buah naga merah (hylocereus polyrhizus).
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Maka dari itu, kritik dan saran sangat kami perlukan agar ke depannya dapat jauh
lebih baik.
Penulis
i|Page
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
ii | P a g e
BAB I
PENDAHULUAN
1|Page
tumbuhan, 69% dari buah-buahan dan 50% dari bunga. Kebanyakan warna
bunga merah dan biru disebabkan antosianin
a. Pengertian antosisanin.
b. MenganalisisEkstraksi pigmen antosianin dari kulit buah naga merah
dilakukan dengan menggunakan ekstraksi maserasi.
c. Hasil penelitian yang diperoleh mencakup tentang hubungan antara jenis
pelarut, rasio pelarut dan lama ekstraksi terhadap nilai rendemen, nilai pH
dan nilai absorbansi dari pigmen antosianin.
2|Page
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3|Page
menunjukkan jumlah antosianin yang semakin besar. Disamping itu keadaan yang
semakin asam menyebabkan semakinbanyak dinding sel vakuola yang pecah
sehingga pigmen antosianin semakin banyak yang terekstrak.
Warna mempunyai arti dan peranan yang sangat penting pada komoditas
pangan dan hasil pertanian lainnya. Peranan itu sangat nyata pada 3 hal yaitu daya
tarik, tanda pengenal dan atribut mutu. Suatu bahan yang dinilai bergizi, enak dan
teksturnya sangat baik tidak akan dimakan apabila memiliki warna yang tidak
sedap dipandang atau memberi kesan telah menyimpang dari warna yang
seharusnya.
Buah naga merah memiliki warna merah yang sangat menarik yang
disebut antosianin. Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan
paling banyak tersebar luas dalam tumbuhan. Pigmen yang berwarna kuat dan
larut dalam air ini adalah penyebab hampir semua warna merah jambu, merah
marak, merah senduduk, ungu, dan biru dalam bunga, daun, dan buah pada
tumbuhan tingggi. [6]
4|Page
Antosianin yang ditemukan pada tanaman pangan umumnya dalam bentuk
glikosida dan asilglikosida dari 6 antosianidin (aglikon) utama, yaitu pelargonidin,
sianidin, delfinidin, peonidin, petunidin, dan malvidin (CastaňedaOvando et al.,
2009). Sebanyak 258 antosianin telah ditemukan dalam buah, sayuran, dan biji-
bijian (Mazza dan Miniati, 1993) dan sampai sekarang telah dilaporkan lebih dari
500 antosianin berasal dari berbagai tanaman (Andersen dan Jordhein, 2006).
5|Page
menghasilkan 5 antosianidin yang dipisahkan menggunakan KCKT-DAD
dideteksi pada panjang gelombang 520 nm (Gambar 1).Identifikasi dilakukan
dengan membandingkan waktu retensi dan spektrum (λvis-maks) dari antosianidin
buah duwet dengan standar antosianidin. Selain itu, kromatogram KCKT dari
antosianidin buah duwet juga dibandingkan dengan antosianidin dari anggur
(concord grape) yang diperoleh dari pustaka (Ordaz-Galindo et al., 1999; Durst
dan Wrolstad, 2001). Lebih lanjut menurut Hong dan Wrolstad (1990a), pada
pemisahan antosianidin dengan sistem KCKT fase terbalik, urutan elusi dari
antosianidin (aglikon) dapat diprediksi berdasarkan jumlah fenolik hidrofilik dan
gugus metoksil hidrofobik, dengan urutan elusi adalah delfinidin, sianidin,
petunidin, pelargonidin, peonidin, dan malvidin.
6|Page
BAB III
PEMBAHASAN
7|Page
Antosanin dapat diekstrak dengan pelarut agak polar dan jenis pelarut yang
digunakan mempunyai kesesuaian kelarutan dengan antosianin, baik dari segi
polaritasnya maupun tingkat kelarutannya dalam air atau dapat bercampur dengan
air dalam berbagai proporsi. Menurut Markakis (1982), metode ekstraksi yang
baik untuk bahan hayati (yang berasal dari tanaman) adalah dengan melarutkan
bahan ke dalam 1% HCl dalam metanol. Aamun untuk penerapan dalam pangan,
metode ekstraksinya menggunakan 1% HCl dalam etanol. Hal ini dikarenakan
sifat toksik dari metanol. Berbagai contoh ekstraksi antosianin misalnya ekstraksi
dengan menggunakan etanol dengan HCl 1,5N pada kulit buah rambutan (Wijaya
et al. 2001), ekstraksi dengan menggunakan etanol pada kulit buah duwet (Sari,
2005). Guillotin et al., (2009) telah memastikan bahwa deglikosilasi antosianin
menyebabkan hilangnya stabilitas warna dan molekul. Oleh karennya jika
menggunakan enzim untuk ekstraksi jus buah maka dianjurkan tanpa glikosidase.
Ekstraksi pigmen antosianin dari kulit buah naga merah dilakukan dengan
menggunakan ekstraksi maserasi. Variabel yang digunakan adalah jenis pelarut
yaitu:
Pelarut Ekstraksi Larutan adalah campuran dua atau lebih yang homogen.
Komponen larutan tersebut terdiri dari pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute).
Pelarut merupakan komponen zat dalam jumlah besar dalam suatularutan dan sifat
fisiknya dominan dalam larutan. Pelarut yang baik untuk ekstraksi adalah pelarut
yang mempunyai daya melarutkan yang tinggi terhadap zat yang diekstraksi. Daya
melarutkan yang tinggi berhubungan dengan kepolaran dari senyawa yang
diekstraksi. Adanya kecenderungan kuat bagi senyawa yang polar larut ke dalam
pelarut polar dan senyawa non polar larut dalam pelarut non polar (Vogel, 1987).
Salah satu ciri penting dari pelarut yang akan digunakan untuk mengekstraksi
suatu zat atau senyawa adalah tetapan dielektriknya. Tetapan dielektrik adalah
nisbah gaya yang bekerja pada muatan/kutub dalam ruang hampa dengan gaya
8|Page
yang bekerja pada dua muatan tersebut dalam pelarut. Jadi, umumnya
pelarutpelarut yang berkutub (polar) dapat melarutkan zat-zat yang berkutub dan
pelarut-pelarut yang tidak berkutub (nonpolar) dapat melarutkan zat-zat yang
tidak berkutub (Sudarmadji, 1997).
Rasio perbandingan pelarut (1:2, 1:4 dan 1:6). Lama ekstraksi (1, 2 dan 3
hari). Parameter uji dalam penelitian ini adalah nilai pH, nilai absorbansi dan
rendemen antosianin. Nilai pH diukur dengan menggunakan pH meter poket.
Nilai absorbansi diukur dengan menggunakan Spektrofotometri UV-Visible (UV-
1800 Shimadzu) pada panjang gelombang 500 - 550 nm. Dalam penelitian ini,
Spektrofotometri UV-Visible digunakan untuk mengetahui / menganalisa tingkat
kecerahan antosianin. Pengukuran % berat rendemen pigmen antosianin dilakukan
dengan menggunakan rumus rendemen antosianin di bawah ini. [1]
9|Page
Jenis pelarut, rasio pelarut dan lama ekstraksi terhadap nilai pH antosianin
Berdasarkan hasil analisa diketahui bahwa terdapat interaksi sangat nyata antara
lama ekstraksi dan rasio pelarut (volume pelarut) terhadap nilai pH pigmen
antosianin pada berbagai jenis pelarut yaitu campuran campuran qauades
ditambah asam sitrat 10%, campuran etil asetat ditambah asam sitrat 10% dan
campuran etanol 95% ditambah asam sitrat 10%.
10 | P a g e
Dari gambar 2, 3 dan 4 diatas didapat nilai pH yang lebih baik adalah pada
campuran pelarut aquades ditambah asam sitrat dengan rasio 1:6 (600 ml) dan
lama ekstraksi 3 hari yaitu gambar 2. Aquades merupakan larutan netral yang
dapat melarutkan pigmen antosianin ditambah lagi dengan penambahan asam
sitrat yang mampu menurunkan pH larutan. Keadaan yang semakin asam apalagi
mendekati pH 1 akan menyebabkan semakin banyaknya pigmen antosianin berada
dalam bentuk kation flavilium atau oksonium yang berwarna dan pengukuran
absorbansi akan menunjukkan jumlah antosianin yang semakin besar. Disamping
itu keadaan yang semakin asam menyebabkan semakin banyak dinding sel
vakuola yang pecah sehingga pigmen antosianin semakin banyak yang terekstrak
gambar 4. Sifat pigmen antosianin umumnya bersifat asam dan lebih stabil dalam
kondisi asam. Lama ekstraksi juga berpengaruh terhadap nilai pH pigmen
antosianin. Karena semakin lama ekstraksi maka nilai pH semakin kecil ada pada
perbandingan rasio 1:6 dengan lama ekstraksi 3 hari. Penurunan terjadi akibat
bertambahnya antosianin yang terdegradasi yang menyebabkan nilai pH menurun.
Jenis pelarut, rasio pelarut dan lama ekstraksi terhadap nilai absorbansi
antosianin Berdasarkan hasil analisa diketahui bahwa terdapat interaksi sangat
nyata antara lama ekstraksi dan rasio pelarut (volume pelarut) terhadap nilai
absorbansi pigmen antosianin pada berbagai jenis pelarut yaitu campuran qauades
ditambah asam sitrat 10%, campuran etil asetat ditambah asam sitrat 10% dan
campuran etanol 95% ditambah asam sitrat 10%.
11 | P a g e
Dari gambar 5, 6 dan 7 diatas maka didapat untuk nilai absorbansi yang lebih
baik adalah pada jenis pelarut aquades ditambah asam sitrat, dengan perbandingan
rasio 1:6 (600 ml) dan lama ekstraksi 3 hari yaitu sebesar 4.000. Hal ini
dikarenakan semakin besar nilai absorbansi maka kecerahan warnanya pun akan
semakin tinggi. Fungsi pelarut untuk ekstraksi antosianin merupakan faktor yang
menentukan kualitas dari suatu ekstraksi [4]. Pelarut air dan asam sitrat cocok
untuk ekstraksi pigmen antosianin karena pigmen tersebut memang mempunyai
sifat larut dalam air dan stabil pada kondisi asam [3].
12 | P a g e
Dari gambar 8, 9 dan 10 diatas maka didapatlah untuk nilai rendemen yang
paling tinggi adalah pada jenis pelarut aquadesditambah asam sitrat, dengan
perbandingan rasio 1:6 (600 ml) dan lama ekstraksi 3 hari yaitu sebesar 62,68 %
(% berat). hal ini dikarenakan senyawa antosianun pada buah naga merah
memiliki tingkat kepolaran yang hampir sama dengan dengan air dan alcohol.
Rendemen zat warna antosianin yang berbeda pada setiap perlakuan karena
kepolaran dari masing-masing pelarut yang digunakan. Zat warna antosianin
merupakan senyawa polar maka akan larut baik di dalam pelarut-pelarut yang
bersifat polar. Selain itu kemurnian pelarut yang digunakan mempengaruhi daya
ekstraksi atau melarutnya zat warna antosianin yang terlarut didalam pelarut,
sehingga akan mempengaruhi rendemen zat warna yang dihasilkan [2].
13 | P a g e
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
[1] Anis, E, Identifikasi Dan Uji Kualitas Pigmen Kulit Buah Naga Merah
(Hylocareus costaricensis) Pada Beberapa Umur Simpan Dengan Perbedaan Jenis
Pelarut, Jurnal Gamma, Universitas Muhamadiyah, Malang Vol 6, 2002.
14 | P a g e
[2] Harborne, J. B, Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
Tumbuhan, Diterjemahkan oleh Keokasih Padmawinata, Penerbit ITB, Bandung,
1987.
[4] Moulana, R, Efektivitas Penggunaan Jenis Pelarut dan Asam dalam Proses
Ekstraksi Pigmen Antosianin Kelopak Bungan Rosella, Jurnal Forum Teknik ,
Universitas Syah Kuala, Darussalam, Banda Aceh, Vol 4, No 3, 2012.
[7] Elfi Anis Saati dkk. 2016. PIGMEN ANTOSIANIN: IDENTIFIKASI DAN MANFAATNYA
BAGI INDUSTRI MAKANAN DAN FARMASI. Malang : Penerbit Universitas
Muhammadiyah Malang.
[8] Puspita Sari dkk. 2009. IDENTIFIKASI ANTOSIANIN BUAH DUWET (Syzygium
cumini) MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI -DIODE ARRAY
DETECTION. Bandung : J. Teknol.dan Industri Pangan, Vol. XX No. 2.
15 | P a g e