You are on page 1of 13

ANALISIS BASIS EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN DI KOTA

YOGYAKARTA

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH


Teknik Perencanaan Wilayah
Yang dibina oleh Dr. Luthfi Muta’ali, M.T

Di susun Oleh:
Imam Arifa’illah Syaiful Huda
15/392060/PGE/01231

PROGRAM PASCASARJANA GEOGRAFI


FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016
A. Pendahuluan
Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses peralihan dari tingkat
ekonomi yang sederhana menuju ke tingkat ekonomi yang lebih modern demi
tercapainya suatu kesejahteraan masyarakat. Dalam melakukan proses
peralihan tersebut harus memperhatikan pembangunan ekonomi pada masing-
masing daerah yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan
kesejahteraan di masing-masing daerah. Masalah yang sering terjadi dalam
pembangunan ekonomi daerah terletak pada kebijakan-kebijakan yang
ditetapkan oleh 2 pemerintah daerah yang seringkali tidak sesuai dengan
potensi-potensi yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan untuk
menggunakan sumberdaya yang ada.
Suatu daerah relatif memiliki potensi yang berbeda-beda dengan
daerah lain yang dikarenakan oleh adanya perbedaan karakteristik sumberdaya
yang ada pada masing-masing daerah tersebut. Perbedaan yang ada tersebut
dapat menyebabkan tidak meratanya pembangunan antar daerah pada masing-
masing sektor. Ketimpangan ini dapat berdampak terhadap tingkat
kesejahteraan masyarakat antar daerah. Sehingga pembangunan daerah yang
ada pada masing-masing daerah harus dilaksanakan sesuai dengan potensi dan
karakteristik sumberdaya yang ada pada daerah tersebut. Untuk dapat
mengetahui perkembangan perekonomian suatu daerah dapat kita lihat melalui
data dari pendapatan regional daerah tersebut.
Sekarang, PDRB di Indonesia pada dasarnya terdiri dari 17 sektor yang
sebelumnya hanya 9 sektor. Oleh karena itu Pemerintah harus mengetahui
dengan pasti hal-hal apa saja yang dapat menjadi kekuatan atau kelemahan
dari daerahnya, sehingga pemerintah daerah dapat meningkatkan daya saing
daerahnya.
Potensi yang dimiliki suatu daerah jika dikembangkan dengan
maksimal akan mendatangkan suatu keuntungan bagi daerahnya tersebut.
Dengan memaksimalkan kegiatan ekonomi pada sektor potensial, nantinya
sektor tersebut akan berkembang dan dapat menjadi sektor basis pada daerah
tersebut. Dengan bertambahnya kegiatan ekonomi disektor basis maupun
sektor potensial daerah akan berimbas pada peningkatan PDRB daerah
tersebut. Hal ini dikarenakan dengan adanya spesialisasi sesuai dengan sektor
atau subsektor unggulan yang dimiliki masing-masing daerah nantinya akan
dapat digunakan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi masyarakat
dalam melaksanakan kegiatan ekonomi. Untuk itulah pemerintah daerah harus
mengetahui dengan pasti apa saja yang merupakan sektor basis maupun sektor
non basis serta sektor-sektor mana sajakah yang memiliki potensi untuk
dikembangkan sehingga nantinya sektor potensial tersebut dapat menjadi
sektor basis yang baru di daerah tersebut.
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan diatas, perlu dketahui
sektor-sektor mana sajakah di Kota Yogyakarta yang merupakan sektor basis
dan non basis serta sektor mana sajakah yang merupakan sektor yang memiliki
potensi yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan pembangunan daerah.
Sedangkan, khusus untuk analisis tipologi klassen akan digunakan unit
analisis Provinsi dikarenakan keterbatasan data.

B. Dasar Teori
1. Klasifikasi Perkembangan Perekonomian Wilayah
Perkembangan ekonomi suatu wilayah dapat digambarkan dari laju
pertumbuhan ekonomi. Semakin tinggi laju pertumbuhan maka semakin maju
tingkat perkembangan ekonomi suatu wilayah. Tingkat perkembangan
ekonomi juga dapat digambarkan oleh tingginya pendapatan daerah. daerah
yang memiliki pendapatan tinggi maka perkembangan wilayahnya relatif
maju. Salah satu teknik analisis yang digunakan untuk mengklasifikasikan
perkembangan ekonomi wilayah adalah Tipologi Klassen. Tipologi ini
membandingkan laju pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita tiap daerah.
Pembagian berdasarkan posisi suatu daerah terhadap nilai rata-rata seluruh
wilayah. Tabel 1 menggambarkan formulasi tipologi klassen
Tabel 1: Formulasi Tipologi Klassen
Laju Pertumbuhan PDRB per Kapita
ekonomi Yi > Y Yi < Y
ri > r Wilayah Cepat Wilayah Berkembang
Tumbuh Cepat
ri < r Wilayah Maju Wilayah relatif
Tertekan tertinggal
Sumber : Muta’ali, 2014
Tipologi klassen membagi daerah menjadi 4 kelompok yaitu wilayah cepat
tumbuh, berkembang cepat, maju tertekan dan tertinggal. Manfaat dari analisis
tipologi klassen antara lain menentukan wilayah yang berpotensi untuk
pengembangan, wilayah yang masih tertinggal atau analisis kinerja pembangunan
wilayan (Muta’ali, 2014). Unit analisis dalam tipologi klassen relatif beragam
dari tingkat nasional sampai kecamatan.

Sektor Unggulan
Analisis sektor unggulan merupakan penerjemahan dari Economic Base
Theory. Teori tersebut menyatakan bahwa penentu utama pertumbuhan ekonomi
wilayah adalah permintaan ekspor dari luar daerah. kegiatan ekonomi dibagi
menjadi dua sektor yaitu sektor basis dan non-basis. Sektor basis/unggulan
dianggap mempunyai pengaruh besar terhadap pertumbuhan ekonomi. semakin
banyak sektor basis dalam suatu wilayah maka pertumbuhan ekonomi akan lebih
cepat (Glasson dalam Muta’ali, 2014).
Salah satu teknik analisis dalam menentukan sektor basis suatu wilayah
adalah Location Quotient (LQ). Teknik ini membandingkan peranan suatu sektor
dalam suatu daerah dengan sektor yang sama di daerah dengan cakupan yang
lebih luas. Rumus dari LQ adalah sebagai berikut

Xij/Xi
𝐿𝑄 =
RVj/RV

Keterangan :
LQ : Indeks LQ sektor i di kecamatan j
Xij : Pendapatan sektor i di kecamatan j
Xi : Pendapatan sektor di kabupaten (acuan)
RVj : Total pendapatan kecamatan j
RV : Total pendapatan kabupaten

Indeks LQ berkisar antara 0 sampai 1. Indeks > 1 menunjukkan bahwa sektor


tersebut menjadi sektor basis, sedangkan < 1 merupakan sektor non basis. Indeks
LQ dapat digunakan untuk berbagai macam analisis, tidak hanya terbatas untuk
analisis ekonomi (Muta’ali, 2014).
Multiplier Effect
Teknik analisis Multiplier Effect berfungsi untuk mengidentifikasi dampak
pengganda suatu sektor terhadap kegiatan sektor lain (Muta’ali, 2014). Kegiatan
sektor basis akan berdampak terhadap peningkatan investasi dan kesempatan
lapangan kerja. Dampak tersebut dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan
pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Semakin besar nilai pengganda basis maka
semakin besar dampak pengganda sektor tersebut, baik dari segi pendapatan atau
ketenagakerjaan. Rumus dampak pengganda adalah sebagai berikut :
PB = PT/PSB
Keterangan
PB = Pengganda Basis
PT = Pendapatan total (PDRB)
PSB = Pendapatan Sektor Basis (PDRB sektor basis)
C. Hasil dan Pembahasan
1) Tipologi Klassen
Analisis Tipologi Klassen membagi 14 kecamatan di Kota Yogyakarta
menjadi 4 kelompok yaitu wilayah cepat tumbuh, berkembang cepat, maju
tertekan dan tertinggal. Hal tersebut tergantung dari posisi tingkat PDRB per
kapita dan pertumbuhan ekonomi terhadap rata-rata seluruh kabupaten. Rata-
rata pertumbuhan ekonomi di Yogyakarta mencapai 4,46 % dan rata-rata
PDRB per kapita sebesar 32.706.909 juta. Tabel 1.2 dan 1.3 menunjukkan
hasil analisis tipologi klassen di Kota Yogyakarta.
Tabel 1.2 : Tipologi Klassen di Kota Yogyakarta
Laju PDRB per Kapita
Pertumbuhan
Yi > Y Yi < Y
ekonomi
(Wilayah cepat maju
dan cepat tumbuh)
(Wilayah berkembang cepat)
ri > r Gondokusuman,
Pakualaman, Gedongtengen
Danurejan
Gondomanan, Jetis
(Tertinggal)
(Wilayah Maju tapi
ri < r Mantrijeron, Kraton, Mergangsang
tertekan) Umbulharjo
Kotagede, Ngampilan, Wirobrajan, Tegalrejo
Sumber: Hasil Pengolahan, 2016

Hasil analisis menunjukkan bahwa 7 dari 14 kecamatan di Kota


Yogyakarta masih tertinggal perkembangannya. Kecamatan yang mempunyai
klasifikasi maju dan cepat tumbuh seperti Gondokusumo, Danurejan,
Gondomanan, Jetis. Kecamatan Pakualam dan Gedongtengen termasuk
berkembang cepat. Daerah yang termasuk klasifikasi maju tertekan adalah
Kecamatan Umbulharjo.
Tabel 1.3: hasil analisis Tipologi klases Kota Yogyakarta
Kecamatan LPE Pendapatan/Kapita Tipologi Klassen
Mantrijeron 3.77 Rp 20,436,012 Tertinggal
Kraton 3.58 Rp 18,944,967 Tertinggal
Mergangsang 4.23 Rp 18,056,582 Tertinggal
Umbulharjo 3.59 Rp 38,485,572 Maju tertekan
Kotagede 3.5 Rp 18,540,311 Tertinggal
Gondokusuman 4.55 Rp 48,611,930 Cepat maju dan tumbuh
Danurejan 6.36 Rp 63,078,509 Cepat maju dan tumbuh
Pakualaman 5.16 Rp 16,833,906 Berkembang cepat
Gondomanan 5.61 Rp 73,220,599 Cepat maju dan tumbuh
Ngampilan 3.55 Rp 16,833,394 Tertinggal
Wirobrajan 3.49 Rp 30,066,955 Tertinggal
Gedongtengen 5.98 Rp 31,540,251 Berkembang cepat
Jetis 4.96 Rp 43,601,974 Cepat maju dan tumbuh
Tegalrejo 4.24 Rp 19,645,766 Tertinggal
Rata-Rata 4.47 Rp 32,706,909

Daerah Cepat Maju dan Cepat Tumbuh. Kecamatan yang berada pada
klasifikasi daerah cepat maju dan cepat tumbuh memiliki rata‐rata pertumbuhan
ekonomi dan rata‐rata pendapatan perkapita yang lebih tinggi dibandingkan
dengan Kota Yogyakarta. Kecamatan Danurejan memiliki nilai pertumbuhan
ekonomi dan pendapatan tertinggi yakni sebesar 6,36 persen dan tingkat
pendapatan perkapita sebesar Rp 63,078,509. Hal ini terkait erat dengan sektor-
sektor unggulan dan basis yang terdapat di Kecamatan Danurejan.
Daerah Maju Tetapi Tertekan. Kecamatan yang termasuk dala kategori
maju tetapi tertekan yakni Umbulharjo dengan nilai pertumbuhan ekonomi
sebesar 3.59 dan pendapatan perkapita Rp 38,485,572.
Daerah Berkembang Cepat. Kecamatan yang berada pada klasifikasi
daerah cepat maju dan cepat tumbuh memiliki rata‐rata pertumbuhan ekonomi
lebih tinggi tetapi rata‐rata pendapatan perkapita yang lebih rendah dibandingkan
dengan Kota Yogyakarta. Kecamatan Pakualaman dan Gedongtengen tingkat
pertumbuhan ekonomi sebesar 5.16 dan 5.98 persen dan tingkat pendapatan
perkapita sebesar Rp 16,833,906 dan Rp 31,540,251.
Daerah Relatif Tertinggal. Kecamatan Mantrijeron, Kraton, Mergangsang
Kotagede, Ngampilan, Wirobrajan, Tegalrejo sebagai daerah yang berada pada
klasifikasi daerah tertinggal yang relatif memiliki rata‐rata pertumbuhan ekonomi
dan rata‐ rata pendapatan perkapita yang lebih rendah dibandingkan dengan Kota
Yogyakarta.
2) Sektor Basis/Unggulan
Teori basis ekonomi (economic base theory) dimaksudkan untuk
mengidentifikasi sektor-sektor pembangunan yang termasuk sektor basis
maupun non basis pada suatu daerah. Teori ini menyatakan bahwa faktor
penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah berhubungan langsung
dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah atau besarnya
peningkatan ekspor dari wilayah tersebut.

Menurut Glasson (1977) dalam Muta’ali (2015) mengungkapkan


semakin banyak sektor basis dalam suatu wilayah akan menambah arus
pendapatan ke wilayah tersebut, menambah permintaan terhadap barang dan
jasa didalamnya dan menimbulkan kenaikan volume sektor non bais. Dengan
kata lain, sektor basis berhubungan langsung dengan permintaan dari luar,
sedangkan sektor non bais berhubugan secara tidak langsung, yaitu melalui
sektor basis terlebih dahulu. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sektor
basis merupakan penggerak utama dalam perekonomian suatu wilayah. Tabel
1.4 dan tabel 1.5 menunjukkan sektor basis setiap kecamatan di Kota
Yogyakarta tahun 2010. Terdapat tiga kondisi Nilai LQ yang dapat
digambarkan dalam perhitungan PDRB di atas, yaitu:

 Jika nilai LQ > 1, menunjukkan sektor tersebut disamping dapat


memenuhi kebutuhannya sendiri, juga memberikan peluang untuk
diekspor ke wilayah lainnya. Dapat dikatakan pula bahwa wilayah tersebut
terspesialisasi pada sektor yang bersangkutan (sektor tersebut merupakan
sektor basis).
 Jika nilai LQ = 1, menunjukkan sektor tersebut hanya dapat memenuhi
kebutuhan wilayah itu sendiri. Atau dengan kata lain, sektor yang
bersangkutan di daerah tersebut memiliki tingkat spesialisasi yang sama
dibandingkan dengan sektor yang sama pada wilayah nasional.
 Jika nilai LQ < 1, menunjukkan bahwa sektor tersebut tidak cukup
memenuhi kebutuhan wilayahnya sendiri, sehingga wilayah tersebut harus
mengimpor dari wilayah lain. Dapat dikatakan juga bahwa wilayah
tersebut tidak terspesialisasi pada sektor yang bersangkutan (sektor
tersebut merupakan sektor non basis)
Tabel 1.4 Sektor basis tiap kecamatan di Kabupaten Kota Yogyakarta

Keuangan
Pertambangan Listrik Gas Perdagangan Pengangkutan Persewaan
Dan Industri Dan Air Hotel Dan Dan Jasa
Kecamatan Pertanian Penggalian Pengolahan Bersih Bangunan Restoran Komunikasi Perusahaan Jasa-Jasa
Mantrijeron 2.01 10.60 1.22 1.44 0.98 1.35 0.72 0.90 0.79
Kraton 0.13 - 1.39 2.49 1.18 0.84 0.69 0.73 1.23
Mergangsang 1.26 4.31 0.02 1.50 0.37 1.72 0.71 1.04 0.99
Umbulharjo 1.12 0.54 1.86 0.73 1.80 0.52 0.83 0.77 1.16
Kotagede 5.82 - 1.84 1.70 0.95 0.81 0.27 1.18 1.16
Gondokusuman 0.18 0.05 0.31 0.78 0.63 1.29 0.92 1.27 0.99
Danurejan 0.04 - 0.20 0.49 0.31 0.88 1.74 0.64 1.42
Pakualaman 0.14 - 1.22 2.03 0.17 1.40 0.72 0.82 1.03
Gondomanan 0.02 0.46 0.23 0.67 0.06 0.78 2.63 1.33 0.58
Ngampilan 2.46 1.86 2.92 1.94 0.27 1.16 0.40 0.82 0.81
Wirobrajan 1.14 - 0.75 0.95 3.27 1.01 0.62 1.08 0.53
Gedongtengen 0.34 0.34 0.78 0.90 0.15 1.73 1.52 0.71 0.52
Jetis 0.07 - 0.42 0.89 0.39 1.22 0.93 1.06 1.22
Tegalrejo 2.72 1.28 2.05 1.76 1.28 0.90 0.15 1.50 0.80
Sumber: Hasil Analsis, 2016
Tabel 1.5: Klasifikasi Sektor basis di Kota Yogyakarta
No Sektor Kecamatan Basis
1 Mantrijeron, Mergangsang,
Pertanian Umbulharjo, Kotagede, Ngampilan,
Wirobrajan, Tegalrejo
2 Mantrijeron, Mergangsang, Ngampilan,
Pertambangan dan Penggalian Tegalrejo
3 Mantrijeron, Kraton, Umbulharjo,
Industri Pengolahan Kotagede, Ngampilan, Tegalrejo
4 Mantrijeron, Kraton, Mergangsang,
Listrik, Gas dan Air Bersih Kotagede, Ngampilan, Tegalrejo
5 Kraton, Umbulharjo, Wirobrajan,
Bangunan Tegalrejo
6 Mantrijeron, Mergangsang,
Perdagangan Gondokusuman, Ngampilan,
Wirobrajan, Gedongtengen, Jetis
7 Pengangkutan dan Komunikasi Danurejan, Gedongtengen
8 Mergangsang, Kotagede,
Keuangan, Persewaan dan Jasa
Gondokusuman, Gondomanan,
Perusahaan Wirobrajan, Jetis, Tegalrejo
9 Kraton, Umbulharjo, Kotagede,
Jasa-Jasa Danurejan, Jetis
Sumber: Hasil Pengolahan, 2016

Berdasarkan tabel di atas, sektor-sektor basis berpotensi untuk


dikembangkan lebih optimal agar dapat memberi sumbangan yang besar terhadap
PDRB Kecamatan di kota Yogyakarta. Hal ini sesuai dengan Teori Basis
Ekonomi yang menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi
suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan
jasa dari luar daerah. Pertumbuhan industri‐industri yang menggunakan
sumberdaya lokal, termasuk angkatan kerja dan bahan baku untuk diekspor, akan
menghasilkan kekayaan daerah dan pencip‐ taan peluang kerja. Strategi
pembangunan daerah yang muncul yang didasarkan pada teori ini adalah
penekanan terhadap arti penting bantuan kepada dunia usaha yang memiliki pasar
baik secara nasional maupun internasional. Implementasi kebijakannya mencakup
pengurangan hambatan/batasan terhadap perusahaan‐perusahaan yang berorientasi
ekspor yang ada dan akan didirikan di daerah tersebut
3. Dampak Pengganda (Multiplier Effect)
Didalam pembangunan wilayah untuk mempercepat perkembangannya
harus diberikan penekanan pada sektor-sektor unggulan yang dapat
memberikan dampak lebih luas terhadap kesejahtraan serta memberikan efek
pengganda (multiplier effect) pada sektor lain. Dengan memberikan penekanan
pada sektor-sektor tertentu secara simultan dapat dicapai peningkatan
kesejahtraan dan pengembangan wilayah.

Dalam teori basis ekonomi, laju pertumbuhan ekonomi dan basis


ekonomi ditentukan oleh besarnya peningkatan ekspor dan basis ekonomi dari
wilayah tersebut. permintaan ekspor yang besar akan memberi dampak
pengganda yang besar (multiplier effect) diantaranya menaikan produksi dan
investasi serta meningkatkan nilai tambah, yang menyebabkan bertambahnya
kesempatan dan lapangan kerja, sehingga meningkatkan pendapatan
masyarakat dan pajak bagi Negara, dan pada akhirnya meningkatkan
pertumbuhan ekonomi.

Suatu sektor basis mempunyai dampak pengganda terhadap sektor lain.


Dampak pengganda suatu sektor menyebabkan perkembangan sektor lain ikut
tumbuh. Dampak pengganda suatu sektor dapat berupa bertambahnya
lapangan kerja dan pendapatan masyarakat. Sektor tersebut yang dapat
menggerakkan kegiatan ekonomi di seluruh wilayah. Tabel 1.6 menunjukkan
sektor yang mempunyai dampak pengganda tertinggi di tiap kecamatan.

Tabel 1.6: Sektor dengan nilai ME tertinggi tiap kecamatan di Kota


Yogyakarta
Jumlah Sektor
Nilai
No Kecamatan Sektor Dengan Nilai ME Tertinggi Dengan Nilai ME
ME
+
1 Mantrijeron Industri Pengolahan 4.6 5
Keuangan, Sewa Dan Jasa
2 Kraton 27.7 5
Perusahaan
3 Mergangsang Bangunan 16.3 3
4 Umbulharjo Pertanian 8.7 4
5 Kotagede Jasa-Jasa 6.1 5
Keuangan, Sewa Dan Jasa
6 Gondokusuman 3.7 2
Perusahaan
7 Danurejan Jasa-Jasa 7.9 4
8 Pakualaman Jasa-Jasa 36.9 4
Keuangan, Sewa Dan Jasa
9 Gondomanan 3.1 2
Perusahaan
10 Ngampilan Perdagangan, Hotel, Restoran 6.1 5
11 Wirobrajan Perdagangan, Hotel, Restoran 98.0 4
12 Gedongtengen Pengangkutan Dan Komunikasi 1.9 2
Keuangan, Sewa Dan Jasa
13 Jetis 16.0 3
Perusahaan
14 Tegalrejo Bangunan 3.6 6
Kota Yogyakarta Perdagangan, Hotel, Restoran 5.4 5

4. Indeks Spesialisasi
Analisis indeks spesialisasi merupakan salah satu cara untuk mengukur
perilaku dinamika kegiatan ekonomi secara keseluruhan. Berikut merupakan
hasil perhitungan indeks spesialisasi seluruh Kecamatan di Kota Yogyakarta.
Tabel: 1.7 Hasil Perhitungan Indeks Spesialisasi
Sektor kota Yogyakarta % DIY % Absolut
-
Pertanian 31,929 0.25 7,320,504 14.90 14.65
14.65
Pertambangan Dan
630 0.00 345,583 0.70 -0.70 0.70
Penggalian
Industri Pengolahan 1,154,298 8.99 6,607,026 13.45 -4.45 -4.45
Listrik Gas Dan Air
228,408 1.78 638,420 1.30 0.48 0.48
Bersih
Bangunan 1,056,236 8.23 5,120,506 10.42 -2.19 -2.19
Perdagangan Hotel
3,118,148 24.29 10,084,878 20.52 3.77 3.77
Restoran
Pengangkutan Dan
2,059,141 16.04 4,452,420 9.06 6.98 -6.98
Komunikasi
Keuangan Persewaan
1,991,131 15.51 4,961,601 10.10 5.42 5.42
Dan Jasa Perusahaan
Jasa-Jasa 3,195,258 24.89 9,607,264 19.55 5.34 -5.34
Total 12,835,179 100.00 49,138,202 100.00 6.04
Indeks Spesialisasi 0.03

Indeks spesialisasi bertujuan untuk mengetahui pemerataan kontribusi


sektor dalam perekonomian Kota Yogyakarta. Kegunaan lain teknik ini adalah
menganalisis tingkat konsentrasi sektor tertentu dibandingkan daerah yang jenjang
lebih tinggi yaitu Provinsi. Indeks sentralitas mempunyai range 0-1, semakin
mendekati 1 maka terdapat spesialisasi dalam perkenomian wilayah.
Daftar Pustaka

Muta’ali. 2015. Teknik Analisis Regional Untuk Perencanaan Wilayah, Tata Ruang dan
Lingkungan. Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Geografi Universitas Gadjah
Mada

You might also like