You are on page 1of 22

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

MATA KULIAH PENGANTAR EKONOMI PERTANIAN


“Struktur dan Kelas Pasar di Pasar Modern dan Pasar Tradisional”

KELAS D
KELOMPOK 5
1. Iwanda Krismonika P. 165040200111037
2. Ahmad Iqbal Rijal Fadloli 165040200111083
3. Dwina Juniar Rachmi 165040201111182
4. Salsabila Shahnaz F 165040207111069

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
i

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Struktur dan Kelas Pasar di Pasar Modern dan Pasar


Tradisional
Komoditas : Beras, apel, kecap, saus
Pasar modern : Hypermart
Pasar tradisional : Pasar Sukun

Disetujui oleh:

Asisten I Asisten II

(Maulidya Zahra Aulia Roza) (Fauzi Rismanda Rosanta Putra)


ii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. iv
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Tujuan ................................................................................................................ 2
1.3 Manfaat .............................................................................................................. 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 3
2.1 Pengertian Pasar ............................................................................................... 3
2.2 Pasar Traditional dan Pasar Modern.............................................................. 3
2.3 Karakteristik Produk ........................................................................................ 4
2.4 Struktur Pasar ................................................................................................... 6
BAB III. METODE ANALISIS ................................................................................. 8
3.1 Pemilihan komoditas ......................................................................................... 8
3.2 Pemilihan tempat .............................................................................................. 8
3.3 Pemilihan responden ......................................................................................... 8
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 9
4.1 Kondisi Umum Pasar Tradisional dan Pasar Modern .................................. 9
4.2 Karakteristik Responden................................................................................ 10
4.3 Analisis Struktur Pasar .................................................................................. 11
4.4 Analisis Kelas Pasar ........................................................................................ 13
4.5 Persepsi Konsumen Terhadap Pasar Modern dan Pasar Tradisional ....... 13
BAB V. PENUTUP .................................................................................................... 14
5.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 16
LAMPIRAN ............................................................................................................... 17
iii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Data Responden Pasar Tradisional dengan Produk Fresh ............................. 10


Tabel 2 Data Responden Pasar Tradisional dengan Produk Olahan .......................... 10
Tabel 3 Data Responden Pasar Modern dengan Produk Fresh dan Olahan ............... 11
iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kondisi umum pasar sukun ....................................................................... 9


Gambar 2. Kondisi umum hypermart ........................................................................ 10
Gambar 3. Dokumentasi wawancara di pasar tradisional.......................................... 17
Gambar 4. Dokumentasi wawancara di pasar modern .............................................. 17
1

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pasar ialah tempat pertemuan antara penjual dan pembeli, menurut Suzana
(2012) pasar juga dapat diartikan dengan kekuatan-kekuatan permintaan dan
penawaran yang saling bertemu untuk membentuk suatu harga atau kelompok orang
yang diorganisasi untuk melakukan tawar-menawar sehingga terbentuk harga. Selain
itu, di pasar sendiri terjadi proses tawar-menawar harga yang terjadi di pasar
tradisional memungkinkan terjalinnya kedekatan personal dan emosional antar
penjual dengan pembeli. Hal tersebut tentunya berbeda dengan pasar modern yang
tidak terjadi proses tawar-menawar sehingga tidak memungkinkan terjalinnya
kedekatan personal dan emosional antara penjual dan pembeli..
Pasar tradisional adalah tempat yang relatif sederhana sebagai tempat
berkumpulnya sejumlah pedagang eceran berskala kecil dan pembeli untuk
melakukan transaksi. Kemudian, pasar modern adalah tempat penjualan barang-
barang kebutuhan rumah tangga (termasuk kebutuhan sehari-hari), dimana penjualan
dilakukan secara eceran dan dengan cara konsumen mengambil sendiri barang dari
rak dagangan dan membayar ke kasir. Kupita (2012) berpendapat bahwa seiring
dengan perkembangan zaman, pasar mengalami perubahan bentuk, tempat, dan cara
pengelolaannya, dari yang bersifat tradisional menjadi modern, sehingga terdapat
adanya fasilitas yang lebih menarik dan nyaman dibandingkan dengan pasar
tradisional. Akhirnya tidak sedikit masyarakat yang mulai berpaling dari pasar
tradisional ke pasar modern karena fasilitas yang disediakan sangat menarik,
tempatnya bersih, dan membuat nyaman pembeli.
Secara umum, pasar tradisional dan modern dapat dibedakan berdasarkan
karakteristik masing-masing pasar tersebut. Untuk membedakan karakteristik tersebut
harus memerhatikan jumlah penjual, cara penentuan harga, dan volume
perdagangannya untuk mengetahui struktur serta kelas pasarnya. Oleh karena itu,
praktikum lapang ini dilakukan untuk mempelajari lebih jauh tentang perbedaan pasar
tradisional dan modern dilihat dari karakteristik pasar tradisional dan pasar modern
2

dengan komoditas beras, apel, kecap, saus.


1.2 Tujuan
1. Menganalisis struktur pasar modern dan tradisonal
2 Mendeskripsikan kelas pasar modern dan tradisional
1.3 Manfaat
Mahasiswa dapat menganalisis struktur pasar modern dan tradisonal dan
mendeskripsikan kelas pasar modern dan tradisional melalui kegiatan fieldtrip pada
dua tempat yang berbeda dan empat komoditas yang berbeda juga.
3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Pasar
Pasar ialah tempat pertemuan antara penjual dan pembeli, atau lebih jelasnya
daerah, tempat, wilayah, area yang mengandung kekuatan permintaaan dan
penawaran yang saling bertemu dan membentuk harga (Fuad et al., 2006). Kemudian
menurut Rahardi et al. (2007) menyatakan bahwa pasar ialah suatu kondisi yang
mana pembeli dan penjual dapat berhubungan, dengan demikian pasar dapat berarti
secara fisik dan non fisik, pasar secara fisik adalah suatu tempat penjual dan pembeli
dapat saling bertemu dan berinteraksi. Selain itu, pendapat lain juga disampaikan oleh
Umar (2003) bahwa pasar ialah tempat pertemuan antara penjual dan pembeli atau
kekuatan-kekuatan permintaan dan penawaran yang saling bertemu untuk membentuk
suatu harga atau kelompok orang untuk melakukan tawar-menawar sehingga
terbentuk harga atau kumpulan orang yang mempunyai keinginan untuk mencapai
kepuasan dengan memiliki uang untuk belanja dan kemauan untuk
membelanjakannya.
Ketiga pendapat yang telah disampaikan oleh para ahli tersebut dapat
disimpulkan bahwa pasar ialah tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk
menyamakan permintaan dan penawaran sehingga terjadi suatu kesepakatan harga
dan produk yang diperjualbelikan, sehingga dalam proses untuk mencapai
kesepakatan harganya terjadi adanya interaksi. Selain itu, terjadi adanya kekuatan-
kekuatan permintaan dan penawaran. Setelah terjadi pertemuan antara permintaan
dan penawaran maka terbentuklah harga.
2.2 Pasar Traditional dan Pasar Modern
2.2.1 Pasar Tradisional
Pasar Tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta
ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung, bangunannya
terdiri dari kios-kios atau gerai, dan dasaran terbuka yang dibuka penjual maupun
suatu pengelola pasar (Devi, 2001). Menurut Peraturan Presiden RI No. 112 Tahun
2007, pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik
4

Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios,
los, dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya
masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil, dan dengan proses
jual beli barang dagangan melalui tawar menawar.
Sistem yang tedapat pada pasar ini dalam proses transaksi adalah pedagang
melayani pembeli yang datang ke stan mereka. Di dalam pasar traditional terjadi
proses melakukan tawar menawar untuk menentukan kata sepakat pada harga dengan
jumlah yang telah disepakati sebelumnya. Pasar seperti ini umumnya dapat
ditemukan di kawasan permukiman agar memudahkan pembeli untuk mencapai pasar
(Devi, 2001).
2.2.2 Pasar Modern
Pasar Modern merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli dan ditandai
dengan adanya transaksi jual beli secara tidak langsung. Pembeli melayani
kebutuhannya sendiri dengan mengambil di rak-rak yang sudah ditata sebelumnya.
Harga barang sudah tercantum pada label-label yang terletak pada rak-rak tempat
barang tersebut diletakan dan merupakan harga pasti tidak dapat ditawar (Devi,
2001).
Barang yang dijual di pasar modern memiliki variasi jenis yang beragam.
Selain menyediakan barang-barang lokal, pasar modern juga menyediakan barang
impor. Barang yang dijual mempunyai kualitas yang relatif lebih terjamin karena
melalui penyeleksian terlebih dahulu secara ketat sehingga barang yang rijek/tidak
memenuhi persyaratan klasifikasi akan ditolak. Secara kuantitas, pasar modern
umumnya mempunyai persediaan barang di gudang yang terukur. Dari segi harga,
pasar modern memiliki label harga yang pasti (tercantum harga sebelum dan setelah
dikenakan pajak).
2.3 Karakteristik Produk
Tjiptono (2002) menyatakan Produk merupakan segala sesuatu yang dapat
ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau
dikonsumsi pasarsebagaipemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang
bersangkutan. Secara konseptual produk adalah pemahamansubyektif dari produsen
5

atas sesuatu yang bisaditawarkan, sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi
melaluipemenuhan kebutuhandankeinginan konsumen, sesuai dengan kompetensi
dan kapasitas organisasi serta daya beli pasar.
Klasifikasi produk bisa dilakukan atas berbagai macam sudut pandang.
Berdasarkan berwujud tidaknya, produk dapat diklasifikasikan ke dalam dua
kelompok utama yaitu sebagai berikut: (Tjiptono, 2002)
a. Barang
Barang merupakan produk yang berwujud fisik, sehingga bisa dilihat,
diraba/disentuh, dirasa, dipegang, disimpan, dipindahkan, dan perlakuan fisik
lainnya. Ditinjau dari aspek daya tahannya, terdapat dua macam barang yaitu:
1) Barang tidak tahan lama (non durable goods).
Barang tidak tahan lama adalah barang berwujud yang biasanya habis
dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali pemakaian. Dengan kata lain umur
ekonomisnya dalam kondisi pemakaian normal kurang dari satu tahun.
2) Barang tahan lama (durable goods).
Barang tahan lama merupakan barang berwujud yang biasanya bertahan
lama dengan banyak pemakaian (umur ekonomisnya untuk pemakaian normal
adalah satu tahun atau lebih).
b. Jasa (Service)
Jasa merupakan aktivitas, manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk dujual.
Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran yang mempunyai arti
penting bagi masyarakat, baik dilihat dari nilai ekonomisnya yang tinggi, maupun
dari kandungan gizinya. Dalam dekade terakhir ini permintaan akan bawang
merahuntuk konsumsi dan untuk bibitdalam negeri mengalami peningkatan,
sehingga Indonesia harus mengimpor untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk
mengurangi volume impor, peningkatan produksi dan mutu hasil bawang merah
harus senantiasa ditingkatkan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi (Sumarni dan
Hidayat, 2005)
6

2.4 Struktur Pasar


Struktur pasar akan mempengaruhi perilaku setiap penjual dan pembeli terhadap
perubahan harga barang atau jasa yang ada di pasar tersebut. Menurut Ahman (2007)
struktur pasar dibedakan menjadi dua yaitu pasar persaingan sempurna dan pasar
persaingan tidak sempurna.
1. Pasar persaingan Sempurna
Pasar persaingan sempurna memiliki jumlah pembeli dan penjual banyak.
Seorang pembeli hanya merupakan bagian terkecil dari pasar, begitu pun penjual,
hanya satu dari sekian banyak penjual. Oleh karenanya, baik pembeli maupun
penjual tidak akan mampu mengubah keadaan pasar termasuk mengubah harga.
Barang dan jasa yang diperjualbelikan bersifat homogen. Barang homogen adalah
barang yang memiliki karakteristik dan kualitas yang sama, tidak ada unsur yang
dapat membedakan antara barang yang satu dan yang lain termasuk merek.
Pasar ini memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi penjual baru
untuk berjualan dan bagi konsumen baru untuk berbelanja di pasar. Begitu pun
bagi penjual dan pembelilama, mempunyai kesempatan sama untuk keluar dari
pasar. Konsumen mengetahui keadaan dan kualitas barang yang akan dibelinya
dan penjual juga mengetahui karakteristik barang yang dijualnya. Harga pasar
persaingan sempurna terbentuk di Pasar. Dalam persaingan sempurna, harga
ditentukan berdasarkan dua kekuatan yaitu permintan dan penawaran.
2. Pasar Persaingan tidak sempurna
a. Monopoli
Pasar monopoli adalah suatu bentuk interaksi antara permintaan dan
penawaran yang ditandai oleh adanya produsen tunggal yang berhadapan dengan
konsumen atau pembeli yang banyak. Ciri- ciri pasar monopoli adalah hanya ada
satu penjual, terdapat banyak pembeli, adanya hambatan untuk masuk ke dalam
pasar (barries to entry).
b. Oligopoli
Pasar Oligopoli adalah suatu bentuk interaksi permintaan dan penawaran
ketika terdapat beberapa penjual, biasanya antara 2 sampai dengan 10 penjual
7

yang menguasai seluruh permintaan pasar. Ciri-ciri pasar Oligopoli adalah


terdapat beberapa penjual yang menguasai pasar, barang yang dijual dapat
homogen, terdapat hambatan untuk keluar masuk pasar, satu diantara para
oligopoli berperan sebagai market leader, adanya ketergantungan yang kuat
antarperusahaan, dan penjualnya sedikit.
c. Monopolistik
Pasar persaingan monopolistik menyerupai pasar persaingan sempurna dalam
beberapa hal. Namun, ada beberapa ciri atau karakteristik mendasar yang
membedakannya yaitu terdapat banyak penjual walaupun tidak sebanyak
persaingan sempurna, barang yang diperjualbelikan terdiferensiasi (memiliki
perbedaan corak), adanya kemampuan penjual untuk memengaruhi harga,
penjual mudah keluar masuk pasar, dan terdapat kegiatan promosi (Arifin, 2007).
8

BAB III. METODE ANALISIS


3.1 Pemilihan komoditas
Komoditas pertama ialah beras. Beras adalah bahan dasar nasi yang merupakan
makanan pokok masyarakat di Indonesia. Komoditas ini menjadi barang dengan
permintaan yang tinggi. Maka dari itu, kami memilih komoditas ini. Komoditas
kedua ialah buah apel. Buah apel memang bukan buah yang asli berasal dari
Indonesia. Akan tetapi, jumlah permintaan terhadap komoditas ini cukup tinggi
dikarenakan harganya yang tidak terlalu mahal dan memiliki rasa yang manis. Apel
ini juga buah yang sering dijual di pasar. Oleh karena itu, kami memilih komoditas
tersebut. Komoditas ketiga dan keempat ialah kecap dan saus. Kecap berasal dari
olahan kedelai dan saus berasal dari olahan cabai, keduanya sering digunakan dalam
bumbu atau tambahan dalam memasak. Terutama masakan yang berkuah dan
termasuk bahan hasil olahan yang sering dicari konsumen. Oleh sebab itu, kami
memilih kedua komoditas ini.
3.2 Pemilihan tempat
Praktikum Pengantar Ekonomi Pertanian dilakukan pada dua tempat yaitu pasar
tradisional di pasar Sukun dan pasar modern di Hypermart Malang Town Square.
Pasar Sukun terletak di jalan S. Supriadi, Sukun, Malang. Pasar ini menyediakan
bahan baku makanan lumayan lengkap dan murah. Letaknya hampir di tengah kota
jadi gampang di akses dari mana-mana. Memiliki fasilitas yang cukup baik dan parkir
yang lumayan luas. Sedangkan hypermart terletak di jalan Veteran no 2
Penanggungan, Klojen, Malang. Pasar ini menyediakan kebutuhan sehari-hari yang
lengkap. Letaknya di daerah kota membuat mudah sekali di akses. Fasilitasnya pun
sangat bagus dikarenakan pasar modern dan dekat mall.
3.3 Pemilihan responden
Pemilihan responden pada pasar modern dan pasar tradisional yang terdiri dari
penjual dan pembeli dari masing-masing pasar tersebut, berguna untuk mengetahui
sistem jual beli yang ada pada pasar modern maupun pasar tradisional. Adapun juga
untuk mengetahui alasan pembeli memilih antara pasar modern atau pasar tradisional
9

dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga. Serta dapat mengetahui interaksi antara
penjual dan pembeli dalam proses jual beli di masing-masing pasar.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Umum Pasar Tradisional dan Pasar Modern
Wawancara dilakukan pada dua tempat, yaitu pasar tradisional dan pasar modern.
Pasar tradisional Sukun berada di Jalan S. Supriadi, Kecamatan Sukun, Kota Malang,
Jawa Timur. Pasar tersebut mudah ditemukan karena terdapat pada tepi jalan raya dan
memiiki akses yang cukup mudah. Fasilitas pada pasar ini hanya berupa toilet yang
kurang terawat, tempat parkir, sedangkan fasilitas lain seperti tempat ibadah maupun
klinik terdapat di luar area pasar.
Lokasi wawancara pasar modern, yaitu Hypermart pada Malang Town Square
berada di Jalan Veteran, Kecamatan Klojen, Kota Malang, Jawa Timur. Pasar ini
memiliki akses yang sangat mudah dengan fasilitas yang cukup memadai. Fasilitas
yang disediakan pada pasar ini berupa toilet, foodcourt, dan tempat penitipan barang,
sedangkan untuk tempat ibadah berada diluar hypermart tetapi masih berada pada
jangkauan Malang Town Square. Fasilitas yang disediakan dapat dikatakan nyaman
dan bersih, berbeda dengan fasilitas pada pasar tradisional.

Gambar 1. Kondisi umum pasar sukun


10

Gambar 2. Kondisi umum hypermart

4.2 Karakteristik Responden


Hasil wawancara menunjukkan bahwa responden pada pasar tradisional dan
pasar modern memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Pada pasar tradisional
dibedakan menjadi dua jenis penjual dan pembeli antara produk fresh dan produk
olahan. Data responden hasil wawancara tersebut dapat dilihat pada table berikut.
Tabel 1 Data Responden Pasar Tradisional dengan Produk Fresh

NO NAMA USIA PROFESI NO NAMA USIA PROFESI


1 Brian 40 penjual beras 9 Yanti 42 penjual apel
2 Indah 40 penjual beras 10 Yuli 46 penjual apel
3 Dhani 61 penjual beras 11 Putri 32 pembeli apel
4 Pur 50 penjual beras 12 Siti 46 pembeli beras
5 Santi 47 penjual beras 13 Yanik 40 pembeli beras
6 Alwi 56 penjual beras 14 Nurul 45 pembeli beras
7 Puji 50 penjual beras 15 Tatik 49 pembeli beras
8 Mugiono 54 penjual beras
Tabel 2 Data Responden Pasar Tradisional dengan Produk Olahan

NO NAMA USIA PROFESI NO NAMA USIA PROFESI


penjual penjual
1 Sunarsi 40 9 Joko 57
sembako sembako
penjual penjual
2 Toha 53 10 Sapri 58
sembako sembako
penjual
3 Sundari 49 11 Yanik 40 pembeli saus
sembako
penjual
4 Munah 51 12 Ipah 55 pembeli saus
sembako
penjual
5 Ndari 50 13 Lilik 53 pembeli saus
sembako
penjual pembeli
6 Wiwik 48 14 Yeni 47
sembako kecap
penjual pembeli
7 Agus 55 15 Nurul 45
sembako kecap
penjual
8 Totok 55
sembako
Berdasarkan data tersebut dapat dikatahui bahwa pada pasar tradisional, baik
pembeli maupun penjual memiliki kriteria umur dominan 40-50 tahunan. Presntase
11

penjual laki-laki dan perempuan hampir sama (tidak ada dominasi), sedangkan
pembelinya kebanyakan adalah perempuan (ibu-ibu).
Pada pasar modern penjual dan pembeli juga dibedakan antara produk fresh dan
produk olahan. Data responden hasil wawancara tersebut dapat dilihat pada table
berikut.
Tabel 3 Data Responden Pasar Modern dengan Produk Fresh dan Olahan

NO NAMA USIA (tahun) PROFESI


1 Shinta 30 pembeli beras
2 Bagas 23 pembeli apel
3 Nina 32 pembeli beras
4 Wati 37 pembeli beras
5 Fajar 42 pembeli apel
6 Andi 20 pembeli saus dan kecap
7 Ira 22 pembeli saus dan kecap
8 Alisa 19 pembeli kecap
9 Sumakto 55 pembeli saus dan kecap
10 Ifa 21 pembeli saus
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa responden pada pasar modern
memiliki karakteristik dimana pembeli tidak memiliki batasan umur, yaitu mulai dari
golongan muda sampai tua. Selain itu, dominasi antara pembeli laki-laki maupun
perempuan tidak begitu signifikan apabila dibandingkan dengan pasar tradisional.
Berbeda dengan penjual pada tradisional yang langsung bertatap muka dengan
pembeli, pada pasar modern ini penjual tidak berhadapan langsung dengan pembeli.
4.3 Analisis Struktur Pasar
Pemasokan bahan yang akan dijual pada pasar tradisioanal Sukun kebanyakan
berasal dari sumber yang sama, yaitu Pasar besar, Selep Panjen, dan tengkulak.
Sumber pemasokan yang sama dapat mengindikasikan kualitas bahan dan merk yang
dijual juga sama. Penjual yang memasok dagangan dari Pasar Besar tidak memiliki
saluran pemasaran lain karena barang langsung diambil sendiri oleh penjual. Penjual
yang memasok bahan dari Selep Panjen harus melalui saluran distributor terlebih
dahulu, begitu juga yang bahan bakunya berasal dari tengkulak. Bahan-bahan dari
sumber pemasok ini kemudian langsung dijual tanpa diolah. Harga jual dan harga beli
12

dari bahan-bahan tersebut ditentukan berdasarkan kesepakatan antara penjual dan


pembeli maupun penjual dan pemasok. Berdasarkan data tersebut dapat dianalisis
bahwa pasar tradisional ini memiliki struktur pasar persaingan sempurna, dimana
akses keluar masuk pasar antara penjual dan pembeli tidak dibatasi (bebas), serta
tingkat harga suatu barang tersebut ditentukan berdasarkan kesepakatan antara
penjual dan pembeli. Menurut Ahman (2007), pasar persaingan sempurna memiliki
ciri-ciri jumlah pembeli dan penjual yang banyak, baik pembeli maupun penjual tidak
mampu mengubah harga dan barang dan jasa yang diperjualbelikan bersifat homogen
dengan karakteristik dan kualitas yang sama, serta besarnya kesempatan bagi penjual
baru untuk berjualan dan bagi konsumen baru untuk berbelanja di pasar. Pendapat
yang sama juga disampaikan oleh Rizkyanti (2010), yang menyatakan bahwa pasar
persaingan sempurna (perfect competition) sering pula disebut sebagai pasar
persaingan murni (pure competition). Persaingan murni adalah suatu pasar dimana
terdapat banyak penjual sehingga tindakan masing-masing penjual tidak dapat
mempengaruhi harga pasar yang berlaku, baik dengan merubah jumlah penawarannya
maupun harga produknya.
Pasar modern Hypermart Malang Town Square memiliki karakteristik yang
hampir menyerupai pasar persaingan sempurna, salah satunya dapat dilihat dari
banyaknya penjual. Jika pasar tradisional Sukun memiliki banyak penjual, maka
pasar modern ini juga memiliki banyak penjual tetapi tidak sebanyak pasar
Tradisional Sukun. Selain itu, hasil pengamatan dan wawancara juga menunjukkan
bahwa barang dagangan pasar Hypermart ini memiliki lebih banyak macam/jenisnya,
terdapat promosi akan barang yang akan dijual, dan harga dari barang yang dijual
ditetapkan sendiri oleh penjual. Sehingga, berdasarkan pemaparan tersebut maka
pasar Hypermart ini digolongkan sebagai pasar monopolistik, dimana pasar ini
termasuk dalam pasar persaingan tidak sempurna. Menurut Arifin (2007), pasar
monopolistik menyerupai pasar persaingan sempurna dengan ciri-ciri terdapat banyak
penjual walaupun tidak sebanyak persaingan sempurna, barang yang diperjualbelikan
terdiferensiasi (memiliki perbedaan corak), adanya kemampuan penjual untuk
13

memengaruhi harga, penjual mudah keluar masuk pasar, dan terdapat kegiatan
promosi.
4.4 Analisis Kelas Pasar
Kelas pasar menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun
2007 dibagi menjadi pasar tradisional dan pasar modern, dimana setiap pasar tersebut
memiliki karakteristik tersendiri dalam syarat pemenuhan fasilitas, sistem penjualan
dan jenis barang, serta jam kerjanya. Pasar tradisional Sukun memiliki luas lahan
sekitar 600 m² dengan fasilitas berupa tempat parkir dan toilet. Tempat parkir pada
pasar tersebut mampu untuk memarkirkan beberapa buah mobil. Hal tersebut sesuai
dengan Perpres No. 112 Tahun 2007 Pasal 2 Ayat 2b yang berisikan acuan tentang
pendirian pasar tradisional, dimana ketentuan yang wajib dipenuhi yaitu dengan
menyediakan areal paling sedikitnya seluas kebutuhan parkir 1 (satu) buah kendaraan
roda empat untuk setiap 100 m² (seratus meter per segi) luas lantai penjualan pasar
tradisional. Namun, kondisi toilet pasar tradisional yang kurang bersih ini kurang
sesuai dengan Pasal 2 Ayat 3, dimana dalam pasal tersebut dijelaskan bahwa pasar
tradisional wajib memberikan fasilitas yang bersih, sehat (hygienis), dan nyaman.
Pasar modern hypermart Malang Town Square memiliki luasan sekirtar >4000
m², dimana hal tersebut kurang sesuai dengan Perpres No. 112 Tahun 2007 Pasal 3
Ayat 2c yang berisikan bahwa batas luas lantai penjualan hypermart yaitu diatas
5.000 m² (lima ribu meter per segi). Namun, berdasarkan sistem penjualan dan jenis
barang yang dijual, pasar ini mampu memenuhi/sesuai dengan Perpres No. 112
Tahun 2007 Pasal 3 Ayat 3a, dimana dalam pasar tersebut dijelaskan bahwa
ketentuan pasar hypermart yaitu menjual secara eceran barang konsumsi terutama
produk makanan dan produk rumah tangga lainnya. Kemudian, berdasarkan Pasal 7
Ayat 1, pasar hypermart ini mampu memenuhi ketentuan dalam pemenuhan jam
kerjanya. Dalam pasal tersebut dijelaskan bahwa jam kerja hypermart untuk hari
senin sampai dengan Jum’at pukul 10.00 sampai dengan pukul 22.00 waktu setempat,
sedangkan untuk hari Sabtu dan Minggu, pukul 10.00 sampai dengan pukul 23.00
waktu setempat.
14

4.5 Persepsi Konsumen Terhadap Pasar Modern dan Pasar Tradisional


Hasil wawancara menunjukkan bahwa pemilihan konsumen terhadap pasar mana
yang akan dikunjungi didasarkan pada alasan yang berbeda-beda. Beberapa alasan
tersebut meliputi jarak atau jauh dekatnya lokasi konsumen dengan pasar, kebersihan
dan kenyamanan pasar, kualitas/ merk yang ditawarkan oleh pasar, serta kelengkapan
barang dan kemudahan dalam menemukan barang. Alasan yang paling doiminan
adalah jarak konsumen terhadap pasar. Kebanyakan orang-orang yang membeli di
pasar tradisional adalah orang yang tinggalnya tidak jauh dari pasar, namun ada pula
yang tinggalnya tidak terlalu dekat dengan pasar tradisional tetapi tetap berbelanja
pada pasar tersebut dikarenakan barang-barang yang dibeli murah dan dapat ditawar.
Pembeli pada pasar modern kebanyakan adalah masyarakat menengah keatas, dimana
lebih memperhatikan merk/kualitas pasar serta kebersihan dan kenyamanan pasar,
namun tidak menutup kemungkinan masyarakat dengan status ekonomi menengah
keatas berbelanja di pasar tradisional dikarenakan alasan lain. Menurut Kemendag
(2015), faktor geografis dapat memberikan pengaruh terhadap pertimbangan
dimanakah pasar yang harus dikunjungi. Masyarakat dengan status sosial ekonomi
menengah atas dapat lebih memilih berbelanja di pasar rakyat/tradisional
dibandingkan di pasar modern. Alasannya sederhana, jarak membuat pasar rakyat
lebih mudah untuk dijangkau dibandingkan pasar modern yang cenderung berada di
tengah kota. Selain itu, masyarakat yang berbelanja pada Hypermart juga didasari
oleh alasan kemudahan dalam menemukan barang dan kelengkapan barang yang
ditawarkan.
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan keseluruhan data hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa
struktur pasar pada pasar tradisonal Sukun adalah pasar persaingan sempurna, dimana
akses keluar masuk pasar antara penjual dan pembeli tidak dibatasi (bebas), serta
tingkat harga suatu barang tersebut ditentukan berdasarkan kesepakatan antara
penjual dan pembeli. Sedangkan pasar modern Hypermart digolongkan sebagai pasar
monopolistik, dimana pasar ini termasuk dalam pasar persaingan tidak sempurna
15

dengan ciri-ciri terdapat banyak penjual walaupun tidak sebanyak persaingan


sempurna, barang yang diperjualbelikan terdiferensiasi (memiliki perbedaan corak),
adanya kemampuan penjual untuk memengaruhi harga, penjual mudah keluar masuk
pasar, dan terdapat kegiatan promosi. Pasar tradisional Sukun memiliki luas lahan
sekitar 600 m² dengan fasilitas berupa tempat parkir dan toilet. Tempat parkir pada
pasar tersebut sudah sesuai dengan Perpres No. 112 Tahun 2007 Pasal 2 Ayat 2b.
Namun, kondisi toilet pasar tradisional yang kurang bersih sehingga kurang sesuai
dengan Pasal 2 Ayat 3. Disisi lain, pasar modern hypermart Malang Town Square
memiliki luasan sekirtar >4000 m², dimana hal tersebut kurang sesuai dengan Perpres
No. 112 Tahun 2007 Pasal 3 Ayat 2c. Namun, berdasarkan sistem penjualan dan jenis
barang yang dijual, pasar ini mampu memenuhi/sesuai dengan Perpres No. 112
Tahun 2007 Pasal 3 Ayat 3a, dimana dalam pasar tersebut dijelaskan bahwa
ketentuan pasar hypermart yaitu menjual secara eceran barang konsumsi terutama
produk makanan dan produk rumah tangga lainnya. Kemudian, berdasarkan Pasal 7
Ayat 1, pasar hypermart ini mampu memenuhi ketentuan dalam pemenuhan jam
kerjanya.
5.2 Saran
Sebaiknya pada pasar tradisional Sukun diadakan perbaikan dari segi fasilitas
toilet agar menjadi lebih bersih. Sedangkan pada pasar modern hypermart alangkah
baiknya dilakukan penyesuaian luas lokasi agar sesuai dengan peraturan yang
berlaku. Dari segi berlangsungnya praktikum, alangkah baiknya jika pemberian
informasi untuk kegiatan praktikum diberitahukan secara runtut dan jelas.
Penambahan informasi yang berbeda setiap minggunya mengharuskan mahasiswa
melakukan survei ulang sehingga menjadi tidak efisien.
16

DAFTAR PUSTAKA
Ahman, Eeng. 2007. Membina Kompetensi Ekonomi. Bandung: Grafindo Media
Pratama.
Arifin, Imamul. 2007. Membuka cakrawala Ekonomi. Bandung: PT Setia Purna
Inves.
Devi, Roosdiana. 2001. Pasar Umum Gubug di Kabupaten Grobogan. Jurnal
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 9(1): 87-99.
Fandy Tjiptono, 2002. Manajemen Jasa. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Fuad, M., C. H. Nurlela, Sugiarto, dan Paulus. 2006. Pengantar Bisnis. Jakarta: PT
Gramedika Pustaka Utama.
Kementrian Perdagangan. 2015. Analisis arah Pengembangan Pasar Rakyat. Jakarta:
Pusat Kebijakan Perdagangan dalam Negeri.
Kupita, W., dan R. W. Bintoro. 2012. Implementasi Kebijakan Zonasi Pasar
Tradisional dan Pasar Modern (Studi di Kabupaten Purbalingga). Jurnal
Dinamika Hukum: 12(1), 2012.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007. Penataan dan
Pembinaan Pasar Tradisioanl, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Jakarta.
Rizkyanti, Adisty. 2010. Analisis Struktur Pasar Industri Karet Dan Barang Karet
Periode Tahun 2009. Media Ekonomi Vol. 18, No. 2.
Sumarni dan Hidayat. 2005. Panduan teknis PTT Bawang merah No.3. Balai
Penelitian Sayuran. IPB. http://agroindonesia.co.id.
Suzana. 2012. Mekanisme Pemasaran Dan Pemanfaatan Gabah Jagung Dalam
Meningkatkan Perekonomian Masayarakat Di Desa Segamai Kecamatan Teluk
Meranti Menurut Ekonomi Islam. Pekanbaru: Universitas Islam Negeri Sultan
Syarif Kasim Riau.
Umar, H. 2003. Bussiness an Intruduction. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
17

LAMPIRAN

Gambar 3. Dokumentasi wawancara di pasar tradisional

Gambar 4. Dokumentasi wawancara di pasar modern

You might also like