Professional Documents
Culture Documents
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kepada Allah SWT yang dengan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penyusun dapat melaksanakan dan menyusun laporan akhir
praktikum fisiologi hewan air. Atas dukungan moral serta materi yang telah
diberikan dalam penyusunan laporan ini, maka penyusun mengucapkan banyak
terimakasih kepada Dosen fisiologi hewan air dan asisten praktikum fisiologi
hewan air Universitas Padjadjaran yang telah membimbing penyusun untuk
menyelesaikan laporan akhir praktikum ini.
Dalam penyusunan laporan ini penyusun telah berusaha dengan segenap
kemampuan. Demi kesempurnaan laporan ini penyusun mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun. Kritikan dan saran sangat kami butuhkan agar
laporan ini menjadi lebih baik dan digunakan sebagaimana mestinya.
Dengan selesainya laporan ini penyusun mengharapkan akan dapat
memberikan pengetahuan tambahan tentang pemahaman materi tentang fisiologi
hewan air terutama ikan nilem khususnya bagi saya dan umumnya bagi teman-
teman. Semoga laporan yang saya buat ini dapat menambah pengetahuan bagi kita
semua.
Akhir kata semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada penyusun
mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua yang membacanya walaupun laporan ini masih jauh
dari kesempurnaan.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
BAB Halaman
DAFTAR TABEL ..................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................. vii
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................. 1
1.2 Tujuan Praktikum ......................................................... 2
1.3 Manfaat Praktikum ....................................................... 2
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Nilem .................................................................... 3
2.1.1 Klasifikasi Ikan Nilem ................................................. 3
2.1.2 Fisiologi Ikan Nilem .................................................... 3
2.2 Suhu ............................................................................. 5
2.3 Sistem Respirasi ........................................................... 5
2.3.1 Mekanisme Respirasi ................................................... 6
2.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi ................ 6
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
Fisiologi Hewan Air adalah salah satu ilmu dasar yang penting untuk
menjelaskan fungsi tubuh ikan dan hewan akuatik lain. Ikan merupakan organisme
berdarah dingin (poikilotermis). Suhu tubuhnya menyesuaikan dengan suhu
lingkungannya sehingga suhu badannya naik turun beriringan dengan naik turunnya
suhu media hidupnya. Ikan berkembang biak dengan cara ovipar (bertelur).
Pembuahan pada ikan biasanya terjadi secara eksternal atau diluar tubuhnya. Semua
ikan hidup di dalam air, baik air tawar, maupun air laut. Kebanyakan ikan, kulit
tubuhnya memiliki sisik dan berlendir untuk memudahkan gerakan di dalam air dan
menjaga kelembapan tubuhnya.Ikan juga mempunyai sirip yang berfungsi untuk
keseimbangan dan menentukan arah gerak di dalam air. Sirip ikan dibagi menjadi
dua, yaitu sirip tunggal (contoh: sirip punggung, sirip ekor, dan sirip belakang) dan
sirip ganda atau berpasangan (contoh: sirip dada dan sirip perut). Selain itu ditubuh
ikan terdapat gurat sisi yang berfungsi untuk mengetahui tekanan air di kelilingnya
(Cholik dkk 2005) dalam (Ismayadi dkk 2016).
Salah satu sistem yang penting dalam kehidupan adalah sistem pernapasan. Ikan
bernapas dengan menggunakan insang yang terletak di bagian kepalanya. Proses
pernapasan ikan dimulai dengan air masuk melalui rongga mulut kemudian masuk
dalam insang, saat air ada dalam insang, oksigen yang terlarut dalam air diserap
oleh pembuluh-pembuluh darah kecil yang terdapat pada insang lalu karbon
dioksida yang ada di dalam darah dikeluarkan ke air. Air keluar dari rongga insang
ketika tutup insang membuka dan begitu terus – menerus (Cholik dkk 2005) dalam
(Ismayadi dkk 2016).
1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Suhu
Suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme organisme, oleh sebab itu
penyebaran organisme baik di laut maupun di air tawar dibatasi oleh suhu perairan.
Suhu sangat berpangur terhadap pertumbuhan dan perkembangan biota air. Secara
umum laju pertumbuhan sejalan dengan kenaikan suhu suhu dapat menekan
kehidupan biota air bahkan menyebabkan kematian bila terjadi peningkatan suhu
yang ekstrim. Kisaran suhu optimal bagi kehidupan ikan di perairan tropis berkisar
antara 25-30oC (K, M. Ghufron H dan Tancung, BA 2005).
Secara tidak langsung suhu sangat mempengaruhi kehidupan biota air, yaitu
melalui pengaruhnya terhadap oksigen terlarut di dalam perairan. Semakin tinggi
suhu air maka semakin kelarutan oksigen dalam air begitupun sebaliknya. Pengaruh
suhu secara tidak langsung adalah mempengaruhi metabolisme, daya larut gas-gas,
termasuk oksigen serta berbagai reaksi kimia yang terjadi di dalam air. Semakin
tinggi suhu air maka semakin tinggi laju metabolisme yang berarti semakin besar
konsumsi oksigennya, padahal kenaikan suhu mengurangi daya larut oksigen dalam
air. Setiap kenaikan suhu 10oC akan mempercepat laju reaksi kimia sebesar 2 kali.
Pergantian atau pencampuran air merupakan cara yang dapat dilakukan untuk
mengurangi pengaruh suhu yang tinggi. Pergantian air untuk pengenceran metabolit
sekaligus dapat mengurangi pengaruh suhu tinggi (K, M. Ghufron H dan Tancung,
B A 2005).
6
3.2.1 Alat
Berikut ini adalah bahan yang digunakan dalam praktikum pengaruh suhu
media air terhadap membuka dan menutup opekulum benih ikan nilem:
Tabel 1. Alat Praktikum
Nama Alat Fungsi
Beaker glass Tempat ikan pada saat diamati
Wadah plastik Tempat ikan sebelum dan setelah diamati
Water bath Pemanas air
Termometer Mengukur suhu air
Hg/alcohol
Hand counter Menghitung bukaan operkulum benih ikan
Stopwatch Mengamati waktu
3.2.2 Bahan
Berikut ini adalah bahan yang digunakan dalam praktikum pengaruh suhu
media air terhadap membuka dan menutup opekulum benih ikan nilem:
8
9
4.1 Hasil
Berikut ini adalah hasil data kelompok dan data kelas yang diperoleh dalam
praktikum pengaruh suhu media air terhadap membuka dan menutup opekulum
benih ikan nilem
225
197
200 188
175
148
150
125
100
75
50
25
0
22 25 28
Suhu
11
12
250
Bukaan Operkulum (kali/menit)
223
225 204
200
172
175
150
125
100
75
50
25
0
21 25 27
Suhu
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum diatas, didaptkan dua pokok bahasan dari
pengaruh suhu terhadap bukaan operkulum pada benih ikan nilem dua pokok
bahasan tersebut yaitu :
4.2.1 Pembahasan Data Kelompok
Berdasarkan praktikum fisiologi hewan air yang telah kami lakukan dengan
pokok bahasan pengaruh suhu terhadap buka tutup operkulum ikan nilem, kami
mendapat hasil yang beragam tergantung pada perlakuan suhu yang diberikan pada
ikan nilem,kami mengujikan setiap perlakuan pada 3 ekor ikan nilem, masing-
masing ikan mendapat ketiga perlakuan suhu yakni suhu kamar (250C), suhu hangat
(280C), dan suhu dingin (220C).
Buka tutup operkulum permenit yang pada tiga ikan memiliki rata-rata
sebanyak 188 pada suhu ruangan, 197 pada suhu diatas suhu kamar dimana buka
dan tutupan operkulum pada tiga ikan relatif meningkat sebab laju metabolisme
menjadi lebih cepat dan berdampak kepada kebutuhan oksigen yang meningkat,
148 pada suhu dibawah suhu kamar dimana buka dan tutupan operkulum pada tiga
ikan relatif menurun sebab laju metabolisme menjadi lebih lambat dan berdampak
kepada kebutuhan oksigen yang menurun. Jika dibandingkan dengan data kelas
yang rata-rata sebanyak 204 pada suhu ruangan, 223 pada suhu diatas suhu kamar,
172 pada suhu dibawah suhu kamar, perbedaan data kelompok kami dapat dibilang
tidak terlalu besar. Dalam hal ini sesuai dengan pustaka K, M. Ghufron H dan
Tancung, BA (2005) yang menyatakan bahwa suhu sangat berpengaruh pada
kehidupan ikan, termasuk benih ikan nilem didalamnya.
nilem, masing-masing ikan mendapat ketiga perlakuan suhu dengan rata-rata pada
suhu ruangan (250C), suhu hangat (270C), dan suhu dingin (210C).
Pada suhu ruangan banyaknya buka tutup operkulum permenit pada ikan rata-
ratanya 204, 223 pada suhu diatas suhu ruangan (hangat) yang relatif meningkat
alasan kenapa buka tutup operkulum meningkat adalah karena Pada suhu perairan
yang tinggi aktivitas metabolisme akan meningkat dimana pada kondisi demikian
konsumsi oksigen organisme akan bertambah, karena kebutuhan konsumsi oksigen
meningkat maka ikan perlu melakukan inhale lebih banyak dari kondisi normal,
jumlah inhale harus sebanding dengan jumlah ekshale maka dari itu kecepatan buka
tutup operkulum juga meningkat, 172 pada suhu dibawah suhu ruangan berbanding
terbalik dengan suhu hangat, semakin rendah suhu perairan semakin lambat pula
laju metabolisme ikan, dan kebutuhan konsumsi oksigenpun semakin sedikit
sehingga frekuensi buka tutup operkulumnya semakin sedikit pula.
Perbedaan hasil tiap kelompok di kelas kami kemungkinan karena adanya
perbedaan suhu awal yang digunakan, selain itu tingkat stres dari ikan juga sangat
mempengaruhi, semakin tinggi tingkat stresnya maka semakin sering
operkulumnya membuka dan menutup. Dan mungkin dikarenakan saat menghitung
jumlah buka tutup operkulum hand counter yang kami gunakan mengalami
kemacetan sehingga ada beberapa gerakan yang tak terhitung oleh hand counter.
Hal ini juga dibahas lagi dalam K, M. Ghufron H dan Tancung, BA 2005 dalam
pustaka ini juga menyatakan bahwa setiap penambahan suhu 10oC maka laju
metabolisme meningkat sebesar dua kali.
Namun secara teoritis masih ada ikan tropis yang dapat hidup dalam kondisi
perairan dengan suhu 30oC-35oC kalau konsentrasi kelarutan oksigen cukup tinggi
(Ahmad dkk 1998) dalam (K, M. Ghufron H dan Tancung, BA 2005).
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan praktikum fisiologi hewan air dengan bahasan pengaruh suhu
terhadap buka tutup operkulum ikan yang telah kami lakukan, dapat disimpulkan
bahwa
1. Suhu sangat mempengaruhi jumlah buka tutup operkulum ikan, semakin
tinggi suhu lingkungan, semakin cepat pula gerakan operkulumnya.
2. Semakin rendah suhu maka semakin lambat gerakan operkulumnya karena
buka tutup operkulum berhubungan dengan laju metabolisme ikan yang
ditentukan oleh kebutuhan oksigen tubuhnya.
3. Ketika suhu rendah proses respirasi menjadi lambat hal ini ditandai dengan
lambatnya bukaan operkulum benih ikan nilem
4. Laju metabolisme ikan pada saat suhu tinggi meningkat hal ini ditandai
ketika suhu meningkat bukaan operkulum relatif lebih cepat dan juga ketika
suhu meningkat produksi buangan dari benih nlem kebih banyak.
Faktor lain yang mempengaruhi adalah tingkat stress dari ikan yg dipakai
sebagai sampel, semakin tinggi tingkat stressnya semakin cepat pula gerakan
operkulumnya. Serta efektifitas alat yang digunakan dapat mempengaruhi data
yang didapatkan.
5.2 Saran
Kami berharap akan ada penelitian tentang pengaruh suhu dengan bukaan
operkulum ikan dengan jenis lain agar dapat membandingkan bagaimana jenii ikan
lain dengan benih ikan nilem.
15
DAFTAR PUSTAKA
16
LAMPIRAN
Lampiran 1. Alat
Water Bath
18
Lampiran 2. Bahan
Air panas
19
Lampiran 3. Prosedur Kerja
satu beaker glass 1000 ml disiapkan sebagai wadah perlakuan dan dua wadah plastik sebagai tempat ikan yang belum
dan yang sudah diamati.
3 ekor benih ikan nilem diambil dari akuarium stok, masukkan ke dalam salah satu wadah plastik yang telah diberi
media air
Beaker glass diisi air secukupnya (± ½ volumenya), kemudian ukur suhunya dengan thermometer dan catat hasilnya
Satu persatu ikan uji dimasukkan ke dalam beaker glass yang sudah diketahui suhunya (perlakuan a) kemudian hitung
banyaknya membuka dan menutup operkulum ikan tersebut selama 1 menit dengan menggunakan hand counter dan
stop watch sebagai penunjuk waktu dan diulang sebanyak tiga kali untuk masing-masing ikan. Data yang diperoleh
dicatat pada kertas lembar kerja yang telah tersedia.
Setelah selesai dengan ikan uji pertama dilanjutkan dengan ikan uji berikutnya sampai ketiga ikan tersebut teramati.
Ikan yang telah diamati dimasukkan ke dalam wadah plastik lain yang telah disediakan.
Lanjutkan dengan perlakuan b dengan mengatur suhu air pada beaker glass agar sesuai dengan suhu yang diinginkan
dengan cara menambah air panas dari water bath sedikit demi sedikit. Usahakan pada saat pengamatan berlangsung
suhu air turun pada kisaran toleransi +- 0,50 C. Pengamatan selanjutnya sama seperti pada point 5.
Setelah selesai dengan perlakuan b, dilanjutkan dengan perlakuan c dengan mengatur suhu air pada beaker glass agar
sesuai dengan suhu yang diinginkan dengan cara menambah jumlah air yang sudah dicampurkan batu es sedikit demi
sedikit.
20
Lampiran 4. Dokumentasi Kegiatan
Penyesuaian suhu
21
Lampiran 5. Data kelompok
Total pengamatan pada suhu kamar (25 C)
22
Lampiran 6. Data kelas
23