You are on page 1of 8

P- ISSN: 2086-3071, E-ISSN: 2443-0900 Versi online:

Volume 9, Nomor 1, Januari 2018 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view

GAMBARAN PRAKTIK PENCEGAHAN DEMAM


BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH ENDEMIK DBD

Ernawati*, Cicilia Nony Bratajaya, Siska Evi Martina

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sint Carolus, Jakarta Jl. Salemba Raya 41, Jakarta 10440, (62-
21) 3904441 Ext. 2468 *e-mail: sitompulernawati@gmail.com

ABSTRAK

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang penyebarannya cepat. Cara
penyebaran DBD adalah melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. DKI Jakarta selalu menduduki
angka insiden DBD tertinggi pada kurun 2005-2009. Sulitnya menurunkan insiden DBD di DKI
Jakarta merupakan tantangan sendiri bagi pemerintah DKI Jakarta. Upaya pengendalian virus
Dengue melalui gerakan PSN ini membutuhkan ketekunan, motivasi, dan partisipasi dari
masyarakat. Untuk itu diperlukan penelitian yang bertujuan memberikan gambaran tentang
perilaku terkait praktik pencegahan DBD. Penelitian kuantitatif ini bersifat deskriptif dengan
metode cross sectional. Metode sampling pada penelitian ini adalah purposive sampling dengan
responden penelitian sebanyak 148 responden. Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran
praktik pencegahan DBD pada masyarakat di daerah endemik DBD. Hasil penelitian
mengungkapkan bahwa mayoritas warga (68,2%) memiliki praktik pencegahan pada level sedang,
dan masih ada 15% memiliki praktik pencegahan buruk. Berdasarkan hal tersebut diharapkan
pendampingan dan dukungan tenaga kesehatan untuk dapat meningkatkan praktik pencegahan
DBD.
Kata kunci: DBD; Jakarta; Praktik; Pemberantasan, PSN

ABSTRACT

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a disease that spread rapidly. The way of spreading dengue
fever through Aedes Aegypti mosquito bites. During the year of 2005-2009, the incident of DHF in
DKI Jakarta was always high. It is a challenge for local government in Jakarta to solve the
problem. Controling the growth of Dengue virus through PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk)
movement requires perseverance, motivation, and community participation. Therefore, research
which describe about health behavior related practice of DHF prevention in society is need to be
conducted. This quantitative research with cross sectional method aim to describe the DFH
prevention practice in an endemic DHF place. The purposive sampling method was used to gain
148 research participants. This study found that 68.69% research participants have prevention
practices at a moderate level, and there are still 15% have bad prevention practices. Based on this
it is expected that assistance and support of health workers can improve the prevention practice of
DHF.
Keywords: DHF, Jakarta, Practice, Eradication

WHO (2011) melaporkan bahwa setiap


PENDAHULUAN
tahunnya 50 juta penduduk dunia
Demam Berdarah Dengue terinfeksi virus dengue dan 2, 5% dari
(DBD) merupakan penyakit yang mereka meninggal dunia. Cara
menimbulkan masalah bagi masyarakat. penyebaran DBD adalah melalui gigitan

Gambaran Praktik Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Wilayah Endemik DBD
17
P- ISSN: 2086-3071, E-ISSN: 2443-0900 Versi online:
Volume 9, Nomor 1, Januari 2018 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view

nyamuk Aedes Aegypti (Candra, 2010). Jakarta. PSN melibatkan para kader
Nyamuk ini sangat cocok hidup di iklim kesehatan yang disebut sebagai Kader
tropis atau pun sub tropis. Indonesia Jumantik (Juru Pemantau Jentik) yang
adalah tempat yang sangat sesuai dengan ada di RT dan RW. Walaupun program
tempat hidup nyamuk Aedes Aegypti ini merupakan program di bawah
(Johansson dkk, 2010). pembinaan pihak Puskesmas setempat,
DBD merupakan penyakit namun keaktifan peran serta masyarakat
menular yang sering menimbulkan untuk membasmi DBD sangatlah
Kejadian Luar Biasa (KLB) di Indonesia penting.
(Kementrian Kesehatan RI, 2011). Salah Sulitnya menurunkan insiden
satu lokasi yang sering mengalami KLB DBD di Jakarta merupakan tantangan
adalah DKI (Daerah Khusus Ibu Kota) sendiri bagi pemerintah DKI Jakarta.
Jakarta. DKI Jakarta, yang merupakan Hal ini perlu dikaji lebih jauh,
ibu kota Indonesia dengan penduduk mengingat sudah ada nya program kader
yang sangat padat. Hal ini sangat Jumantik. Menjadi tanda tanya besar,
mendukung Jakarta menjadi daerah sesungguhnya bagaimana praktik
endemic DBD. Dimana, penduduk yang pencegahan DBD yang berjalan di
banyak, lingkungan yang padat dan arus wilayah DKI Jakarta, terutama Jakarta
urbanisasi yang tinggi menjadikan Timur. Perlu dikaji lebih lanjut, praktik
Jakarta kota memiliki permasalahan pencegahan apa sajakah yang dilakukan
lingkungan. oleh masyarakat setempat. Upaya
DBD merupakan masalah pengendalian virus Dengue melalui
kesehatan yang masih sulit gerakan PSN ini membutuhkan
ditanggulangi di Jakarta. DKI Jakarta ketekunan, motivasi, dan partisipasi dari
selalu menduduki angka insiden DBD masyarakat. Untuk itu diperlukan
tertinggi pada kurun 2005-2009 penelitian yang bertujuan memberikan
(Surveilans Epidemiologi Kementrian gambaran tentang perilaku kesehatan
Kesehatan RI, 2010). Terdapat 12.254 terkait praktik pencegahan DBD pada
kasus DBD dengan 7 di antaranya masyarakat dengan insiden DBD tinggi.
meninggal dunia (Depkes, 2013). Jakarta
Timur merupakan area yang memiliki
METODE PENELITIAN
insiden tertinggi DBD (Depkes, 2013).
Angka insiden DBD di wilayah Jakarta Penelitian ini adalah penelitian
Timur adalah 134 per 100.000 kuantitatif yang bersifat deskriptif
penduduk, dengan angka mortilitas dengan metode cross sectional. Metode
tertinggi yaitu 0, 08% dan kematian 3 sampling pada penelitian ini adalah
orang (Depkes, 2013). purposive sampling. Pengambilan data
Cakupan program dilakukan di wilayah Jakarta Timur
pemberantasan DBD meliputi 11 (DKI Jakarta) yang merupakan wilayah
provinsi, dan salah satunya adalah DKI endemic DBD. Responden penelitian ini
Jakarta (Dirjen Pengendalian Penyakit berjumlah 148 keluarga dengan interval
dan Penyehatan Lingkungan Kementrian usia 18–55 tahun. Data penelitian
Kesehatan RI, 2013). Program diambil dengan menggunakan 2
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) kuesioner, yaitu kuesioner karakteristik
merupakan program yang dilakukan demografi dan Kuesioner Pengetahuan
secara rutin oleh pemerintah daerah DKI Sikap Praktik (Knowledge Attitude

Gambaran Praktik Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Wilayah Endemic DBD
18
P- ISSN: 2086-3071, E-ISSN: 2443-0900 Versi online:
Volume 9, Nomor 1, Januari 2018 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view

Practice/ KAP) yang mengukur pencegahan buruk, sedang, dan baik.


pengetahuan, sikap dan praktik Dari tabel 1 terlihat bahwa praktik
pencegahan DBD. Kuesioner tersebut pencegahan DBD pada warga di daerah
akan disesuaikan dengan karakteristik endemic DBD penelitian mayoritas
masyarakat Indonesia. Setelah data (68,2%) pada level sedang. Hanya 25
diperoleh, pengolahan data dilakukan warga (16,9%) yang telah melakukan
dengan menggunakan analisa univariat praktek pencegahan DBD dengan baik.
untuk mendeskripsikan karakteristik Hal ini sudah cukup baik karena
setiap variabel dalam penelitian ini. sebagian besar warga berada pada level
Analisa univariat pada penelitian ini baik dan sedang. Akan tetapi, adanya
menampilkan distribusi frekuensi dan warga yang masih memiliki praktik
persentasi dari variabel bebas. Pada pencegahan buruk (14,9%) akan
penelitian ini analisa bivariat dilakukan berisiko terhadap meningkatnya insiden
terhadap variabel bebas yaitu usia DBD di wilayah tersebut mengingat
reseponden, jenis kelamin, tingkat DBD merupakan penyakit yang sangat
pendidikan, dan variabel tidak bebas dipengaruhi oleh kondisi lingkungan
yaitu praktek pencegahan demam sekitar. Penyakit DBD sangat tergantung
berdarah. dari jumlah vektor nyamuk Aedes
Aegypti yang memiliki kemampuan
terbang sampai 100 meter. Sehingga,
HASIL DAN PEMBAHASAN
pemberantasan nyamuk dan sarangnya
Praktik pencegahan DBD pada perlu dilakukan secara menyeluruh di
penelitian ini terdiri dari praktik semua melibatkan semua penduduk.

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Praktik Pencegahan DBD


Praktik Pencegahan DBD Frekuensi (N) Persentase (%)
Praktik Pencegahan Buruk 22 14,9
Praktik Pencegahan Sedang 101 68,2
Praktik Pencegahan Baik 25 16,9

Total 148 100

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Responden

Tingkat Pendidikan Frekuensi (N) Persentase (%)


Rendah 55 37.2
Sedang 69 46.6
Tinggi 24 16.2

Total 148 100

Gambaran Praktik Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Wilayah Endemic DBD
19
P- ISSN: 2086-3071, E-ISSN: 2443-0900 Versi online:
Volume 9, Nomor 1, Januari 2018 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view

Tabel 3 Hubungan Praktik Pencegahan dengan Karakteristik Responden


Praktik Pencegahan DBD
Variabel
r p
a -0.06 0.43
Usia
b 0.07 0.84
Jenis Kelamin
c 0.06 0.43
Tingkat Pendidikan
(a)Pearson product-moment correlation coefficient; (b)Point-biserial correlation
c
coefficient; ( )Spearman Correlation coefficient p < 0.1

Tabel 2 menunjukan bahwa penyuluhan (Dewi & Azam, 2017)


sebagian besar responden penelitian adalah juga merupakan aspek yang
memiliki tingkat pendidikan sedang berpengaruh terhadap praktik
(46.6 %) tetapi ada 16.2 % responden pemberantasan sarang nyamuk.
berada pada tingkat pendidikan tinggi. Penelitian ini menggunakan
Penelitian sebelumnya (Cahyo et al., kuesioner Knowledge Attitude Practice
2015) menunjukan bahwa pendidikan (KAP) yang sudah baku dan disesuaikan
dan usia seseorang terbukti dengan kondisi Indonesia. Di dalam
mempengaruhi praktik pelaksanaan kuesioner ini terdapat 13 praktik
PSN. Sebaliknya, penelitian ini pencegahan dalam memberantas DBD
menemukan bahwa tingkat pendidikan (Tabel 4) yang dapat dipilih oleh
dan usia tidak memiliki hubungan yang responden penelitian. Mayoritas (10
signifikan dengan praktik pencegahan butir) pertanyaan dalam kuesioner KAP
DBD (Tabel 3). Terkait dengan praktik ini merupakan tindakan managamen
pencegahan, beberapa penelitian lingkungan. Sisanya adalah terkait
sebelumnya menunjukan bahwa, pengendalian kimiawi, perlindungan
pekerjaan, pengetahuan, dukungan individu dan peran serta dalam
petugas kesehatan (Lasut, Kaunang & masyarakat. Tidak ada pertanyaan
Ratag, 2017), pengalaman sakit, terkait pengendalian biologis.
pengetahuan, pengalaman mendapatkan

Tabel 4 13 Jenis Praktik Pencegahan DBD


Management Lingkungan N %
­ Menutup tempat penampungan air 54 36,5%
­ Memiliki penutup tempat penampungan air 60 40,5
­  Membersihkan jentik nyamuk di tempat penampungan air 81 54,7
­  Memeriksa jentik nyamuk pada vas bunga 21 14,2%
­  Mengganti air pada pot tanaman setiap minggu 23 15,5%
­  Membuang air di bagian bawah pot tanaman 19 12,8%
­  Rutin memeriksa barang bekas dapat menampung air 68 45,9%
­ Membuang barang bekas 69 46,6%
­ Memeriksa jentik nyamuk di penampungan air kamar mandi 82 55,4%

Gambaran Praktik Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Wilayah Endemic DBD
20
P- ISSN: 2086-3071, E-ISSN: 2443-0900 Versi online:
Volume 9, Nomor 1, Januari 2018 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view

Tabel 4 13 Jenis Praktik Pencegahan DBD


Management Lingkungan N %
­  Memeriksa & membersihkan talang atap rumah saat musim 53 35,8%
hujan
­ Menggunakan kelambu atau obat nyamuk 63 42,6%
­ Berpartisipasi melakukan fogging 75 50,7%
­  Berpartisipasi dalam kampanye pencegahan DBD di 64 43,2%
lingkungan

Di Indonesia, pada tingkat didukung oleh penelitian Putri (2015)


nasional atau pun daerah dikenal yang menemukan bahwa menguras dan
beberapa program pengendalian DBD, menutup tempat penampungan air
yaitu: management lingkungan, sangat berhubungan dengan keberadaan
pengendalian biologis, pengendalian jentik nyamuk Aedes Aegypti. Sehingga
kimiawi, partisipasi masyarakat, diharapkan dengan managemen
perlindungan individu dan peraturan lingkungan dapat menurunkan jumlah
perundangan (Sukowati, 2010). jentik nyamuk selanjutnya menurunkan
Kegiatan 3M (Menguras, Menutup, insiden DBD dalam masyarakat. Akan
Menfaatkan kembali/ mendaur ulang) tetapi, keberhasilan pemberantasan
yang merupakan bagian dari PSN jentik nyamuk juga sangat tergantung
dipercaya efektif untuk penanggulangan kepada frekuensi pembersihan jentik
DBD (Tairas, 2015). Pemberantasan (Ananda & Hidayatullah, 2015).
sarang nyamuk dapat dilakukan melalui Penelitian ini memiliki kelemahan,
managemen lingkungan, pengendalian karena tidak mengkaji frekuensi
biologis, pengendalian kimiawi dengan responden dalam membersihkan jentik
didukung peran serta masyarakat secara nyamuk.
aktif. Pemberantasan sarang nyamuk Management lingkungan yang
merupakan cara yang paling efektif paling jarang dilakukan oleh mayoritas
dalam memberantas DBD. responden penelitian adalah memeriksa
Penelitian ini menunjukan, dari jentik nyamuk pada vas bunga (14,2%),
semua praktik pengendalian DBD yang mengganti air pada pot tanaman rutin
ada di masyarakat, responden penelitian setiap minggu (15,5%) serta membuang
banyak memilih tindakan terkait air di bagian bawah pot tanaman
managemen lingkungan. Dari 10 (12,8%). Tindakan-tindakan tersebut
management lingkungan, ada 2 praktik merupakan tindakan yang luput dari
yang dilakukan oleh lebih dari separuh perhatian para responden, padahal
responden, yaitu: membersihkan jentik tempat tersebut dapat menjadi tempat
nyamuk di tempat penampungan air berkembang biak nya jentik nyamuk
(54,7%) dan juga di kamar mandi demam berdarah.
(55,4%). Selain itu, management Walaupun management
lingkungan yang juga cukup banyak lingkungan dianggap paling efektif
dilakukan adalah rutin memeriksa untuk pemberantasan DBD, namun
barang bekas yang dapat menampung air pengendalian kimiawi masih merupakan
(46%) dan membersihkan talang atap pilihan yang disukai oleh banyak
rumah (34%). Hal ini positip, karena responden. Ditandai dengan

Gambaran Praktik Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Wilayah Endemic DBD
21
P- ISSN: 2086-3071, E-ISSN: 2443-0900 Versi online:
Volume 9, Nomor 1, Januari 2018 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view

ditemukannya 50,7% responden masih sehat, keberhasilan pemberantasan


memilih fogging sebagai alternative penyakit ini sangat ditentukan oleh
pemberantasan DBD. Hal ini cukup peran serta aktif masyarakat luas
memprihatinkan mengingat bahwa (Tairas, 2015).
penggunaan kimiawi dapat Terkait dengan partisipasi warga
menimbulkan resistensi vector di dalam kampanye pemberantasan
(Sukowati, 2010). Selain dari itu, DBD, pengetahuan warga tentang
pengasapan mempunyai dampak negatif pemantauan jentik nyamuk Aedes
terhadap lingkungan dan tubuh, karena Aegepty sangat penting (Chelvam &
dapat masuk ke dalam tubuh melalui Pinatih, 2017). Keberadaan jentik
jalan napas, pencernaan dan kulit nyamuk dipengaruhi oleh kemampuan
(Tairas, 2015). PSN (Pemberantasan warga mengidentifikasi jentik nyamuk
Sarang Nyamuk) terbukti lebih efektif (Sukowati, 2010). Walaupun, dari
dibandingkan fogging, selain itu juga penelitian terhadap kader Jumantik di
dianggap lebih mudah membasmi jentik masyarakat ditemukan bahwa tidak ada
nyamuk dibandingkan membasmi hubungan antara kemampuan memantau
nyamuk dewasa (Kemenkes, 2016). jentik dan angka bebas jentik (ABJ) di
Selain managemen lingkungan masyarakat (Azizah & Faizah, 2010).
dan pengendalian kimiawi, perlindungan Untuk itulah, penting secara aktif
individu secara lansung juga merupakan menggalakkan program 1 rumah 1
cara yang dipakai untuk pemberantasan jumantik yang berasal dari setiap rumah
DBD. Sebanyak 42,6% responden tangga, bukan hanya mengaktifkan
menggunakan kelambu dan obat nyamuk kader Jumantik yang harus mengawasi
untuk di rumah. Hal ini merupakan jentik di beberapa rumah. Dengan
bagian dari PSN 3M plus mengaktifkan keluarga untuk memiliki
(Kemenkes, 2016). Penggunaan jumantik di keluarga, harapannya
kelambu dan obat nyamuk akan program PSN dapat lebih maksimal.
mencegah masyarakat terhadap gigitan
nyamuk dewasa. SIMPULAN DAN SARAN
Peran serta masyarakat sangat
penting untuk mendukung keberhasilan Penelitian ini telah memberikan
program pemberantasan DBD. Dalam gambaran bahwa praktik pencegahan
penelitian ini didapatkan 43% responden DBD di masyarakat masih perlu
berpartisipasi dalam kampanye ditingkatkan. Masyarakat secara
pencegahan DBD. Hal ini sangat positif, keseluruhan harus berperan serta secara
mengingat pemerintah pun menggalakan aktif untuk melakukan upaya-upaya
peran serta masyarakat. Salah satunya, pencegahan. Upaya pencegahan yang
program 1 rumah untuk 1 jumantik (juru paling utama adalah pemberantasan
pemantau jentik) telah diperkenalkan sarang nyamuk. Hal ini dapat dilakukan
sejak Juni 2015 oleh kemenkes dengan managemen lingkungan.
(Kemenkes, 2016). Pemahaman Pemberantasan penyakit DBD
masyarakat yang terbatas merupakan sangat tergantung kepada praktik
faktor risiko terjadinya Kejadian Luar pencegahan yang dilakukan di
Biasa (KLB) DBD (Kemenkes, 2016). masyarakat. Pemberantasan ini dapat
Karena DBD merupakan penyakit yang dilakukan dengan menggunakan 3M
disebabkan oleh lingkungan yang tidak plus. Pada program 3M plus masih

Gambaran Praktik Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Wilayah Endemic DBD
24
P- ISSN: 2086-3071, E-ISSN: 2443-0900 Versi online:
Volume 9, Nomor 1, Januari 2018 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view

memprioritaskan dilakukannya Aspirator. 2010; Vol. 2 No. 2:


managemen lingkungan untuk 110-119.
penyelesaian masalah DBD. Chelvam, R., & Pinatih, I. G. N. I.
Pemberantasan sarang nyamuk dianggap Gambaran perilaku masyarakat
lebih efektif dalam upaya memberantas dalam pemberantasan sarang
penyakit DBD dibandingkan nyamuk demam berdarah dengue
penggunaan kimiawi karena akan (PSN DBD) dan kemampuan
menimbulkan resistensi pada vektor mengamati jentik di wilayah kerja
penyakit. Namun, fakta yang terjadi di Puskesmas BanjarangkanII.
masyarakat masih menunjukkan bahwa Intisari Sains Medis. 2017; Vol
kimiawi masih menjadi pilihan 8(3): 164-170.
masyarakat. Untuk itu, petugas Departemen Kesehatan. Profil
kesehatan masih perlu melakukan Kesehatan DKI Jakarta 2012.
kampanye pencegahan dan penyebaran 2013. Diunduh dari:
informasi tentang DBD secara aktif. www.depkes.go.id/resources/dow
nload/profil/PROFIL_KES_PRO
VINSI_2012/11%20Profil_Kes.Pr
DAFTAR PUSTAKA ov.DKIJakarta_2012.pdf
Dewi, N. P., & Azam, M. Faktor-Faktor
Ananda, A. F., & Hidayatullah, M. T. yang Berhubungan dengan
Pemberantasan Sarang Nyamuk Praktik PSN-DBD Keluarga di
Kelurahan Mulyoharjo. Public
Berkorelasi Positif dengan
Health Perspective Journal.2017;
Keberadaan Jentik di Kelurahan
Vol. 2(1): 80-88.
Bintaro Kota Mataram. Jurnal
Sangkareang Mataram. 2015; Vol. Informasi Pengendalian Penyakit dan
1(1): 54-58. Penyehatan Lingkungan. 2013.
Azizah & Faizah, 2010. Analisis Faktor Dirjen Pengendalian Penyakit
Dan Penyehatan Lingkungan
Resiko Kejadian Demam
Kementrian Kesehatan RI.
Berdarah Dengue di Desa
Mojosongo, Kabupaten Boyolali. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Fakultas Ilmu Kesehatan Johansson M.A., Dominici F., Glass,
G.E. Local and Global Effect of
Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Eksplanasi.Vol 5 (2):1- Climate on Dengue Transmission
3. in Puerto Rico. PLoS Neglected
Tropical Diseases, 2009; 3(2),
Cahyo, A. N., Satus, A., & Wibowo, H.
e382.
Gambaran Pelaksanaan PSN
(Pemberantasan Sarang Nyamuk) Kemenkes. Kendalikan DBD dengan
dengan 3M dalam Pencegahan PSN 3M plus. Februari 2016;
Penyakit DBD (Demam Berdarah diunduh 15 Desember 2017
www.depkes.go.id
Dengue) oleh Keluarga. Media
Kesehatan. 2015; Vol 1(1):1-7. Kemenkes. Kemenkes keluarkan surat
Candra, A. Demam Berdarah Dengue: edaran pemberantasan sarang
nyamuk DBD 1 rumah 1
Epidemiologi, Patogenesis, dan
Faktor Risiko Penularan. jumantik. Desember 2016.
Diunduh 15 Desember 2017
www.depkes.go.id

Gambaran Praktik Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Wilayah Endemic DBD
23
P- ISSN: 2086-3071, E-ISSN: 2443-0900 Versi online:
Volume 9, Nomor 1, Januari 2018 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view

Kemenkes. Dibanding fogging, PSN 3M Putri, I. A. Hubungan Tempat


plus lebih utama cegah DBD. Perindukan Nyamuk dan Perilaku
Februari 2016. Diunduh 15 Pemberantasan Sarang Nyamuk
Desember 2017 (PSN) dengan Keberadaan Jentik
www.depkes.go.id Aedes aegypti di Kelurahan
Kementrian Kesehatan RI. Modul Benda Baru Kota Tangerang
Pengendalian Demam Berdarah Selatan: Skripsi Universitas Islam
Dengue. 2011. Diunduh 15 Negeri Syarif Hidayatullah; 2015.
Desember 2017 Sukowati, S. Masalah vektor demam
dari:http://pppl.depkes.go.id/_asse berdarah dengue (DBD) dan
t/_download/manajemen%20DB pengendaliannya di Indonesia.
D_all.pdf Buletin Jendela Epidemiologi.
Kesmas Public Health Home. Karakter 2010; Vol. 2(1): 26-30.
Nymuk Demam Berdarah. Tairas, S. Analisis pelaksanaan
Kesmas Public Health Home. pengendalian Demam Berdarah
2016. Diunduh 15 Desember 2017 Dengue di Kabupaten Minahasa
http://www.indonesian- Utara. JIKMU. 2015; 5(1): 21-29.
publichealth.com/karakteristik- World Health Organization.
nyamuk-demam-berdarah/ Comprehensive Guidelines for
Lasut, W. L., Kaunang, W. P., & Ratag, Prevention and Control of Dengue
B. T. Faktor-faktor yang and Dengue Haemorrhagic fever.
Berhubungan dengan Praktik Revised and Expanded edition.
Pemberantasan Sarang Nyamuk 2011; India: SEARO Technical
Demam Berdarah Dengue Publication Series.
Masyarakat di Kelurahan Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi
Malalang I Kecamatan Malalang Kementrian Kesehatan RI. Buletin
Kota Manado. 2017;Media Jendela Epidemiologi. 2010; Vol
Kesehatan, Vol. 9(3): 1-15. 2(Agustus): 1-31.

Gambaran Praktik Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Wilayah Endemic DBD
24

You might also like