You are on page 1of 16

LAPORAN PENDAHUALUAN

HERNIA

RUANG 15 BEDAH ANAK


RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Oleh :
RIKA ARISKA
2018.04.078

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
BANYUWANGI
2018
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
HERNIA

RUANG 15 BEDAH ANAK


RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Telah disetujui pada Desember 2018

Oleh:

Mahasiswa

RIKA ARISKA

Pembimbing Klinik Pembimbing Institusi

( ) ( )

Kepala Ruangan

( )
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN
HERNIA

RUANG 15 BEDAH ANAK


RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Telah disetujui pada Desember 2018

Oleh:

Mahasiswa

RIKA ARISKA

Pembimbing Klinik Pembimbing Institusi

( ) ( )

Kepala Ruangan

( )
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi

Hernia merupakan kelemahan atau defek di dinding rongga peritoneum


dapat menyebabkan peritoneum menonjol membentuk kantung yang di lapisi
oleh serosa dan disebut kantung hernia (Robbins & Cotran: 2010).

Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui


defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan (R.
Sjamsuhidayat & Wim de Jong: 2005).

Hernia inguinalis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus


yang terletak disebelah lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri kanalis
inguinalis dan keluar ke rongga perut melalui anulus inguinalis eksternus (Arif
Mansjoer : 2000).

B. Klasifikasi

a. Hernia menurut letak


1. Hernia Inguinalis Lateralis (indirek)
Hernia ini terjadi melalui anulus inguinalis internus yang terletak
di sebelah lateral vasa epigastrika inferior,menyusuri kanalis inguinalis
dan keluar kerongga perut melalui anulus inguinalis eksternus. Hernia
ini lebih tinggi pada bayi & anak kecil
2. Hernia Inguinalis Medialis (direk)
Hernia ini terjadi melalui dinding inguinal posteromedial dari
vasa epigastrika inferior di daerah yang dibatasi segitiga Haselbach.
3. Hernia femoralis
Terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum terjadi pada
wanita dibanding pria. Hernia ini mulai sebagai penyumbat dikanalis
femoralis yang membesar secara bertahap menarik peritonium dan
akibatnya kandung kemih masuk ke dalam kantung.
4. Hernia umbilikalis
Batang usus melewati cincin umbilical. sebagian besar
merupakan kelainan yang didapat. Hernia umbilikalis sering terjadi pada
wanita dan pada pasien yang memliki keadaan peningkatan tekanan
intra abdomen, seperti kehamilan, obesitas, asites, atau distensi
abdomen. Tipe hernia ini terjadi pada insisi bedah sebelumnya yang
telah sembuh secara tidak adekuat karena masalah pasca operasi seperti
infeksi dan nutrisi yang tidak adekuat.
5. Hernia skrotalis
Merupakan hernia inguinalis lateral yang mencapai skrotum.

b. Menurut sifat
1. Hernia reponibel.
Pada hernia ini isi hernia dapat keluar masuk. Usus akan keluar
jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau di dorong
masuk. Pada hernia reponibel ini penderita tidak mengeluh nyeri dan
tidak ada gejala obstruksi usus.
2. Hernia ireponibel.
Merupakan kebalikan dari hernia reponibel (hernia tidak masuk
kembali) biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantung pada
peritoneum.
3. Hernia inkaserata.
Pada hernia ini isi perut atau usus yang masuk kedalam kantung
hernia tidak dapat kembali disertai dengan gangguan aliran khusus.
Gambaran klinis obstruksi usus dengan gambaran keseimbangan cairan
elektrolit dan asam basa. Keadaan ini hernia bisa terjepit oleh cincin
hernia. Sehingga isi kantung bisa terperangkap dan tidak dapat kembali
ke rongga perut, akibatnya terjadi gangguan passase dan hernia ini lebih
dimaksudkan hernia irreponibel.
4. Hernia strangulata
Pada hernia ini pembuluh darah yang mempengaruhi usus yang
masuk ke dalam kantung hernia terjepit sehingga usus kehilangan
system perdarahannya sehingga mengakibatkan nekrosis pada usus.
Pada pemeriksaan lokal usus tidak dapat dimasukan kembali di sertai
adanya nyeri tekan.

C. Etiologi

Menurut Giri Made Kusala (2009), hal-hal yang dapat menyebabkan


terjadinya hernia adalah :
a. Umur
Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria
maupun wanita. Pada Anak – anak penyakit ini disebabkan karena kurang
sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya
testis. Pada orang dewasa khususnya yang telah berusia lanjut disebabkan
oleh melemahnya jaringan penyangga usus atau karena adanya penyakit
yang menyebabkan peningkatan tekanan dalam rongga perut.
b. Jenis Kelamin
Hernia yang sering diderita oleh laki – laki biasanya adalah jenis
hernia Inguinal. Hernia Inguinal adalah penonjolan yang terjadi pada
daerah selangkangan, hal ini disebabkan oleh proses perkembangan alat
reproduksi. Penyebab lain kaum adam lebih banyak terkena penyakit ini
disebabkan karena faktor profesi, yaitu pada buruh angkat atau buruh
pabrik. Profesi buruh yang sebagian besar pekerjaannya mengandalkan
kekuatan otot mengakibatkan adanya peningkatan tekanan dalam rongga
perut sehingga menekan isi hernia keluar dari otot yang lemah tersebut.
c. Penyakit penyerta
Penyakit penyerta yang sering terjadi pada hernia adalah seperti
pada kondisi tersumbatnya saluran kencing, baik akibat batu kandung
kencing atau pembesaran prostat, penyakit kolon, batuk kronis, sembelit
atau konstipasi kronis dan lain-lain. Kondisi ini dapat memicu terjadinya
tekanan berlebih pada abdomen yang dapat menyebabkan keluarnya usus
melalui rongga yang lemah ke dalam kanalis inguinalis.
d. Keturunan
Resiko lebih besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena hernia.
e. Obesitas
Berat badan yang berlebih menyebabkan tekanan berlebih pada
tubuh, termasuk di bagian perut. Ini bisa menjadi salah satu pencetus
hernia. Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya
prostrusi atau penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.
f. Kehamilan
Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus
memberi tekanan lebih di bagian perut. Kondisi ini juga dapat menjadi
pencetus terjadinya hernia.
g. Pekerjaan
Contohnya, pekerjaan buruh angkat barang. Aktivitas yang berat
dapat mengakibatkan peningkatan tekanan yang terus-menerus pada otot-
otot abdomen. Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus
terjadinya prostrusi atau penonjolan organ melalui dinding organ yang
lemah.
h. Kelahiran prematur
Bayi yang lahir prematur lebih berisiko menderita hernia inguinal
daripada bayi yang lahir normal karena penutupan kanalis inguinalis belum
sempurna, sehingga memungkinkan menjadi jalan bagi keluarnya organ
atau usus melalui kanalis inguinalis tersebut. Apabila seseorang pernah
terkena hernia, besar kemungkinan ia akan mengalaminya lagi.

D. Manifestasi Klinik

1. Adanya benjolan di daerah inguinal


2. Nyeri disertai mual, muntah
3. Bila hernia inguinalis stragulata perasaan sakit akan bertambah hebat serta
kulit menjadi merah dan panas.
4. Hernia femoralis kecil menimbulkan gejala sakit kencing (disuria) disertai
hematuria (kencing darah).
5. Hernia diafragmatika menimbulkan nyeri disertai sesak nafas.
7. Bila pasien mengejan atas batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar.

E. Patofisiologi

Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan


tekanan seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat
buang air besar atau batuk yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus
kedaerah otot abdominal, tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu
tentu saja akan menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding
abdominal yang tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana
kondisi itu ada sejak atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama,
pembedahan abdominal dan kegemukan. Pertama-tama terjadi kerusakan yang
sangat kecil pada dinding abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena organ-
organ selalu saja melakukan pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu
yang cukup lama, sehingga terjadilah penonjolan dan mengakibatkan kerusakan
yang sangat parah.sehingga akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam
perut menjadi atau mengalami kelemahan jika suplai darah terganggu maka
berbahaya dandapat menyebabkan ganggren.

G. Komplikasi

1. Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga isi hernia
tidak dapat dimasukkan kembali (hernia inguinalis lateralis ireponibilis). Pada
keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus.
2. Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus yang
masuk. Cincin hernia menjadi relatif sempit dan dapat menimbulkan
gangguan penyaluran isi usus.
3. Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi penekanan
pembuluh darah dan terjadi nekrosis.
4. Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan pembuluh
darah dan kemudian timbul nekrosis.
5. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah
dan obstipasi.
6. Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis metabolik, abses

H. Penatalaksanaan

a. Secara konservatif (non operatif)


1) Reposisi hernia
Hernia dikembalikan pada tempat semula bisa langsung dengan tangan.
2) Penggunaan alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan sementara,
misalnya pemakaian korset.
b. Secara operatif
1) Hernioplasty
Memindahkan fasia pada dinding perut yang lemah, hernioplasty sering
dilakukan pada anak-anak.
2) Hernioraphy
Pada bedah elektif, kanalis dibuka, isi hernia dimasukkan kantong
diikat, dan dilakukan basiny plasty atau tehnik yang lain untuk
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Ini sering dilakukan
pada orang dewasa.
3) Herniotomy
Seluruh hernia dipotong dan diangkat lalu dibuang. Ini dilakukan pada
klien dengan hernia yang sudah nekrosis.

I. Pemeriksaan Penunjang
1. Ultrasonografi (USG), CT Scan, maupun MRI (Magnetic Resonance Imaging)
untuk melihat keterlibatan organ-organ yang terperangkap dalam kantung
hernia.
2. Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk kepentingan operasi.
3. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus atau
obstruksi usus.
4. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit menunjukkan hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah putih (Leukosit : >10.000–
18.000/mm3) dan ketidak seimbangan elektrolit.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

a. Biodata
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pakerjaan, agama, suku bangsa,
tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor registrasi.
b. Keluhan utama
Nyeri dan ada benjolan di inguinal.
c. Riwayat penyakit sekarang :
Klien mengeluh nyeri, ada benjolan ,mual muntah.
d. Riwayat penyakit sebelumnya :
Wawancara di tunjukan untuk mengetahui penyakit yang di derita klien.
e. Riwayat psiko,sosio, dan spiritual :
Klien masih berhubungan dengan temannya dan bermain seperti biasanya,
klien masih dapat berkomunikasi dengan orang tuanya. Bagaimana
dukungan keluarga dalam keperawatan agar membantu dalam proses
penyembuhan.
f. Riwayat tumbuh kembang
1. Prenatal
Ditanyakan apakah ibu menderita infeksi atau penyakit kronik lain.
2. Antenatal
Ditanyakan Siapa penolong persalinan karena data ini akan membantu
membedakan persalinan yang bersih / higienis atau tidak. Alat
pemotong tali pusat, tempat persalinan.
3. Postnatal
Ditanyakan apakah setelah lahir langsung diberikan imunisasi apa tidak.

g. Riwayat imunisasi
Tanyakan pada keluarga apakah anak mendapat imunisasi lengkap.
1. Usia <7 hari anak mendapat imunisasi hepatitis B
2. Usia 1 bulan anak mendapat imunisasi BCG dan Polio I
3. Usia 2 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB I dan Polio 2
4. Usia 3 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB II dan Polio 3
5. Usia 4 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB III dan Polio 4
6. Usia 9 bulan anak mendapat imunisasi campak

h. Pola aktivitas sehari-hari


1. Nutrisi.
Klien mengalami mual muntah.
2. Aktivitas/istirahat
Sebelum sakit
 Pasien sering melakukan aktivitas yang berlebihan, sering
melompat, ataupun terjatuh dari ketinggian.
Saat sakit:
 Membutuhkan papan/matras yang keras saat tidur.
 Penurunan rentang gerak dan ekstremitas pada salah satu bagian
tubuh.
 Tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan.
 Atrofi otot pada bagian tubuh yang terkena.
 Gangguan dalam berjalan.
3. Eliminasi.
 Konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi.
 Adanya retensi urine.
4. Istirahat tidur: Penurunan kualitas tidur.
5. Personal Higiane: Penurunan kebersihan diri , ketergantungan.

i. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala dan leher
Inspeksi: Ekspansi wajah menyeringai,
Mata: Simetris atau tidak, pupil isokhor, skelara pink, konjungtiva
tidak anemis
Hidung: Terdapat mukus atau tidak, pernafasan cuping hidung.
Teling : Simetris, terdapat mukus atau tidak,.
Bibir: Lembab, tidak ada stomatitis.
Palpasi: Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan limfe pada leher.
2. Dada :
Inspeksi: Simetris,tidak terdapat tarikan otot bantu pernafasan
Palpasi: Denyutan jantung teraba cepat, badan terasa panas, nyeri tekan
Perkusi : Jantung : Dullness
Auskultasi : Suara nafas normal.
3. Abdomen
Inspeksi: terdapat benjolan ingunalis
Palpasi: Teraba massa, terdapat nyeri tekan pada daerah inguinalis
Perkusi: dullnes
Auskultasi: Terdengar bising usus.(n= <5 per menit)
4. Ekstremitas
Atas: simetris, tidak ada odem
Bawah: simetris, tidak ada odem

j. Pemeriksaan penunjang :
1. Dilakukan pemeriksaan seperti ultrasonografi (USG), CT Scan, maupun
MRI (Magnetic Resonance Imaging) untuk melihat lebih lanjut
keterlibatan organ-organ yang terperangkap dalam kantung hernia
tersebut.
2. Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk kepentingan operasi.
3. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/
obstruksi usus
4. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah putih
(Leukosit : >10.000– 18.000/mm3) dan ketidak seimbangan elektrolit.

Diagnosa Keperawatan
a. Pre op
1. Nyeri akut berhubungan dengan nekrosis.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan iskemia jaringan.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia
b. Post op
1. Gangguan pola nafas tidak efektif berhubungan dengan apnea, penurunan
kesadaran.
2. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan tidak terkontrol.
3. Resiko cedera berhubungan dengan penurunan sistem motorik.
4. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan prosedur tindakan.

Intervensi Keperawatan
a. Post op
1. Nyeri akut berhubungan dengan nekrosis.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatn selama 3x24 jam diharapkan
rasa nyeri berkurang/ hilang dg KH :
· kx mengungkapkan nyeri berkurang
· skala nyeri berkurang samapai hilang
· Ekspresi wajah rileks dan santai
· Px dapat tidur dan istirahat dengan nyaman
· Ttv dalam batas normal

INTERVENSI:
1. Melakukan pendekatan pada klien dan keluarga dengan komunikasi yang baik.
R. Dengan komunikasi yang baik akan memudahkan kita dalam
melaksanakan asuhan keperawatan sehingga px & kiq lebih kooperatif
2. Catat lokasi, intensitas, durasi dan penyebaran rasa nyeri
R. Mengetahui perkembangan nyeri dan tanda – tanda nyeri hebat sehingga
dapat menentukan tindakan selanjutnya.
3. Beri penjelasan pada kx sebab – sebab terjadinya nyeri
R. kx tidak merasa cemas dan mengerti sebab – sebab nyeri.
4. Anjurkan teknik distraksi dan relaksasi
R. Menurunkan ketegangan otot, sendi dan melancarkan peredaran darah
sehingga dapat mengurangi nyeri.
5. Beri dorongan pada klien untuk melakukan mobilisasi secara bertahap.
R. Menghindari kekakuan sendi otot dan penekanan pada daerah tertentu
6. Kolaborasi deengan ti medis untuk pemberian obat analgesik
R. Analgesik berfungsi sebagai depresan system syaraf pusat sehingga dapat
mengurangi atau menghilangkan nyeri

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah


Tujuan : Setelah dilakukan proses keperawatan selama 1x24 jam nutrisi
terpenuhi dengan KH :
· Nafsu makan meningkat
· Porsi makan habis , tidak ada mual & muntah, BB naik
· Hb normal (11,4-17,7 g/dl), Albunin normal (3,8-4,4 g/dl)
INTERVENSI :
1. Pastikan pola diit biasa pasien, yang disukai atau tidak disukai.
R. Membantu dalam mengidentifikasi kebutuha nutrisi
2. Awasi masukan dan pengeluaran dan berat badan secara periodi.
R. Berguna dalam mengukur keefektifan pemasukan nutrisi dan dukungan
cairan
3. Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi kalori dan tinggi
karbohidrat.
R. Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tak
perlu/kebutuhan energi dari makanan banyak dan menurunkan iritasi
gaster
4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian nutrisi yang dibutuhkan oleh
pasien
R. Untuk memenuhi nutrisi dan gizi sesuai dengan kebutuhan pasien

2. Resiko terjadinya infeksi berhubungan iskemia jaringan.


Tujuan : setelah dilakukan tindakan selama 3 x 24 jam diharapkan tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil
- tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
- luka bersih tidak lembab dan kotor.
- Tanda - tanda vital normal
INTERVENSI
1. Pantau tanda-tanda vital.
R. infeksi dapat meningkatkan tanda-tanda vital.
2. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.
R . M e n c e g a h risiko infeksi.
3. Lakukan perawatan terhadap prosedur inpasif seperti infus,
kateter, drainase luka, dll.
R . U n t u k m e n g u r a n g i m e n g u r a n g i
r i s i k o i n f e k s i nosokomial.
4. Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.
R. Antibiotik mencegah perkembangan
mikroorganisme pathogen

3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya keterbatasan rentang gerak


dan ketakutan bergerak akibat dari respon nyeri dan prosedur infasive
Tujuan : Setelah dilaukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan Intoleransi aktifitas dapat teratasi dg KH :
· Klien tidak lemah
· Klien dapat melakukan aktifitas secara mandiri, skala aktivitas = 0
(mandiri)
· Klien tidak takut bergerak lagi dan mau beraktivitas mandiri.
INTERVENSI :
1. Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktifitas.
R. Mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan.
2. Awasi tekanan darah, nadi, pernapasan selama dan sesudah aktifitas.
R. Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk
membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan
3. Bantu klien dalam memilih posisi yang nyaman untuk istirahat dan tidur.
R. Membantu klien seperlunya dalam latihan beraktivitas
4. Dorong partisipasi klien dalam semua aktifitas sesuai kemampuan
individual.
R. Melatih klien untuk beraktivitas secara mandiri dan meningkatkan
kemampuan klien.
5. Dorong dukungan dan bantuan keluarga/orang terdekat dalam latihan
gerak.
R. Melatih klien beraktivitas dan kemandirian klien dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari
6. Berikan lingkungan tenang dan mempertahankan tirah baring.
R. Meningkatkan kenyaman dan kecemasan klien.
7. Bantu aktifitas atau ambulasi pasien sesuai dengan kebutuhan
R. Meningkatkan kemandirian klien dalam beraktivitas

You might also like