You are on page 1of 4

K.

Para Pihak Dalam Perjanjian Pemberian Hak Tanggungan

Dalam perjanjian pemberian hak tanggungan ada 2 (dua) pihak yang saling berhadapan, yaitu
kreditur, setelah pemberian hak tanggungan disebut pemegang hak tanggungan dan pihak pemberi hak
tanggungan yang bisa debitur sendiri atau pihak ke tiga.

1. Pemberian Hak Tanggungan


Dalam Pasal 8 disebutkan bahwa “ pemberi hak tanggungan adalah orang perseorangan
atau badan hokum yang mempunyai kewenangan untuk melakukan perbuatan hukumterhadap
objek hak tanggungan yang bersangkutan”

Penyebutan “orang perseorangan” atau “badan hokum” berlebihan, dalam pemberian


hak tanggungan objek yang dijaminkan adalah tanah, yang bisa mempunyai hak atas tanah
adalah baik orang perseorangan maupun badan hokum.

Bahwa pemberi hak tanggungan harus mempunyai kewenangan untuk mengambil


tindakan hokum atas objek yang di jaminkan adalah kurang lengkap, tindakan menjaminkan
merupakan tindakan pemilikan (bukan pengurusan), jadi lebih baik disebutkan bahwa syaratnya
adalah pemberi hak tanggungan harus mempunyai kewenangan tindakan pemilikan atas benda
jaminan.

Kewenangan tindakan pemilikan itu baru disyaratkan pada saat pendaftaran hak
tanggungan, bahwa orang menjanjikan hak tanggungan pada saat benda yang akan di jaminkan
belum menjadi miliknya, pada saat pendaftaran hak tanggungan benda jaminan telah menjadi
miloik pemberi hak tanggungan.

2. Penerima/Pemegang Hak tanggungan.


Penerima hak tanggungan , yang sesudah pemasangan hak tanggungan akan menjadi pemegang
hak tanggungan adalah juga debitur dalam perikatan pokok, juga bisa orang perseorangan
maupun badan hukum, di sini tidak ada kaitannya dengan syarat pemilikan tanah.

L. AKTA PEMBERIAN HAK TANGGUNGAN


Pemberian hak tanggungan harus di tuangkan dala akta Pejabat Pembuat Akta Tanah,
bahwa ketentuan tersebut merupakan ketentuan hokum yang bersifat memaksa. Yang di
buktikan pada pasal 44 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 yang nenyatakan tentang
“jika dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah yang berwenang”.
1. Yang wajib di muat dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan
Dalam pasal 11 ayat 1 Undang-Undang hak tanggungan di katakana yang wajib dicantumkan
dalam akta APHT adalah:
- Nama danidentitas para pihak
- Domisili para pihak atau domisili pilihan bagi mereka yang berdomisili di luar negeri.
- Penyebutan jelas utang yang di jamin.
- Nilai tanggungan.
- Uraian mengenai objek hak tanggungan.
Bahwa nama dan identitas para pihak dalam perjanjian pemberian hak tanggungan
adalah suatu syarat yang logis, tanpa adanya identitas yang jela maka PPAT tidak akan tahu siapa
yang menghadap padanya.

Jika tidak ada keterangan domisili para pihak, bagaimana bisa tahu di mana debitur
harus melaksanakan kewajibannya dan di mana gugatan kreditur harus di majukan.

Menjelaskan penyebutan hutang, untuk di berikan jaminan merupakan konsekuensi dari


kedudukan perjanjian pemberian jaminan sebagai perjanjian yang accessoir pada suatu
perjanjian pokok. Berpindah dan berakhirnya tergantung perjanjian pokok.

Nilai tanggungan adalah besarnya beban tanggungan yang di pasang (yang menindih)
benda jaminan, yang merupakan batas maksimum kreditur pemegang hak tanggungan atas hasil
eksekusi objek hak tanggungan yang bersangkutan.

Uraian tentan objek hak tanggungan berkaitan erat sengan asas spesialis hak
tanggungan, agar orang dapat mengetahui dengan pasti benda mana yang sedang memikul
tanggungan, besarnya tanggungan, identitas para pihak, dan perjanjin pokok nya.

2. Yang Dapat di Cantumkan dalam APHT


Janji-janji yang di maksud sebagai upaya kreditor untuk dapat mencegah agar objek
jaminan tetap mempunyai nilai yang tinggi, khususnya nanti pada waktu eksekusi. Oleh karena
itu sedapat mungkin semua kemungkinan mundurnya nilai objek jaminan, sebagai akibat dari
ulahnya pemberi jaminan atau karena suatu mala petaka, diantisipasi.
a. Janji sewa.
Dalam pasal 12 ayat (2) Undang-undang Hak tanggungan disebut sebagai :
“Janji yang membatasi kewenangan pemberi hak tanggungan untuk menyewakan objek
hak tanggungan dan/atau menentukan atau mengubah jangka waktu sewa dan/atau
menerima uang muka,kecuali dengan persetujuan tertulis terlebih dahulu daripemberi
hak tanggungan”.

Seperti apa yang dikatakan pasal 1185 KUHPerdata agar berlaku terhadap pihak ketiga
,namun karena ketentuan tersebut “ dalam akta pemberian hak tanggungan,maka oleh
pembuat undang-undang (pasal 13 undang-undang hak tanggungan).dengan pendaftaran
tentunya diberikan akibat berlaku terhadap pihak ketiga”.

b. Janji untuk tidak mengubah bentuk atau susunan objek jaminan.


Ketentuan tentang larangan “ perubahan bentuk atau susunan objek jaminan” tertuju
kepeada bentuk atau susunan suatu bangunan atau gedung,atau karya seni. Tentunya
merupakan tindakan yang sengaja diambil yang bisa membawa akibat lebih baik atau lebih
buruk. Mengantisipasi kemungkinan perubahan yang menjadikan objek jaminan
menjaiturun nilai jualnya, maka kreditur pemegang hak tanggungan diberikan kesempatan
untuk memperjanjika bahwa pemberi jaminan tidakakan melakukan perubahan bentuk
maupun susunan objek jaminan, kecuali ada izin tertulis dari pemegang jaminan.

c. Hak mengelolah objek hak tanggungan.h


Karena objek hak tanggungan pada pokoknya adalah tanah dan benda-benda yang
berkaitan dengan tanah seperti bangunan, tanaman dan karya seni maka janji pengelolaan
hak tanggungan mestinya tertuju kepada gedung yang dikomersialkan atau suatu
perkebunan. Hak pengelolaan bisa muncul, selain kalau diperjanjiakan juga sesudah debitur
wanprestasi dan dengan syarat harus ada penetapan ketua pengadilan. Jadi, disatu pihak
debitur berkepentingan, bahwa objek jaminan tetap mempunyai nilai tinggi dan untuk itu
masih adakala nya status objek jaminan masih tetap memberikan hasil yang baik misalnya
sebuah hotel, bisa membantu tercapainya pengharapan kreditur, akan tetapi dilain pihak
hal seperti itu sangat mengurangi hak pemilik jaminan.

d. Janji penyelamatan.
Dalam pasal 11 ayat (2d) undang-undang hak tanggungan di katakan:
“janji yang memberikan kewenangan kepada peme-gang Hak Tanggungan untuk
menyelamatkan obyek Hak Tanggungan, jika hal itu diperlukan untuk pelaksanaan eksekusi
atau untuk mencegah menjadi hapusnya atau dibatalkannya hak yang menjadi obyek Hak
Tanggungan karena tidak dipenuhi atau dilanggarnya ketentuan undang-undang”.

Klausula/Janji penyelamatan, diperlukan oleh pemegang hak tanggungan, karena ada


kemungkinan,kalau pemberi hak tanggungan, yang kebetulan adalah pihak-ketiga, merasa
bahwa hutang debitur sudah tidak bisa dipenuhi oleh debitur dan nilai objek jaminan tidak jauh
berbeda—apalagi kalau kurang dari jumlah taghan kreditur.
Klausula/janji penyelamatan, sekalipun di negeri Belanda tidak diatur dalam undang-
undang, namun dalam praktek Notaris sudah tidak di perjanjikan.

You might also like