You are on page 1of 29

PENGARUH PERUBAHAN SUHU MEDIA AIR

TERHADAP MEMBUKA DAN MENUTUP OPERKULUM


BENIH IKAN NILEM (Osteochilus vittatus)

Disusun sebagai laporan praktikum fisiologi hewan air


Tahun akademik 2018/2019
Disusun oleh:
Kelompok 20/Perikanan B

Adhitya Ramadhan 230110160208


Asep Saepuloh 230110180094
Muqsithia Verentika Rahayu 230110180095
Intan Ukhti Fitriana 230110180100

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kepada Allah SWT yang dengan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penyusun dapat melaksanakan dan menyusun laporan akhir
praktikum fisiologi hewan air. Atas dukungan moral serta materi yang telah
diberikan dalam penyusunan laporan ini, maka penyusun mengucapkan banyak
terimakasih kepada Dosen fisiologi hewan air dan asisten praktikum fisiologi
hewan air Universitas Padjadjaran yang telah membimbing penyusun untuk
menyelesaikan laporan akhir praktikum ini.
Dalam penyusunan laporan ini penyusun telah berusaha dengan segenap
kemampuan. Demi kesempurnaan laporan ini penyusun mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun. Kritikan dan saran sangat kami butuhkan agar
laporan ini menjadi lebih baik dan digunakan sebagaimana mestinya.
Dengan selesainya laporan ini penyusun mengharapkan akan dapat
memberikan pengetahuan tambahan tentang pemahaman materi tentang fisiologi
hewan air terutama ikan nilem khususnya bagi saya dan umumnya bagi teman-
teman. Semoga laporan yang saya buat ini dapat menambah pengetahuan bagi kita
semua.
Akhir kata semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada penyusun
mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua yang membacanya walaupun laporan ini masih jauh
dari kesempurnaan.

Jatinangor, Maret 2019

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

BAB Halaman
DAFTAR TABEL ..................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................. vii
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................. 1
1.2 Tujuan Praktikum ......................................................... 2
1.3 Manfaat Praktikum ....................................................... 2

II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Nilem .................................................................... 3
2.1.1 Klasifikasi Ikan Nilem ................................................. 3
2.1.2 Fisiologi Ikan Nilem .................................................... 3
2.2 Suhu ............................................................................. 5
2.3 Sistem Respirasi ........................................................... 5
2.3.1 Mekanisme Respirasi ................................................... 6
2.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi ................ 6

III METODOLOGI PRAKTIKUM


3.1 Tempat dan Waktu ....................................................... 7
3.2 Alat dan Bahan ............................................................. 7
3.2.1 Alat ............................................................................... 7
3.2.2 Bahan............................................................................ 7
3.3 Prosedur Kerja.............................................................. 8

IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil ............................................................................. 10
4.1.1 Data Kelompok ............................................................ 10
4.1.2 Data Kelas .................................................................... 11
4.2 Pembahasan .................................................................. 12
4.2.1 Pembahasan Data Kelas ............................................... 12
4.2.2 Pembahasan Data Kelompok ....................................... 12

V SIMPULAN DAN SARAN


5.1 Simpulan ...................................................................... 14
5.2 Saran ............................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA ................................................................ 15


LAMPIRAN ............................................................................... 16

iv
DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman


1 Alat Praktikum ................................................................................ 7
2 Bahan Praktikum ............................................................................. 8

v
DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

1 Benih Ikan Nilem ............................................................................ 3


2 Grafik Data Kelompok .................................................................... 10
3 Grafik Data Kelas.. .......................................................................... 11

vi
DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman


1 Alat ................................................................................................. 16
2 Bahan ............................................................................................... 17
3 Prosedur Kerja ................................................................................. 18
4 Dokumentasi Kegiatan .................................................................... 19
5 Data Kelompok ............................................................................... 20
6 Data Kelas ....................................................................................... 21

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fisiologi Hewan Air adalah salah satu ilmu dasar yang penting untuk
menjelaskan fungsi tubuh ikan dan hewan akuatik lain. Ikan merupakan organisme
berdarah dingin (poikilotermis). Suhu tubuhnya menyesuaikan dengan suhu
lingkungannya sehingga suhu badannya naik turun beriringan dengan naik turunnya
suhu media hidupnya. Ikan berkembang biak dengan cara ovipar (bertelur).
Pembuahan pada ikan biasanya terjadi secara eksternal atau diluar tubuhnya. Semua
ikan hidup di dalam air, baik air tawar, maupun air laut. Kebanyakan ikan, kulit
tubuhnya memiliki sisik dan berlendir untuk memudahkan gerakan di dalam air dan
menjaga kelembapan tubuhnya.Ikan juga mempunyai sirip yang berfungsi untuk
keseimbangan dan menentukan arah gerak di dalam air. Sirip ikan dibagi menjadi
dua, yaitu sirip tunggal (contoh: sirip punggung, sirip ekor, dan sirip belakang) dan
sirip ganda atau berpasangan (contoh: sirip dada dan sirip perut). Selain itu ditubuh
ikan terdapat gurat sisi yang berfungsi untuk mengetahui tekanan air di kelilingnya
(Cholik dkk 2005) dalam (Ismayadi dkk 2016).
Salah satu sistem yang penting dalam kehidupan adalah sistem pernapasan. Ikan
bernapas dengan menggunakan insang yang terletak di bagian kepalanya. Proses
pernapasan ikan dimulai dengan air masuk melalui rongga mulut kemudian masuk
dalam insang, saat air ada dalam insang, oksigen yang terlarut dalam air diserap
oleh pembuluh-pembuluh darah kecil yang terdapat pada insang lalu karbon
dioksida yang ada di dalam darah dikeluarkan ke air. Air keluar dari rongga insang
ketika tutup insang membuka dan begitu terus – menerus (Cholik dkk 2005) dalam
(Ismayadi dkk 2016).

1
2

Untuk membuktikan bahwa ikan merupakan hewan poikilotermik maka


dilakukan praktikum pengaruh perubahan suhu terhadap membuka dan menutup
operkulum pada ikan nilem.
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dilakukannya praktikum pengaruh suhu media air terhadap membuka
dan menutup opekulum benih ikan nilem:
1. Untuk mengetahui pengaruh suhu panas terhadap bukaan operkulum benih ikan
nilem,
2. Untuk mengetahui pengaruh suhu dingin terhadap bukaan operkulum benih
ikan nilem,
3. Untuk mengetahui pengaruh perubahan suhu terhadap laju respirasi benih ikan
nilem.
1.3 Manfaat Praktikum
Manfaat dilakukannya praktikum pengaruh suhu media air terhadap
membuka dan menutup opekulum benih ikan nilem adalah kita dapat
mengetahui bagaimana kondisi benih ikan nilem apabila berada pada suhu yang
berbeda-beda seperti pada suhu rendah atau pada suhu yang tinggi. Praktikum
ini juga dapat menjadi tolsk ukur kondisi ikan lain apabila hidup pada suhu yang
sama dengan suhu yang digunakan pada saat praktikum.
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Nilem


Ikan nilem merupakan ikan asli perairan Indonesia, dan merupakan salah satu
dari ikan konsumsi air tawar yang hidup di rawa-rawa dan di sungai-sungai.
Umumnya ikan nilem dipelihara di kolam-kolam di dataran tinggi. Pemeliharaan di
karamba dan sawah masih sangat terbatas (Cholik dkk 2005) dalam (Ismayadi dkk
2016). Di Indonesia ikan nilem dikenal dengan nama nilem, lehat, magut, regis,
milem, muntu, palung, palau, pawas, puyau, asang, penopa, dan karper (Saanin
1984). Daerah penyebarannya meliputi: Malaysia, Thailand, Vietnam, kamboja,
Indonesia (pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi) (Djajadiredja et al.
1997) dalam (Charisty N A. 2013)

2.1.1 Klasifikasi Ikan Nilem


Klasifikasi ikan nilem (Osteochilus vittatus) menurut Saanin (1984) dalam
Charisty (2013), adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub filum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Sub kelas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Sub Ordo : Cyprinoidae
Familia : Cyprinidae
Sub familia : Cyprininae
Genus : Ostechilus
Spesies : Osteochilus vittatus

Gambar 1. Benih Ikan Nilem


4

2.1.2 Fisiologi Ikan Nilem


Insang pada ikan bertulang sejati ditutupi oleh tutup insang yang disebut
operkulum, sedangkan insang pada ikan bertulang rawan tidak ditutupi oleh
operkulum.Insang tidak saja berfungsi sebagai alat pernapasan tetapi dapat pula
berfungsi sebagai alat ekskresi garam- garam, penyaring makanan, alat pertukaran
ion, dan osmoregulator. Beberapa jenis ikan mempunyai labirin yang merupakan
perluasan ke atas dari insang dan membentuk lipatanlipatan sehingga merupakan
rongga-rongga tidak teratur. Labirin ini berfungsi menyimpan cadangan 02 sehingga
ikan tahan pada kondisi yang kekurangan 02. Contoh ikan yang mempunyai labirin
adalah: ikan gabus dan ikan lele. Untuk menyimpan cadangan 02, selain dengan
labirin, ikan mempunyai gelembung renang yang terletak di dekat punggung
(Effendi 2004).
Selain insang ikan juga memiliki organ organ pernapasan lain yaitu
pseudobranch. Pseudobranch terdapat pada insang seperti struktur (kadang-kadang
berada pada membrane atau bahkan penampilannya seperti kelenjar). Kebanyakan
pada famili teleostei khususnya spesies air atau bahkan penampilannya seperti
kelenjar). Kebanyakan pada famili teleostei khususnya spesies air laut dan tawar,
laut dan tawar, ini berarti kebanyakan spesies memiliki perbedaan pseudobranch ini
berarti kebanyakan spesies memiliki perbedaan pseudobranch. Kadang kala.
Kadang kala banyak banyak pendapat menyetujui perubahan nama, seringkali
pseudobranch dan bukan insang. pendapat menyetujui perubahan nama, seringkali
pseudobranch dan bukan insang (Effendi 2004).
Satu alasan untuk mengatakan bahwa pseudobranch bukan insang adalah
ketika suplay darah Satu alasan untuk mengatakan bahwa pseudobranch bukan
insang adalah ketika suplay darah dari pseudobranch dimulai dari insang. Arteri
dari branch ke insang utama melalui bagian depan dan dari pseudobranch dimulai
dari insang. Arteri dari branch ke insang utama melalui bagian depan dan belakang
samping operculum sampai ke pseudobranch dan kemudian dari vena masuk ke
bagian belakang samping operculum sampai ke pseudobranch dan kemudian dari
vena masuk ke bagian kepala (Effendi 2004).
5

Darah yang tinggal dalam pseudobranch mengandung carbonik anhydrase ketika


darah Darah yang tinggal dalam pseudobranch mengandung carbonik anhydrase
ketika darah pseudobranch mungkin meliputi regulasi pH melalui perubahan ion.
Dilain sisi pseudobranch pseudobranch mungkin meliputi regulasi pH melalui
perubahan ion. Dilain sisi pseudobranch elasmobranchi tidak mengandung
karbonik anhyrase dan tidak elasmobranchi tidak mengandung karbonik anhyrase
dan tidak terdapat kelenjer choroid (Effendi 2004).

2.2 Suhu
Suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme organisme, oleh sebab itu
penyebaran organisme baik di laut maupun di air tawar dibatasi oleh suhu perairan.
Suhu sangat berpangur terhadap pertumbuhan dan perkembangan biota air. Secara
umum laju pertumbuhan sejalan dengan kenaikan suhu suhu dapat menekan
kehidupan biota air bahkan menyebabkan kematian bila terjadi peningkatan suhu
yang ekstrim. Kisaran suhu optimal bagi kehidupan ikan di perairan tropis berkisar
antara 25-30oC (K, M. Ghufron H dan Tancung, BA 2005).
Secara tidak langsung suhu sangat mempengaruhi kehidupan biota air, yaitu
melalui pengaruhnya terhadap oksigen terlarut di dalam perairan. Semakin tinggi
suhu air maka semakin kelarutan oksigen dalam air begitupun sebaliknya. Pengaruh
suhu secara tidak langsung adalah mempengaruhi metabolisme, daya larut gas-gas,
termasuk oksigen serta berbagai reaksi kimia yang terjadi di dalam air. Semakin
tinggi suhu air maka semakin tinggi laju metabolisme yang berarti semakin besar
konsumsi oksigennya, padahal kenaikan suhu mengurangi daya larut oksigen dalam
air. Setiap kenaikan suhu 10oC akan mempercepat laju reaksi kimia sebesar 2 kali.
Pergantian atau pencampuran air merupakan cara yang dapat dilakukan untuk
mengurangi pengaruh suhu yang tinggi. Pergantian air untuk pengenceran metabolit
sekaligus dapat mengurangi pengaruh suhu tinggi (K, M. Ghufron H dan Tancung,
B A 2005).
6

2.3 Sistem Respirasi


Sistem pernapasan ikan "bernapas" dengan mengambil oksigen yang
terlarut dalam air yang mereka alirkan melewati insang. Mereka tidak mampu hidup
lebih dari beberapa menit di luar air. Agar mampu hidup di darat, mereka harus
mendapatkan sistem paru-paru yang sempurna secara tiba-tiba. Insang berbentuk
lembaran-lembaran tipis berwarna merah muda dan selalu lembap.
Bagian terluar dari insang berhubungan dengan air, sedangkan bagian dalam
berhubungan erat dengan kapiler-kapiler darah. Tiap lembaran insang terdiri dari
sepasang filamen, dan tiap filamen mengandung banyak lapisan tipis (lamela). Pada
filamen terdapat pembuluh darah yang memiliki banyak kapiler sehingga
memungkinkan O2 berdifusi masuk dan CO2 berdifusi keluar (Dinas Pendidikan
RI, 2014).

2.3.1 Mekanisme Respirasi


Mekanisme sistem respirasi biota air dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Inspirasi ; mulut terbuka, rongga bucco pharinx dan rongga insang
menggelembung dan selaput operkulum terbuka. Pada keadaan ini air
masuk (terisap).
b. Expirasi ; mulut tertutup ,rongga bucco –pharinx dan rongga insang
berkonsentrasi menyempit selaput operkulum terbuka. Pada keadaann ini
air mengalir dari rongga mulut dan rongga insang kearah luar melalui
insang terjadi pertukaran gas (Dinas Pendidikan RI 2014)

2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Respirasi


Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi oksigen antara lain:
1. Faktor luar terdiri dari :
a) Tekanan parsial oksigen yang terdiri dari 2 tipe yaitu:
- Ada yang tingkat konsumsi oksigennya tergantung pada keadaan tekanan
oksigen (conformer).
- Ada yang tingkat konsumsi oksigennya relatif konstan pada kisaran
tekanan parsial oksigen yang sempit (Regulator).
b) Suhu. Peningkatan suhu diikuti dengan peningkatann laju metabolisme.
7

c) Faktor lain, misalnya makanan, salinitas, dan karbon dioksida.


Faktor dalam, yang terdiri dari: ukuran ikan, jenis ikan dan faktor lain
seperti aktivitas, karantina (pemuasaan), dan kondisi kesehatan (Dinas Pendidikan
RI 2014).
BAB III
METOTOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum nilai hematokrit ikan mas dilaksanakan pada hari Rabu, 27 Maret
2019 mulai pukul 09.30 sampai dengan selesai di Laboratorium Fisiologi Hewan
Air yang terletak di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Padjadjaran.

3.2 Alat dan Bahan


Berikut ini adalah alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum
pengaruh suhu media air terhadap membuka dan menutup opekulum benih ikan
nilem:

3.2.1 Alat
Berikut ini adalah bahan yang digunakan dalam praktikum pengaruh suhu
media air terhadap membuka dan menutup opekulum benih ikan nilem:
Tabel 1. Alat Praktikum
Nama Alat Fungsi
Beaker glass Tempat ikan pada saat diamati
Wadah plastik Tempat ikan sebelum dan setelah diamati
Water bath Pemanas air
Termometer Mengukur suhu air
Hg/alcohol
Hand counter Menghitung bukaan operkulum benih ikan
Stopwatch Mengamati waktu

3.2.2 Bahan

Berikut ini adalah bahan yang digunakan dalam praktikum pengaruh suhu
media air terhadap membuka dan menutup opekulum benih ikan nilem:

8
9

Tabel 2. Bahan Praktikum


Nama Bahan Fungsi
Benih Ikan Nilem Sampel pengamatan
Air panas Mengubah suhu air
Es batu Mengubah suhu air

3.3 Prosedur Praktikum


1. Beaker glass 1000 ml dan dua wadah plastik disiapkan sebagai wadah
perlakuan dan sebagai tempat ikan yang belum dan yang sudah diamati.
2. Tiga ekor benih ikan mas diambil dari akuarium stok, lalu ikan dimasukkan
ke dalam salah satu wadah plastik yang telah diberi air.
3. Beaker glass diisi dengan air secukupnya (± ½ volumenya), lalu suhunya
diukur dengan termometer dan hasilnya dicatat.
4. Pengamatan dilakukan dengan tiga perlakuan yaitu :
- T1 = untuk suhu kamar/ruangan
- T2 = untuk suhu 30 C diatas suhu kamar/ruangan
- T3 = untuk 30 C dibawah suhu kamar/ruangan
5. Satu persatu ikan nilem dimasukkan ke dalam beaker glass yang sudah
diukur suhunya (perlakuan a) kemudian dihitung banyaknya bukaan
operkulum benih ikan mas selama satu menit dengan hand counter dan stop
watch sebagai penunjuk waktu dan diulang sebanyak tiga kali untuk
masing-masing ikan. Data yang diperoleh dicatat pada kertas lembar kerja
yang telah tersedia.
6. Setelah selesai dengan ikan nilem pertama dilanjutkan dengan ikan nilem
berikutnya sampai semua benih ikan nilem teramati. Ikan yang telah
diamati dimasukkan ke dalam wadah plastik lain yang telah disediakan
7. Setelah selesai dengan perlakuan a, dilanjutkan dengan perlakuan b dengan
suhu air pada beaker glass yang terkontrol dengan es balok yang telah
dipecahkan dengan palu sedikit demi sedikit. Usahakan pada saat
10

pengamatan berlangsung suhu air naik pada kisaran toleransi ± 1 ºC.


Pengamatan selanjutnya sama seperti pada point 5 dan 6
8. Setelah selesai dengan perlakuan b, dilanjutkan dengan perlakuan c dengan
suhu air yang terkontrol pada beaker glass agar sesuai dengan suhu yang
diinginkan dengan air panas yang dipanaskan dari water bath sedikit demi
sedikit, pada saat pengamatan berlangsung suhu air turun pada kisaran
toleransi ± 1 ºC. Pengamatan selanjutnya sama seperti pada point 5 dan 6
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Berikut ini adalah hasil data kelompok dan data kelas yang diperoleh dalam
praktikum pengaruh suhu media air terhadap membuka dan menutup opekulum
benih ikan nilem

4.1.1 Data Kelompok


Berikut ini adalah hasil data kelompok yang diperoleh dalam praktikum
pengaruh suhu media air terhadap membuka dan menutup opekulum benih ikan
nilem
250
Bukaan Operkulum (kali/menit)

225
197
200 188

175
148
150
125
100
75
50
25
0
22 25 28
Suhu

Gambar 2.Grafik Data Kelompok

11
12

Berdasarkan hasil praktikum data kelompok yang disajikan pada gambar 1


maka dapat diketahui bahwa pada suhu rendah (22oC) rata-rata dari bukaan
operkulum benih ikan nilem adalah 148 kali/menit. Pada suhu kamar(25oC) rata-
rata dari bukaan operkulum benih ika nilem adalah 188 kali/menit. Pada suhu tinggi
(28oC) rata-rata bukaan operkulum benih ikan nilem adalah 197 kali/menit.
4.1.2 Data Kelas
Berikut ini adalah hasil data kelas yang diperoleh dalam praktikum
pengaruh suhu media air terhadap membuka dan menutup opekulum benih ikan
nilem

250
Bukaan Operkulum (kali/menit)

223
225 204
200
172
175
150
125
100
75
50
25
0
21 25 27
Suhu

Gambar 3..Grafik Data Kelas

Berdasarkan hasil praktikum data kelas yang disajikan pada


gambar 2 maka dapat diketahui bahwa pada suhu rendah (21oC) maka rata-rata
bukaan operkulum benih ikan nilem adalah 172 kali/menit. Pada suhu kamar
(25oC) hasil rata-rata bukaan operkulum benih ikan nilem adalah 204 kali/menit.
Pada suhu tinggi (27oC) rata-rata bukaan operkulum pada benih ikan nilem adalah
223 kali/menit.
13

4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum diatas, didaptkan dua pokok bahasan dari
pengaruh suhu terhadap bukaan operkulum pada benih ikan nilem dua pokok
bahasan tersebut yaitu :
4.2.1 Pembahasan Data Kelompok
Berdasarkan praktikum fisiologi hewan air yang telah kami lakukan dengan
pokok bahasan pengaruh suhu terhadap buka tutup operkulum ikan nilem, kami
mendapat hasil yang beragam tergantung pada perlakuan suhu yang diberikan pada
ikan nilem,kami mengujikan setiap perlakuan pada 3 ekor ikan nilem, masing-
masing ikan mendapat ketiga perlakuan suhu yakni suhu kamar (250C), suhu hangat
(280C), dan suhu dingin (220C).
Buka tutup operkulum permenit yang pada tiga ikan memiliki rata-rata
sebanyak 188 pada suhu ruangan, 197 pada suhu diatas suhu kamar dimana buka
dan tutupan operkulum pada tiga ikan relatif meningkat sebab laju metabolisme
menjadi lebih cepat dan berdampak kepada kebutuhan oksigen yang meningkat,
148 pada suhu dibawah suhu kamar dimana buka dan tutupan operkulum pada tiga
ikan relatif menurun sebab laju metabolisme menjadi lebih lambat dan berdampak
kepada kebutuhan oksigen yang menurun. Jika dibandingkan dengan data kelas
yang rata-rata sebanyak 204 pada suhu ruangan, 223 pada suhu diatas suhu kamar,
172 pada suhu dibawah suhu kamar, perbedaan data kelompok kami dapat dibilang
tidak terlalu besar. Dalam hal ini sesuai dengan pustaka K, M. Ghufron H dan
Tancung, BA (2005) yang menyatakan bahwa suhu sangat berpengaruh pada
kehidupan ikan, termasuk benih ikan nilem didalamnya.

4.2.2 Pembahasan Data Kelas


Berdasarkan praktikum fisiologi hewan air yang telah dilakukan oleh kelas
perikanan B, Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan, Universitas Padjadjaran dengan
pokok bahasan pengaruh suhu terhadap buka tutup operkulum ikan nilem, kami
mendapat hasil yang beragam tergantung pada perlakuan suhu yang diberikan pada
ikan nilem,kami mengujikan setiap perlakuan pada 3 ekor ikan
14

nilem, masing-masing ikan mendapat ketiga perlakuan suhu dengan rata-rata pada
suhu ruangan (250C), suhu hangat (270C), dan suhu dingin (210C).
Pada suhu ruangan banyaknya buka tutup operkulum permenit pada ikan rata-
ratanya 204, 223 pada suhu diatas suhu ruangan (hangat) yang relatif meningkat
alasan kenapa buka tutup operkulum meningkat adalah karena Pada suhu perairan
yang tinggi aktivitas metabolisme akan meningkat dimana pada kondisi demikian
konsumsi oksigen organisme akan bertambah, karena kebutuhan konsumsi oksigen
meningkat maka ikan perlu melakukan inhale lebih banyak dari kondisi normal,
jumlah inhale harus sebanding dengan jumlah ekshale maka dari itu kecepatan buka
tutup operkulum juga meningkat, 172 pada suhu dibawah suhu ruangan berbanding
terbalik dengan suhu hangat, semakin rendah suhu perairan semakin lambat pula
laju metabolisme ikan, dan kebutuhan konsumsi oksigenpun semakin sedikit
sehingga frekuensi buka tutup operkulumnya semakin sedikit pula.
Perbedaan hasil tiap kelompok di kelas kami kemungkinan karena adanya
perbedaan suhu awal yang digunakan, selain itu tingkat stres dari ikan juga sangat
mempengaruhi, semakin tinggi tingkat stresnya maka semakin sering
operkulumnya membuka dan menutup. Dan mungkin dikarenakan saat menghitung
jumlah buka tutup operkulum hand counter yang kami gunakan mengalami
kemacetan sehingga ada beberapa gerakan yang tak terhitung oleh hand counter.
Hal ini juga dibahas lagi dalam K, M. Ghufron H dan Tancung, BA 2005 dalam
pustaka ini juga menyatakan bahwa setiap penambahan suhu 10oC maka laju
metabolisme meningkat sebesar dua kali.
Namun secara teoritis masih ada ikan tropis yang dapat hidup dalam kondisi
perairan dengan suhu 30oC-35oC kalau konsentrasi kelarutan oksigen cukup tinggi
(Ahmad dkk 1998) dalam (K, M. Ghufron H dan Tancung, BA 2005).
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Berdasarkan praktikum fisiologi hewan air dengan bahasan pengaruh suhu
terhadap buka tutup operkulum ikan yang telah kami lakukan, dapat disimpulkan
bahwa
1. Suhu sangat mempengaruhi jumlah buka tutup operkulum ikan, semakin
tinggi suhu lingkungan, semakin cepat pula gerakan operkulumnya.
2. Semakin rendah suhu maka semakin lambat gerakan operkulumnya karena
buka tutup operkulum berhubungan dengan laju metabolisme ikan yang
ditentukan oleh kebutuhan oksigen tubuhnya.
3. Ketika suhu rendah proses respirasi menjadi lambat hal ini ditandai dengan
lambatnya bukaan operkulum benih ikan nilem
4. Laju metabolisme ikan pada saat suhu tinggi meningkat hal ini ditandai
ketika suhu meningkat bukaan operkulum relatif lebih cepat dan juga ketika
suhu meningkat produksi buangan dari benih nlem kebih banyak.
Faktor lain yang mempengaruhi adalah tingkat stress dari ikan yg dipakai
sebagai sampel, semakin tinggi tingkat stressnya semakin cepat pula gerakan
operkulumnya. Serta efektifitas alat yang digunakan dapat mempengaruhi data
yang didapatkan.

5.2 Saran
Kami berharap akan ada penelitian tentang pengaruh suhu dengan bukaan
operkulum ikan dengan jenis lain agar dapat membandingkan bagaimana jenii ikan
lain dengan benih ikan nilem.

15
DAFTAR PUSTAKA

Buku SMK.2014. Dasar-dasar Budidaya Perairan kurikulum 2013, Kementerian


Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Charisty, N.A. 2013. Skripsi. Pemanfaatan Tepung Biji Pepaya Muda (Carica
papaya) untuk Meningkatkan Tingkat Pematangan Gonad Ikan Nilem
(Osteochilus vittatus).Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Padjadjaran, Sumedang
Effendi, I. 2004. Pengantar akuakultur. Penebar Swadaya:Jakarta.
H, M. G., K, K., & Tancung, A. B. 2005. Pengelolaan Kualitas Air. Makassar
Ismayadi, A., Rosmawati, & Mulyana. 2016. Kelangsungan Hidup dan
Pertumbuhan Benih Ikan Nilem (Osteochillus vittatus) yang Dipelihara
pada Tingkat Kepadatan Berbeda . Jurnal Mina Sains, 24-30.
Lili, W., Herawati, T., Zidni, I., 2017.Buku Petunjuk Praktikum Fisiologi
Hewan Air.Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas
Padjadadjaran, Sumedang

16
LAMPIRAN
Lampiran 1. Alat

Beaker glass Wadah plastic

Termometer Hg Hand counter

Water Bath

18
Lampiran 2. Bahan

Air es Benih ikan nilem

Air panas

19
Lampiran 3. Prosedur Kerja

satu beaker glass 1000 ml disiapkan sebagai wadah perlakuan dan dua wadah plastik sebagai tempat ikan yang belum
dan yang sudah diamati.

3 ekor benih ikan nilem diambil dari akuarium stok, masukkan ke dalam salah satu wadah plastik yang telah diberi
media air

Beaker glass diisi air secukupnya (± ½ volumenya), kemudian ukur suhunya dengan thermometer dan catat hasilnya

Pengamatan dilakukan dengan tiga perlakuan yaitu :

T2 = untuk suhu 30 C diatas suhu T3 = untuk 30 C dibawah suhu


T1 = untuk suhu kamar/ruangan
kamar/ruangan kamar/ruangan

Satu persatu ikan uji dimasukkan ke dalam beaker glass yang sudah diketahui suhunya (perlakuan a) kemudian hitung
banyaknya membuka dan menutup operkulum ikan tersebut selama 1 menit dengan menggunakan hand counter dan
stop watch sebagai penunjuk waktu dan diulang sebanyak tiga kali untuk masing-masing ikan. Data yang diperoleh
dicatat pada kertas lembar kerja yang telah tersedia.

Setelah selesai dengan ikan uji pertama dilanjutkan dengan ikan uji berikutnya sampai ketiga ikan tersebut teramati.
Ikan yang telah diamati dimasukkan ke dalam wadah plastik lain yang telah disediakan.

Lanjutkan dengan perlakuan b dengan mengatur suhu air pada beaker glass agar sesuai dengan suhu yang diinginkan
dengan cara menambah air panas dari water bath sedikit demi sedikit. Usahakan pada saat pengamatan berlangsung
suhu air turun pada kisaran toleransi +- 0,50 C. Pengamatan selanjutnya sama seperti pada point 5.

Setelah selesai dengan perlakuan b, dilanjutkan dengan perlakuan c dengan mengatur suhu air pada beaker glass agar
sesuai dengan suhu yang diinginkan dengan cara menambah jumlah air yang sudah dicampurkan batu es sedikit demi
sedikit.

Data hasil pengamatan ditabulasi

20
Lampiran 4. Dokumentasi Kegiatan

Pengukuran suhu air

Penyesuaian suhu

Penghitungan bukaan operkulum

21
Lampiran 5. Data kelompok
Total pengamatan pada suhu kamar (25 C)

Ikan ke Ulangan Rata-rata


I II III
1 180 181 203 188
2 192 182 170 181
3 196 195 197 196
Total rata-rata 188

Total pengamatan pada suhu rendah (22 C)

Ikan ke Ulangan Rata-rata


I II III
1 171 168 159 166
2 149 133 121 134
3 157 142 134 144
Total rata-rata 148

Total pengamatan pada suhu rendah (22 C)

Ikan ke Ulangan Rata-rata


I II III
1 207 208 216 210
2 120 181 180 161
3 210 218 238 222
Total rata-rata 197

22
Lampiran 6. Data kelas

Kelompok Suhu kamar(25oC) Suhu tinggi(28oC) Suhu rendah(21oC)


1 165 198,5 121,5
2 162 199,75 147
3 123 142,25 103,5
4 152 177,25 129,25
5 137 163,75 146
6 167 181,5 149,5
7 172 132,75 195,5
8 144 155,25 66,75
9 144 170 125,25
10 172 182,5 148,25
11 121 151,25 105,75
12 153 165,5 149,25
13 166 212,5 165,25
14 158,5 188,5 135,5
15 172,25 162,75 131,5
16 144,75 162,25 83
17 148,5 145,75 118,5
18 177,75 192,75 153,75
19 180,5 166 142,75
20 146,25 153,25 116
Rata-rata 155 170 132

23

You might also like