Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh:
Kelompok 2
BANDAR LAMPUNG
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayahnya-lah
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Tak lupa pula kami ucapkan salam
dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, karena beliaulah yang telah menghantarkan kita
dari zaman jahiliyah menuju zaman yang penuh berkah.
Akhirnya kritik dan saran yang bersifat membangun kami harapkan dari semua pihak
demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan.
Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................................................................
KATA PENGANTAR ..........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................................................
1.1 Latar Belakang .....................................................................................................1
1.2 Tujuan ..................................................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang sering dialami oleh para lansia, dan dapat
memicu timbulnya penyakit degenerative seperti gagal ginjal dan gagal jantung kongestif.
Penduduk lanjut usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota masyarakat yang
semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia harapan hidup.
Pada tahun 1980 penduduk lanjut usia berjumlah 7.7 juta jiwa atau 5.2% dari seluruh jumlah
penduduk. Pada tahun 1990 jumlah penduduk lanjut usia meningkat menjadi 11.3 juta orang atau
8.9%. Jumlah ini meningkat di seluruh Indonesia menjadi 15.1 juta jiwa pada tahun 2000 atau
7.2% dari seluruh penduduk. Diperkirakan pada tahun 2020 akn menjadi 29 juta orang atau
19.4%. hal ini menunjukan bahwa penduduk lanjut usia meningkat secara konsisten dari waktu
ke waktu. Angka harapan hidup penduduk Indonesia berdasarkan data biro pusat statistic pada
tahun 1968 adalah 45.7 tahun, pada tahun 1990 adalah 61.2 tahun, pada tahun 2000 jumlah
harapan hidup adalah 69.05 tahun (BPS,2000).
TINJAUAN TEORI
Hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan darah diastolik dan sistolik yang intermiten
atau menetap. Pengukuran tekanan darah serial 150/95 mmHg atau lebih tinggi pada orang yang
berusia diatas 50 tahun memastikan hipertensi. Insiden hipertensi meningkat seiring
bertambahnya usia (Stockslager,2008).
Hipertensi lanjut usia dibedakan menjadi dua hipertensi dengan peningkatan sistolik dan
diastolik dijumpai pada usia pertengahan hipertensi sistolik pada usia diatas 65 tahun. Tekanan
diastolik meningkat usia sebelum 60 tahun dan menurun sesudah usia 60 tahun tekanan sistolik
meningkat dengan bertambahnya usia (Temu Ilmiah Geriatri Semarang,2008).Hipertensi menjadi
masalah pada usia lanjut karena sering ditemukan menjadi faktor utama payah jantung dan
penyakit koroner. Lebih dari separuh kematian diatas usia 60 tahun disebabkan oleh penyakit
jantung dan serebrovaskuler. Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas:
a. Hipertensi pada tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan atau tekanan
sistolik sama atau lebih 90 mmHg.
b. Hipertensi sistolik terisolasi tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan
diastolik lebih rendah dari 90 mmHg (Nugroho,2008). Dari uraian diatas disimpulkan bahwa
hipertensi lanjut usia dipengaruhi oleh faktor usia.
Penurunan volume darah dan output jantung disertai kekakuan arteri besar menyebabkan
penurunan tekanan diastolik. Lanjut usia dengan hipertensi sistolik dan diastolik output jantung,
volume intravaskuler, aliran darah keginjal aktivitas plasma renin yang lebih rendah dan
resistensi perifer. Perubahan aktivitas sistem syaraf simpatik dengan bertambahnya
norepinephrin menyebabkan penurunan tingkat kepekaan sistem reseptor beta adrenergik pada
sehingga berakibat penurunan fungsi relaksasi otot pembuluh darah (Temu Ilmiah Geriatri ,
2008). Lanjut usia mengalami kerusakan struktural dan fungsional pada arteri besar yang
membawa darah dari jantung menyebabkan semakin parahnya pengerasan pembuluh darah dan
tingginya tekanan darah.
Menurut Elsanti (2009), faktor resiko yang mempengaruhi hipertensi yang dapat atau tidak dapat
dikontrol, antara lain:
Alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun. Dari hasil penelitian
didapatkan hasil lebih dari setengah penderita hipertensi berjenis kelamin wanita sekitar 56,5%.
(Anggraini , 2009). Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa muda.
Tetapi lebih banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60% penderita hipertensi
adalah wanita. Hal ini sering dikaitkan dengan perubahan hormon setelah menopause (Marliani,
2007).
2) Umur
Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi orang yang lebih tua
cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi dari orang yang berusia lebih muda. Hipertensi
pada usia lanjut harus ditangani secara khusus. Hal ini disebabkan pada usia tersebut ginjal dan
hati mulai menurun, karena itu dosis obat yang diberikan harus benar-benar tepat. Tetapi pada
kebanyakan kasus, hipertensi banyak terjadi pada usia lanjut. Pada wanita, hipertensi sering
terjadi pada usia diatas 50 tahun. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan hormon sesudah
menopause. Hanns Peter (2009) mengemukakan bahwa kondisi yang berkaitan dengan usia ini
adalah produk samping dari keausan arteriosklerosis dari arteri-arteri utama, terutama aorta, dan
akibat
dari berkurangnya kelenturan. Dengan mengerasnya arteri-arteri ini dan menjadi semakin kaku,
arteri dan aorta itu kehilangan daya penyesuaian diri.
3) Keturunan (Genetik)
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu mempunyai risiko
menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler
dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium Individu dengan orang tua dengan
hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang
yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80% kasus
hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga (Anggraini dkk, 2009). Seseorang
akan
memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah
penderita hipertensi (Marliani, 2007)
2) Kurang olahraga
Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak menular, karena olahraga
isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah
(untuk hipertensi) dan melatih otot jantung sehingga menjadi terbiasa apabila jantung harus
melakukan pekerjaan yang lebih berat karena adanya kondisi tertentu Kurangnya aktivitas fisik
menaikan risiko tekanan darah tinggi karena bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk. Orang-
orang yang tidak aktif cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung mereka
harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus
memompa semakin besar pula kekuaan yang mendesak arteri (Rohaendi, 2008).
3) Kebiasaan Merokok
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat dapat dihubungkan dengan
peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko terjadinya stenosis arteri renal yang
mengalami ateriosklerosis. Dalam penelitian kohort prospektif oleh dr. Thomas S Bowman dari
Brigmans and Women’s Hospital, Massachussetts terhadap 28.236 subyek yang awalnya tidak
ada riwayat hipertensi, 51% subyek tidak merokok, 36% merupakan perokok pemula, 5% subyek
merokok 1-14 batang rokok perhari dan 8% subyek yang merokok lebih dari 15 batang perhari.
Subyek terus diteliti dan dalam median waktu 9,8 tahun. Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu
kejadian hipertensi terbanyak pada kelompok subyek dengan kebiasaan merokok lebih dari 15
batang perhari (Rahyani, 2007).
Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO) merekomendasikan pola
konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang
direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram
garam) perhari. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam
cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar,
sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler
tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya
hipertensi. (Hans Petter, 2008).
5) Minum alkohol
Banyak penelitian membuktikan bahwa alkohol dapat merusak jantung dan organ-organ lain,
termasuk pembuluh darah. Kebiasaan minum alkohol berlebihan termasuk salah satu faktor
resiko hipertensi (Marliani, 2007).
6) Minum kopi
Faktor kebiasaan minum kopi didapatkan dari satu cangkir kopi mengandung 75 – 200 mg
kafein, di mana dalam satu cangkir tersebut berpotensi meningkatkan tekanan darah 5 -10
mmHg.
7) Stres
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis
peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten (tidak menentu). Stress yang
berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum
terbukti akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di
pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat
yang tinggal di kota (Rohaendi, 2003). Menurut Anggraini (2009) mengatakan stres akan
meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi
aktivitas saraf simpatis. Adapun stres ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial,
ekonomi, dan karakteristik personal
2.5 Penatalaksanaan
Menurut Darmojo (2008), Pemakain obat pada lanjut usia perlu dipikirkan kemungkinan adanya:
1) Gangguan absorsbsi dalam alat pencernaan
2) Interaksi obat
3) Efek samping obat.
4) Gangguan akumulasi obat terutama obat-obat yang ekskresinya
melalui ginjal.
Pengobatan hipertensi menurut Kowalski (2010) tiga hal evaluasi menyeluruh terhadap kondisi
penderita adalah :
1) Pola hidup dan indentifikasi ada tidaknya faktor resiko
kardiovaskuler
2) Penyebab langsung hipertensi sekunder atau primer
3) Organ yang rusak karena hipertensi.
Melaksanakan terapi anti hipertensi perlu penetapan jadwal rutin harian minum obat, hipertensi
yang tidak terkontrol dapat menyebabkan stroke dan serangan jantung. Mencatat obat-obatan
yang diminum dan keefektifan mendiskusikan informasi ini untuk tindak lanjut (Stoskslager,
2008).Pengendalian tekanan darah dan efek samping minimal diperlukan terapi obat-obatan
sesuai, disertai perubahan pola hidup.
b. Non Farmakologi
Upaya non farmakologi menurut: Darmojo (2006) terdiri atas:
1) Berhenti merokok
2) Penurunan berat badan yang berlebihan
3) Berhenti/mengurangi asupan alkohol
4) Mengurangi asupan garam.
Upaya non farmakologi menurut: stanley (2007) pencegahan primer dari hipertensi esensial
terdiri atas:
1) Mempertahankan berat badan ideal
2) Diet rendah garam
3) Pengurangan stres
4) Latihan aerobik secara teratur
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan menjadi dua hipertensi pada tekanan sistolik sama atau
lebih besar dari 140 mmHg dan atau tekanan sistolik sama atau lebih 90 mmHg. Sedangkan
hipertensi sistolik terisolasi tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan diastolik
lebih rendah dari 90 mmHg.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi pada lanjut usia menurunanya kadar renin karena
menurunya jumlah nefron, peningkatan sensitivitas terhadap asupan natrium, penurunan
elastisitas pembuluh darah perifer. Pihak yang terlibat dalam pemenuhan proses keperawatan
pada lansia dengan hipertensi adalah keluarga, pskiater, dokter, perawat dan pembimbing
spiritual
3.2 Saran
Semoga dengan memahami hipertensi pada lansia ini, kita bisa menerapkan dan membagi ilmu
dalam menyelesaikan masalah dan gangguan tidak nyaman ini dalam kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA
Mahoney Fl, Barthel DW:Functional evaluation: the Barthel Index. Md State Med J 14:2, 1965.
van der Putten JJMF, Hobart JC; Freeman JA, Thompson AJ. (1999) Measuring the change
indisability after inpatient rehabilitation; comparison of the responsiveness of the Barthel
Index and Functional Independence Measure. Journal of Neurology, Neurosurgery, and
Psychiatry, 66(4), 480-484
Brunner & Suddarth. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC, 2002
Gunawan, Lany. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi , Yogyakarta, Penerbit Kanisius, 2001
Smith Tom. Tekanan darah Tinggi : Mengapa terjadi, Bagaimana mengatasinya ?, Jakarta,
Semple Peter. Tekanan Darah Tinggi, Alih Bahasa : Meitasari Tjandrasa Jakarta, Penerbit Arcan,
1996