You are on page 1of 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Di Indonesia hernia menempati urutan kedelapan dengan jumlah 292.145 kasus.


Berdasarkan data dari rumah sakit daerah Batang jumlah kasus hernia inguinalis pada bulan
Januari-Desember tahun 2009-2010 terdapat 187 kasus, 138 kasus sudah dilakukan operasi
hernia inguinalis, sedangkan 49 kasus tanpa tindakan operasi. Untuk data di Jawa Tengah,
mayoritas penderita selama bulan Januari-Desember 2012 diperkirakan 425 penderita.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta jumlah
kasus Hernia Inguinalis sampai tahun 2012 sebanyak 12 kasus dan jumlah pada bulan April
2013 sebanyak 1 kasus.

Peningkatan angka kejadian Hernia Inguinalis di Indonesia khususnya provinsi Jawa


Tengah bisa disebabkan karena ilmu pengetahuan dan tehnologi semakin berkembang dengan
pesat sejalan dengan hal tersebut, maka permasalahan manusiapun semakin kompleks salah
satunya kebutuhan ekonomi yang semakin mendesak. Hal tersebut menuntut manusia untuk
berusaha mencukupi kebutuhannya dengan usaha yang ekstra, tentunya itu mempengaruhi
pola hidup dan kesehatannya yang dapat menyebabkan kerja tubuh yang berat yang dapat
menimbulkan kelelahan dan kelemahan dari berbagai organ tubuh. Penyebab penyakit hernia
yaitu dengan bekerja berat untuk memenuhi kebutuhannya seperti mengangkat beban berat,
biasa mengkonsumsi makanan kurang serat, yang menyebabkan konstipasi sehingga
mendorong mengejan saat defekasi.

Hernia merupakan prostusi atau penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga bersangkutan. Hernia disebabkan karena adanya tekanan intra
abdomen seperti batuk dan mengejan. Hernia apabila tidak segera ditangani akan
menyebabkan terjadinya perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia
sehingga isi hernia tidak dapat dikembalikan lagi. Penderita hernia memang kebanyakan laki-
laki, kebanyakan penderitanya akan merasa nyeri, jika terjadi infeksi didalamnya. Hernia
yang terjadi pada anak – anak lebih disebabkan karena kurang sempurnanya procesus
vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya testis atau buah zakar. Sementara pada
orang dewasa, karena adanya tekanan yang tinggi dalam rongga perut dan karena faktor usia
yang menyebabkan lemahnya dinding otot perut.

1
1.2 TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui definisi Hernia


2. Untuk mengetahui etiologi Hernia
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala Hernia
4. Untuk mengetahui patofisiologi Hernia
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis pada Hernia
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien Hernia

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Hernia, atau yang biasa dikenal dengan turun berok, adalah penyakit akibat turunnya
buah zakar seiring melemahnya lapisan otot diding perut. Penderita hernia memang
kebanyakan laki-laki, terutama anak-anak. Kebanyakan penderitanya akan merasakan nyeri
jika terjadi infeksi didalamnya.

Pengertian Hernia menurut Mansjoer (2000) adalah suatu penonjolan isi perut dari
rongga yang normal melalui lubang kongenital atau didapat. Menurut R.Syamsuhidajat, Wim
Dejong (1998) Hernia merupakan produksi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen isi perut
menonjol melalui defek atau bagian-bagian lemah dari lapisan muscular aponeurotik dinding
perut. Hernia terdiri dari cincin, kantong dan isi hernia.

Hernia didefinisikan sebagai suatu penonjolan viskus melalui suatu lubang dalam dinding
kavitas dimana visera tersebut berada. Gambaran penting dari hernia adalah orifisiumadalah
defek dari lapisan aponeurosis paling dalam dari abdomen, dan sakus adalah kantong keluar
dari peritonium. Kolum dari kantung hernia ini berhubungan dengan orifisium.

1. Beberapa tipe hernia adalah:


a. Hernia Inguinal, terdiri dari 2 macam yaitu indirek dan direk. Hernia
inguinalis indirek atau disebut juga hernia inguinalis lateralis yaitu hernia yang
terjadi melalui cincin inguinal dan mengikuti saluran spermatik melalui kanalis
inguinalis. Sedangkan hernia inguinalis direk yang disebut juga hernia inguinalis
medialis yaitu hernia yang menonjol melalui dinding inguinal posterior di area
yang mengalami kelemahan otot melalui trigonum hesselbach.
b. Hernia Femoral adalah hernia yang menonjol melalui cincin femoral dalam
kanalis femoral.
c. Hernia Umbilikal adalah hernia yang menonjol melalui cincin umbilikal,
terjadi ketika muskulus rektus lemah atau saluran umbilikal gagal menutup setelah
lahir.

3
d. Hernia Insisional adalah hernia yang terjadi pada bagian dari sebuah insisi
operasi sebelumnya.

2. Berdasarkan sifatnya hernia dibagi 4 macam:


a. Hernia Reponibel yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus akan keluar
jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk,
tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
b. Hernia Ireponibel atau hernia akreta yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat
dikembalikan ke dalam rongga. Hal ini biasanya disebabkan karena adanya
perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia. Tidak ada keluhan rasa
nyeri ataupun tanda sumbatan usus.
c. Hernia Inkaserata yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia, sehingga
isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam rongga perut yang
mengakibatkan gangguan pasase atau vaskularisasi.
d. Hernia Strangulata yaitu pada saat terjadi jepitan sehingga vaskularisasi
terganggu, dengan berbagai tingkatan gangguan mulai dari bendungan sampai
terjadi nekrosis.

2.2 ETIOLOGI
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab yang
didapat. Pada bayi dan anak, hernia inguinalis lateralis disebabkan oleh kelainan bawaan
berupa tidak menutupnya prosesus vaginalis peritoneum sebagai akibat proses penurunan
testis ke skrotum. Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya umur mungkin karena
meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intraabdomen dan berkurangnya kekuatan
jaringan penunjang. Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis
yang terbuka, peninggian tekanan di dalam ronggaperut, kelemahan otot dinding perut karena
usia (Sjamsuhidayat, 2004).
Keadaan yang dapat menyebabkan peningkatan intraabdominal adalah kehamilan,
obesitas, peningkatan berat badan, dan tumor. Selain itu, batuk kronis, pekerjaan mengangkat
benda berat, mengejan pada saat defekasi, dan mengejan pada saat miksi, misalnya hipertrofi
prostat dapat pul
a meningkatkan tekanan intra abdomen yang bisa menyebabkan hernia (Mansjoer, 2002).

4
2.3 TANDA DAN GEJALA
Umumnya penderita mengeluhkan turun berok, burut atau kelingsir atau menyatakan
adanya benjolan di selakanganya/kemaluan, benjolan itu bisa mengecil atau menghilang, dan
bila menangis mengejan waktu defekasi/miksi, mengangkat benda berat akan timbul kembali.
Dapat pula ditemukan rasa nyeri pada benjolan atau gejala muntah dan mual bila telah ada
komplikasi.

Manifestasi Klinis dan Pemeriksaan Penunjang

1. Manifestasi klinis

a. Tampak benjolan di lipat paha

b. Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan sakit di tempat itu


disertai perasaan mual.

c. Bila terjadi hernia inguinalis stragulata perasaan sakit akan bertambah


hebat serta kulit di atasnya menjadi merah dan panas.

d. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung


kencing sehingga menimbulkan gejala sakit kencing (disuria) disertai
hematuria (kencing darah) disamping benjolan di bawah sela paha.

e. Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit di daerah perut


disertai sasak nafas.

f. Bila pasien mengejan atas batuk maka benjolan hernia akan bertambah
besar. (Oswari, 2000 : 218)

2. Pemeriksaan Penunjang

a. Radiografi abdomen : sejumlah gas terdapat dalam usus, enema barium


menunjukan tingkat obstruksi.

5
b. CT Scan : dapat menunjukkan kamal spinal yang mengecil, adanya
protrusi ductus intervertebralis.

c. USG : dapat menunjukkan adanya pembengkakkan pada regio


inguinalis dextra dan sinistra

2.4 PATOFISIOLOGI

Defek pada dinding otot mungkin kongenital karena melemahkan jaringan atau ruang
luas pada ligamen inguinal atau dapat disebabkan oleh trauma. Tekanan intra abdominal
paling umum meningkat sebagai akibat dari kehamilan atau kegemukan. Mengangkat berat
juga menyebabkan peningkatan tekanan, seperti pada batuk dan cidera traumatik karena
tekanan tumpul. Bila dua dari faktor ini ada bersama dengan kelemahan otot, individu akan
mengalami hernia.

Hernia inguinalis indirek, hernia ini terjadi melalui cincin inguinal dan melewati
korda spermatikus melalui kanalis inguinalis. Ini umumya terjadi pada pria dari pada wanita.

Insidennya tinggi pada bayi dan anak kecil. Hernia ini dapat menjadi sangat besar dan
sering turun ke skrotum.

Hernia inguinalis direk, hernia ini melewati dinding abdomen di area kelemahan otot,
tidak melalui kanal seperti pada hernia inguinalis dan femoralis indirek. Ini lebih umum pada
lansia. Hernia inguinalis direk secara bertahap terjadi pada area yang lemah ini karena
defisiensi kongenital.

Hernia femoralis, hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum
pada wanita dari pada pria. Ini mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis femoralis yang
membesar dan secara bertahap menarik peritonium dan hampir tidak dapat dihindari kandung
kemih masuk ke dalam kantung. Ada insiden yang tinggi dari inkar serata dan strangulasi
dengan tipe hernia ini

6
Hernia embilikalis, hernia imbilikalis pada orang dewasa lebih umum pada wanita dan
karena peningkatan tekanan abdominal. Ini biasanya terjadi pada klien gemuk dan wanita
multipara (Ester, 2002 : 53)

Hernia umbilicalis terjadi karena kegagalan orifisium umbilikal untuk menutup


(Nettina, 2001 : 253)

Bila tekanan dari cincin hernia (cincin dari jaringan otot yang dilalui oleh protusi
usus) memotong suplai darah ke segmen hernia dari usus, usus menjadi terstrangulasi. Situasi
ini adalah kedaruratan bedah karena kecuali usus terlepas, usus ini cepat menjadi gangren
karena kekurangan suplai darah (Ester, 2002 : 55).

Pembedahan sering dilakukan terhadap hernia yang besar atau terdapat resiko tinggi
untuk terjadi inkarserasi. Suatu tindakan herniorrhaphy terdiri atas tindakan menjepit defek di
dalam fascia. Akibat dan keadaan post operatif seperti peradangan, edema dan perdarahan,
sering terjadi pembengkakan skrotum. Setelah perbaikan hernia inguinal indirek. Komplikasi
ini sangat menimbulkan rasa nyeri dan pergerakan apapun akan membuat pasien tidak
nyaman, kompres es akan membantu mengurangi nyeri (Long. 1996 : 246).

2.5 PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Penatalaksanaan medical
Hernia yang tidak terstrangulata atau inkarserata dapat secara mekanis
berkurang. Suatu penyokong dapat digunakan untuk mempertahankan hernia
berkurang. Penyokong ini adalah bantalan yang diikatkan ditempatnya dengan
sabuk. Bantalan ditempatkan di atas hernia setelah hernia dikurangi dan dibiarkan
ditempatnya untuk mencegah hernia dari kekambuhan. Klien harus secara cermat
memperhatikan kulit di bawah penyokong untuk memanifestasikan kerusakan (
Ester, 2002).
2. Penatalaksanaan bedah
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis
yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip
dasar operasi hernia terdiri dari herniotomy, hernioplastik, dan herniorafi. Pada

7
herniotomy, dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong
dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi.
Kantong hernia dijahit, ikat setinggi mungkin lalu dipotong. Pada hernioplastik,
dilakukan tindakan memperkecil annulus inguinalis internus dan memperkuat
dinding belakang kanalis inguinalis ( Sjamsuhidayat, 2004). Herniorafi dilakukan
dengan menggunakan insisi kecil secara langsung di atas area yang lemah. Usus
ini kemudian dikembalikan ke rongga perineal, kantung hernia dibuang dan otot
ditutup dengan kencang di atas area tersebut. Laparoscopic Extraperitoneal (LEP)
herniorafi merupakan tehknik terbaru yang angka keberhasilannya lebih tinggi
dengan meminimalisasi kekambuhan, nyeri, dan periode recovery post operasi
lebih pendek (Black, 2006).

2.6 ASUHAN KEPERAWATAN

GAMBARAN KASUS
Data Profil Objek
Dari pengkajian yang didapatkan, Pada tanggal 01 Agustus 2018, Klien bernama
Tn. B dengan umur 46 tahun, jenis kelamin Pria, dengan pendidikan SLTA dan bekerja
sebagai petani. Klien beragama Islam, bersuku Jawa dengan status sudah menikah, alamat
Sumber porong-Lawang. Diagnosa medis Hernia dengan No. register 214782.
Penanggung jawab klien adalah istrinya (Ny.T) yang berumur 40 tahun yang tinggal
serumah dengan klien. Riwayat datang dibawa ke UGD RS Citra Medika sekitar pukul
15.00 WIB, kemudian dirawat di Ruang Melati 03. Keluhan utama klien adalah nyeri di
bagian perut bawah dengan skala nyeri 6 dan ada benjolan di selangkangan atas klien.
Klien mengatakan merasa mual dan muntah, lemas, tidak nafsu makan, pusing, dan sulit
tidur. Klien juga mengatakan bahwa cemas, gelisah dan takut akan operasi.
Pemeriksaan fisik klien keadaan umum : lemah, wajah pasien pucat, kesadaran
composmentis. Tanda-tanda vital TD : 130/80 mmHg, S : 380C, N : 104x/mnt, RR : 24 x/
mnt.Pemeriksaan penunjang dilakukan USG dan terdapat pembengkakkan pada dinding
perut bagian kanan bawah.

8
ANALISIS DATA
NO DATA MASALAH KEMUNGKINAN
PENYEBAB
1. DS: pasien mengeluh Nyeri akut Agen pencedera
nyeri di bagian kanan fisiologis
bawah perut dengan skala
6 dan ada benjolan di
selangkangan atas.
DO: pasien tampak
meringis kesakitan,
tampak gelisah, frekuensi
nadi 104X/mnt, TD:
130/80 mmHg, nafsu
makan menurun
2. DS: pasien mengatakan Ansietas Kekhawatiran
pusing, gelisah dan takut mengalami
akan operasi kegagalan
DO: wajah pasien pucat,
pasien tampak cemas,
tampak gelisah, dan sulit
tidur
3. DS: pasien merasa Gangguan rasa Gejala terkait
badannya panas, pusing, nyaman penyakit
cemas, gelisah, tidak
nyaman
DO: S=38oC

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (infeksi) ditandai
dengan pasien mengeluh nyeri di bagian kanan bawah perut.
2. Gangguan rasa nyaman berhungan dengan gejala terkait penyakit ditandai
dengan badan pasien panas, gelisah, dan tidak nyaman.

9
3. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan ditandai
dengan pasien tampak gelisah dan sulit tidur.

RENCANA KEPERAWATAN
1. Diagnosa keperawatan : Nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisiologis (infeksi) ditandai dengan pasien mengeluh nyeri di
bagian kanan bawah perut.
Tujuan dan kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada
Tn. B selama 1 X 24 jam, diharapkan nyeri dapat diminimalisir dengan
kriteria hasil:
1) Mengenali apa yang terkait dengan gejala nyeri secara optimal
2) Menggunakan analgesik yang direkomendasikan
3) Melaporkan gejala yang tidak terkontrol pada profesional kesehatan
4) Skala nyeri pasien dapat terkurangi
Intervensi :
 Observasi
1) Lakukan pengkajan nyeri komepehensif yang meliputi lokasi,
karateristik, durasi, frekuensi, intensitas atau skala nyeri
Rasional : Untuk mengetahui skala nyeri 1-10 dan menentukan
tindakan yang tepat.
2) Kendalikan faktor yang dapat memengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan (misalnya., suhu ruangan,
pencahayaan, suara bising)
Rasional : Untuk meningkatkan kenyamanan pasien
 Heath Education
1) Berikan informasi mengenali nyeri, seperti penyebab nyeri,
berapa lama, dan antisipasi dari ketidaknyamanan akibat
prosedur.
Rasional : Agar pasien dapat mengenali nyeri dan
mengantisipasi ketidaknyamanan
2) Ajarkan teknik farmakologi untuk menurunkan nyeri.
Rasional : Untuk menurunkan nyeri
 Treatment Nursing

10
1) Berikan individu penurun nyeri yang optimal dengan peresepan
analgesik
Rasional : Untuk menurunkan nyeri
2) Gunakan tindakan pengontrol nyeri sebelum nyeri bertambah
berat
Rasional : Agar nyeri terkontrol dan tidak bertambah.
 Kolaborasi
1) Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lainnya, mengenai
efektifitas tindakan pengontrolan nyeri yang pernah digunakan
sebelumnya.
Rasional : Agar tindakan penurunan nyeri lebih efektif dan
efisien
2) Beri tahu dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan
pasien saat ini berubah signifikan dari pengalaman nyeri
sebelumnya.
Rasional : Untuk menghindari gejala terkait penyakit pasien
yang lebih parah
2. Diagnosa keperawatan : Gangguan rasa nyaman berhungan dengan
gejala terkait penyakit ditandai dengan badan pasien panas, gelisah, dan
tidak nyaman
Tujuan dan kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada
Tn.B selama 1 X 24 jam diharapkan pasien terpenuhi kebutuhan rasa
nyamannya dengan kriteria hasil :
1) Gejala terkait penyakit pasien dapat terkontrol.
2) Pasien mampu mengkomunikasikan kebutuhannya.
3) Suhu tubuh pasien normal.
4) Sakit kepala pasien teratasi.
Intervensi :
 Observasi
1) Tentukan tujuan pasien dan keluarga dalam mengelola
lingkungan dan kenyamanan yang optimal.
Rasional : Untuk meningkatkan kenyamanan pasien
2) Ciptakan lingkungan yang tenang dan mendukung.

11
Rasional : Untuk meningkatkan kenyamanan pasien
 Health Education
1) Berikan sumber-sumber edukasi yang relevan dan berguna
mengenai manajemen penyakit pada pasien dan keluarga jika
sesuai.
Rasional : Agar pasien dan keluarga paham mengenai
manajemen penyakit dan gejalanya
 Treatment Nursing
1) Posisikan pasien untuk memfasilitasi kenyamanan (imobilisasi
bagian tubuh yang nyeri)
Rasional : Untuk meningkatkan kenyamanan pasien
3. Diagnosa keperawatan : Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran
mengalami kegagalan ditandai dengan pasien tampak gelisah dan sulit
tidur.
Tujuan dan kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada
Tn.B selama 1 X 24 jam, diharapkan:
1) Pasien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas.
2)Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk
mengontol cemas
3) Vital sign dalam batas normal.
4)Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivfitas
menunjukkan berkurangnya kecemasan.
Intervensi :
 Observasi
1) Identifikasi tingkat kecemasan pasien
Rasional : Untuk mengetahui penyebab kecemasan pasien
2) Gunakan pendekatan yang menenangkan
Rasional : Untuk menurunkan kecemasan pasien
3) Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan,
persepsi
Rasional : Agar pasien merasa lebih rileks
 Health Education

12
1) Jelaskan pada pasien semua prosedur dan apa yang dirasakan
selama prosedur
Rasional : Agar pasien mengerti prosedur yang dilakukan
2) Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi.
Rasional : Agar pasien merasa lebih rileks
 Treatment Nursing
1) Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi
takut.
Rasional : Untuk mengurangi kecemasan pasien
 Kolaborasi
1) Berikan obat untuk mengurangi kecemasan.
Rasional : Untuk mengurangi kecemasan pasien

13
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

3.1.1. Definisi Hernia


Istilah hernia berasal dari bahasa Latin, yaitu herniae, yang berarti penonjolan isi
suatu rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada dinding rongga. Dinding
rongga yang lemah itu membentuk suatu kantong dengan pintu berupa cincin.
Gangguan ini sering terjadi di daerah perut dengan isi yang keluar berupa bagian dari
usus.
3.1.2. Etiologi dari hernia : Menurut Giri Made Kusala (2009) :
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Penyakit penyerta
4. Keturunan
5. Obesitas
6. Kehamilan
7. Pekerjaan
8. Kelahiran prematur
3.1.3. Klasifikasi :
a. Berdasarkan terjadinya : Hernia bawaan dan didapat
b. Berdasarkan sifatnya : Hernia reponibel , ireponibel dan strangulata.
c. Berdasarkan letaknya : Hernia femoralis, umbilikalis, sikatris dan inguinalis.
3.1.4. Manifestasi klinis.
a. Adanya benjolan (biasanya asimptomatik)
b. Nyeri
c. Gangguan pasase usus seperti abdomen kembung dan muntah
3.1.5. Tanda dan gejala
a. Umumnya penderita mengeluhkan turun berok, burut atau kelingsir.
b. adanya benjolan di selakanganya/kemaluan

14
c. rasa nyeri pada benjolan atau gejala muntah dan mual bila telah ada komplikasi
3.1.6. Asuhan keperawatan pada pasien hernia meliputi
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
b. Riwayat kesehatan : keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit dahulu, dan riwayat penyakit keluarga.
c. Pemeriksaan fisik
d. Pemeriksaan penunjang
2. Diagnosa
a. pre op
b. post op
3. Rencana keperawatan
a. Pre op
b. Post op

15

You might also like