You are on page 1of 35

TUGAS KEPERAWATAN KOMUNITAS 2

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN KELOMPOK


KHUSUS HIPERTENSI
Dosen pembimbing: Agustina M, S.Kep.,Ns. M.Kes

Disusun Oleh:

1. Devi Putriani 163210053


2. Hepy November 163210058
3. Mellysa Setia Wati 163210063
4. Nahdiatun Naharoh 163210066
5. Novia Rurita Leny E 163210068
6. Siska Novi Yuliani 163210073
7. Sri Wati 163210076
8. Vinda Rahmadania 163210078
9. Achmad Gilang Aditya 163210082

Program Studi S1 Keperawatan

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG
2019

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT, karena dengan
rahmat dan pertolongan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Asuhan Keperawatan Kelompok Khusus Hipertensi dengan tepat pada
waktunya. Sholawat dan salam kami senantiasa tercurahkan kepada junjungan
kami Nabi Muhammad SAW.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir, semoga
Allah SWT senantiasa meRidhoi segala usaha kita.

Jombang, 25 Maret 2019

Penyusun

i
Daftar Isi
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG...............................................................................1
1.2 TUJUAN PENULISAN............................................................................4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................5
2.1 Pengertian..................................................................................................5
2.2 ANATOMI DAN FISIOLOGI..................................................................5
2.3 ETIOLOGI / PREDISPOSISI...................................................................6
2.4 PATOFISIOLOGI......................................................................................7
2.5 MANIFESTASI KLINIK..........................................................................7
2.6 PENATALAKSANAAN...........................................................................8
2.7 KOMPLIKASI..........................................................................................8
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN.....................................................................10
3.1 Pengkajian Kelompok Komunitas................................................................10
3.2 Analisa Data.................................................................................................16
3.3 Prioritas Diagnosa Keperawatan..................................................................17
3.4 Intervensi......................................................................................................18
BAB 4 PENUTUP.................................................................................................21
4.1 KESIMPULAN.......................................................................................21
4.2 SARAN...................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................23

ii
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Konsep sehat dan sakit adalah konsep yang kompleks dan berinterpretasi.
Banyak faktor yang mempengaruhi kondisi sehat maupun sakit. Sehat
diartikan sebagai kondisi yang normal dan alami, yang bersifat dinamis dan
sifatnya terus menerus berubah. Menurut WHO sehat adalah keadaan
keseimbangan yang sempurna, baik fisik, mental dan sosial, tidak hanya
terbebas dari penyakit dan kelemahan. Sakit adalah keadaan tidak normal atau
tidak sehat, secara sederhana dapat disebut penyakit yang merupakan suatu
bentuk kehidupan atau keadaan diluar batas normal (Asmadi, 2008).
Menurut Muwarni (2011), Hipertensi adalah suatu keadaan dimana
tekanan systole dan diastole mengalami kenaikan yang mengalami batas
normal (tekanan systole di atas 140 mmHg, di atas 90 mmHg). Definisi yang
lain menurut Brashers (2008) hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan
tekanan darah arterial yang berlangsung terus menerus. Tekanan darah tinggi
pada orang dewasa sebagai berikut menurut klasifikasi JNS (The Join
National Comitten on Preventation, detection evaluation and treatment of
Hight Blood Preassure ) klasifikasi sistolik dan diastolik untuk ukuran normal
< 120 dan< 80, pada prehipertensi dalam rentang sistolik 120-139 dan
diastolik 85-89. Pada hipertensi stage 1 ukuran sistolik 140-159 mmHg dan
ukuran diastolik 90-99 mmHg. Serta hipertensi stage 2 ukuran tekanan darah ≥
160 dan ≥ 100 mmHg. Penyebab dari hipertensi menurut penyebabnya ada 2
jenis yaitu : hipertensi primer esensial yaitu meliputi faktor keturunan, umur,
serta faktor psikis. Hipertensi sekunder yaitu penyakit ginjal, tumor dalam
rongga kepala, penyakit syaraf dan toxemia gravidarum (Muwarni, 2011).
Data World Health Organization (WHO) tahun 2007 menunjukkan sekitar
972 juta orang atau 26,4 % penduduk bumi mengidap hipertensi dengan
perbandingan 26,6 % pria dan 26,1 % wanita. Dari 972 juta pengidap
hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada pada negara
berkembang termasuk Indonesia. jumlah penderita hipertensi di seluruh dunia

1
terus meningkat, di Amerika Serikat sekitar 50 juta penduduk menderita
hipertensi. Pada tahun 2002 di Amerika sekitar 49.707 (99,41%) orang
meninggal akibat hipertensi. Di Amerika diperkirakan sekitar 64 juta lebih
penduduknya yang berusia antara 18 sampai 75 tahun menderita hipertensi,
tahun 2005 prevalensi hipertensi sebesar 21,7 %. Prevalensi hipertensi di
Vietnam pada tahun 2004 mencapai 34,5%, Thailand tahun 1989 mencapai
17%, Malaysia tahun 1996 mencapai 29,9%, Philippina tahun 1993 mencapai
22%, dan Singapura tahun 2004 mencapai 24,9% ( Purwanto, 2012 ).
Hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT, 2001) dikalangan penduduk
umur 25 tahun keatas menunjukan bahwa 27% laki- laki dan 29% wanita
menderita hipertensi, 0,3% mengalami jantung iskemik dan stroke. Terdapat
50% penderita tidak menyadari sebagai penderita, sehingga penyakitnya
bertambah berat karena tidak mengubah dan menghindari faktor risiko. Hasil
survey tersebut Sebanyak 70% adalah hipertensi ringan, jadi banyak
diabaikan/terabaikan sehingga menjadi ganas (hipertensi maligna) dan 90%
hipertensi esensial yang tidak diketahui penyebabnya secara pasti sehingga
sulit untuk mencari bentuk intervensinya (Aditama, 2007).
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, prevalensi
hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% dari seluruh populasi pada usia 18
tahun ke atas. Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke.
Sedangkan sisanya pada gagal jantung, gagal ginjal, dan terjadi kebutaan. Data
Riskesdas 2007 juga menyebutkan penyakit hipertensi sebagai
penyebabkematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, jumlahnya
mencapai 6,8% dari proporsi penyebab kematian pada semua umur di
Indonesia (Depkes RI,2003).
Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Propinsi jawa Tengah,
kasustertinggi hipertensi adalah kota Semarang yaitu sebesar 67.101 kasus
(19,56%) dibanding dengan jumlah keseluruhan hipertensi di Kabupaten atau
kota lain di Jawa Tengah. Apabila dilihat berdasarkan jumlah kasus
keseluruhan di kota Semarang terdapat proporsi yang lebih besar yaitu 53,69.
Sedangkan kasus tertinggi kedua adalah Kabupaten Klaten yaitu sebesar
36.002 kasus (10,49%) dan apabila dibanding dengan jumlah keseluruhan di

2
Kabupaten Banyumas adalah sebesar 57,01%. Kasus ini paling sedikit
dijumpai di Kabupaten Tegal yaitu 516 kasus (0,15%). Rata-rata kasus
hipertensi di Jawa Tengah adalah 9.800,54 kasus (profil kesehatan provinsi
Jawa Tengah, 2004).
Di Kabupaten Kendal, data dari Dinas kesehatan Kabupaten Kendal dari
tahun ke tahun menunjukan proporsi kasus hipertensi mengalami peningkatan,
dibandingkan kasus penyakit tidak menular secara keseluruhan. Tahun 2008
proporsi kasus hipertensi sebanyak 6,2% meningkat menjadi 6,57% di tahun
2009 (DKK Kab. Kendal, 2013).
Indikasi dari peningkatan kasus hipertensi dimasyarakat salah satunya
karena minimnya perhatian keluarga terhadap pencegahan dan perawatan
anggota keluarga yang mempunyai penyakit hipertensi. Keberhasilan
perawatan penderita hipertensi tidak luput dari peran keluarga, dimana
keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat merupakan klien keperawatan
dan keluarga sangat berperan dalam menentukan cara asuhan yang diperlukan
anggota keluarga yang sakit. Bila dalam keluarga tersebut salah satu
anggotanya mengalami masalah kesehatan maka sistem dalam keluarga akan
terpengaruh, penderita hipertensi biasanya kurang mendapatkan perhatian
keluarga, apabila keluarga kurang dalam pengetahuan tentang perawatan
hipertensi, maka berpengaruh pada perawatan yang tidak maksimal (Mubarak,
2010).
Menurut Friedman (1999) perilaku perawatan hipertensi berhubungan
dengan keluarga terhadap penderita hipertensi, dimana keluarga dapat menjadi
faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan progam perawatan, karena
keluarga berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggota yang menderita
hipertensi yang menuntut pengorbanan ekonomi, sosial, psikologis yang lebih
besar dari keluarga. Untuk menciptakan suatu kondisi yang sehat dan
terkontrol, maka keluarga diharapkan mempunyai pengetahuan tentang
penyakit hipertensi agar tercipta suatu perilaku perawatan yang tepat pada
penderita hipertensi, dalam hal pencegahan, penatalaksanaan yang benar dan
tepat pada penderita hipertensi (Notoatmodjo, 2003).

3
Pengetahuan sebagai hasil dari tahu yang terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan tentang
hipertensi yang dimiliki penderita tentang penyakit hipertensi sangatlah
diperlukan, dimana sebuah keluarga yang mempunyai anggota yang menderita
hipertensi harus memberikan perhatian dan perawatan agar tercapai status
kesehatan yang baik. Apabila pengetahuan tentang hipertensi cukup baik
dimungkinkan akan berpengaruh pada perilaku yang baik pula pada keluarga
untuk melakukan perawatan yang tepat pada anggota keluarga yang menderita
hipertensi (Notoatmodjo, 2003)
Perilaku perawatan pada penderita hipertensi merupakan salah satu cara
penanganan yang harus dilakukan. Perawatan kesehatan pada penderita
hipertensi dibutuhkan suatu kerjasama antara keluarga dan tenaga kesehatan
setempat. Kerjasama ini dapat mendukung status kesehatan yang dimiliki oleh
penderita hipertensi (Depkes RI, 2003).
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk mengambil kasus
karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Komunitas Kelompok
Khusus Dengan Hipertensi”.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1.
2.

1.3 TUJUAN PENULISAN


Untuk mengetahui dan menerapkan penatalaksanaan “Asuhan
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus dengan Hipertensi ”.

4
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian

Hipertensi atau penyakit darah tinggi adalah suatu gangguan pada


pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa
oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan.
Hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh gelap (Silent Killer), karena
termasuk penyakit yang mematikan tanpa disertai dengan gejala-gejalanya
lebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya (Lanny dkk, 2004).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat
melebihi batas normal. Batas tekanan darah normal bervariasi sesuai dengan
usia. Berbagai faktor dapat memicu terjadinya hipertensi, walaupun sebagian
besar (90%) penyebab hipertensi tidak diketahui (hipertensi essential).
Penyebab tekanan darah meningkat adalah peningkatan kecepatan denyut
jantung, peningkatan resistensi (tahanan) dari pembuluh darah dari tepi dan
peningkatan volume aliran darah (Kurniawan, 2002).
Penyakit hipertensi merupakan penyakit kelainan jantung yang ditandai
oleh meningkatnya tekanan darah. Seseorang yang terjangkit penyakit ini
biasanya berpotensi mengalami penyakit-penyakit lain seperti stroke, dan
penyakit jantung (Rusdi dan Nurlaela, 2009).
Dari definisi-definisi diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa hipertensi
adalah suatu keadaan di mana tekanan darah menjadi naik karena gangguan
pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang
dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang
membutuhkannya.

2.2 ANATOMI DAN FISIOLOGI

Jantung adalah organ berongga, berotot, yang terletak ditengah toraks, dan
menempati rongga antara paru dan diafragma. Beratnya sekitar 300g. Fungsi
jantung adalah memompa darah ke jaringan, mensuplai oksigen dan zat nutrisi
lain seperti mengangkut karbondioksida dan sampah hasil metabolisme.

5
Kerja pemompaan jantung dijalankan oleh kontraksi dan relaksasi ritmik
dinding otot. Selama kontraksi otot (sistolik), kamar jantung menjadi lebih
kecil karena darah disemburkan keluar. Selama relaksasi otot dinding jantung
(diastolik), kamar jantung akan terisi darah sebagai persiapan untuk
penyemburan berikutnya.
Daerah dipertengahan dada diantara kedua paru disebut sebagai
mediastinum. Sebagian besar rongga mediastinum ditempati oleh jantung,
yang terbungkus dalam kantong fibrosa tipis yang disebut perikardium.
Kamar jantung, sisi kiri dan kanan jantung, masing – masing tersusun atas
dua kamar, atrium dan ventrikel. Dinding yang memisahkan kamar kanan dan
kiri disebut septum. Ventrikel adalah kamar yang menyemburkan darah ke
arteri. Fungsi atrium adalah menampung darah yang datang dari vena dan
bertindak sebagai tempat penimbunan sementara sebelum darah kemudian
dikosongkan ke ventrikel. Katup jantung dibagi menjadi 4 bagian yaitu: katup
trikuspidalis, katup mitral atau bikuspidalis, katup pulmonalis dan katup aorta
(Brunner & Suddarth, 2001).

2.3 ETIOLOGI / PREDISPOSISI

Tingginya tekanan yang lama tentu saja akan merusak pembuluh darah
diseluruh tubuh, yang paling jelas pada mata, jantung, ginjal, otot. Maka
konsekuensi yang biasa pada hipertensi yang lama tidak terkontrol adalah
gangguan penglihatan, okulasi kroner, gagal ginjal dan stroke. Selain itu
jantung membesar karena dipaksa meningkatkan beban kerja saat memompa
melawan tingginya tekanan darah.
Peningkatan tekanan perifer yang dikontrol pada tingkat anteriola adalah
dasar penyebab tingginya tekanan darah. Penyebab tingginya tekanan tersebut
belum banyak diketahui. Selain itu hipertensi juga dipengaruhi oleh tekanan
emosi, obesitas, konsumsi alkohol yang berlebihan, tembakau dan obat-obatan
yang merangsang dapat berperan disini, tetapi penyakit ini sangat dipengaruhi
faktor keturunan. Penyakit ini lebih banyak menyerang wanita dari pada pria
(Smeltzer & Bare, 2001).

2.4 PATOFISIOLOGI

6
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medula diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jenis saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumnamediko spinalis ke ganglia simpatis di thoraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya neropinefrin mengakibatkaan kontriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsangan vasokontriktor.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respon rangsang emosi. Kelenjar adrenaljuga terangsang,
mengakibatkan penambahan aktifitas vasokontriksi konteks adrenal
mengsekresi korsitol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II. Suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubelus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intravaskuler. Semua faktor tersebut cendrung mencetuskan keadaan
hipertensi (Smeltzer & Bare, 2001).

2.5 MANIFESTASI KLINIK

Peningkatan tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala.


Bila demikian, gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada ginjal,
mata, otak atau jantung. Gejala lain yang sering ditemukan adalah sakit
kepala, epitaksis, marah, telinga berdengung rasa berat di tengkuk, sulit tidur,
mata berkunang-kunang dan pusing (Mansjoer, 2000)

2.6 PENATALAKSANAAN

7
Tujuan tiap program penanganan bagi setiap klien adalah mencegah
terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan
mempertahankan tekanan darah bawah140/90 mmhg. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa pendekaatan non farmakologis, termasuk penurunan
berat badan, pembatasan alkohol, natrium dan tembakau, latihan dan relaksasi
merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap therapy
antihipertensin. Apabila penderita hipertensi ringan berada dalam resiko tinggi
(pria, perokok) atau bila tekanan darah diastoliknya menetap, diatas 85 atau
95mmhg dan diastoliknya diatas 130 sampai 139mmHg (Mansjoer, 2000)

2.7 KOMPLIKASI

a. Stroke
Ditimbulkan akibat peredaran darah tinggi di otak, stroke dapat terjadi
pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak
mengalami hipertropi dan menebal sehingga aliran darah ke daerah-
daerah yang diperdarahinya berkurang.
b. Infark miokardium
Apabila arteri koroner yang aterosklerotik tidak dapat mensuplai cukup
oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang menghambat
aliran darah melalui pembuluh tersebut.
c. Gagal ginjal
Dapat terjadi gagal ginjal karena kerusakan progresif akibat tekanan
tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Rusaknya glomerulus darah
akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan
menjadi hipoksia dan kematian.
d. Kerusakan otot.
Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan
tekanan perifer dan mendorong cairan kedalam ruang intestinum
diseluruh susunan saraf pusat. Neuron-neuron disekitarnya kolaps dan
terjadi koma serta kematian (Corvin, 2000.

8
BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus:
Di Desa Diwek Jombang, terdapat komunitas kelompok khusus lansia dengan masalah hipertensi. Di daerah desa Cinta Kasih ini,
ada pelayanan kesehatan yang dekat. Namun, para lansia di daerah tersebut tidak tau bagaimana memenfaatkan layanan kesehatan tersebut.

3.1 Pengkajian Kelompok Komunitas


Fasilitas Yankes No. Register 8947xxx

Nama Perawat yang Mengkaji Kelompok 2 Tanggal Pengkajian 20 Maret 2019

Nama Kelompok Kelompok Dahlia Alamat Rt.01/Rw.01 Desa Diwek Jombang

1. DATA DASAR ANGGOTA KELOMPOK 2. STATUS KESEHATAN ANGGOTA KELOMPOK


Jen
Kead TTV Status Gizi Riwaya Pola Analisi
is Tgl Alat
Nam Pekerja Agam aan t OR Tidu Ket. s
No Kel Lahi Pend. Suku Konjungti Bant
a an a Umu Penyak r lain Masala
TD N P S TB BB
am r va u
m it h Kes.
in

9
1 Ny. P 12- SD IRT Islam Jawa Baik 165/1 9 2 3 14 68 Tampak Hiperte - kura Kura
A 3- 00 0 1 6 5 anemis nsi ng ng
1955
2 Tn.C L 14- SD Petani Islam Jawa Baik 170/9 9 2 3 16 78 Hiperte - Kura Cuk
9- 0 8 3 5 8 nsi ng up
1950
3 Ny. P 2- SD Pedaga Islam Jawa Baik 165/1 9 2 3 14 70 tampak Hiperte - Kura Cuk
G 10- ng 00 6 2 6 8 anemis nsi ng up
1956
4 Ny.S P 13- SMP IRT Islam Jawa Baik 170/1 9 2 3 15 65 Tampak Hiperte - Kura Kura
2- 00 9 1 5 2 anemis nsi ng ng
1956
5 Tn. L 24- SD Petani Islam Jawa Baik 170/9 9 2 3 17 80 Tampak Hiperte - Kura Kura
M 11- 0 7 3 4 0 anemis nsi ng ng
1956
6 Tn.F L 20- SD Buruh Islam Jawa Baik 160/1 9 2 3 16 82 Tampak Hiperte - kura Cuk
10- 00 3 2 5 9 anemis nsi ng up
1950
3. UPAYA PENINGKATAN KESEHATAN36

No Uraian Pengkajian Penilaian Gambaran Kondisi No Uraian Pengkajian Penilaian Gambaran Kondisi

10
Ad
Ada Tidak Tidak
a
Fasilitas pelayanan kesehatan yang
A E Status Ekonomi
tersedia untuk kelompok
Jauh dari pemukiman warga,
ruangannya sempit yang hanya
dapat digunakan untuk Pada lansia penderita
pemriksaan 1-2 orang. hipertensi tidak pernah
1. Sumbangan (Asal sumber
1. Posyandu √ Posyandu jarang aktif, alat √ mendapatkan sumbangan
pendanaan
kesehatan kurang lengkap dari pemerintah atau
hanya terdapat tensi, lembaga sosial.
thermometer, timbangan dan
alat imunisasi.
Terdapat satu perawat dan satu
Terdapat lansia yang
bidan yang hanya beroperasi
2. Tenaga kesehatan bermata pencaharian
√ jika ada pasien. Tenaga 2. Jenis pekerjaan √
yang berpraktik sebagai petani, pedagang
kesehatan jarang melakukan
dan ibu rumah tangga.
skrining ke masyatakat.
3. Puskesmas dan √ Jauh dari pemukiman warga. 3. Rata-rata pendapatan √ rata-rata pendapatan lansia
jaringannya Kondisi bangunannya cukup perbulan tersebut 1jt-1,5jt

11
bersih, terdapat alat kesehatan
dan obat general namun
pendataan identifitas klien
kurang lengkap.
Hanya terdapat satu klinik Lain-lain
4. Klinik √ √ tidak ada
keperawatan dalam satu desa
Dalam satu kecamatan tidak
terdapat Rumah sakit yang
5. Rumah Sakit √
bisa dijankau oleh lansia
penderita hipertensi.
Dalam satu kecamatan tidak
terdapat Pustu yang bisa
6. Pustu √
dijankau oleh lansia penderita
hipertensi.
Pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan
B F Status sosial budaya spiritual
oleh kelompok
1. Imunisasi dasar √ para lansia tidak pernah 1. Sarana ibadah √ terdapat 1 musholah di
lengkap mendapatkan imunisasi desa dimana kelompok
apapun dari tenaga kesehatan penderita hipertensi
untuk masalah penyakitnya. tinggal. Kelompok

12
tersebut jarang ibadah di
musholah tersebut.
terdapat kegiatan
tidak terdapat ibu hamil pada keagamaan seperti
2. Imunisasi ibu hamil √ 2. Kegiatan keagamaan √
lansia. pengajian setiap dua
minggu sekali.
kelompok lansia penderita
3. Kepercayaan yang
hipertensi tidak pernah
bertentangan dengan
3. Makanan tambahan √ mendapatkan makanan √ tidak ada
penanggulangan masalah
tambahan dari petugas
kesehatan
kesehatan.
kelompok lansia penderita
hipertensi tidak pernah
4. Kegiatan sosial
4. Vitamin tambahan √ mendapatkan vitamin √ tidak ada
(kerjabakti, arisan, dll)
tambahan dari petugas
kesehatan.
5. Pelayanan kesehatan √ Kelompok lansia yang
menderita hipertensi tidak
memanfaatkan atau jarang
memeriksakan kondisi

13
kesehatannya, karena
beranggapan penyakitnya akan
sembuh dengan beberapa
waktu dan jarak pelayanan
yang ada sangat jauh.
6. Lainnya √ tidak ada

C Fasilitas pendidikan G Komunikasi


1. Fasilitas pendidikan 1. Alat komunikasi yang
yang tersedia untuk digunakan dalam
kelompok kelompok sehari-hari
a. Playgroup a. Telepon
b. TK √ b. HP
c. SD √ tidak ada fasilitas pendidikan c. Faximile √ tidak ada fasilitas
d. SMP/MTs d. Lainnya
e. SMA/MA √ yang tersedia untuk kelompok √ pendidikan yang tersedia
f. Universitas/Sekolah √ lansia yang menderita √ untuk kelompok lansia
Tinggi √ hipertensi. √ yang menderita hipertensi.
g. Lainnya

2. Fasilitas pendidikan √ tidak terdapat fasilitas 2. Efektifitas proses √ komunikasi di kelompok
yang dimanfaatkan pendidikan untuk penyuluhan komunikasi antar anggota tersebut tidak efektik
untuk kelompok untuk kepada kelompok. Sehingga dalam kelompok dikarenakan masing-

14
kelompok masih berperilaku
yang tidak sehat. Tn. M dan
kegiatan penyuluhan Tn. F mengatakan masih
kesehatan, mengonsumsi rokok. Ny. S masing individu sibuk
pembelajaran di dan Ny. A mengatakan masih dengan pekerjaannya.
kelompok, dll menggunakan penyedap rasa
berlebihan

D Lingkungan sekitar tempat tinggal anggota kelompok H Fasilitas rekreasi yang tersedia untuk kelompok
air ditempat tinggal anggota
kelompok :
Ny. A, Ny.G Ny.F dan Tn.C :
kuning, berbau dan sumber air
1. Sumber air bersih √ 1. Taman √ tidak ada
terdapat di sektitar < 5 m dari
sungai.
Tn,M, Tn.F: bersih dan tidak
berbau
2. Dapur umum √ dapur ditempat tinggal 2. Pantai √ tidak ada
anggota kelompok :

15
Ny. A, Ny.G Ny.F, Tn.F
Tn.C:.kotor, berserakan
sampah makanan dan dekat
dengan kandang ternak.
Tn,M,: bersih
Ny. A, Ny.G Ny.F, Tn.F Tn.C :
pembuangan sampah terbuka,
terdapat di belakang rumah,
3. Tempat pembuangan
√ sampah dibakar. 3. Sarana Olahraga √ tidak ada
sampah
Tn. M terdapat tempat sampah
tertutup

jumlah sarana MCK= 6


4. Sarana MCK (berapa
√ dengan kondisi leher angsa, 4. Lainnya √ tidak ada
jumlahnya)
kotor, berbau tidak sedap
I Kebiasaan/ Perilaku dalam kelompok
1. Pemeliharaan kebersihan mandi 2x sehari

diri sikat gigi 2x sehari
2. Pengelolaan makanan √ kelompok tidak
bersih dan sehat mengetahuicara mengelola

16
makanan yang bersih dan
sehat.
Mengetahui:
Nama Koordinator Tanggal /Tandatangan

17
Tabulasi

Berdasarkan hasil pengkajian jenis kelamin kelompok lansia


penderita hipertensi di Desa Diwek Jombang didapatkan 50% laki-laki dan
50% perempuan.

Berdasarkan hasil pengkajian pendidikan kelompok lansia penderita


hipertensi di Desa Diwek Jombang didapatkan sebagian besar berpendidikan
Sekolah Dasar.

18
Berdasarkan hasil pengkajian pekerjaan kelompok lansia penderita
hipertensi di Desa Diwek Jombang didapatkan sebagian besar bekerja
sebagai IRT dan Petani.

Berdasarkan hasil pengkajian sumber air bersih kelompok lansia


penderita hipertensi di Desa Diwek Jombang didapatkan sebagian besar
kotor dan berbau.

19
Berdasarkan hasil pengkajian dapur umum kelompok lansia
penderita hipertensi di Desa Diwek Jombang didapatkan sebagian besar
dalam kondisi kotor.

Berdasarkan hasil pengkajian tempat sampah kelompok lansia


penderita hipertensi di Desa Diwek Jombang didapatkan sebagian besar
dalam kondisi terbuka.

20
3.2 Analisa Data

Data Etiologi Masalah

DS: Kurang Pemahaman Perilaku Kesehatan


Cenderung Beresiko
- Tn. M dan Tn. F
mengatakan masih
mengonsumsi rokok.

- Ny. S dan Ny. A


mengatakan masih
menggunakan penyedap
rasa berlebihan

DO:

- TD:
Ny. A 165/100 mmHg
Tn. M 170/100 mmHg
Ny. S 170/90 mmHg
Tn. F 160/100 mmHg

- Didapatkan hasil
dari pengkajian tempat
sampah kelompok lansia
penderita hipertensi di
Desa Diwek Jombang
didapatkan sebagian
besar dalam kondisi
terbuka, sampah dibakar
dibelakang rumah.

- Didapatkan hasil
dari pengkajian dapur
umum kelompok lansia
penderita hipertensi di
Desa Diwek Jombang

21
didapatkan sebagian
besar dalam kondisi
kotor berdekatan dengan
kandang ternak.

DS: Ketidakcukupan akses pada Defisiensi


Kesehatan
- Kelompok lansia yang
pemberi pelayanan kesehatan. Komunitas
menderita hipertensi
mengatakan tidak
memanfaatkan atau jarang
memeriksakan kondisi
kesehatannya, karena
beranggapan penyakitnya
akan sembuh dengan
beberapa waktu dan jarak
pelayanan yang ada sangat
jauh.
- Kelompok lansia yang
menderita hipertensi
mengatakan bekerja dari
pagi sampai hampir sore
sehingga kurang istirahat

DO:

- Jauh dari
pemukiman warga.
Kondisi bangunannya

22
cukup bersih, terdapat alat
kesehatan dan obat
general namun pendataan
identifitas klien kurang
lengkap.

- Hanya terdapat satu


klinik keperawatan dalam
satu desa

- Dalam satu
kecamatan tidak terdapat
Rumah sakit yang bisa
dijangkau oleh lansia
penderita hipertensi.

- Dalam satu
kecamatan tidak terdapat
Pustu yang bisa dijankau
oleh lansia penderita
hipertensi.

DS : Hambatan pengambilan Ketidakefektifan


keputusan. pemeliharaan
- Kelompok
kesehatan
mengatakan pelayanan
kesehatan jauh dari
tempat tinggal, sehingga
malas memeriksakan
kesehatannya.

DO :

- Pada saat hasil


pengkajian didapatkan
sumber air bersih

23
kelompok lansia penderita
hipertensi di Desa Diwek
Jombang didapatkan
sebagian besar kotor dan
berbau.

- Didapatkan dari
hasil pengkajian dapur
umum kelompok lansia
penderita hipertensi di
Desa Diwek Jombang
didapatkan sebagian besar
dalam kondisi kotor.

Penilaian (scoring) diagnosis keperawatan

No. Kriteria Skor Pembenaran

1. Perilaku Kesehatan Cenderung


Beresiko

a. Sifat masalah: 2/3 x 1 = 2/3 Pada perilaku


resiko
kelompok
cendereung
beresiko
menambah atau
b. Kemungkinan masih menumbuhkan
masalah kesehatan
dapat di ubah : baru.
sebagian
½x2=1
Dengan adanya
edukasi dari
tenaga kesehatan
c. Potensi masalah untuk kelompok akan
dicegah : mengetahui
rendah perilaku yang
kesehatan yang

24
benar.
d. Menonjolnya masalah :
tidak dirasakan 1/3 x 1 = 1/3 Karena kelompok
tersebut
merupakan
kelompok lansia
Jumlah yang tidak
mempunyain
kesadaran untuk
hidup sehat.
0/2 x 1 = 0
Kelompok ini
tidak menyadari
bahwa hal ini akan
berimbah pada
kesehatannya.
2

2. Defisiensi Kesehatan Komunitas

a. Sifat masalah: 3/3 x 1= 1 Masalah defisiensi


aktual kesehatan telah
terjadi pada
b. Kemungkinan masih kelompok
dapat di ubah :
Dengan adanya
sebagian
½x2=1 edukasi dapat
menambah
pengetahuan
c. Potensi masalah untuk tentang pentingnya
pemeriksaan
dicegah : berkala
tinggi
dapat dicegah
Karena pada
3/3 x1= 1 kelompok hanya
permasalahn jarak
pelayanan yang
d. Menonjolnya masalah:
dapat ditempuh
segera
dengan
transportasi atau
kunjungan tenaga
Jumlah
kesehatan

25
pada kelompok
masalah telah
1/2x 1 = ½ dirasakan tetapi
tidak ada kemauan
untuk melakukan.

3 1/2

3. Ketidakefektifan pemeliharaan
kesehatan

a. Sifat masalah:
aktual 3/3 x 1= 1 Masalah
pemeliharaan
kesehatan telah
b. Kemungkinan masih terjadi pada
kelompok
dapat di ubah :
mudah ½x2=1 Dengan adanya
modifikasi
lingkungan dapat
menambah
pengetahuan
tentang pentingnya
c. Potensi masalah untuk
lingkungan yang
dicegah : seha.
rendah

dikarenakan pada

1/3x1= 1/3 kelompok ini


mementingkan
d. Menonjolnya masalah
melakuan
tidak dirasakan
pekerjaan dari
pada merawat
lingkungan sekitar.
Jumlah

Kelompok ini
tidak menyadari
0/2 x 1 = 0 bahwa hal ini akan
berimbas pada

26
kesehatannya.

2 1/3

3.3 Diagnosa Keperawatan

1. Defisiensi Kesehatan Komunitas

2. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan

3. Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko

3.4 Intervensi

Diagnosa NOC NIC

Defisiensi Kesehatan Setelah dilakukan asuhan


Komunitas keperawatan kelompok
mampu:

Ketidakefektifan Setelah dilakukan asuhan


pemeliharaan kesehatan keperawatan kelompok
mampu:

Perilaku Kesehatan Setelah dilakukan asuhan Proses penyakit (5602)


Cenderung Beresiko keperawatan kelompok
1. Jelaskan
mampu:
patofisiologi
Manajemen Diri : penyakit dan
hipertensi (3107) bagaimana
hubungannya

27
1. Memantau tekanan dengan anatomi
darah dan fisiologi
sesuai kebutuhan.
2. Membatasi asupan
garam 2. Jelaskan tanda
dan gejala yang
3. Menyingkirkan
umum dari
rokok
penyakit sesuai
4. Berpartisipasi kebutuhan.
dalam
3. Jelaskan
menghentikan
mengenai proses
rokok
penyakit sesuai
kebutuhan

4. Identifikasi
kemungkinan
penyebab sesuai
kebutuhan.

5. Edukasi pasien
mengenai tanda
dan gejala yang
harus dilaporkan
kepada petugas
kesehatan sesuai
kebutuhan.

28
BAB 4

PENUTUP
4.1 KESIMPULAN

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat


melebihi batas normal. Batas tekanan darah normal bervariasi sesuai dengan
usia. Berbagai faktor dapat memicu terjadinya hipertensi, walaupun sebagian
besar (90%) penyebab hipertensi tidak diketahui (hipertensi essential).
Penyebab tekanan darah meningkat adalah peningkatan kecepatan denyut
jantung, peningkatan resistensi (tahanan) dari pembuluh darah dari tepi dan
peningkatan volume aliran darah.

4.2 SARAN

1. Keluarga
Kesehatan keluarga sangatlah penting untuk meningkatkan
kesejahteraan keluarga dalam bidang kesehatan, oleh karena itu
tingkatkan kesehatan anggota keluarga dengan penyakit hipertensi.
Hendaknya keluarga memahami tentang penyakit Hipertensi dan
mampu merawat anggota yang menderita penyakit Hipertensi serta
memanfaatkan fasilitas-fasilitas kesehatan ada dengan berobat secara
teratur.
2. Masyarakat
Hendaknya masyarakat lebih memperhatikan kesehatan lingkungan
sekitar serta dapat menerapkan perilaku hidup sehat dan bersih, agar
tercipta lingkungan yang sehat serta terhindar dari resiko penyakit.
3. Anggota profesi
Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga
hendaknya memperhatikan aspek sosial, ekonomi, pendidikan dan
pengetahuan tentang tujuan yang direncanakan akan tercapai sesuatu
dengan tingkat aspek yang dimiliki keluarga melalui metode
penyuluhan, penjelasan maupun diskusi bersama.
4. Provider (mahasiswa keperawatan)
Diharapkan setelah membaca karya tulis ilmiah ini provider dapat
mengembangkan dan memperbaruhi hal-hal yang kurang dalam
asuhan keperawatan yang dilakukan penulis.

29
5. Puskesmas
Hendaknya puskesmas dapat memberikan pelayanan kesehatan yang
baik serta mampu menyediakan fasilitas atau sarana dan prasarana
yang memadai yang dapat membantu kesembuhan pasien, sehingga
dapat meningkatkan mutu pelayanan yang optimal pada umumnya
anggota keluarga dan pada pasien dengan hipertensi khususnya

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal -Bedah. Edisi 8.

Volume 2. Jakarta: EGC

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 8.


Jakarta: EGC

30
Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 10.
Jakarta: EGC

Depkes RI. (2003). Pedoman Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Jakarta


(diperoleh 19 April 2014).
Effendy, Ferry.2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktek
dalam Keperawatan. jakarta: Salemba Medika

Friedman, Alih bahasa R.L. Ina Debora. 1998. Keperawatan Keluarga: teori dan
praktik, edisi ketiga. Jakarta: EGC.

Herlambang, 2013. Hipertensi dan Diabetes. Jakarta: Tugu Publisher

Jhonson, Lenny R. 2010. Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika.

Kementerian Kesehatan RI. (2008). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar,


RISKESDAS Indonesia Tahun 2007. Depkes, Jakarta.

Lanny dkk. 2004. Hipertensi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase

31
1. Perempuan 3 50%
2. Laki-laki 3 50%
Jumlah 6 100%
LAMPIRAN

No. Pendidikan Jumlah Persentase


1. SD 5 83%
2. SMP 1 17%
3. SMA 0 0%
Jumlah 6 100%

No. Pekerjaan Jumlah Persentase


1. IRT 2 33%
2. Petani 2 33%
3. Pedagang 1 17%
4. Buruh 1 17%
Jumlah 6 100%

No. Sumber Air bersih Jumlah Persentase


1. Bersih 2 33%
2. Kotor dan berbau 4 67%
Jumlah 6 100%

No. Dapur Umum Jumlah Persentase


1. Bersih 1 17%
2. Kotor 5 83%
Jumlah 6 100%

No. Pembuangan Sampah Jumlah Persentase


1. Terbuka 5 83%
2. Tertutup 1 17%
Jumlah 6 100%

32

You might also like