Professional Documents
Culture Documents
YOGYAKARTA
Di susun Oleh:
Imam Arifa’illah Syaiful Huda
15/392060/PGE/01231
B. Dasar Teori
1. Klasifikasi Perkembangan Perekonomian Wilayah
Perkembangan ekonomi suatu wilayah dapat digambarkan dari laju
pertumbuhan ekonomi. Semakin tinggi laju pertumbuhan maka semakin maju
tingkat perkembangan ekonomi suatu wilayah. Tingkat perkembangan
ekonomi juga dapat digambarkan oleh tingginya pendapatan daerah. daerah
yang memiliki pendapatan tinggi maka perkembangan wilayahnya relatif
maju. Salah satu teknik analisis yang digunakan untuk mengklasifikasikan
perkembangan ekonomi wilayah adalah Tipologi Klassen. Tipologi ini
membandingkan laju pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita tiap daerah.
Pembagian berdasarkan posisi suatu daerah terhadap nilai rata-rata seluruh
wilayah. Tabel 1 menggambarkan formulasi tipologi klassen
Tabel 1: Formulasi Tipologi Klassen
Laju Pertumbuhan PDRB per Kapita
ekonomi Yi > Y Yi < Y
ri > r Wilayah Cepat Wilayah Berkembang
Tumbuh Cepat
ri < r Wilayah Maju Wilayah relatif
Tertekan tertinggal
Sumber : Muta’ali, 2014
Tipologi klassen membagi daerah menjadi 4 kelompok yaitu wilayah cepat
tumbuh, berkembang cepat, maju tertekan dan tertinggal. Manfaat dari analisis
tipologi klassen antara lain menentukan wilayah yang berpotensi untuk
pengembangan, wilayah yang masih tertinggal atau analisis kinerja pembangunan
wilayan (Muta’ali, 2014). Unit analisis dalam tipologi klassen relatif beragam
dari tingkat nasional sampai kecamatan.
Sektor Unggulan
Analisis sektor unggulan merupakan penerjemahan dari Economic Base
Theory. Teori tersebut menyatakan bahwa penentu utama pertumbuhan ekonomi
wilayah adalah permintaan ekspor dari luar daerah. kegiatan ekonomi dibagi
menjadi dua sektor yaitu sektor basis dan non-basis. Sektor basis/unggulan
dianggap mempunyai pengaruh besar terhadap pertumbuhan ekonomi. semakin
banyak sektor basis dalam suatu wilayah maka pertumbuhan ekonomi akan lebih
cepat (Glasson dalam Muta’ali, 2014).
Salah satu teknik analisis dalam menentukan sektor basis suatu wilayah
adalah Location Quotient (LQ). Teknik ini membandingkan peranan suatu sektor
dalam suatu daerah dengan sektor yang sama di daerah dengan cakupan yang
lebih luas. Rumus dari LQ adalah sebagai berikut
Xij/Xi
𝐿𝑄 =
RVj/RV
Keterangan :
LQ : Indeks LQ sektor i di kecamatan j
Xij : Pendapatan sektor i di kecamatan j
Xi : Pendapatan sektor di kabupaten (acuan)
RVj : Total pendapatan kecamatan j
RV : Total pendapatan kabupaten
Daerah Cepat Maju dan Cepat Tumbuh. Kecamatan yang berada pada
klasifikasi daerah cepat maju dan cepat tumbuh memiliki rata‐rata pertumbuhan
ekonomi dan rata‐rata pendapatan perkapita yang lebih tinggi dibandingkan
dengan Kota Yogyakarta. Kecamatan Danurejan memiliki nilai pertumbuhan
ekonomi dan pendapatan tertinggi yakni sebesar 6,36 persen dan tingkat
pendapatan perkapita sebesar Rp 63,078,509. Hal ini terkait erat dengan sektor-
sektor unggulan dan basis yang terdapat di Kecamatan Danurejan.
Daerah Maju Tetapi Tertekan. Kecamatan yang termasuk dala kategori
maju tetapi tertekan yakni Umbulharjo dengan nilai pertumbuhan ekonomi
sebesar 3.59 dan pendapatan perkapita Rp 38,485,572.
Daerah Berkembang Cepat. Kecamatan yang berada pada klasifikasi
daerah cepat maju dan cepat tumbuh memiliki rata‐rata pertumbuhan ekonomi
lebih tinggi tetapi rata‐rata pendapatan perkapita yang lebih rendah dibandingkan
dengan Kota Yogyakarta. Kecamatan Pakualaman dan Gedongtengen tingkat
pertumbuhan ekonomi sebesar 5.16 dan 5.98 persen dan tingkat pendapatan
perkapita sebesar Rp 16,833,906 dan Rp 31,540,251.
Daerah Relatif Tertinggal. Kecamatan Mantrijeron, Kraton, Mergangsang
Kotagede, Ngampilan, Wirobrajan, Tegalrejo sebagai daerah yang berada pada
klasifikasi daerah tertinggal yang relatif memiliki rata‐rata pertumbuhan ekonomi
dan rata‐ rata pendapatan perkapita yang lebih rendah dibandingkan dengan Kota
Yogyakarta.
2) Sektor Basis/Unggulan
Teori basis ekonomi (economic base theory) dimaksudkan untuk
mengidentifikasi sektor-sektor pembangunan yang termasuk sektor basis
maupun non basis pada suatu daerah. Teori ini menyatakan bahwa faktor
penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah berhubungan langsung
dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah atau besarnya
peningkatan ekspor dari wilayah tersebut.
Keuangan
Pertambangan Listrik Gas Perdagangan Pengangkutan Persewaan
Dan Industri Dan Air Hotel Dan Dan Jasa
Kecamatan Pertanian Penggalian Pengolahan Bersih Bangunan Restoran Komunikasi Perusahaan Jasa-Jasa
Mantrijeron 2.01 10.60 1.22 1.44 0.98 1.35 0.72 0.90 0.79
Kraton 0.13 - 1.39 2.49 1.18 0.84 0.69 0.73 1.23
Mergangsang 1.26 4.31 0.02 1.50 0.37 1.72 0.71 1.04 0.99
Umbulharjo 1.12 0.54 1.86 0.73 1.80 0.52 0.83 0.77 1.16
Kotagede 5.82 - 1.84 1.70 0.95 0.81 0.27 1.18 1.16
Gondokusuman 0.18 0.05 0.31 0.78 0.63 1.29 0.92 1.27 0.99
Danurejan 0.04 - 0.20 0.49 0.31 0.88 1.74 0.64 1.42
Pakualaman 0.14 - 1.22 2.03 0.17 1.40 0.72 0.82 1.03
Gondomanan 0.02 0.46 0.23 0.67 0.06 0.78 2.63 1.33 0.58
Ngampilan 2.46 1.86 2.92 1.94 0.27 1.16 0.40 0.82 0.81
Wirobrajan 1.14 - 0.75 0.95 3.27 1.01 0.62 1.08 0.53
Gedongtengen 0.34 0.34 0.78 0.90 0.15 1.73 1.52 0.71 0.52
Jetis 0.07 - 0.42 0.89 0.39 1.22 0.93 1.06 1.22
Tegalrejo 2.72 1.28 2.05 1.76 1.28 0.90 0.15 1.50 0.80
Sumber: Hasil Analsis, 2016
Tabel 1.5: Klasifikasi Sektor basis di Kota Yogyakarta
No Sektor Kecamatan Basis
1 Mantrijeron, Mergangsang,
Pertanian Umbulharjo, Kotagede, Ngampilan,
Wirobrajan, Tegalrejo
2 Mantrijeron, Mergangsang, Ngampilan,
Pertambangan dan Penggalian Tegalrejo
3 Mantrijeron, Kraton, Umbulharjo,
Industri Pengolahan Kotagede, Ngampilan, Tegalrejo
4 Mantrijeron, Kraton, Mergangsang,
Listrik, Gas dan Air Bersih Kotagede, Ngampilan, Tegalrejo
5 Kraton, Umbulharjo, Wirobrajan,
Bangunan Tegalrejo
6 Mantrijeron, Mergangsang,
Perdagangan Gondokusuman, Ngampilan,
Wirobrajan, Gedongtengen, Jetis
7 Pengangkutan dan Komunikasi Danurejan, Gedongtengen
8 Mergangsang, Kotagede,
Keuangan, Persewaan dan Jasa
Gondokusuman, Gondomanan,
Perusahaan Wirobrajan, Jetis, Tegalrejo
9 Kraton, Umbulharjo, Kotagede,
Jasa-Jasa Danurejan, Jetis
Sumber: Hasil Pengolahan, 2016
4. Indeks Spesialisasi
Analisis indeks spesialisasi merupakan salah satu cara untuk mengukur
perilaku dinamika kegiatan ekonomi secara keseluruhan. Berikut merupakan
hasil perhitungan indeks spesialisasi seluruh Kecamatan di Kota Yogyakarta.
Tabel: 1.7 Hasil Perhitungan Indeks Spesialisasi
Sektor kota Yogyakarta % DIY % Absolut
-
Pertanian 31,929 0.25 7,320,504 14.90 14.65
14.65
Pertambangan Dan
630 0.00 345,583 0.70 -0.70 0.70
Penggalian
Industri Pengolahan 1,154,298 8.99 6,607,026 13.45 -4.45 -4.45
Listrik Gas Dan Air
228,408 1.78 638,420 1.30 0.48 0.48
Bersih
Bangunan 1,056,236 8.23 5,120,506 10.42 -2.19 -2.19
Perdagangan Hotel
3,118,148 24.29 10,084,878 20.52 3.77 3.77
Restoran
Pengangkutan Dan
2,059,141 16.04 4,452,420 9.06 6.98 -6.98
Komunikasi
Keuangan Persewaan
1,991,131 15.51 4,961,601 10.10 5.42 5.42
Dan Jasa Perusahaan
Jasa-Jasa 3,195,258 24.89 9,607,264 19.55 5.34 -5.34
Total 12,835,179 100.00 49,138,202 100.00 6.04
Indeks Spesialisasi 0.03
Muta’ali. 2015. Teknik Analisis Regional Untuk Perencanaan Wilayah, Tata Ruang dan
Lingkungan. Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Geografi Universitas Gadjah
Mada