You are on page 1of 5

Materialitas

FASB (Financial accounting standards board) mendefinisikan materialitas


(materiality) sebagai: “Besarnya suatu pengabaian atau salah saji informasi Akuntansi
yang diluar keadaan disekitarnya, memungkinkan bahwa pertimbangan seseorang
yang bergantung pada informasi tersebut akan berubah atau terpengaruh oleh
pengabaian atau salah saji tersebut”.
Materialitas digunakan untuk membuat dan mengaudit laporan keuangan
materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan (materialitas yang
menyeluruh) sering kali dijelaskan, misalnya dalam kerangka pelaporan keuangan.

Materialitas Untuk Laporan Keuangan Secara Menyeluruh


Materialitas untuk laporan keuangan secara menyeluruh (overall materiality)
didasarkan atas persepsi Auditor mengenai kebutuhan informasi keuangan dari
pemakai laporan keuangan.ini (umumnya dan seharusnya) di tetapkan sebesar angka
materialitas yang digunakan pembuat laporan keuangan. Dengan kearifan
profesionalnya (professional judgment), Auditor akan menetapkan materialitas pada
angka salah saji tertinggi yang tidak akan berdampak pada keputusan ekonomis yang
dibuat pemakai laporan keuangan.
Sekali ditetapkan ,angka overall materiality menjadi salah satu faktor yang
pada akhirnya menjadi ukuran yang dipakai untuk menilai sukses atau gagalnya
Audit.misalnya overall materiality yang ditetapkan sebesar Rp
20.000.000.jika,sesudah melaksanakan audit : Tidak ada salah saji yang ditemukan
,sehingga auditor memberikan pendapat WTP (wajar tanpa pengecualian) Beberapa
salah saji yang kecil-kecil ( immaterial) di temukan dan tidak dikoreksi auditor
memberikan pendapat WTPSalah saji yang tidak dikoreksi melampaui angka
materialitas (Rp 20.000.000) di temukan ,dan manajemen tidak bersedia
mengoreksinya-auditor memberikan pendapat WDP (wajar dengan pengecualian
qualified opinion) atau pendapat TW (tidak wajar qualified, adverse opinion) harus
diberikanAda salah saji yang tidak dikoreksi melampaui angka materialitas (Rp
20.000.000) di dalam laporan keuangan, tetapi tidak ditemukan auditor –auditor
secara keliru memberikan pendapat WTP.
Auditor kadang tergoda untuk menurunkan angka overall materiality ketika
beresiko salah saji yang material dinilai tinggi. Ini tidak benar, overall materiality
menjawab kebutuhan pemakai laporan keuangan,dan bukan tingkat risiko audit risk.
Jika risiko audit merupakan factor dalam menetapkan overall materiality,maka risiko
audit yang tinggi menyebabkan angka overall materiality untuk entitas lain yang
berukuran sama tetapi risiko auditnya rendah. Jika kita mengasumsikan bahwa
informasi yang dibutuhkan pemakai laporan keuangan adalah sama,apapun risiko
auditnya,penetapan overall materiality pada angka rendah menyebabkan auditor :
Memberikan (kepada pemakai laporan keuangan )ekspektasi bahwa salah saji yang
kecil-kecil sekalipun,akan terungkap dalam audit ini Pekerjaan audit tambahan untuk
memastikan rsisko audit diturunkan ke tingkat rendah yang di anggap tepat oleh
auditor. Verall materiality ditetapkan sehubungan dengan kebutuhan pemakai
laporan keuangan ,angka overall materiality tidak diubah sebagai akibat temuan audit
dan perubahan dalam risiko yang dinilai (assessed risks).overall materiality harus
dimuktahirkan (updated) ketika auditor mengetahui adanya informasi yang
menyebabkan penetapan angka materialitas seharusnya berbeda dari apa yang
ditetapkan semula.
Pada penyelesaian audit,overall materiality akan digunakan untuk
mengevaluasi dampak salah saji yang tidak teridentifikasi dalam laporan keuangan
dan tepatnya pendapat auditor.

Menentukan Materialitas Pelaksanaan


1. Menentukan materialitas
 Overall materiality
Didasarkan atas persepsi auditor mengenai kabutuhan pemakai laporan
keuangan. Auditor bisa memberikan asumsi mengenai pemakai laporan
keuangan.
 Specific materiality
Tingkat salah saji terkait dengan jenis transaksi, saldo akun yang secara
wajarnya dapat mempengaruhi keputusan ekonomis pemakai.
 Performance materiality
Ditetapkan lebih rendah sehingga menambah lebih banyak pekerjaan
auditor dan resiko yang di berikan kepada auditor relatif relatif rendah
(pengaman).
2. Materialitas dalam perencanaan dan penilaian resiko
Menentukan berbagai tingkat materialitas merupakan unsur kunci dalm proses
perencanaan. Penentuan tingkat materialitas bukanlah tahapan yang berdiri sendiri
atau terpisah dari tahapan lainnya melainkan proses yang berkesinambungan dari
satu tahap ke tahap berikutnya hingga akhir audit selesai.
3. Materialitas dalam pelaksanaan prosedur audit
Auditor harus menggunakan materialitas ketika menentukan sifat, waktu,
pelaksanaan dan luasnya prosedur audit. Gunakan materialitas untuk :
a. Mengidentifikasi prosedur audit selanjutnya
b. Menentukan item mana yang harus dipilih
c. Membantu menentukan banyaknya sampel
d. Mengevaluasi RSE untuk menentukan salah saji yang ada
e. Mengevaluasi seluruh kesalahan
f. Menilai hasil prosedur audit

Risiko Audit
Menurut SA Seksi 312 Risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan
Audit, risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari,tidak
memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporankeuangan yang
mengandung salah saji material. Semakin pasti auditor dalam menyatakan
pendapatnya, semakin rendah risiko audit yang auditor bersediauntuk
menanggungnya.Auditor merumuskan suatu pendapat atas laporan keuangan sebagai
keseluruhan atas dasar bukti yang diperoleh dari verifikasi asersi yang berkaitan
dengan saldo akun secara individual atau golongan transaksi. Tujuannya adalah
untuk membatasi risiko audit pada tingkat saldo akun sedemikian rupa sehinggapada
akhir proses audit, risiko audit dalam menyatakan pendapat atas laporan keuangan
sebagai keseluruhan akan berada pada tingkat yang rendah.

Komponen-Komponen Model Risiko Audit


Risiko audit terdiri dari tiga komponen yaitu;
1. Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo rekening atau golongan transaksi
suatu salah saji yang material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat kebijakan dan
prosedur struktur pengendalian intern terkait perhitungan tentang risiko bawaan
membutuhkan pertimbangan tentang berbagai hal yang bisa berpengaruh
terhadap asersi-asersi dari semua atau banyak rekening dan hal-hal yang
berhubungan hanya dengan asersi-asersi untuk rekening tertentu.

2. Risiko pengendalian adalah fungsi dari keefektifan kebijakan dan prosedur


struktur pengendalian intern klien. Keefeektifan pengendalian intern atas suatu
asersi akan mengurangi risiko pengendalian, sebaiknya ketidakefektifan
pengendalian intern akan meningkatkan risiko pengendalian.Risiko pengendalian
tidak akan pernah mencapai nol, karena pengendalian intern tidak bisa menjamin
sepenuhnya bahwa semua salah saji material akan dapat dicegah atau dideteksi
Contoh; pengendalian bisa menjadi tidak efektif pada saat-saat tertentu karena
kesalahan manusia misalnya karena ketidaktelitian atau karena kelelahan.

3. Risiko Deteksi. Risiko deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak dapat
mendeteksi salah saji material yang terdapat dalam suatu asersi. Risiko deteksi
adalah suatu fungsi dari keefektifan prosedur auditing dan penerapannya
oleh auditor. Tingkat risiko deteksi sesungguhnya bisa diubah oleh auditor
dengan memodifikasi sifat, saat, dan luas pengujian substantif yang dilakukan
untuk setiap asersi. Penggunaan prosedur yang lebih efektif akan menghasilkan
tingkat risiko deteksi yang lebih rendah dibandingkan dengan pemakaian
prosedur yang kurang efektif.
Menilai Risiko Inheren
Pencantuman risiko inheren dalam model risiko audit berarti bahwa auditor
harus berupaya untuk memprediksikan di manakah letak probabilitas salah saji yang
paling banyak terjadi serta probabilitas salah saji yang paling sedikit terjadi dalam
berbagai segmen laporan keuangan.
 Faktor-faktor yang mempengaruhi iheren
Beberapa faktor utama pada saat melakukan penilaian atas resiko inheren
adalah :
1. Sifat bisnis klien
2. Temuan-temuan audit yang diperoleh dari audit-audit sebelumnya
3. Penugasan awal versus penugasan ulangan
4. Pihak-pihak terkait
5. Berbagai transaksi nonrutin
6. Pertimbangan yang diperlukan untuk mengoreksi pencatatan berbagai saldo
dan transaksi akun
7. Penyusun populasi

 Membuat Keputusan Risiko Inheren


Auditor harus mengevaluasi semua informasi yang dapat mempengaruhi tingkat
risiko inheren serta memutuskan suatu tingkat risiko inheren yang tepat bagi setiap
siklus, akun, dan dalam banyak situasi bagi setiap tujuan audit pula.

 Memperoleh Informasi untuk Menilai Risiko Inheren


Para auditor memulai penilaian mereka atas risiko inheren selama fase
perencanaan serta akan memperbaharui penilaian tersebut sepanjang penugasan audit.
Pada saat auditor melakukan beraneka jenis pengujian dalam suatu penugasan audit,
maka ia akan memperoleh tambahan informasi yang seringkali pula akan
mempengaruhi tingkat penilaian awal.

You might also like