You are on page 1of 8

WAHAM

Disusun oleh
1. Cicha Setyaningtias (P1337420616017)
2. Kharisma Anjar Nugraha (P1337420616018)
3. Prima Alfianita (P1337420616019)
4. Ari Firmanto (P1337420616020)
5. Rizkiana Dwi Saputri (P1337420616021)
6. Mohammad Shofiyuddin (P1337420616022)
7. Agung Sekar Palupi (P1337420616023)
8. Alfania Zulfa (P1337420616024)
9. Viky Sutopo (P1337420616025)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG

JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

2019
1. Pengertian Waham
Menurut (Depkes RI, 2000) Waham adalah suatu keyakinan klienyang tidak
sesuai dengan kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh
orang lain
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat atau
terus - menerus, tapi tidak sesuai dengan kenyataan. Waham adalah termasuk
gangguan isi pikiran. Pasien meyakini bahwa dirinya adalah seperti apa yang ada di
dalam isi pikirannya. Waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa
bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada penderita skizofrenia.

2. Faktor Predisposisi dan Presipitasi


1) Faktor Predisposisi
Menurut Direja (2011) terdapat faktor predisposisi waham, yaitu :
a. Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan dapat mengganggu hubungan interpersonal
seorang individu. Hal ini akan meningkatkan stress dan ansietas yang
berakhir dengan gangguan persepsi, klien menekan perasaannya sehingga
pematangan fungsi intelektual dan emosi menjadi tidak efektif.
b. Faktor Biologis
- Terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran ventrikel pada otak,
- Gangguan perkembangan otak, frontal dan temporal
- Lesi pada korteks frontal, temporal dan limbik
- Gangguan tumbuh kembang
- Kembar monozigot, lebih beresiko dari kembar dua telur
c. Faktor Genetik
Faktor yang dapat diturunkan, adanya abnormalitas perkembangan sistem
saraf yang berhubungan dengan respon biologis yang maladaptif.
d. Faktor Psikologis
- Ibu pengasuh yang mudah cemas/over protektif, dingin, tidak sensitif
- Hubungan dengan ayah tidak dekat/perhatian yang berlebihan
- Kemiskinan
- Stress yang menumpuk
- Waham dapat disebabkan karena hubungan yang tidak harmonis
ataupun menjalani peran ganda/bertentangan. Hal ini dapat
menimbulkan ansietas yang berakhir dengan pengingkaran terhadap
kenyataan.
e. Social budaya
Seorang individu yang kesepian dan merasa diasingkan dari lingkungan
dapat menyebabkan timbulnya waham.

2) Faktor Presipitasi
Menurut Direja (2011) terdapat faktor presipitasi waham, yaitu :
a. Stressor sosial budaya
Stres dan kecemasan akan meningkat bila terjadi penurunan stabilitas
keluarga, perpisahan dengan orang yang paling penting, atau diasingkan
dari kelompok.
b. Faktor biokimia
Penelitian tentang pengaruh dopamine, inorefinefrin, lindolomin, zat
halusinogen diduga berkaitan dengan orientasi realita
c. Faktor psikologi
Intensitas kecemasan yang ekstrim dan menunjang disertai terbatasnya
kemampuan mengatasi masalah memungkinkan berkurangnya orientasi
realiata. Seseorang yang tidak mampu mengembangkan koping efektif
cenderung menghindari kenyataan dan hidup dalam fantasi menyenangkan
yang dibuatnya sendiri

3. Proses Terjadinya Waham


a. Fase kebutuhan manusia rendah (lack of human need)
Waham diawali dengan terbatasnya berbagai kebutuhan pasien baik secara fisik
maupun psikis. Secara fisik, pasien dengan waham dapat terjadi pada orang dengan
status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya pasien sangat miskin dan
menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya
untuk melakukan kompensasi yang salah. Hal itu terjadi karena adanya kesenjangan
antara kenyataan (reality), yaitu tidak memiliki finansial yang cukup dengan ideal
diri (self ideal) yang sangat ingin memiliki berbagai kebutuhan, seperti mobil,
rumah, atau telepon genggam.
b. Fase kepercayaan diri rendah (lack of self esteem)
Kesenjangan antara ideal diri dengan kenyataan serta dorongan kebutuhan yang
tidak terpenuhi menyebabkan pasien mengalami perasaan menderita, malu, dan
tidak berharga.
c. Fase pengendalian internal dan eksternal (control internal and external)
Pada tahapan ini, pasien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini
atau apa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan, dan tidak
sesuai dengan kenyataan. Namun, menghadapi kenyataan bagi pasien adalah
sesuatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui, dianggap penting,
dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, sebab kebutuhan
tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar pasien
mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan pasien itu tidak benar,
tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan
keinginan menjadi perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi
tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan pasien tidak
merugikan orang lain.
d. Fase dukungan lingkungan (environment support)
Dukungan lingkungan sekitar yang mempercayai (keyakinan) pasien dalam
lingkungannya menyebabkan pasien merasa didukung, lama-kelamaan pasien
menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena
seringnya diulang-ulang. Oleh karenanya, mulai terjadi kerusakan kontrol diri dan
tidak berfungsinya norma (superego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan
dosa saat berbohong.
e. Fase nyaman (comforting)
Pasien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat pasien menyendiri
dari lingkungannya. Selanjutnya, pasien lebih sering menyendiri dan menghindari
interaksi sosial (isolasi sosial).
f. Fase peningkatan (improving)
Apabila tidak adanya konfrontasi dan berbagai upaya koreksi, keyakinan yang
salah pada pasien akan meningkat. Jenis waham sering berkaitan dengan kejadian
traumatik masa lalu atau berbagai kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang
hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat
menimbulkan ancaman diri dan orang lain.
4. Tanda dan Gejala
Menurut Budi Anna Keliat (2009), tanda dan gejala waham berdasarkan jenis
waham yang meliputi :
a. Waham Kebesaran
Individu meyakini bahwa dirinya memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus dan
diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
b. Wahan Curiga
Individu meyakini bahwa seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan/mencederai dirinya dan diucapkan berulang, tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan
c. Waham Agama
Indvidu yang memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan dan
diucapkan secara berulang, tetapi tidak sesuai kenyataan
d. Waham Somatik
Individu yang meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu atau
terserang penyakit dan diucapkan secara berulang, tetapi tidak sesuai kenyataan
e. Waham Nihilistik
Individu yang meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada didunia atau meninggal dan
diucapkan secara berulang, tetapi tidak sesuai kenyataan.

Kemudian menurut BAKKJ (2015,) tanda dan gejala waham dapat juga
dikelompokkan sebagai berikut :

a. Kognitif
1. Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata
2. Individu sangat percaya pada keyakinannya
3. Sulit berpikir realita.
4. Tidak mampu mengambil keputusan.
b. Afektif
1. Situasi tidak sesuai dengan kenyataan
2. Afek tumpul
c. Perilaku dan hubungan sosial
1. Hipersensitif
2. Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal
3. Depresif
4. Ragu-ragu
5. Mengancam secara verbal
6. Aktivitas tidak tepat
7. Streotif
8. Impulsif
9. Curiga
d. Fisik
1. Kebersihan kurang
2. Muka pucat
3. Sering menguap
4. Berat badan menurun
5. Nafsu makan berkurang dan sulit tidur

5. Penatalaksanaan Medis
Perawatan dan pengobatan harus secepat mungkin dilaksanakan karena,
kemungkinan dapat menimbulkan kemunduran mental. Tetapi jangan memandang
klien dengan waham pada gangguan skizofrenia ini sebagai pasien yang tidak dapat
disembuhkan lagi atau orang yang aneh dan inferior bila sudah dapat kontak maka
dilakukan bimbingan tentang hal-hal yang praktis. Biar pun klien tidak sembuh
sempurna, dengan pengobatan dan bimbingan yang baik dapat ditolong untuk bekerja
sederhana di rumah ataupun di luar rumah. Keluarga atau orang lain di lingkungan
klien diberi penjelasan (manipulasi lingkungan) agar mereka lebih sabar
menghadapinya.
Penatalaksanaan klien dengan waham meliputi farmako terapi, ECT dan terapi
lainnya seperti: terapi psikomotor, terapi rekreasi, terapi somatik, terapi seni, terapi
tingkah laku, terapi keluarga, terapi spritual dan terapi okupsi yang semuanya
bertujuan untuk memperbaiki prilaku klien dengan waham pada gangguan
skizoprenia. Penatalaksanaan yang terakhir adalah rehablitasi sebagai suatu proses
refungsionalisasi dan pengembangan bagi klien agar mampu melaksanakan fungsi
sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat.
6. Pohon Masalah dan Analisis Data

Gangguan Konsep Resiko tinggi mencederai diri,


Perubahan Isi Pikir :
Diri : Harga Diri Waham orang lain, dan lingkungan
Rendah

Kerusakan
komunikasi verbal

7. Diagnosis Keperawatan
a. Perubahan isi pikir : Waham
b. Resiko mencederai diri sendiri dan lingkungan
c. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
d. Kerusakan komunikasi verbal
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : ECG

Yusuf, Ah, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika

You might also like