Professional Documents
Culture Documents
KELAS D
KELOMPOK 5
1. Iwanda Krismonika P. 165040200111037
2. Ahmad Iqbal Rijal Fadloli 165040200111083
3. Dwina Juniar Rachmi 165040201111182
4. Salsabila Shahnaz F 165040207111069
LEMBAR PENGESAHAN
Disetujui oleh:
Asisten I Asisten II
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pasar ialah tempat pertemuan antara penjual dan pembeli, menurut Suzana
(2012) pasar juga dapat diartikan dengan kekuatan-kekuatan permintaan dan
penawaran yang saling bertemu untuk membentuk suatu harga atau kelompok orang
yang diorganisasi untuk melakukan tawar-menawar sehingga terbentuk harga. Selain
itu, di pasar sendiri terjadi proses tawar-menawar harga yang terjadi di pasar
tradisional memungkinkan terjalinnya kedekatan personal dan emosional antar
penjual dengan pembeli. Hal tersebut tentunya berbeda dengan pasar modern yang
tidak terjadi proses tawar-menawar sehingga tidak memungkinkan terjalinnya
kedekatan personal dan emosional antara penjual dan pembeli..
Pasar tradisional adalah tempat yang relatif sederhana sebagai tempat
berkumpulnya sejumlah pedagang eceran berskala kecil dan pembeli untuk
melakukan transaksi. Kemudian, pasar modern adalah tempat penjualan barang-
barang kebutuhan rumah tangga (termasuk kebutuhan sehari-hari), dimana penjualan
dilakukan secara eceran dan dengan cara konsumen mengambil sendiri barang dari
rak dagangan dan membayar ke kasir. Kupita (2012) berpendapat bahwa seiring
dengan perkembangan zaman, pasar mengalami perubahan bentuk, tempat, dan cara
pengelolaannya, dari yang bersifat tradisional menjadi modern, sehingga terdapat
adanya fasilitas yang lebih menarik dan nyaman dibandingkan dengan pasar
tradisional. Akhirnya tidak sedikit masyarakat yang mulai berpaling dari pasar
tradisional ke pasar modern karena fasilitas yang disediakan sangat menarik,
tempatnya bersih, dan membuat nyaman pembeli.
Secara umum, pasar tradisional dan modern dapat dibedakan berdasarkan
karakteristik masing-masing pasar tersebut. Untuk membedakan karakteristik tersebut
harus memerhatikan jumlah penjual, cara penentuan harga, dan volume
perdagangannya untuk mengetahui struktur serta kelas pasarnya. Oleh karena itu,
praktikum lapang ini dilakukan untuk mempelajari lebih jauh tentang perbedaan pasar
tradisional dan modern dilihat dari karakteristik pasar tradisional dan pasar modern
2
Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios,
los, dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya
masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil, dan dengan proses
jual beli barang dagangan melalui tawar menawar.
Sistem yang tedapat pada pasar ini dalam proses transaksi adalah pedagang
melayani pembeli yang datang ke stan mereka. Di dalam pasar traditional terjadi
proses melakukan tawar menawar untuk menentukan kata sepakat pada harga dengan
jumlah yang telah disepakati sebelumnya. Pasar seperti ini umumnya dapat
ditemukan di kawasan permukiman agar memudahkan pembeli untuk mencapai pasar
(Devi, 2001).
2.2.2 Pasar Modern
Pasar Modern merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli dan ditandai
dengan adanya transaksi jual beli secara tidak langsung. Pembeli melayani
kebutuhannya sendiri dengan mengambil di rak-rak yang sudah ditata sebelumnya.
Harga barang sudah tercantum pada label-label yang terletak pada rak-rak tempat
barang tersebut diletakan dan merupakan harga pasti tidak dapat ditawar (Devi,
2001).
Barang yang dijual di pasar modern memiliki variasi jenis yang beragam.
Selain menyediakan barang-barang lokal, pasar modern juga menyediakan barang
impor. Barang yang dijual mempunyai kualitas yang relatif lebih terjamin karena
melalui penyeleksian terlebih dahulu secara ketat sehingga barang yang rijek/tidak
memenuhi persyaratan klasifikasi akan ditolak. Secara kuantitas, pasar modern
umumnya mempunyai persediaan barang di gudang yang terukur. Dari segi harga,
pasar modern memiliki label harga yang pasti (tercantum harga sebelum dan setelah
dikenakan pajak).
2.3 Karakteristik Produk
Tjiptono (2002) menyatakan Produk merupakan segala sesuatu yang dapat
ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau
dikonsumsi pasarsebagaipemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang
bersangkutan. Secara konseptual produk adalah pemahamansubyektif dari produsen
5
atas sesuatu yang bisaditawarkan, sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi
melaluipemenuhan kebutuhandankeinginan konsumen, sesuai dengan kompetensi
dan kapasitas organisasi serta daya beli pasar.
Klasifikasi produk bisa dilakukan atas berbagai macam sudut pandang.
Berdasarkan berwujud tidaknya, produk dapat diklasifikasikan ke dalam dua
kelompok utama yaitu sebagai berikut: (Tjiptono, 2002)
a. Barang
Barang merupakan produk yang berwujud fisik, sehingga bisa dilihat,
diraba/disentuh, dirasa, dipegang, disimpan, dipindahkan, dan perlakuan fisik
lainnya. Ditinjau dari aspek daya tahannya, terdapat dua macam barang yaitu:
1) Barang tidak tahan lama (non durable goods).
Barang tidak tahan lama adalah barang berwujud yang biasanya habis
dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali pemakaian. Dengan kata lain umur
ekonomisnya dalam kondisi pemakaian normal kurang dari satu tahun.
2) Barang tahan lama (durable goods).
Barang tahan lama merupakan barang berwujud yang biasanya bertahan
lama dengan banyak pemakaian (umur ekonomisnya untuk pemakaian normal
adalah satu tahun atau lebih).
b. Jasa (Service)
Jasa merupakan aktivitas, manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk dujual.
Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran yang mempunyai arti
penting bagi masyarakat, baik dilihat dari nilai ekonomisnya yang tinggi, maupun
dari kandungan gizinya. Dalam dekade terakhir ini permintaan akan bawang
merahuntuk konsumsi dan untuk bibitdalam negeri mengalami peningkatan,
sehingga Indonesia harus mengimpor untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk
mengurangi volume impor, peningkatan produksi dan mutu hasil bawang merah
harus senantiasa ditingkatkan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi (Sumarni dan
Hidayat, 2005)
6
dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga. Serta dapat mengetahui interaksi antara
penjual dan pembeli dalam proses jual beli di masing-masing pasar.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Umum Pasar Tradisional dan Pasar Modern
Wawancara dilakukan pada dua tempat, yaitu pasar tradisional dan pasar modern.
Pasar tradisional Sukun berada di Jalan S. Supriadi, Kecamatan Sukun, Kota Malang,
Jawa Timur. Pasar tersebut mudah ditemukan karena terdapat pada tepi jalan raya dan
memiiki akses yang cukup mudah. Fasilitas pada pasar ini hanya berupa toilet yang
kurang terawat, tempat parkir, sedangkan fasilitas lain seperti tempat ibadah maupun
klinik terdapat di luar area pasar.
Lokasi wawancara pasar modern, yaitu Hypermart pada Malang Town Square
berada di Jalan Veteran, Kecamatan Klojen, Kota Malang, Jawa Timur. Pasar ini
memiliki akses yang sangat mudah dengan fasilitas yang cukup memadai. Fasilitas
yang disediakan pada pasar ini berupa toilet, foodcourt, dan tempat penitipan barang,
sedangkan untuk tempat ibadah berada diluar hypermart tetapi masih berada pada
jangkauan Malang Town Square. Fasilitas yang disediakan dapat dikatakan nyaman
dan bersih, berbeda dengan fasilitas pada pasar tradisional.
penjual laki-laki dan perempuan hampir sama (tidak ada dominasi), sedangkan
pembelinya kebanyakan adalah perempuan (ibu-ibu).
Pada pasar modern penjual dan pembeli juga dibedakan antara produk fresh dan
produk olahan. Data responden hasil wawancara tersebut dapat dilihat pada table
berikut.
Tabel 3 Data Responden Pasar Modern dengan Produk Fresh dan Olahan
memengaruhi harga, penjual mudah keluar masuk pasar, dan terdapat kegiatan
promosi.
4.4 Analisis Kelas Pasar
Kelas pasar menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun
2007 dibagi menjadi pasar tradisional dan pasar modern, dimana setiap pasar tersebut
memiliki karakteristik tersendiri dalam syarat pemenuhan fasilitas, sistem penjualan
dan jenis barang, serta jam kerjanya. Pasar tradisional Sukun memiliki luas lahan
sekitar 600 m² dengan fasilitas berupa tempat parkir dan toilet. Tempat parkir pada
pasar tersebut mampu untuk memarkirkan beberapa buah mobil. Hal tersebut sesuai
dengan Perpres No. 112 Tahun 2007 Pasal 2 Ayat 2b yang berisikan acuan tentang
pendirian pasar tradisional, dimana ketentuan yang wajib dipenuhi yaitu dengan
menyediakan areal paling sedikitnya seluas kebutuhan parkir 1 (satu) buah kendaraan
roda empat untuk setiap 100 m² (seratus meter per segi) luas lantai penjualan pasar
tradisional. Namun, kondisi toilet pasar tradisional yang kurang bersih ini kurang
sesuai dengan Pasal 2 Ayat 3, dimana dalam pasal tersebut dijelaskan bahwa pasar
tradisional wajib memberikan fasilitas yang bersih, sehat (hygienis), dan nyaman.
Pasar modern hypermart Malang Town Square memiliki luasan sekirtar >4000
m², dimana hal tersebut kurang sesuai dengan Perpres No. 112 Tahun 2007 Pasal 3
Ayat 2c yang berisikan bahwa batas luas lantai penjualan hypermart yaitu diatas
5.000 m² (lima ribu meter per segi). Namun, berdasarkan sistem penjualan dan jenis
barang yang dijual, pasar ini mampu memenuhi/sesuai dengan Perpres No. 112
Tahun 2007 Pasal 3 Ayat 3a, dimana dalam pasar tersebut dijelaskan bahwa
ketentuan pasar hypermart yaitu menjual secara eceran barang konsumsi terutama
produk makanan dan produk rumah tangga lainnya. Kemudian, berdasarkan Pasal 7
Ayat 1, pasar hypermart ini mampu memenuhi ketentuan dalam pemenuhan jam
kerjanya. Dalam pasal tersebut dijelaskan bahwa jam kerja hypermart untuk hari
senin sampai dengan Jum’at pukul 10.00 sampai dengan pukul 22.00 waktu setempat,
sedangkan untuk hari Sabtu dan Minggu, pukul 10.00 sampai dengan pukul 23.00
waktu setempat.
14
DAFTAR PUSTAKA
Ahman, Eeng. 2007. Membina Kompetensi Ekonomi. Bandung: Grafindo Media
Pratama.
Arifin, Imamul. 2007. Membuka cakrawala Ekonomi. Bandung: PT Setia Purna
Inves.
Devi, Roosdiana. 2001. Pasar Umum Gubug di Kabupaten Grobogan. Jurnal
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 9(1): 87-99.
Fandy Tjiptono, 2002. Manajemen Jasa. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Fuad, M., C. H. Nurlela, Sugiarto, dan Paulus. 2006. Pengantar Bisnis. Jakarta: PT
Gramedika Pustaka Utama.
Kementrian Perdagangan. 2015. Analisis arah Pengembangan Pasar Rakyat. Jakarta:
Pusat Kebijakan Perdagangan dalam Negeri.
Kupita, W., dan R. W. Bintoro. 2012. Implementasi Kebijakan Zonasi Pasar
Tradisional dan Pasar Modern (Studi di Kabupaten Purbalingga). Jurnal
Dinamika Hukum: 12(1), 2012.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007. Penataan dan
Pembinaan Pasar Tradisioanl, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Jakarta.
Rizkyanti, Adisty. 2010. Analisis Struktur Pasar Industri Karet Dan Barang Karet
Periode Tahun 2009. Media Ekonomi Vol. 18, No. 2.
Sumarni dan Hidayat. 2005. Panduan teknis PTT Bawang merah No.3. Balai
Penelitian Sayuran. IPB. http://agroindonesia.co.id.
Suzana. 2012. Mekanisme Pemasaran Dan Pemanfaatan Gabah Jagung Dalam
Meningkatkan Perekonomian Masayarakat Di Desa Segamai Kecamatan Teluk
Meranti Menurut Ekonomi Islam. Pekanbaru: Universitas Islam Negeri Sultan
Syarif Kasim Riau.
Umar, H. 2003. Bussiness an Intruduction. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
17
LAMPIRAN