Professional Documents
Culture Documents
Oleh Kelompok 2 :
2018
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah
ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang BPH dan
manfaatnya untuk masyarakat ini dapat memberikan manfaat terhadap pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................................i
Daftar Isi.....................................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan
2.1 Pengertian...........................................................................................................3
2.2 Pravelensi...........................................................................................................3
2.3 Etiologi..............................................................................................................7
2.4 Klasifikasi..........................................................................................................8
2.6 Patofisiologi.......................................................................................................10
2.7 Penatalaksanaan.................................................................................................12
Daftar Pustaka..........................................................................................................24
ii
iii
Bab I
Pendahuluan
Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) adalah suatu kondisi yang terjadi sebagai
hasil dari pertumbuhan dan pengendalian hormon prostat (Yuliana elin, 2011).
Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) adalah suatu kondisi yang terjadi sebagai
hasil dari pertumbuhan dan pengendalian hormon prostat (Yuliana elin, 2011).
1
7. Apa saja penatalaksanaan medis dari Benigna Prostat Hiperplasia (BPH)?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan Benigna Prostat
Hiperplasia (BPH)?
2
BAB II
KONSEP MEDIS
A. Pengertian
B. Prevalensi BPH
3
gambaran hospital prevalensi di dua Rumah Sakit besar di Jakarta yaitu
RSCM dan Sumberwaras selama 3 tahun (1994-1999) terdapat 1040 kasus
(Istikomah, 2010).
C. Anatomi Fisiologi
4
Gambar anatomi prostat
Fisiologi
1) Vesikel Seminalis
2) Kelenjar Prostat
5
mengelilingi bagian atas urethra dan terleta dalam hubungan langsung dengan
cervix vesicae urinaria. Prostattersusun atas jaringan kelenjar dan serabut-
serabut otot involunter dan bereda di dalam kapsul fibrosa (Wibowo, 2012).
Prostat adalah kelenjar berbentuk donat tunggal seukuran lubang persik. Ini
mengelilingi tentang uretra hanya kalah dengan kandung kemih. Tertutup oleh
kapsul jaringan conective tebal, terdiri dari 20-30 senyawa kelenjar
tubuloalveolar diembed dalam massa (stroma) dari otot polos dan jaringan
ikat padat (Wibowo, 2012).
Hal ini memainkan peran dalam mengaktifkan sperma dan bertanggung jawab
atas sebanyak sepertiga dari volume air mani.Itu ia seperti susu, cairan sedikit
asam yang mengandung sitrat (sumber nutrisi), beberapa enzim (fibrinolisin,
hialuronidase, asam fosfatase), dan antigen prostatespecific (PSA). Prostat
memiliki reputasi sebagai perusak kesehatan (mungkin tercermin dalam
umum salah ucapan "prostat") (Wibowo, 2012).
Prostat sering membesar pada pria setengah umur atau umur tua, dan
pembesaran ini karena tekanan lain yang disebabkan oleh apa saja pada
sphincter urethra atau urethra itu sendisi, akan menyebabkan retensi urin akut.
Keadaan demikian dapat disembuhkan dengan memasang kateter ke dalam
vesica urinaria atau melakukan prostatektomi pada pasien tertentu (Wibowo,
2012).
6
Kelenjar prostat terletak tepat dibawah buli – buli dan mengitari uretra.
Bagian bawah kelenjar prostat menempal pada diafragma urogenital atau
sering disebut otot dasar panggul.Kelenjar ini pada laki - laki dewasa kurang
lebih sebesar buah kemiri, dengan panjang sekitar 3 cm, lebar4 cm dan tebal
kurang lebih 2,5 cm. Beratnya sekitar 20 gram.
Prostat terdiri dari jaringan kelenjar, jaringan stroma (penyangga ) dan kapsul.
Cairan yang dihasilkan kelenjar prostat bersama cairan dari vesikula seminalis
dan kelenjar cowper merupakan komponen terbesar dari seluruh cairan semen.
Bahan – bahan yang terdapat dalam cairan semen
D. Etiologi
7
b. Peranan dari growth factor (faktor pertumbuhan) sebagai pemicu
pertumbuhan stroma kelenjar prostat.
d. Teori sel stem, menerangkan bahwa terjadi proliferasi abnormal sel stem
sehingga menyebabkan produksi sel stroma dan sel epitel kelenjar prostat
menjadi berlebihan.
E. Klasifikasi
F. Manifestasi klinis
Gejala klinis hanya terjadi sekitar 10% pada laki-laki yang mengidap kelainan
ini. Hal ini dikarenakan BPH mengenai bagian dalam prostat, manifestasinya
yang tersering adalah gejala obstruksi saluran kemih bawah (Kumar dkk.,
2007).
8
Gejala klinis berkembang lambat karena hipertrofi detrusor kandung kemih
mengkompensasi untuk kompresi uretra. Seiring dengan osbtruksi
berkembang, kekuatan pancaran urin menurun, dan terjadi keragu raguan
dalam memulai berkemih dan menetes diakhir berkemih. Disuria dan urgensi
merupakan tanda klinis iritasi kandung kemih (mungkin sebagai akibat
peradangan atau tumor) dan biasanya tidak terlihat pada hiperplasia prostat.
Ketika residual pasca-miksi bertambah, dapat timbul nokturia dan overflow
incontinence (Saputra, 2009).
Keluhan pada saluran kemih bagian bawah (LUTS) terdiri atas gejala voiding,
storage, dan pasca-miksi. Untuk menilai tingkat keparahan dari keluhan pada
saluran kemih bagian bawah, beberapa ahli dan organisasi urologi membuat
sistem penilaian yang secara subjektif dapat diisi dan dihitung sendiri oleh
pasien. Sistem penilaian yang dianjurkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) adalah Skor Internasional Gejala Prostat atau International Prostatic
Symptom Score (IPSS) (Purnomo, 2012).
Sistem penilaian IPSS terdiri atas tujuh pertanyaan yang berhubungan dengan
keluhan miksi dan satu pertanyaan yang berhubungan dengan kualitas hidup
pasien. Setiap pertanyaan yang berhubungan dengan keluhan miksi diberi
nilai 0−5, sedangkan keluhan yang menyangkut kualitas hidup diberi nilai
1−7. Dari skor IPSS itu dapat dikelompokkan gejala LUTS dalam 3 derajat,
yaitu ringan (skor 0−7), sedang (skor 8−19), dan berat (skor 20−35)
(Purnomo, 2012).
9
b. Gejala pada saluran kemih bagian atas
Keluhan akibat penyulit hiperplasia prostat pada saluran kemih bagian atas
berupa gejala obstruksi antara lain nyeri pinggang, benjolan di pinggang
(yang merupakan tanda dari hidronefrosis), dan demam yang merupakan
tanda dari infeksi atau urosepsis (Purnomo, 2012).
Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan buli-buli yang terisi penuh dan
teraba massa kistus di daerah supra simfisis akibat retensi urin. Kadang-
kadang didapatkan urin yang selalu menetes tanpa disadari oleh pasien yaitu
merupakan tanda dari inkontinensia paradoksa. Pada colok dubur yang
diperhatikan adalah tonus sfingter ani/refleks bulbo-kavernosus untuk
menyingkirkan adanya kelainan buli-buli neurogenik, mukosa rektum, dan
keadaan prostat, antara lain: kemungkinan adanya nodul, krepitasi, konsistensi
prostat, simetrisitas antara lobus dan batas prostat (Purnomo, 2012).
G. Patofisiologi
10
ketidakseimbangan hormon androgen, sehingga terjadi peningkatan rasio
esterogen/androgen dalam serum serta jaringan prostat, terutama pada stroma.
DHT juga akan berikatan dengan reseptor androgen pada nukleus sel,
sehingga dapat menyebabkan hiperplasia.
1. zona sentral,
3. zona transisional.
Zona perifer terletak pada sisi posterior sampai lateral dari uretra dan
merupakan zona terbesar, yaitu sekitar 75% dari seluruh kelenjar prostat.
Zona sentral berukuran lebih kecil dan terletak disekitar duktus ejakulatorius.
Bagian terkecil dari prostat merupakan zona transisional, yaitu sekitar 5%
yang terletak pada kedua sisi uretra pars prostatika. Pada benign prostatic
hyperplasia, zona transisional membesar hingga 95% dan menekan zona lain.
Pembesaran zona transisional ini dapat menyebabkan obstruksi saluran kemih
dan juga pada beberapa pasien gejalanya minimal. Hal ini terjadi karena
turunnya elastisitas uretra pars prostatika karena penurunan kolagen dan
peningkatan proteoglikan, sehingga uretra pars prostatika lebih resisten
terhadap tekanan dan pembesaran terjadi lebih banyak ke arah luar. Jika
pembesaran terjadi ke arah dalam, akan terjadi penekanan pada lumen urethra
pars prostatika, sehingga menyebabkan obstruksi saluran kemih/bladder outlet
obstruction (BOO).
11
tidak mampu lagi untuk berkontraksi, sehingga menyebabkan retensi urin
dalam vesika urinaria yang dapat menjadi infeksi ataupun batu. Tekanan
tinggi yang terus menerus ini juga menyebabkan terjadinya aliran balik urin
dari buli-buli ke ureter, sehingga menyebabkan hidroureter ataupun
hidronefrosis. Perubahan-perubahan struktur ini akan menyebabkan
terbentuknya gejala LUTS, baik struktif ataupun iritatif.
H. Penatalaksanaan Medis
klinis, yaitu :
a. Stadium I
12
Pada stadium ini biasanya belum memerlukan tindakan bedah,
b. Stadium II
(trans uretra).
c. Stadium III
dan perineal.
d. Stadium IV
13
Pada penderita yang keadaan umumnya tidak memungkinkan
a. Observasi
b. Medikamentosa
4) Fisioterapi
c. Terapi Bedah
14
prostat. Prostatektomi mencakup bedah pengangkatan sebagian atau
uretra.
kandung kemih.
15
Terapi invasif minimal dalam penatalaksanaan Benign Prostatic
ujung kateter.
5) Stent Prostat
a. Ukuran kelenjar
b. Keparahan obstruksi
I. Analisa Kasus
Contoh Kasus
Seorang laki laki berusia 53 tahun dibawa ke IGD RSU Banyudono Boyolali karena
merasa kesakitan pada bagian bawah perutnya disitu terdapat bekas operasi. Pasien
mengeluh tidak bisa buang air kecil kurang lebih satu minggu yang lalu. Pada saat
dilakukan pemeriksaan oleh seorang perawat selanjutnya diketahui bahwa satu
16
minggu terakhir buang air kecil pasien tidak lancar, kadang urinnya berwarna
kemerahan sehingga dicurigai mengandung senyawa keton, pasien juga mengeluh
setiap buang air kecil harus mengejan dan terasa nyeri di pinggangnya, pasien pernah
mempunyai riwayat penyakit prostat
A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada tanggal 30 April 2013. Jam 08.00 WIB diruang Dahlia
RSU Banyudono Boyolali. Pengkajian didapat melalui wawancara dengan klien,
keluarga, dan data status klien.
1. Identitas
Identitas Klien
Nama : Tn.D
Umur : 53 tahun
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : Swasta
Suku : Jawa
Nama : Sdr.T
Umur : 29 Tahun
17
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : STM
Pekerjaan : Swasta
3. Riwayat Penyakit
a. Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi pada perut bagian bawah dan
nyeri saat BAK. Nyeri seperti tertusuk-tusuk, skala nyeri 6, nyeri terasa terusmenerus.
Klien mengatakan ± 1 minggu yang lalu mengeluh nyeri pada saat BAK,
baru pada tanggal 27 April 2013 klien dibawa oleh keluarga ke RSU Banyudono di
UGD oleh dokterdiagnosa BPH dan harus dilakukan operasi, dan pada tanggal 29
April 2013 dilakukan operasi oleh dokter.
4. Pola funsional
Selama sakit : klien mengatakan aktivitas dibantu oleh keluarga dari makan,
5. Pemeriksaan Fisik
b. Abdomen
18
± 5 cm dan terdapat ± 5 jahitan, luka bersih, tidak ada pus, tid
6. Data focus
a. Data subjektif
1. Klien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah bekas luka operasi, nyeri saat
3. Klien mengatakan terdapat luka bekas operasi pada perut bagian bawah
b. Data objektif
2. TTV: TD: 140/90 mmHg, N: 86x/ menit, RR: 18x/ menit, S: 3640 C
3. Terpasang kateter sejak tanggal 30 April 2013, urine tampak kemerahan serta
keruh dan ada sedikit stosel, terpasang infuse RL 20 tpm, terpasang drainase
4. Tampak ada luka post open prostatectomy didaerah suprapubic dengan panjang
luka ± 5cm, dan terdapat ± 5 jahitan, luka bersih, tampak kemerahan, tidak ada
B. ANALISA DATA
1. S: klien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi bagian bawah perut, nyeri saat
O: wajah klien tampak tegang menahan sakit, TTV: TD: 140/90 mmHg, N: 86x/
19
3. S: klien mengatakan pada luka bekas operasi terasa panas
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
peralatan terapi
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
berkurang/ hilang
ditempat tidur
20
KH : Tidak ada tanda-tanda infeksi (kemerahan, pus, nyeri, bengkak) , Tampak
panjang luka ±5cm dan terdapat ±5 jahitan, Terpasang infus RL 20 tpm , Terpasang
E. IMPLEMENTASI
F. EVALUASI
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Diagnosa Keperawatan
menurut NANDA (2012), nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional yang
peralatan terapi
Menuurt NANDA (2012) adalah keterbatasan pergerakan secara mandiri dari satu
patogenetik.
B. Implementasi
21
dalam, memberikan terapi analgesic dengan hasil nyeri dapat diatasi skala nyeri 1-3,.
tirah baring, melatih gerak aktif dengan hasil klien mampu mengubah posisi secara
C. Evaluasi
1. S: Klien mengatakan nyeri sudah berkurang saat BAK, nyeri seperti ngilu, skala
nyeri 1-3, nyeri kadang-kadang. O: klien tampak rileks. A: masalah teratasi sebagian
2. S: Klien mengatakan sudah mampu mengatur posisi secara mandiri walau baru
sedikit. O: klien sudah mampu mengatur posisi secara mandiri. A: masalah teratsi
3. S: Klien mengatakan panas pada luka bekas operasi sudah berkurang. O: klien
22
BAB III
Penutup
Kesimpulan
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Arthur C. Guyton, dkk. 2006. “Buku Ajar Fisiologi Kedokteran”. Edisi 9. Jakarta :
EGC,
2. Sylvia A. Price, dkk. 2006. “Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit”.
Edisi 6. Volume 2. Jakarta : EGC
3. SUMBER: http://209.85.175.132/search?q=cache:u1_X8rtjltcJ:fkuii.org/tiki-
download_wiki_attachment.php%3FattId%3D1172%26page%3DArina%2520Fathar
ani%2520A+jurnal+kedokteran+BPH&hl=id&ct=clnk&cd=5&gl=id
4.Evelyn J. Phiel,dkk.2006 “Sistem Reproduksi Pria”.
24