You are on page 1of 9

TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

REFLEKSI KASUS
COLITIS

Diajukan Kepada:
dr. MA Budi Prawati, Sp.Rad

Disusun oleh :
Anugrah Akbar Pambudi – 20154011140
Nandamia Rochmah – 20154011064

BAGIAN ILMU RADIOLOGI RS JOGJA


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017
A. KASUS
Seorang pasien perempuan usia 55 tahun datang ke IGD RSUD Yogyakarta dengan keluhan
nyeri seluruh lapang perut sejak ±1 hari yang lalu. Nyeri dirasakan terus menerus disertai dengan
BAB lendir dan keluar gumpalan darah sebesar 2 ruas jari dari anus <10 kali. Demam (-), Mual
(-), Muntah (-), BAK dbn. Sebelumnya pasien pernah mengalami keluhan nyeri perut bagian kiri
atas hingga bawah, dan disertai BAB lendir ±3 bulan yang lalu, pasien sudah sempat berobat,
dan keluhan menghilang. Pasien memiliki riwayat susah BAB dan BAB keras. Keluarga pasien
tidak ada yang menderita penyakit serupa. Kemudian direncanakan untuk dilakukan pemeriksaan
Colon in Loop untuk menunjang diagnosis.
Hasil Colon in Loop:

B. TOPIK MASALAH
1. Apa saja yang perlu dipersiapkan pada pemeriksaan Colon In Loop?
2. Bagaimana cara melakukan pemeriksaan Colon In Loop?
3. Bagaimana interpretasi hasil Colon In Loop tersebut?

C. PEMBAHASAN
1. Teknik pemeriksaan Colon in Loop adalah teknik pemeriksaan secara radiologis dari usus
besar dengan menggunakan media kontras. Tujuan pemeriksaan Colon in Loop adalah
untuk mendapatkan gambaran anatomis dari colon sehingga dapat membantu menegakkan
diagnosa suatu penyakit atau kelainan-kelainan pada colon.
Indikasi
a) Colitis, adalah penyakit-penyakit inflamasi pada colon, termasuk didalamnya colitis
ulseratif dan colitis crohn.
b) Carsinoma atau keganasan.
c) Divertikel, merupakan kantong yang menonjol pada dinding colon, terdiri atas lapisan
mukosa dan muskularis mukosa.
d) Mega colon adalah suatu kelainan konginetal yang terjadi karena tidak adanya sel
ganglion dipleksus mienterik dan sub mukosa pada segmen colon distal. Tidak adanya
peristaltic menyebabkan feases sulit melewati segmen agangglionik, sehingga
memungkinkan penderita untuk buang air besar 3 minggu sekali.
e) Obstruksi atau Illeus adalah penyumbatan pada daerah usus besar.
f) Invaginasi adalah melipatnya bagian usus besar ke bagian usus itu sendiri.
g) Stenosis adalah penyempitan saluran usus besar.
h) Volvulus adalah penyumbatan isi usus karena terbelitnya sebagian usus ke bagian usus
yang lain.
i) Atresia adalah tidak adanya saluran dari colon yang seharusnya ada.
j) Intussusepsi adalah gangguan mekanis pada bayi yang sering disebabkan oleh cacat
kelahiran dimana adanya pembesaran saluran usus didaerah distal, biasanya didaerah
illeus.
Kontra Indikasi Colon In Loop
a) Perforasi, terjadi karena pengisian media kontras secara mendadak dan dengan tekanan
tinggi, juga terjadi karena pengembangan yang berlebihan.
b) Obstruksi akut atau penyumbatan.
Persiapan Pasien
a) Tujuan persiapan pasien sebelum dilakukan pemeriksaan Colon in Loop adalah untuk
membersihkan colon dari feases, karena bayangan dari feases dapat mengganggu
gambaran dan menghilangkan anatomi normal sehingga dapat memberikan kesalahan
informasi dengan adanya filling defect.
b) Menurut Rasad (1999), prinsip dasar pemeriksaan Colon in Loop memerlukan
beberapa persiapan pasien, yaitu :
- Mengubah pola makanan pasien
- Makanan hendaknya mempunyai konsistensi lunak, rendah serat dan rendah lemak
untuk menghindari terbentuknya bongkahan-bongkahan tinja yang keras (48 jam
sebelum pemeriksaan)
- Minum sebanyak-banyaknya
- Absorbi air terbanyak terjadi pada kolon, dengan pemberian air minum yang banyak
dapat menjaga tinja selalu dalam keadaan lembek
- Pemberian obat pencahar
- Apabila kedua hal diatas dijalankan dengan benar, maka pemberian obat pencahar
hanya sebagai pelengkap saja. Pencahar mutlak diberikan pada pasien dengan
keadaan : rawat baring yang lama, sambelit kronis, orang tua (18 jam sebelum
pemeriksaan dan 4 jam sebelum pemeriksaan)
- Seterusnya puasa sampai pemeriksaan agar kolon kosong sehingga gambaran
anatomi dari kolon terlihat dengan jelas
- 30 menit sebelum pemeriksaan pasien diberi sulfas atrofin 0,25–1mg/oral untuk
mengurangi pembentukan lendir
- 15 menit sebelum pemeriksaan pasien diberi injeki obat yang menunkan peristaltic
usus sehingga saat mamasukan barium tidak dikeluarkan kembali.
Persiapan Alat
Pesawat x – ray siap pakai, Kaset dan film sesuai dengan kebutuhan, Marker , Standar
irigator dan irigator set lengkap dengan kanula rectal, Vaselin atau jelly, Sarung tangan,
Penjepit atau klem, Kassa, Bengko, Apron, Plester, Tempat mengaduk media kontras.
Persiapan Bahan
a) Media kontras, yang sering dipakai adalah larutan barium dengan konsentrasi antara
12-25% W/V untuk kontras tunggal dan 70 – 80 % W/V (Weight /Volume) untuk
kontras ganda. Banyaknya larutan (ml) tergantung pada panjang pendeknya colon,
kurang lebih 600 – 800 ml
b) Air hangat untuk membuat larutan barium
c) Vaselin atau jelly, digunakan untuk menghilangi rasa sakit saat kanula dimasukkan
kedalam anus.

2. Cara melakukan Colon In Loop


b. Tahap pengisian: pengisian larutan barium ke dalam lumen kolon melalui anus sampai
fleksura lienalis atau pertengahan kolon transversum (banyaknya tergantung panjang
pendeknya kolon, umumnya 600 – 800ml). Bagian kolon yang belum terisi dapat diisi
dengan mengubah posisi penderita dari supine menjadi right decubitus.
c. Tahap pelapisan: dengan menunggu 1 -2 menit, larutan barium mendapatkan
kesempatan untuk melapisi mukosa kolon dengan sempurna.
d. Tahap pengosongan: sisa larutan barium dalam lumen kolon dibuang sebanyak yang
dapat dikeluarkan dengan memiringkan penderita ke kiri (left decubitus) dan
menegakkan meja pemeriksa (upright).
e. Tahap pengembangan (pada double contrast): dipompakan udara ke dalam lumen
kolon (setelah pasien BAB) sehingga seluruh kolon mengembang sempurna. Jangan
sampai terjadi pengembangan berlebihan karena akan menimbulkan komplikasi, seperti
perforasi dan refleks vagal.
f. Tahap pemotretan: dilakukan pemotretan atau eksposure radiografik dengan posisi
tergantung pada bentuk kolon dan atau kelainan yang ditemukan. Umumnya dilakukan
pemotretan bagian – bagian tertentu dari kolon, dan overall – view dari kolon.

1. Intepretasi hasil :

Colon In Loop:
 Passage kontras kurang lancar. Kontras mengisi rectum hingga ileum distal.
 Tampak penyempitan berat (kurang lebih separuh lumen) pada colon recto sigmoid
dengan tepi irreguler yang menetap pada beberapa posisi sampai double contrast.
 Tak jelas gambaran shoulder sign, apple core.
 Colon bagian lain kaliber normal, dinding licin, haustraedan incisura baik.
Kesan: Penyempitan rectosigmoid dengan irregularitas
DD : 1. Colitis berat
2. Massa / malignancy
Saran : Colonospy k/p dengan biopsi.
Tinjauan Pustaka

Inflammatory Bowel Disease (IBD) adalah penyakit inflamasi yang melibatkan saluran cerna
dengan penyebab pastinya sampai saat ini belum diketahui jelas. Secara garis besar IBD terdiri
dari 3 jenis, yaitu kolitis ulseratif, penyakit Crohn, dan bila sulit membedakan kedua hal tersebut,
maka dimasukkan dalam kategori indeterminate colitis.1 Kolitis ulseratif ditandai dengan adanya
eksaserbasi secara intermitten dan remisinya gejala klinik.

Colitis adalah penyakit inflamasi pada colon yang menyebabkan:

1. Perubahan mukosa  hilangnya struktur linea innominata, granuler, timbunya ulsera (halo
sign, bulls-eye, target lesion)

2. perubahan dinding  hilang/berkurangnya haustrae, kekakuan dan keracunan dinding, lumen


menyempit, dan pemendekan kolon.

Colitis ulseratif dan Chron disease

Chron  terbanyak di kolon sisi kanan dan ileum terminal. Perubahan chron bersifat terbatas dan
asimetris. Komplikasi tersering berupa fistulasi, abses, dan massa tumor.

Colitis  dimulai dari rectum kearah proksimal. Mukosanya memperlihatkan gambaran granuler
dengan bintik-bintik halus barium diantaranya. Perubahan mukosa ini bersifat merata dan
simetris.

Gejala klinis

 Gejala utama kolitis ulseratif adalah diare berdarah dan nyeri abdomen, seringkali dengan
demam dan penurunan berat badan pada kasus berat. Pada penyakit yang ringan, bisa
terdapat satu atau dua feses yang setengah berbentuk yang mengandung sedikit darah dan
tanpa manifestasi sistemik.

 Derajat klinik kolitis ulseratif dibagi atas berat, sedang dan ringan berdasarkan klasifikasi
Truelove and Witts’. Perjalanan penyakit kolitis dapat dimulai dengan serangan pertama
yang berat ataupun dimulai ringan yang bertambah berat secara gradual setiap minggu.
Berat ringannya serangan pertama sesuai dengan panjangnya kolon yang terlibat.
Activity Mild Moderate Severe

Number of bloody <4 4–6 >6


stools per day (n)

Temperature (ºC) Afebrile intermediate >37.8

Heart rate Normal intermediate >90

Haemoglobin >11 10.5 – 11 <10.5

Erytrhrocyte <20 20 – 30 >30


sedimentation rate
(mm/h)

Pemeriksaan Colon In Loop pada Colitis Ulseratif


Colon In Loop merupakan pemeriksaan rutin yang dilakukan apabila ada kelainan pada
kolon. Sebelum dilakukan pemeriksaan Colon In Loop maka persiapan saluran cerna merupakan
pendahuluan yang sangat penting. Persiapan dilakukan selama 2 hari berturut-turut dengan
memakan makanan rendah serat atau rendah residu, tetapi minum air putih yang banyak. Apabila
diperlukan maka dapat diberikan laksatif peroral.

Pemeriksaan Colon In Loop dapat dilakukan dengan teknik kontras tunggal (single contrast)
maupun dengan kontras ganda (double contrast) yaitu barium sulfat dan udara. Teknik double
contrast sangat baik untuk menilai mukosa kolon dibandingkan dengan teknik single contrast,
walaupun prosedur pelaksanaan teknik double contrast cukup sulit. Colon In Loop juga merupakan
kelengkapan pemeriksaan endoskopi atas dugaan pasien dengan kolitis ulseratif.

Gambaran foto Colon In Loop pada kasus dengan kolitis ulseratif adalah mukosa kolon yang
granuler dan menghilangnya kontur haustra serta kolon tampak menjadi kaku seperti tabung.
Perubahan mukosa terjadi secara difus dan simetris pada seluruh kolon. Lumen kolon menjadi
lebih sempit akibat spasme. Dapat ditemukan keterlibatan seluruh kolon. Tetapi apabila ditemukan
lesi yang segmental maka rektum dan kolon kiri (desendens) selalu terlibat, karena awalnya kolitis
ulseratif ini mulai terjadi di rektum dan menyebar ke arah proksimal secara kontinu. Jadi rektum
selalu terlibat, walaupun rektum dapat mengalami inflamasi lebih ringan dari bagian proksimalnya.
Pada keadaan di mana terjadi pan-ulseratif kolitis kronis maka perubahan juga dapat terjadi di
ileum terminal. Mukosa ileum terminal menjadi granuler difus dan dilatasi, sekum berbentuk
kerucut (cone-shaped caecum) dan katup ileosekal terbuka sehingga terjadi refluks, yang disebut
backwash ileitis. Pada kasus kronis, terbentuk ulkus yang khas yaitu collar-button ulcers. Pasien
dengan kolitis ulseratif juga menanggung resiko tinggi menjadi adenokarsinoma kolon.

D. REFERENSI
Choon-Jin O. Inflammatory Bowel Disease. In: Guan R et al., editors. Management of
Common Gastroenterological Problems: A Malaysia & Singapore Perspective. 4th ed.
Singapore: Ezyhealth (Singapore) Pte Ltd.; 2006. p. 116-22.
Djojoningrat D. Inflammatory Bowel Disease: Alur Diagnosis dan Pengobatannya di
Indonesia. Dalam: Sudoyo AW dkk, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I.
Edisi ke-4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2006.
hal. 386-90.
Glickman RM. Penyakit Radang Usus (Kolitis Ulseratif dan Penyakit Crohn). Dalam: Asdie
AH. Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Volume 4. Edisi ke-13. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC;2000.
Sjahriar R. Radiologi Diagnostik. Edisi ke-2. Jakarta: Balai penerbit FK UI. 2009.

Yogyakarta, 19 Januari 2017


Dokter Pembimbing,

dr. MA Budi Prawati, Sp.Rad.

You might also like