Professional Documents
Culture Documents
Alur Kerja Analisis gender (AKAJ) adalah alat buatan Indonesia untuk
melakukan analisis kebijakan yang berbasis gender yang dikembangkan oleh Bappenas
dan Kantor Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dengan bantuan dana dari CIDA.
melalui Women Support Project Tahap II (WSP II). AKAJ juga suatu methodologi
menyusun kebijakan dan perencanaan yang responsif gender. AKAJ mengacu kepada isu
kesenjangan gender – misalnya kesenjangan gender dalam hal akses dan kontrol
perempuan dan laki-laki atas sumber-sumber daya pembangunan – dan menggunakan
analisis gender untuk mengetahui mengapa terjadi kesenjangan gender agar diperoleh
upaya bagaimana memperkecil kesenjangan gender. Akaj mengajarkan bagaimana
merumuskan tujuan-tujuan kebijakan bekesetaraab gender serta memantau kemajuan
yang dicapai melalui indikator-indikator gender. Kekuatan AKAJ adalah meningkatkan
keterampilan para perencana dalam menyusun kebijjakan, perencanaan dan pemantauan –
serta memperlihatkan kepada mereka bagaimana mengarusutamakan gender ke dalam
tugas rutin mereka untuk mengurangi ketimpangan gender yang ada.
Tentu pula, sudah banyak training berjudul “gender training” level dasar yang diberikan
dari dan untuk pegiat kemanusian terutama LSM/NGOs/CSOs. Namun tidak banyak
training bagaimana melakukan pengarusutamaan gender dalam proyek dan program.
Langkah pertama pengarus utamaan gender adalah gender analisis (WHO, 2002: 2).
Bukan hal yang mudah bila sebuah lembaga atau staf pekerja kemanusiaan untuk
rekonstruksi tidak memiliki alat analisis gender planning yang baik. Oleh karena itu,
ringkasan alat analisis gender ini ditulis secara sederhana dalam bahasa Indonesia dan
ditujukan lebih pada para perencana proyek dan program pada level komunitas (mikro),
maupun makro.
Di samping itu, kegunaan lain adalah bisa dijadikan dasar kebijakan gender (gender
policy) pada institusi-institusi seperti masyarakat sipil, LSM, CBOs, NGOs, BRA,
pemerintahan dan sebagainya. Umumnya, kerangka analisis gender yang berbeda
digunakan untuk saling melengkapi demi menjawabi kebutuhan kebijakan lembaga dan
pembangunan kembali masyarakat Aceh.
C. Moser Framework