You are on page 1of 5

Dasar Teori

Salah satu ciri dari makhluk hidup adalah bergerak. Secara umum gerak dapat diartikan
berpindah tempat atau perubahan posisi sebagian atau seluruh bagian dari tubuh makhluk hidup.
Makhluk hidup akan bergerak bila ada impuls atau rangsangan yang mengenai sebagian atau
seluruh bagian tubuhnya. Setiap makhluk hidup (organisme) mampu menerima dan menanggapi
rangsangan yang disebut iritabilitas. Salah satu bentuk tanggapan yang umum dilakukan berupa
gerak. (Lawrence, 1991).

Gerak merupakan salah satu ciri makhluk hidup yang bertujuan untuk melaksanakan aktivitas
hidupnya. Gerak yang terjadi pada tumbuhan berbeda dengan gerak yang dilakukan hewan dan
manusia. Gerak pada tumbuhan bersifat pasif. Selain itu gerak pada tumbuhan merupakan respon
terhadap rangsangan dari lingkungan dan akibat adanya pertumbuhan (Kadaryanto, 2006).

1. Gerak pada hewan


Pada hewan dan manusia dapat mewakili pengertian gerak secara umum dan dapat dilihat
dengan kasat mata/secara nyata. Gerak pada manusia dan hewan menggunakan alat gerak
yang tersusun dalam sistem gerak. (Lawrence, 1991).
Gerak yang dialami oleh hewan akan menimbulkan suatu gerakan dan menyebabkan
hewan dapat berpindah tempat. Hewan bergerak untuk berbagai tujuan, antara lain untuk
melindungi diri dari predator atau untuk mencari mangsa.
Alat-alat gerak yang digunakan pada manusia dan hewan ada 2 macam yaitu alat gerak
pasif berupa tulang dan alat gerak aktif berupa otot. Kedua alat gerak ini akan bekerja
sama dalam melakukan pergerakan sehingga membentuk suatu sistem yang disebut
sistem gerak. (Ahmad, 2003).
Tulang disebut alat gerak pasif karena tulang tidak dapat melakukan pergerakkannya
sendiri. Tanpa adanya alat gerak aktif yang menempel pada tulang, maka tulang-tulang
pada manusia dan hewan akan diam dan tidak dapat membentuk alat pergerakan yang
sesungguhnya. Walaupun merupakan alat gerak pasif tetapi tulang mempunyai peranan
yang besar dalam sistem gerak manusia dan hewan.(Nurhayati, 2004).
Otot disebut alat gerak aktif karena otot memiliki senyawa kimia yaitu protein aktin dan
myosin yang bergabung menjadi satu membentuk aktomiosin. Dengan aktomiosin inilah
otot dapat bergerak. Sehingga pada saat otot menempel pada tulang dan bergerak dengan
otomatis tulang juga akan bergerak. (Ahmad, 2003).
Dengan memiliki aktomiosin ini maka otot mempunyai sifat yang lentur/fleksibel dan
mempunyai kemampuan untuk memendekkan serabut ototnya (pada saat kontraksi) dan
memanjangkan serabut ototnya (pada saat relaksasi/kembali pada posisi semula) (Ahmad,
2003).
2. Gerak pada tumbuhan
Tumbuhan sebagai mahluk hidup juga melakukan gerak. Namun, gerak yang dilakukan
oleh tumbuhan tidak seperti yang dilakukan oleh hewan maupun manusia. Gerakan pada
tumbuhan sangat terbatas. Gerakan yang dilakukan oleh tumbuhan hanya dilakukan pada
bagian tertentu. Misalnya bagian ujung tunas, bagian ujung akar, ataupun pada bagian
lembar daun tertentu (Ferdinand, 2003).
Pada prinsipnya, gerakan tumbuhan terjadi karena adanya proses pertumbuhan dan
adanya kepekaan terhadap rangsang atau irritabilitas yang dimiliki oleh tumbuhan
tersebut. Rangsangan tersebut dapat berupa bahan kimia, suhu, gravitasi bumi atau
intensitas cahaya yang diterima. Sebagai tanggapan terhadap rangsang terebut, tumbuhan
melakukan gerakan yang mungkin menuju kearah rangsang atau menjauhi, atau
melakukan gerak tanpa menunjukan arah tertentu (Kahlen. 2009).
Gerak pada tumbuhan dibedakan menjadi tiga macam, yaitu gerak endonom,gerak
higroskopis, dan gerak esionom.
a. Gerak endonom
Gerak endonom adalah gerak yang terjadi secara spontan dan tidak diketahui
penyebabnya, atau tidak memerlukan rangsang dari luar. Rangsang pada gerak
endonom diduga berasal dari dalam tumbuhan itu sendiri. Contoh: gerak
pertumbuhan daun dan gerak rotasi sitoplasma (siklosis) pada sel-sel daun Hydrilla
verticillata
b. Gerak higroskopis
Gerak higroskopis adalah gerak bagian tubuh tumbuhan karena pengaruh perubahan
kadar air di dalam sel sehingga terjadi pengerutan yang tidak merata. Contoh:
Merekahnya kulit buah-buahan yang sudah kering pada tumbuhan polong-polongan,
membukanya dinding sporangium (kotak spora) paku-pakuan, membentang dan
menggulungnya gigi-gigi peristoma pada sporangium lumut.
c. Gerak esionom
Gerak esionom adalah gerak tumbuhan yang disebabkan oleh adanya rangsangan dari
lingkungan sekitar. Berdasarkan jenis rangsangannya, gerak esionom dapat dibedakan
menjadi: gerak tropisme, gerak taksis dan gerak nasti.
1) Gerak tropisme
Gerak tropisme adalah gerak pada bagian tumbuhan yang arahnya dipengaruhi
oleh arah datangnya rangsangan disebut tropisme. Gerak tropisme terjadi karena
gerak tumbuh tumbuhan (Suharjo, 2011: 122). Jika arah gerak tumbuhan
mendekati rangsang disebut gerak tropisme positif, tetapi jika arah gerak
tumbuhan menjauhi rangsang disebut gerak tropisme negatif.
Tropisme dapat dibedakan berdasarkan pada rangsangannya yaitu fototropisme
disebabkan oleh cahaya; geotropisme dengan rangsangan gaya tarik bumi; thigmo
tropisme dengan rangsangan berupa sentuhan; chemotropisme dengan rangsangan
yang berupa zat kimia dan lain-lain (Hena, 2008: 89).
2) Gerak taksis
Gerak taksis adalah gerak pindah tempat seluruh bagian tumbuhan yang arahnya
dipengaruhi oleh sumber rangsangan. Gerak taksis biasanya dilakukan oleh
organisme bersel satu. Berdasarkan jenis rangsangannya, taksis dapat dibedakan
menjadi: Kemotaksis, yaitu gerak taksis tumbuhan yang dipengaruhi oleh
rangsangan berupa bahan kimia; Fototaksis, adalah gerak taksis tumbuhan yang
dipengaruhi rangsang berupa cahaya.
3) Gerak nasti
Nasti adalah gerak sebagian tubuh tumbuhan akibat rangsangan dari luar, tetapi
arah geraknya tidak dipengaruhi oleh arah datangnya rangsang. Berdasarkan jenis
rangsangannya gerak nasti dibedakan menjadi: Niktinasti, Fotonasti,Tigmonasti
atau seismonasti, Termonasti serta Nasti kompleks.
Jangkrik
Jangkrik adalah serangga yang termasuk family Grilydae dari ordo arthropoda. Serangga
jenis ini memiliki komunikasi yang unik, yaitu melalui suara yang berasa dari sayap jangkrik
jantan, atau yang disebut dengan perilaku nyanyian jangkrik. Terdapat beberapa jenis nyanyian
jangkrik yang masing-masing mempunyai tujuan yang berbeda-beda, yaitu mating call untuk
menarik perhatian betina dan nyanyian jangkrik berupa ancaraman agonistik untuk mengancam
jangkrik jantan yang lainnya apabila dalam keadaan terancam. (Gwynne, 1990)
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthopoda
Kelas : Insecta
Ordo : Orthoptera
Sub Ordo : Ensifera
Famili : Gryllidae
Sub Famili : Gryllinae
Genus : Gryllids
Spesies : Gryllus mitratus (Jangkrik celiring)
Gryllus tetacius (Jangkrik Cendawang)
Gryllus bimaculatus (Jangkrik Kalung)
(Jannah, 2000)
Morfologi jangkrik pada umumnya adalah badan berwarna cokelat gelap dan terdiri dari
tiga bagian, yaitu kepala, toraks, dan abdomen. Pada bagian kepala terdapat sepasang antenna
pajang. Pada bagian anterior, terdapat sepasang mata majemuk. Pada bagian ventral terdapat
mulut yang terbagi menjadi labrum, mandibles, maxillae, dan labium. Pada bagian toraks dibagi
menjadi tiga, yaitu protoraks, mesotoraks, dan metatoraks. Terdapat dua pasang sayap yang
terdapat pada mesotoraks dan metatoraks. Sayap depan memiliki panjang yang bervariasi tetapi
hal yang pasti adalah sayap depan menutupi setidaknya setengah hingga seluruh bagian abdomen
dan berbentuk datar terhadap badan jangkrik kemudian sayap belakang lagi tertutupi oleh sayap
depan dan terlipat. Pada betina tampak ovipositor yang lebih panjang dibandingkan jantan. Baik
betina dan jantan memiliki cerci. (Paiman, 1999)
Habitat jangkrik adalah daerah yang intensitas cahayanya rendah sehingga sering kali
dapat dijumpai di bawah bebatuan, tumpukan kayu-kayu, celah-celah perabotan rumah, dan di
bawah naungan dedaunan atau rerumputan seperti di bawah padang rumput, ladang pertanian,
dan sebagainya. Persebaran jangkrik cukup luas meliputi Eropa tengah dan selatan, Asia, dan
Afrika Utara.
Di alam aslinya jangkrik hidup aktif dimalam hari, kegiatan makan, mengerik dan kawin
dilakukan pada malam hari. Makanan jangkrik dialam bermacam-macam, umumnya sebagai
pemakan tumbuhan, seperti krokot, dan tanaman pertanian, seperti tanaman sayuran dan
palawija. Jangkrik lebih menyukai bagian tanaman yang muda, seperti daun dan pucuk tanaman
(Ferry, 1999 : 5)
Jangkrik dapat ditemui di hampir seluruh Indonesia dan hidup dengan baik pada daerah
yang bersuhu antara 20-32°C dan kelembaban sekitar 65-80%, bertanah gembur/berpasir dan
memiliki persediaan tumbuhan semak belukar. Jangkrik hidup bergerombol dan bersembunyi
dalam lipatan-lipatan daun kering atau bongkahan tanah. Jangkrik tidak selalu dapat dijumpai di
alam karena hanya bermunculan pada bulan-bulan tertentu saja yaitu pada Juni-Juli dan
Nopember-Desember.Jangkrik sulit ditemui pada bulan Januari-Mei dan Agustus-Oktober
karena jumlahnya terbatas dan bukan merupakan musim jangkrik (Afniaty, 2006 : 17).

Hidrotropisme
Hidrotropisme adalah gerak tropisme tumbuhan yang dipengaruhi oleh rangsangan air.
Pertumbuhan akar yang selalu menuju ke sumber air disebut gerak hidrotropisme.
Hidrotropisme adalah gerak bagian tumbuhan menuju kearah yang basah atau berair.
Arah pertumbuhan menuju tempat yang ebrair disebut gerak hidrotropisme positif. Apabila arah
pertumbuhan tanaman menjauhi berair disebut gerak hidrotropisme negative. Contoh
hidrotropisme positif adalah arah pertumbuhan ujung akar didalam tanah yang selalu menuju
ketempat yang mengandung air (Nowicki, 2008: 468).
Biasanya akar tumbuh lurus ke arah bawah untuk memperoleh air dari dalam tanah. Akan
tetapi, jika pada arah ini tidak terdapat cukup air, maka akar akan tumbuh membelok ke arah
yang cukup air, Dengan demikian, arah pertumbuhan mungkin tidak searah dengan gaya tarik
bumi. Gerak akar menuju sumber air disebut hidrotropisme positif (Salysburi, 2004: 100)
Hirotropisme dapat ditunjukan dengan ujung akar kecambah. Bila ditumbuhkan
kecambah didalam serbuk selagi dibasahi serta ditempatkan dalam suatu ayakan maka
digantungkan miring setelah beberapa lama akan berpengaruh oleh sebagian serbuk yang masih
basah (Alfin, 2013: 6).

Ahmad. 2003. Kamus Lengkap Kedokteran Edisi Revisi. Gita Media Press, Surabaya.
Ferry B. Paimindkk, 1999,Sukses Beternak Jangkrik, Jakarta: Penebar Swadaya,
Afniaty Intania,2006,Substitusi Tepung Kunyit (Curcuma domestica Val.) Dalam Pakan
Jangkrik Kalung (Gryllus bimaculatus) Pada Periode Bertelur, Skripsi, Bogor: IPB
Nowicki, Stephen. 2008. Biology. Arizona: McDougal Li_ell.
Alfin, I. 2013. Efektifitas Pita Tanaman Organik Sebagai Mulsa Pada Tanaman Padi (Oryza
sativa). Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem. 1 (2): 1-8.
Salysburi. F. 2004. Fisiologi Tanaman. Bandung: ITB.
Kadaryanto et al. 2006. Biologi 2. Penerbit Yudhistira, Jakarta.
Lawrence, E. 1991. Hendersdon’s Dictionary of Biological Terms Tenth Edition. Longman
Scientific & Technical. Longman Group (FE) Ltd. England.
Nurhayati, Awik Puji Dyah. 2004. Diktat Struktur Hewan. ITS. Surabaya
Ferdinand, Fiktor. 2003. Praktis Belajar Biologi. Grafindo, Yogyakarta.
Kahlen. 2009. Modeling leaf phototropism in a cucumber canopy : Germany.
Suharjo. K. J. 2011. Dasar – Dasar Fisiologi Tanaman. Bengkulu: Universitas Bengkulu
Hena. 2008. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Gramedia.
Gwynne, D. T, & Simmons, L. W. (1990). Experimental reversal of courtship roles in an
insect. Nature 346, 172-174.
Paiman, F. B, Pudjiastuti, L. E, & Ernawati. (1999). Sukses beternak jangkrik. Penebar
Swadaya, Jakarta. Hal. 21-25.
Sadjad, S. 1975. Proses Metabolisme Perkecambahan Benih dalam dasar-dasar Teknologi
benih. Capita selekta. Departemen Agronomi. Buku. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Dwidjuseptutro, D. 1985. Penghantar Fisiologi Tumbuhan. Pt. Gremedia. Jakarta.
Grander, Pearce dan R.L. Mithell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas
Indonesia. Jakarta.

You might also like