You are on page 1of 15

MAKALAH PENYAKIT HIPERTENSI PADA LANSIA

Disusun Oleh:

Kelompok 2

Eka Gusrianti Fransisca

Elta Sari Hendri

Era Nila Artika I Nyoman Trio S

Feri Hendriawan Icha Dea Alferida

Fiki Nurfitri Indah Dwi Pangesti

AKADEMI KEPERAWATAN PANCA BHAKTI

BANDAR LAMPUNG

2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayahnya-lah
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Tak lupa pula kami ucapkan salam
dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, karena beliaulah yang telah menghantarkan kita
dari zaman jahiliyah menuju zaman yang penuh berkah.

Adapun judul makalah yang akan dibahas adalah “MAKALAH PENYAKIT


HIPERTENSI PADA LANSIA”, dan kami sangat berharap semoga dengan adanya makalah ini
dapat memberikan sedikit gambaran dan memperluas wawasan ilmu yang kami miliki.Dalam
kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu hingga terselesainya makalah ini, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Akhirnya kritik dan saran yang bersifat membangun kami harapkan dari semua pihak
demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan.

Bandar Lampung, Februari 2019

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................................................
KATA PENGANTAR ..........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................................................
1.1 Latar Belakang .....................................................................................................1
1.2 Tujuan ..................................................................................................................2

BAB 2 TIJAUAN TEORI ....................................................................................................


2.1 Definisi hipertensi pada lansia .............................................................................3
2.2 Klasifikasi hipertensi pada lansia.........................................................................3
2.3 Patofisiologi hipertensi pada lansia .....................................................................4
2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi pada lansia ...................................4
2.5 penatalaksanaan ...................................................................................................9

BAB 4 PENUTUP ................................................................................................................


4.1 Kesimpulan ...........................................................................................................11
4.2 Saran .....................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang sering dialami oleh para lansia, dan dapat
memicu timbulnya penyakit degenerative seperti gagal ginjal dan gagal jantung kongestif.
Penduduk lanjut usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota masyarakat yang
semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia harapan hidup.

Pada tahun 1980 penduduk lanjut usia berjumlah 7.7 juta jiwa atau 5.2% dari seluruh jumlah
penduduk. Pada tahun 1990 jumlah penduduk lanjut usia meningkat menjadi 11.3 juta orang atau
8.9%. Jumlah ini meningkat di seluruh Indonesia menjadi 15.1 juta jiwa pada tahun 2000 atau
7.2% dari seluruh penduduk. Diperkirakan pada tahun 2020 akn menjadi 29 juta orang atau
19.4%. hal ini menunjukan bahwa penduduk lanjut usia meningkat secara konsisten dari waktu
ke waktu. Angka harapan hidup penduduk Indonesia berdasarkan data biro pusat statistic pada
tahun 1968 adalah 45.7 tahun, pada tahun 1990 adalah 61.2 tahun, pada tahun 2000 jumlah
harapan hidup adalah 69.05 tahun (BPS,2000).

Berdasarkan American Heart Association (AHA,2001) terjadi peningkatan rata-rata kematian


akibat hipertensi sebesar 21% dari tahun 1989 sampai 1999. Secara keseluruhan kematian akibat
hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%. Data riset kesehatan dasar (Riskesdas)
menyebutkan hipertensi merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah stroke dan
tuberkolosis, jumlahnya mencapain 6.8% dari populasi penyebab kematian pada semua umur di
Indonesia.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui proses keperawatan pada lanjut usia yang menderita hipertensi
1.2.2 Tujuan Khusus
- Mengidentifikasi proses terjadinya hipetensi pada lanjut usia
- Mengidentifikasi defeni,patofisiologi,dan pembagian hipertensi
- Mengidentifikasi pengkajian, diagnosa, intervensi, dan penatalaksanaan pada lansia dengan
hipertensi
- Mengimplementasikan intervensi pada lanjut usia penderita hipertensi.
BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Hipertensi pada lansia

Hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan darah diastolik dan sistolik yang intermiten
atau menetap. Pengukuran tekanan darah serial 150/95 mmHg atau lebih tinggi pada orang yang
berusia diatas 50 tahun memastikan hipertensi. Insiden hipertensi meningkat seiring
bertambahnya usia (Stockslager,2008).

Hipertensi lanjut usia dibedakan menjadi dua hipertensi dengan peningkatan sistolik dan
diastolik dijumpai pada usia pertengahan hipertensi sistolik pada usia diatas 65 tahun. Tekanan
diastolik meningkat usia sebelum 60 tahun dan menurun sesudah usia 60 tahun tekanan sistolik
meningkat dengan bertambahnya usia (Temu Ilmiah Geriatri Semarang,2008).Hipertensi menjadi
masalah pada usia lanjut karena sering ditemukan menjadi faktor utama payah jantung dan
penyakit koroner. Lebih dari separuh kematian diatas usia 60 tahun disebabkan oleh penyakit
jantung dan serebrovaskuler. Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas:
a. Hipertensi pada tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan atau tekanan
sistolik sama atau lebih 90 mmHg.
b. Hipertensi sistolik terisolasi tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan
diastolik lebih rendah dari 90 mmHg (Nugroho,2008). Dari uraian diatas disimpulkan bahwa
hipertensi lanjut usia dipengaruhi oleh faktor usia.

2.2 Klasifikasi Hipertensi


Hipertensi diklasifikasikan 2 tipe penyebab :
a. Hipertensi esensial (primer atau idiopatik) Penyebab pasti masih belum diketahui.
Riwayat keluarga obesitas tinggi natrium lemak jenuh dan penuaan adalah faktor
pendukung.
b. Hipertensi sekunder akibat penyakit ginjal atau penyebab yang terindentifikasi lainnya
2.3 Patofisiologi Hipertensi Lanjut Usia
Mekanisme dasar peningkatan tekanan sistolik sejalan dengan peningkatan usia terjadinya
penurunan elastisitas dan kemampuan meregang pada arteri besar. Tekanan aorta meningkat
sangat tinggi dengan penambahan volume intravaskuler yang sedikit menunjukan kekakuan
pembuluh darah pada lanjut usia. Secara hemodinamik hipertensi sistolik ditandai penurunan
kelenturan pembuluh arteri besar resistensi perifer yang tinggi pengisian diastolik abnormal dan
bertambah masa ventrikel kiri.

Penurunan volume darah dan output jantung disertai kekakuan arteri besar menyebabkan
penurunan tekanan diastolik. Lanjut usia dengan hipertensi sistolik dan diastolik output jantung,
volume intravaskuler, aliran darah keginjal aktivitas plasma renin yang lebih rendah dan
resistensi perifer. Perubahan aktivitas sistem syaraf simpatik dengan bertambahnya
norepinephrin menyebabkan penurunan tingkat kepekaan sistem reseptor beta adrenergik pada
sehingga berakibat penurunan fungsi relaksasi otot pembuluh darah (Temu Ilmiah Geriatri ,
2008). Lanjut usia mengalami kerusakan struktural dan fungsional pada arteri besar yang
membawa darah dari jantung menyebabkan semakin parahnya pengerasan pembuluh darah dan
tingginya tekanan darah.

2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi pada lanjut usia

Menurut Darmojo (2006), faktor yang mempengaruhi hipertensi


pada lanjut usia adalah :
a. Penurunanya kadar renin karena menurunya jumlah nefron akibat proses menua. Hal ini
menyebabkan suatu sirkulus vitiosus: hipertensi glomerelo-sklerosis-hipertensi yang berlangsung
terus menerus.
b. Peningkatan sensitivitas terhadap asupan natrium. Dengan bertambahnya usia semakin sensitif
terhadap peningkatan atau penurunan kadar natrium.
c. Penurunan elastisitas pembuluh darah perifer akibat proses menua akan meningkatakan
resistensi pembuluh darah perifer yang mengakibatkan hipertensi sistolik.
d. Perubahan ateromatous akibat proses menua menyebabkan disfungsi endotel yang berlanjut
pada pembentukan berbagai sitokin dan subtansi kimiawi lain yang kemudian meyebabkan
resorbi natrium di tubulus ginjal, meningkatkan proses sklerosis pembuluh darah perifer dan
keadaan lain berhubungan dengan kenaikan tekanan darah. Dengan perubahan fisiologis normal
penuaan, faktor resiko hipertensi lain meliputi diabetes ras riwayat keluarga jenis kelamin faktor
gaya hidup seperti obesitas asupan garam yang tinggi alkohol yang berlebihan (Stockslager,
2008).

Menurut Elsanti (2009), faktor resiko yang mempengaruhi hipertensi yang dapat atau tidak dapat
dikontrol, antara lain:

a. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol:


1) Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun wanita terlindung dari
penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita yang belum mengalami menopause
dilindungi. Oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density
Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam
mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai
penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai
kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah
dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya
sesuai dengan umur wanita secara

Alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun. Dari hasil penelitian
didapatkan hasil lebih dari setengah penderita hipertensi berjenis kelamin wanita sekitar 56,5%.
(Anggraini , 2009). Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa muda.
Tetapi lebih banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60% penderita hipertensi
adalah wanita. Hal ini sering dikaitkan dengan perubahan hormon setelah menopause (Marliani,
2007).

2) Umur
Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi orang yang lebih tua
cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi dari orang yang berusia lebih muda. Hipertensi
pada usia lanjut harus ditangani secara khusus. Hal ini disebabkan pada usia tersebut ginjal dan
hati mulai menurun, karena itu dosis obat yang diberikan harus benar-benar tepat. Tetapi pada
kebanyakan kasus, hipertensi banyak terjadi pada usia lanjut. Pada wanita, hipertensi sering
terjadi pada usia diatas 50 tahun. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan hormon sesudah
menopause. Hanns Peter (2009) mengemukakan bahwa kondisi yang berkaitan dengan usia ini
adalah produk samping dari keausan arteriosklerosis dari arteri-arteri utama, terutama aorta, dan
akibat

dari berkurangnya kelenturan. Dengan mengerasnya arteri-arteri ini dan menjadi semakin kaku,
arteri dan aorta itu kehilangan daya penyesuaian diri.

3) Keturunan (Genetik)
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu mempunyai risiko
menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler
dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium Individu dengan orang tua dengan
hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang
yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80% kasus
hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga (Anggraini dkk, 2009). Seseorang
akan
memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah
penderita hipertensi (Marliani, 2007)

b. Faktor resiko yang dapat dikontrol:


1) Obesitas
Pada usia + 50 tahun dan dewasa lanjut asupan kalori mengimbangi penurunan kebutuhan energi
karena kurangnya aktivitas. Itu sebabnya berat badan meningkat. Obesitas dapat memperburuk
kondisi lansia. Kelompok lansia dapat memicu timbulnya berbagai penyakit seperti artritis,
jantung dan pembuluh darah, hipertensi (Rohendi, 2008).Indeks masa tubuh (IMT) berkorelasi
langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. Risiko relatif untuk menderita
hipertensi pada orang obes 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang berat badannya
normal. Pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-30% memiliki berat badan lebih.

2) Kurang olahraga

Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak menular, karena olahraga
isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah
(untuk hipertensi) dan melatih otot jantung sehingga menjadi terbiasa apabila jantung harus
melakukan pekerjaan yang lebih berat karena adanya kondisi tertentu Kurangnya aktivitas fisik
menaikan risiko tekanan darah tinggi karena bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk. Orang-
orang yang tidak aktif cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung mereka
harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus
memompa semakin besar pula kekuaan yang mendesak arteri (Rohaendi, 2008).

3) Kebiasaan Merokok

Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat dapat dihubungkan dengan
peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko terjadinya stenosis arteri renal yang
mengalami ateriosklerosis. Dalam penelitian kohort prospektif oleh dr. Thomas S Bowman dari
Brigmans and Women’s Hospital, Massachussetts terhadap 28.236 subyek yang awalnya tidak
ada riwayat hipertensi, 51% subyek tidak merokok, 36% merupakan perokok pemula, 5% subyek
merokok 1-14 batang rokok perhari dan 8% subyek yang merokok lebih dari 15 batang perhari.
Subyek terus diteliti dan dalam median waktu 9,8 tahun. Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu
kejadian hipertensi terbanyak pada kelompok subyek dengan kebiasaan merokok lebih dari 15
batang perhari (Rahyani, 2007).

4) Mengkonsumsi garam berlebih

Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO) merekomendasikan pola
konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang
direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram
garam) perhari. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam
cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar,
sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler
tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya
hipertensi. (Hans Petter, 2008).

5) Minum alkohol

Banyak penelitian membuktikan bahwa alkohol dapat merusak jantung dan organ-organ lain,
termasuk pembuluh darah. Kebiasaan minum alkohol berlebihan termasuk salah satu faktor
resiko hipertensi (Marliani, 2007).

6) Minum kopi

Faktor kebiasaan minum kopi didapatkan dari satu cangkir kopi mengandung 75 – 200 mg
kafein, di mana dalam satu cangkir tersebut berpotensi meningkatkan tekanan darah 5 -10
mmHg.

7) Stres
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis
peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten (tidak menentu). Stress yang
berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum
terbukti akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di
pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat
yang tinggal di kota (Rohaendi, 2003). Menurut Anggraini (2009) mengatakan stres akan
meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi
aktivitas saraf simpatis. Adapun stres ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial,
ekonomi, dan karakteristik personal
2.5 Penatalaksanaan

Menurut Darmojo (2008), Pemakain obat pada lanjut usia perlu dipikirkan kemungkinan adanya:
1) Gangguan absorsbsi dalam alat pencernaan
2) Interaksi obat
3) Efek samping obat.
4) Gangguan akumulasi obat terutama obat-obat yang ekskresinya
melalui ginjal.

Pengobatan hipertensi menurut Kowalski (2010) tiga hal evaluasi menyeluruh terhadap kondisi
penderita adalah :
1) Pola hidup dan indentifikasi ada tidaknya faktor resiko
kardiovaskuler
2) Penyebab langsung hipertensi sekunder atau primer
3) Organ yang rusak karena hipertensi.
Melaksanakan terapi anti hipertensi perlu penetapan jadwal rutin harian minum obat, hipertensi
yang tidak terkontrol dapat menyebabkan stroke dan serangan jantung. Mencatat obat-obatan
yang diminum dan keefektifan mendiskusikan informasi ini untuk tindak lanjut (Stoskslager,
2008).Pengendalian tekanan darah dan efek samping minimal diperlukan terapi obat-obatan
sesuai, disertai perubahan pola hidup.
b. Non Farmakologi
Upaya non farmakologi menurut: Darmojo (2006) terdiri atas:
1) Berhenti merokok
2) Penurunan berat badan yang berlebihan
3) Berhenti/mengurangi asupan alkohol
4) Mengurangi asupan garam.

Upaya non farmakologi menurut: stanley (2007) pencegahan primer dari hipertensi esensial
terdiri atas:
1) Mempertahankan berat badan ideal
2) Diet rendah garam
3) Pengurangan stres
4) Latihan aerobik secara teratur
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan menjadi dua hipertensi pada tekanan sistolik sama atau
lebih besar dari 140 mmHg dan atau tekanan sistolik sama atau lebih 90 mmHg. Sedangkan
hipertensi sistolik terisolasi tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan diastolik
lebih rendah dari 90 mmHg.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi pada lanjut usia menurunanya kadar renin karena
menurunya jumlah nefron, peningkatan sensitivitas terhadap asupan natrium, penurunan
elastisitas pembuluh darah perifer. Pihak yang terlibat dalam pemenuhan proses keperawatan
pada lansia dengan hipertensi adalah keluarga, pskiater, dokter, perawat dan pembimbing
spiritual

3.2 Saran
Semoga dengan memahami hipertensi pada lansia ini, kita bisa menerapkan dan membagi ilmu
dalam menyelesaikan masalah dan gangguan tidak nyaman ini dalam kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA

Mahoney Fl, Barthel DW:Functional evaluation: the Barthel Index. Md State Med J 14:2, 1965.

van der Putten JJMF, Hobart JC; Freeman JA, Thompson AJ. (1999) Measuring the change
indisability after inpatient rehabilitation; comparison of the responsiveness of the Barthel
Index and Functional Independence Measure. Journal of Neurology, Neurosurgery, and
Psychiatry, 66(4), 480-484

Brunner & Suddarth. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC, 2002

Gunawan, Lany. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi , Yogyakarta, Penerbit Kanisius, 2001

Kodim Nasrin. Hipertensi : Yang Besar Yang Diabaikan, @ tempointeraktif.com, 2003

Smith Tom. Tekanan darah Tinggi : Mengapa terjadi, Bagaimana mengatasinya ?, Jakarta,

Penerbit Arcan, 1995

Semple Peter. Tekanan Darah Tinggi, Alih Bahasa : Meitasari Tjandrasa Jakarta, Penerbit Arcan,

1996

You might also like