You are on page 1of 25

TUGAS KEPERAWATAN KOMUNITAS 2

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN KELOMPOK


KHUSUS HIPERTENSI
Dosen pembimbing: Agustina M, S.Kep.,Ns. M.Kes

Disusun Oleh:

1. Devi Putriani 163210053


2. Hepy November 163210058
3. Mellysa Setia Wati 163210063
4. Nahdiatun Naharoh 163210066
5. Novia Rurita Leny E 163210068
6. Siska Novi Yuliani 163210073
7. Sri Wati 163210076
8. Vinda Rahmadania 163210078
9. Achmad Gilang Aditya 163210082

Program Studi S1 Keperawatan

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG
2019

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT, karena dengan
rahmat dan pertolongan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Asuhan Keperawatan Kelompok Khusus Hipertensi dengan tepat pada
waktunya. Sholawat dan salam kami senantiasa tercurahkan kepada junjungan
kami Nabi Muhammad SAW.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir, semoga
Allah SWT senantiasa meRidhoi segala usaha kita.

Jombang, 25 Maret 2019

Penyusun

i
Daftar Isi
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG...............................................................................1
1.2 TUJUAN PENULISAN............................................................................4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................5
2.1 Pengertian..................................................................................................5
2.2 ANATOMI DAN FISIOLOGI..................................................................5
2.3 ETIOLOGI / PREDISPOSISI...................................................................6
2.4 PATOFISIOLOGI......................................................................................7
2.5 MANIFESTASI KLINIK..........................................................................7
2.6 PENATALAKSANAAN...........................................................................8
2.7 KOMPLIKASI..........................................................................................8
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN.....................................................................10
3.1 Pengkajian Kelompok Komunitas................................................................10
3.2 Analisa Data.................................................................................................16
3.3 Prioritas Diagnosa Keperawatan..................................................................17
3.4 Intervensi......................................................................................................18
BAB 4 PENUTUP.................................................................................................21
4.1 KESIMPULAN.......................................................................................21
4.2 SARAN...................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................23

ii
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Konsep sehat dan sakit adalah konsep yang kompleks dan berinterpretasi.
Banyak faktor yang mempengaruhi kondisi sehat maupun sakit. Sehat
diartikan sebagai kondisi yang normal dan alami, yang bersifat dinamis dan
sifatnya terus menerus berubah. Menurut WHO sehat adalah keadaan
keseimbangan yang sempurna, baik fisik, mental dan sosial, tidak hanya
terbebas dari penyakit dan kelemahan. Sakit adalah keadaan tidak normal atau
tidak sehat, secara sederhana dapat disebut penyakit yang merupakan suatu
bentuk kehidupan atau keadaan diluar batas normal (Asmadi, 2008).
Menurut Muwarni (2011), Hipertensi adalah suatu keadaan dimana
tekanan systole dan diastole mengalami kenaikan yang mengalami batas
normal (tekanan systole di atas 140 mmHg, di atas 90 mmHg). Definisi yang
lain menurut Brashers (2008) hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan
tekanan darah arterial yang berlangsung terus menerus. Tekanan darah tinggi
pada orang dewasa sebagai berikut menurut klasifikasi JNS (The Join
National Comitten on Preventation, detection evaluation and treatment of
Hight Blood Preassure ) klasifikasi sistolik dan diastolik untuk ukuran normal
< 120 dan< 80, pada prehipertensi dalam rentang sistolik 120-139 dan
diastolik 85-89. Pada hipertensi stage 1 ukuran sistolik 140-159 mmHg dan
ukuran diastolik 90-99 mmHg. Serta hipertensi stage 2 ukuran tekanan darah ≥
160 dan ≥ 100 mmHg. Penyebab dari hipertensi menurut penyebabnya ada 2
jenis yaitu : hipertensi primer esensial yaitu meliputi faktor keturunan, umur,
serta faktor psikis. Hipertensi sekunder yaitu penyakit ginjal, tumor dalam
rongga kepala, penyakit syaraf dan toxemia gravidarum (Muwarni, 2011).
Data World Health Organization (WHO) tahun 2007 menunjukkan sekitar
972 juta orang atau 26,4 % penduduk bumi mengidap hipertensi dengan
perbandingan 26,6 % pria dan 26,1 % wanita. Dari 972 juta pengidap
hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada pada negara
berkembang termasuk Indonesia. jumlah penderita hipertensi di seluruh dunia

1
terus meningkat, di Amerika Serikat sekitar 50 juta penduduk menderita
hipertensi. Pada tahun 2002 di Amerika sekitar 49.707 (99,41%) orang
meninggal akibat hipertensi. Di Amerika diperkirakan sekitar 64 juta lebih
penduduknya yang berusia antara 18 sampai 75 tahun menderita hipertensi,
tahun 2005 prevalensi hipertensi sebesar 21,7 %. Prevalensi hipertensi di
Vietnam pada tahun 2004 mencapai 34,5%, Thailand tahun 1989 mencapai
17%, Malaysia tahun 1996 mencapai 29,9%, Philippina tahun 1993 mencapai
22%, dan Singapura tahun 2004 mencapai 24,9% ( Purwanto, 2012 ).
Hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT, 2001) dikalangan penduduk
umur 25 tahun keatas menunjukan bahwa 27% laki- laki dan 29% wanita
menderita hipertensi, 0,3% mengalami jantung iskemik dan stroke. Terdapat
50% penderita tidak menyadari sebagai penderita, sehingga penyakitnya
bertambah berat karena tidak mengubah dan menghindari faktor risiko. Hasil
survey tersebut Sebanyak 70% adalah hipertensi ringan, jadi banyak
diabaikan/terabaikan sehingga menjadi ganas (hipertensi maligna) dan 90%
hipertensi esensial yang tidak diketahui penyebabnya secara pasti sehingga
sulit untuk mencari bentuk intervensinya (Aditama, 2007).
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, prevalensi
hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% dari seluruh populasi pada usia 18
tahun ke atas. Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke.
Sedangkan sisanya pada gagal jantung, gagal ginjal, dan terjadi kebutaan. Data
Riskesdas 2007 juga menyebutkan penyakit hipertensi sebagai
penyebabkematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, jumlahnya
mencapai 6,8% dari proporsi penyebab kematian pada semua umur di
Indonesia (Depkes RI,2003).
Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Propinsi jawa Tengah,
kasustertinggi hipertensi adalah kota Semarang yaitu sebesar 67.101 kasus
(19,56%) dibanding dengan jumlah keseluruhan hipertensi di Kabupaten atau
kota lain di Jawa Tengah. Apabila dilihat berdasarkan jumlah kasus
keseluruhan di kota Semarang terdapat proporsi yang lebih besar yaitu 53,69.
Sedangkan kasus tertinggi kedua adalah Kabupaten Klaten yaitu sebesar
36.002 kasus (10,49%) dan apabila dibanding dengan jumlah keseluruhan di

2
Kabupaten Banyumas adalah sebesar 57,01%. Kasus ini paling sedikit
dijumpai di Kabupaten Tegal yaitu 516 kasus (0,15%). Rata-rata kasus
hipertensi di Jawa Tengah adalah 9.800,54 kasus (profil kesehatan provinsi
Jawa Tengah, 2004).
Di Kabupaten Kendal, data dari Dinas kesehatan Kabupaten Kendal dari
tahun ke tahun menunjukan proporsi kasus hipertensi mengalami peningkatan,
dibandingkan kasus penyakit tidak menular secara keseluruhan. Tahun 2008
proporsi kasus hipertensi sebanyak 6,2% meningkat menjadi 6,57% di tahun
2009 (DKK Kab. Kendal, 2013).
Indikasi dari peningkatan kasus hipertensi dimasyarakat salah satunya
karena minimnya perhatian keluarga terhadap pencegahan dan perawatan
anggota keluarga yang mempunyai penyakit hipertensi. Keberhasilan
perawatan penderita hipertensi tidak luput dari peran keluarga, dimana
keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat merupakan klien keperawatan
dan keluarga sangat berperan dalam menentukan cara asuhan yang diperlukan
anggota keluarga yang sakit. Bila dalam keluarga tersebut salah satu
anggotanya mengalami masalah kesehatan maka sistem dalam keluarga akan
terpengaruh, penderita hipertensi biasanya kurang mendapatkan perhatian
keluarga, apabila keluarga kurang dalam pengetahuan tentang perawatan
hipertensi, maka berpengaruh pada perawatan yang tidak maksimal (Mubarak,
2010).
Menurut Friedman (1999) perilaku perawatan hipertensi berhubungan
dengan keluarga terhadap penderita hipertensi, dimana keluarga dapat menjadi
faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan progam perawatan, karena
keluarga berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggota yang menderita
hipertensi yang menuntut pengorbanan ekonomi, sosial, psikologis yang lebih
besar dari keluarga. Untuk menciptakan suatu kondisi yang sehat dan
terkontrol, maka keluarga diharapkan mempunyai pengetahuan tentang
penyakit hipertensi agar tercipta suatu perilaku perawatan yang tepat pada
penderita hipertensi, dalam hal pencegahan, penatalaksanaan yang benar dan
tepat pada penderita hipertensi (Notoatmodjo, 2003).

3
Pengetahuan sebagai hasil dari tahu yang terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan tentang
hipertensi yang dimiliki penderita tentang penyakit hipertensi sangatlah
diperlukan, dimana sebuah keluarga yang mempunyai anggota yang menderita
hipertensi harus memberikan perhatian dan perawatan agar tercapai status
kesehatan yang baik. Apabila pengetahuan tentang hipertensi cukup baik
dimungkinkan akan berpengaruh pada perilaku yang baik pula pada keluarga
untuk melakukan perawatan yang tepat pada anggota keluarga yang menderita
hipertensi (Notoatmodjo, 2003)
Perilaku perawatan pada penderita hipertensi merupakan salah satu cara
penanganan yang harus dilakukan. Perawatan kesehatan pada penderita
hipertensi dibutuhkan suatu kerjasama antara keluarga dan tenaga kesehatan
setempat. Kerjasama ini dapat mendukung status kesehatan yang dimiliki oleh
penderita hipertensi (Depkes RI, 2003).
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk mengambil kasus
karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Komunitas Kelompok
Khusus Dengan Hipertensi”.

1.2 TUJUAN PENULISAN

Untuk mengetahui dan menerapkan penatalaksanaan “Asuhan Keperawatan


Komunitas Kelompok Khusus dengan Hipertensi ”.

4
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian

Hipertensi atau penyakit darah tinggi adalah suatu gangguan pada


pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa
oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan.
Hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh gelap (Silent Killer), karena
termasuk penyakit yang mematikan tanpa disertai dengan gejala-gejalanya
lebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya (Lanny dkk, 2004).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat
melebihi batas normal. Batas tekanan darah normal bervariasi sesuai dengan
usia. Berbagai faktor dapat memicu terjadinya hipertensi, walaupun sebagian
besar (90%) penyebab hipertensi tidak diketahui (hipertensi essential).
Penyebab tekanan darah meningkat adalah peningkatan kecepatan denyut
jantung, peningkatan resistensi (tahanan) dari pembuluh darah dari tepi dan
peningkatan volume aliran darah (Kurniawan, 2002).
Penyakit hipertensi merupakan penyakit kelainan jantung yang ditandai
oleh meningkatnya tekanan darah. Seseorang yang terjangkit penyakit ini
biasanya berpotensi mengalami penyakit-penyakit lain seperti stroke, dan
penyakit jantung (Rusdi dan Nurlaela, 2009).
Dari definisi-definisi diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa hipertensi
adalah suatu keadaan di mana tekanan darah menjadi naik karena gangguan
pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang
dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang
membutuhkannya.

2.2 ANATOMI DAN FISIOLOGI

Jantung adalah organ berongga, berotot, yang terletak ditengah toraks, dan
menempati rongga antara paru dan diafragma. Beratnya sekitar 300g. Fungsi
jantung adalah memompa darah ke jaringan, mensuplai oksigen dan zat nutrisi
lain seperti mengangkut karbondioksida dan sampah hasil metabolisme.

5
Kerja pemompaan jantung dijalankan oleh kontraksi dan relaksasi ritmik
dinding otot. Selama kontraksi otot (sistolik), kamar jantung menjadi lebih
kecil karena darah disemburkan keluar. Selama relaksasi otot dinding jantung
(diastolik), kamar jantung akan terisi darah sebagai persiapan untuk
penyemburan berikutnya.
Daerah dipertengahan dada diantara kedua paru disebut sebagai
mediastinum. Sebagian besar rongga mediastinum ditempati oleh jantung,
yang terbungkus dalam kantong fibrosa tipis yang disebut perikardium.
Kamar jantung, sisi kiri dan kanan jantung, masing – masing tersusun atas
dua kamar, atrium dan ventrikel. Dinding yang memisahkan kamar kanan dan
kiri disebut septum. Ventrikel adalah kamar yang menyemburkan darah ke
arteri. Fungsi atrium adalah menampung darah yang datang dari vena dan
bertindak sebagai tempat penimbunan sementara sebelum darah kemudian
dikosongkan ke ventrikel. Katup jantung dibagi menjadi 4 bagian yaitu: katup
trikuspidalis, katup mitral atau bikuspidalis, katup pulmonalis dan katup aorta
(Brunner & Suddarth, 2001).

2.3 ETIOLOGI / PREDISPOSISI

Tingginya tekanan yang lama tentu saja akan merusak pembuluh darah
diseluruh tubuh, yang paling jelas pada mata, jantung, ginjal, otot. Maka
konsekuensi yang biasa pada hipertensi yang lama tidak terkontrol adalah
gangguan penglihatan, okulasi kroner, gagal ginjal dan stroke. Selain itu
jantung membesar karena dipaksa meningkatkan beban kerja saat memompa
melawan tingginya tekanan darah.
Peningkatan tekanan perifer yang dikontrol pada tingkat anteriola adalah
dasar penyebab tingginya tekanan darah. Penyebab tingginya tekanan tersebut
belum banyak diketahui. Selain itu hipertensi juga dipengaruhi oleh tekanan
emosi, obesitas, konsumsi alkohol yang berlebihan, tembakau dan obat-obatan
yang merangsang dapat berperan disini, tetapi penyakit ini sangat dipengaruhi
faktor keturunan. Penyakit ini lebih banyak menyerang wanita dari pada pria
(Smeltzer & Bare, 2001).

2.4 PATOFISIOLOGI

6
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medula diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jenis saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumnamediko spinalis ke ganglia simpatis di thoraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya neropinefrin mengakibatkaan kontriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsangan vasokontriktor.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respon rangsang emosi. Kelenjar adrenaljuga terangsang,
mengakibatkan penambahan aktifitas vasokontriksi konteks adrenal
mengsekresi korsitol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II. Suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubelus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intravaskuler. Semua faktor tersebut cendrung mencetuskan keadaan
hipertensi (Smeltzer & Bare, 2001).

2.5 MANIFESTASI KLINIK

Peningkatan tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala.


Bila demikian, gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada ginjal,
mata, otak atau jantung. Gejala lain yang sering ditemukan adalah sakit
kepala, epitaksis, marah, telinga berdengung rasa berat di tengkuk, sulit tidur,
mata berkunang-kunang dan pusing (Mansjoer, 2000)

2.6 PENATALAKSANAAN

7
Tujuan tiap program penanganan bagi setiap klien adalah mencegah
terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan
mempertahankan tekanan darah bawah140/90 mmhg. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa pendekaatan non farmakologis, termasuk penurunan
berat badan, pembatasan alkohol, natrium dan tembakau, latihan dan relaksasi
merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap therapy
antihipertensin. Apabila penderita hipertensi ringan berada dalam resiko tinggi
(pria, perokok) atau bila tekanan darah diastoliknya menetap, diatas 85 atau
95mmhg dan diastoliknya diatas 130 sampai 139mmHg (Mansjoer, 2000)

2.7 KOMPLIKASI

a. Stroke
Ditimbulkan akibat peredaran darah tinggi di otak, stroke dapat terjadi
pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak
mengalami hipertropi dan menebal sehingga aliran darah ke daerah-
daerah yang diperdarahinya berkurang.
b. Infark miokardium
Apabila arteri koroner yang aterosklerotik tidak dapat mensuplai cukup
oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang menghambat
aliran darah melalui pembuluh tersebut.
c. Gagal ginjal
Dapat terjadi gagal ginjal karena kerusakan progresif akibat tekanan
tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Rusaknya glomerulus darah
akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan
menjadi hipoksia dan kematian.
d. Kerusakan otot.
Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan
tekanan perifer dan mendorong cairan kedalam ruang intestinum
diseluruh susunan saraf pusat. Neuron-neuron disekitarnya kolaps dan
terjadi koma serta kematian (Corvin, 2000.

8
BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus:
Di Desa Cinta Kasih, terdapat komunitas kelompok khusus lansia dengan masalah hipertensi. Di daerah desa Cinta Kasih ini, ada
pelayanan kesehatan yang dekat. Namun, para lansia di daerah tersebut tidak tau bagaimana memenfaatkan layanan kesehatan tersebut.

3.1 Pengkajian Kelompok Komunitas


Fasilitas Yankes No. Register 8947xxx

Nama Perawat yang Mengkaji Kelompok 2 Tanggal Pengkajian 20 Maret 2019

Nama Kelompok Kelompok Dahlia Alamat Rt.01/Rw.01 Desa Cinta Kasih

1. DATA DASAR ANGGOTA KELOMPOK 2. STATUS KESEHATAN ANGGOTA KELOMPOK


Jen
Kead TTV Status Gizi Riwaya Pola Analisi
is Tgl Alat
Nam Pekerja Agam aan t OR Tidu Ket. s
No Kel Lahi Pend. Suku Konjungti Bant
a an a Umu Penyak r lain Masala
TD N P S TB BB
am r va u
m it h Kes.
in

9
1 Ny. P 12- SD IRT Islam Jawa Baik 165/1 9 3 14 68 Tampak Hiperte - kura Kura
A 3- 00 0 6 5 anemis nsi ng ng
1955
2 Tn.C L 14- SD Petani Islam Jawa Baik 170/9 9 3 16 78 Tampak Hiperte - Kura Cuk
9- 0 8 5 8 anemis nsi ng up
1950
3 Ny. P 2- SD Pedaga Islam Jawa Baik 165/1 9 3 14 70 tampak Hiperte - Kura Cuk
G 10- ng 00 6 6 8 anemis nsi ng up
1956
4 Ny.S P 13- SMP IRT Islam Jawa Baik 170/1 9 3 15 65 Tampak Hiperte - Kura Kura
2- 00 9 5 2 anemis nsi ng ng
1956
5 Tn. L 24- SD Petani Islam Jawa Baik 170/9 9 3 17 80 Tampak Hiperte - Kura Kura
M 11- 0 7 4 0 anemis nsi ng ng
1956
6 Tn.F L 20- SD Buruh Islam Jawa Baik 160/1 9 3 16 82 Tampak Hiperte - kura Cuk
10- Bangun 00 3 5 9 anemis nsi ng up
1950 an
3. UPAYA PENINGKATAN KESEHATAN36

No Uraian Pengkajian Penilaian Gambaran Kondisi No Uraian Pengkajian Penilaian Gambaran Kondisi

10
Ad
Ada Tidak Tidak
a
Fasilitas pelayanan kesehatan yang
A E Status Ekonomi
tersedia untuk kelompok
Jauh dari pemukiman 1. Sumbangan (Asal sumber
1. Posyandu √ √
kelompok lansia pendanaan
2. Tenaga kesehatan Ada dipustu terdekat dengan
√ 2. Jenis pekerjaan √
yang berpraktik jadwal jaga yg tidak menentu
3. Puskesmas dan Jauh dari pemukiman 3. Rata-rata pendapatan
√ √
jaringannya kelompok lansia perbulan
Jauh dari pemukiman
4. Klinik √ 4. Lainnya √
kelompok lansia
Dilingkungan pemukiman
kelompok lansia tidak
5. Rumah Sakit √
dijumpai Rumah Sakit
terdekat
Mudah dijangkau oleh
6. Pustu √
kelompok lansia
Pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan
B F Status sosial budaya spiritual
oleh kelompok
1. Imunisasi dasar √ 1. Sarana ibadah √

11
lengkap

2. Imunisasi ibu hamil √ 2. Kegiatan keagamaan √


3. Kepercayaan yang
bertentangan dengan
3. Makanan tambahan √ √
penanggulangan masalah
kesehatan
4. Kegiatan sosial
4. Vitamin tambahan √ √
(kerjabakti, arisan, dll)
5. Pelayanan kesehatan √

6. Lainnya √

C Fasilitas pendidikan G Komunikasi


1. Fasilitas pendidikan 1. Alat komunikasi yang
yang tersedia untuk digunakan dalam
kelompok kelompok sehari-hari
a. Playgroup a. Telepon
√ √
b. TK b. HP
c. SD √ c. Faximile √
d. SMP/MTs d. Lainnya

e. SMA/MA
f. Universitas/Sekolah √

12
Tinggi
g. Lainnya √

2. Fasilitas pendidikan 2. Efektifitas proses


yang dimanfaatkan komunikasi antar anggota
untuk kelompok untuk dalam kelompok
kegiatan penyuluhan
√ √
kesehatan,
pembelajaran di
kelompok, dll

D Lingkungan sekitar tempat tinggal anggota kelompok H Fasilitas rekreasi yang tersedia untuk kelompok

1. Sumber air bersih √ 1. Taman -

2. Dapur umum √ 2. Pantai -


3. Tempat pembuangan
√ 3. Sarana Olahraga -
sampah
4. Sarana MCK (berapa
√ 4. Lainnya √
jumlahnya)
I Kebiasaan/ Perilaku dalam kelompok

13
1. Pemeliharaan kebersihan

diri
2. Pengelolaan makanan

bersih dan sehat
Mengetahui:
Nama Koordinator Tanggal /Tandatangan

14
3.2 Analisa Data

Data Etiologi Masalah

DS: Kurang Pemahaman Perilaku Kesehatan


Cenderung Beresiko
- Tn. M dan Tn. F
mengatakan masih
mengonsumsi rokok.

- Ny. S dan Ny. A


mengatakan masih
menggunakan penyedap
rasa berlebihan

DO:

TD:
Ny. A 165/100
Tn. M 170/100
Ny. S 170/90
Tn. F 160/100
-

DS: Kurang Sumber Pengetahuan Defisiensi


Pengetahuan
-Ny.G jarang lagi periksa ke
dokter Karena merasa
sudah sembuh.
-Tn. C bekerja berdagang di
pasar dari pagi sampai
hampir sore sehingga
kurang istirahat
- Tn.A mengatakan bahwa
sudah biasa seperti ini.

DO:

- Klien tidak bisa


mengetahui

15
makanan apa saja
yang dilarang bagi
penderita hipertensi.

- Tn. A tampak
menghisap rokok

DS :

- Ny. S mengatakan Pola Tidur Tidak Menyehatkan Gangguan Pola


sulit tidur pada Tidur
malam hari.

- Ny. A mengatakan
sering terbangun
pada malam hari.

- Tn. F mengatakan
sulit tidur karena
merasakan pusing.

DO :

- Sering menguap

- Terlihat kantong
mata

- Mata terlihat merah

3.3 Diagnosa Keperawatan

1. Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko

2. Defisiensi Pengetahuan

3. Gangguan Pola Tidur

16
3.4 Intervensi

Diagnosa NOC NIC

Perilaku Kesehatan Manajemen Diri : Proses penyakit (5602)


Cenderung Beresiko hipertensi (3107)
1. Jelaskan
1. Memantau tekanan patofisiologi
darah penyakit dan
bagaimana
2. Membatasi asupan
hubungannya
garam
dengan anatomi
3. Menyingkirkan dan fisiologi
rokok sesuai kebutuhan.

4. Berpartisipasi 2. Jelaskan tanda


dalam dan gejala yang
menghentikan umum dari
rokok penyakit sesuai
kebutuhan.

3. Jelaskan
mengenai proses
penyakit sesuai
kebutuhan

4. Identifikasi
kemungkinan
penyebab sesuai
kebutuhan.

5. Edukasi pasien
mengenai tanda
dan gejala yang
harus dilaporkan

17
kepada petugas
kesehatan sesuai
kebutuhan.

Defisiensi Pengetahuan Pengetahuan manajemen Proses penyakit (5602)


hipertensi (1837)
1. Kaji tingkat
1. Manfaat pengetahuan
modifikasi gaya pasien terkait
hidup. dengan proses
penyakit yang
2. Diet yang
spesifik
dianjurkan
2. Jelaskan
3. Pemantauan diri
patofisiologi
secara terus
penyakit dan
menerus
bagaimana
hubungannya
dengan anatomi
dan fisiologi
sesuai kebutuhan.

3. Jelaskan tanda
dan gejala yang
umum dari
penyakit sesuai
kebutuhan.

4. Jelaskan
mengenai proses
penyakit sesuai
kebutuhan

5. Identifikasi
kemungkinan
penyebab sesuai

18
kebutuhan.

6. Edukasi pasien
mengenai tanda
dan gejala yang

Gangguan Pola Tidur Tidur (0004) peningkatan tidur (1850)

1. Jam tidur yang 1. Tentukan pola


diobservasi tidur/aktifitas
pasien
2. Pola tidur
2. Monitor pola tidur
3. Kualitas tidur
pasien dan jumlah
jam tidur

3. Anjurkan pasien
untuk memantau
pola tidur

4. Sesuaikan
lingkungan untuk
meningkatkan
tidur

5. Bantu untuk
menghilangkan
situasi stresss
sebelum tidur.

19
BAB 4

PENUTUP
4.1 KESIMPULAN

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat


melebihi batas normal. Batas tekanan darah normal bervariasi sesuai dengan
usia. Berbagai faktor dapat memicu terjadinya hipertensi, walaupun sebagian
besar (90%) penyebab hipertensi tidak diketahui (hipertensi essential).
Penyebab tekanan darah meningkat adalah peningkatan kecepatan denyut
jantung, peningkatan resistensi (tahanan) dari pembuluh darah dari tepi dan
peningkatan volume aliran darah.

4.2 SARAN

1. Keluarga
Kesehatan keluarga sangatlah penting untuk meningkatkan
kesejahteraan keluarga dalam bidang kesehatan, oleh karena itu
tingkatkan kesehatan anggota keluarga dengan penyakit hipertensi.
Hendaknya keluarga memahami tentang penyakit Hipertensi dan
mampu merawat anggota yang menderita penyakit Hipertensi serta
memanfaatkan fasilitas-fasilitas kesehatan ada dengan berobat secara
teratur.
2. Masyarakat
Hendaknya masyarakat lebih memperhatikan kesehatan lingkungan
sekitar serta dapat menerapkan perilaku hidup sehat dan bersih, agar
tercipta lingkungan yang sehat serta terhindar dari resiko penyakit.
3. Anggota profesi
Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga
hendaknya memperhatikan aspek sosial, ekonomi, pendidikan dan
pengetahuan tentang tujuan yang direncanakan akan tercapai sesuatu
dengan tingkat aspek yang dimiliki keluarga melalui metode
penyuluhan, penjelasan maupun diskusi bersama.
4. Provider (mahasiswa keperawatan)
Diharapkan setelah membaca karya tulis ilmiah ini provider dapat
mengembangkan dan memperbaruhi hal-hal yang kurang dalam
asuhan keperawatan yang dilakukan penulis.

20
5. Puskesmas
Hendaknya puskesmas dapat memberikan pelayanan kesehatan yang
baik serta mampu menyediakan fasilitas atau sarana dan prasarana
yang memadai yang dapat membantu kesembuhan pasien, sehingga
dapat meningkatkan mutu pelayanan yang optimal pada umumnya
anggota keluarga dan pada pasien dengan hipertensi khususnya

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal -Bedah. Edisi 8.

Volume 2. Jakarta: EGC

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 8.


Jakarta: EGC

21
Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 10.
Jakarta: EGC

Depkes RI. (2003). Pedoman Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Jakarta


(diperoleh 19 April 2014).
Effendy, Ferry.2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktek
dalam Keperawatan. jakarta: Salemba Medika

Friedman, Alih bahasa R.L. Ina Debora. 1998. Keperawatan Keluarga: teori dan
praktik, edisi ketiga. Jakarta: EGC.

Herlambang, 2013. Hipertensi dan Diabetes. Jakarta: Tugu Publisher

Jhonson, Lenny R. 2010. Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika.

Kementerian Kesehatan RI. (2008). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar,


RISKESDAS Indonesia Tahun 2007. Depkes, Jakarta.

Lanny dkk. 2004. Hipertensi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

22

You might also like