You are on page 1of 3

RIWAYAT KONSUMSI OBAT DENGAN PERUBAHAN FISIOLOGIS DAN

RIWAYAT JATUH?
1. Obat Hipertensi
 Diuretik : Hipokalemi & nyeri kepala
Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh
(lewat kencing) sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang
mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan. Contoh obat-obatan
yang termasuk golongan diuretik adalah Hidroklorotiazid. Efek samping yang
sering dijumpai adalah : hipokalemia dan hiponatremia (kekurang natrium
dalam darah) yang dapat mengakibatkan gejala lemas, hiperurisemia
(peningkatan asam urat dalam darah) dan gangguan lainnya seperti kelemahan
otot, muntah dan pusing. Pada penderita DM, Obat Golongan tiazid juga
dapat menyebabkan hiperglikemia karena mengurangi sekresi insulin.

 Alfa blocker : hipotensi ortostatik, pusing, lemah


 Beta blocker : bradikardia
Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya
pompa jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang telah
diketahui mengidap gangguan pernapasan seperti asma bronkial. Contoh obat-
obatan yang termasuk dalam golongan betabloker adalah : Metoprolol,
Propranolol dan Atenolol. Pada penderita diabetes melitus harus hati-hati,
karena dapat menutupi gejala hipoglikemia (kondisi dimana kadar gula dalam
darah turun menjadi sangat rendah yang bisa berakibat bahaya bagi
penderitanya). Pada orang tua terdapat gejala bronkospasme (penyempitan
saluran pernapasan) sehingga pemberian obat harus hati-hati.

 Antagonis Ca : hipotensi , gangguan penglihatan


 ACE inhibitor : hipotensi ortostatik, pusing, sesak
2. Obat DM
 Insulin : hipoglikemi
 Oral : hipoglikemi, vertigo
Sulfonilurea
Hipoglikemia dapat terjadi pada pasien yang tidak mendapat dosis tepat, tidak
makan cukup atau dengan gangguan fungsi hepar dan atau ginjal.

1
Kecenderungan hipoglikemia pada orang tua disebabkan oleh mekanisme
kompensasi berkurang dan asupan makanan yang cenderung kurang. Selain
itu, hipoglikemia tidak mudah dikenali pada oarang tua karena timbul perlahan
tanpa tanda akut (akibat tidak ada refleks simpatis) dan dapat menimbulkan
disfungsi otak sampai koma. Gejala susunan saraf pusat yang lain berupa
vertigo, konfusio / bingung, ataksia dan sebagainya

3. Obat Rematik
 Alopurinol
Alopurinol adalah obat penyakit pirai (gout) yang dapat menurunkan kadar
asam urat dalam darah. Alopurinol bekerja dengan menghambat xantin
oksidase yaitu enzim yang dapat mengubah hipoxantin menjadi xantin,
selanjutnya mengubah xantin menjadi asam urat. Dalam tubuh Alopurinol
mengalami metabolisme menjadi oksipurinol (alozantin) yang juga bekerja
sebagai penghambat enzim xantin oksidase. Mekanisme kerja senyawa ini
berdasarkan katabolisme purin dan mengurangi produksi asam urat, tanpa
mengganggu biosintesa purin. Efek sampingnya yaitu Reaksi hipersensitivitas
:ruam makulopapular didahului pruritus, urtikaria, eksfoliatif dan lesi purpura,
dermatitis, nefritis, faskulitis dan sindrome poliartritis. Demam, eosinofilia,
kegagalan hati dan ginjal, mual, muntah, diare, rasa mengantuk, sakit kepala
dan rasa logam. Pemberian Alopurinol bersama dengan azatioprin,
merkaptopurin atau siklotosfamid, dapat meningkatkan efek toksik dari obat
tersebut. Jangan diberikan bersama-sama dengan garam besi dan obat diuretik
golongan tiazida. Dengan warfarin dapat menghambat metabolisme obat di
hati.

Obat Jantung
 β –Bloker : hipotensi, bradikardi, rasa lelah
Penggunaan β –bloker banyak digunakan untuk terapi gagal jantung
kronik. β –bloker bekerja terutama dengan menghambat efek merugikan
dari aktivitas simpatis pada pasien gagal jantung, dan efek ini jauh lebih
menguntungkan dibandingkan efek inotropik negatifnya. Pada gagal
jantung yang mengalami pengaktivan adalah sistem RAA nya yang dapat
menyebabkan hipertrofi miokard melalui efek vasokontriksi perifer hingga

2
terjadi iskemia miokard. Pemberian β –bloker pada gagal jantung akan
mengurangi kejadian iskemia miokard, mengurangi stimulasi sel-sel
automatik jantung dan efek aritmia lainnya. β –bloker juga menghambat
pelepasan sistem RAA yang dapat menurunkan resiko hipertrofi miokard.
namun pemberian β –bloker harus diberikan dengan dosis rendah dan
ditingkatkan secara perlahan-lahan agar dosis target dan penyesuaian pada
tubuh dapat berjalan. Pemakaian yang tidak sesuai dengan dosis target
dapat berhubungan dengan gejala awal dengan terapi β –bloker dimana
terdapat gejala hipotensi, retensi cairan, bradikardi dan rasa lelah.

You might also like