You are on page 1of 2

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Toksisitas merupakan istilah dalam toksikologi yang didefinisikan sebagai
kemampuan bahan kimia untuk menyebabkan kerusakan/injuri. Efek dari suatu obat
berhubungan erat dengan dosis yang diberikan. Semakin besar dosis obat yang
diberikan maka efeknya akan lebih kuat, karena reseptor yang berikatan dengan
obat tersebut untuk menimbulkan suatu efek jumlahnya lebih banyak.
Pemberian suatu obat harus memperhatikan dosis, baik itu dosis efektif (ED),
dosis toksik (TD), ataupun dosis letal (LD). ED50 adalah dosis yang secara
farmakologi menimbulkan efek (efektif) pada 50% populasi yang terpapar obat. LD50
yaitu dosis yang menimbulkan kematian pada 50% populasi yang terpapar obat.
Indeks terapi merupakan perbandingan antara ED50 dengan LD50 yang merupakan
suatu ukuran untuk keamanan obat. Semakin besar indeks terapi semakin aman
obat tersebut.
Warfarin adalah suatu antagonis vitamin bekerja dengan mencegah terbentuknya
factor pembekuan VII, IX, X, dan II. Warfarin bekerja di hati dengan menghambat
karboksilasi vitamin K dari protein prekursomya. Karena waktu paruh dari masing-
masing faktor pembekuan darah tersebut, maka bila terjadi deplesi faktor Vll waktu
protrombin sudah memanjang. Tetapi efek anti trombotik baru mencapai puncak
setelah terjadi deplesi keempat faktor tersebut. Jadi efek anti koagulan dari warfarin
membutuhkan waktu beberapa hari karena efeknya terhadap faktor pembekuan
darah yang baru dibentuk bukan terhadap faktor yang sudah ada disirkulasi.
Warfarin tidak mempunyai efek langsung terhadap trombus yang sudah
terbentuk, tetapi dapat mencegah perluasan trombus. Warfarin telah terbukti efektif
untuk pencegahan stroke kardioembolik. Karena meningkatnya resiko pendarahan,
penderita yang diberi warfarin harus dimonitor waktu protrombinnya secara berkala.
Obat tersebut bila diberikan dengan dosis yang tinggi dapat menyebabkan
pendaharan pada organ, keracunan, bahkan bisa mencapai kematian. Gejala
toksisitas ditandai dengan sedasi saraf pusat dan penurunan funsi pernafasan.
Gejala ringan ditandai dengan ataksia(berkurangnya kemampuan koordinasi atas
gerakan otot),nistagmus (gerakan ritmik tanpa kontrol pada mata), kelelahan,atau
kehilangan perhatian.
1. 2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari dibuatnya laporan ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah yang dimaksud dengan LD50
2. Adakah potensi ketoksikan akut pada Warfarin.
3. Berapa jumlah dosis obat-obat yang diberikan pada setiap mencit (Mus
musculus) dengan berat badan yang berbeda.
4. Bagaimana perilaku hewan coba setelah pemberian Warfarin.
5. Pada dosis berapa phenobarbital mempunyai potensi ketoksikan akut?dan
dimasukkan kedalam kategori manakah ketoksikan Warfarin.

1. 3 Tujuan
 Tujuan Umum
Mengetahui efek toksisitas akut Warfarin pada mencit yang diukur
secara kuantitatif dengan LD50.

 Tujuan Khusus
1. Menetapkan potensi ketoksikan akut Warfarin melalui hitung LD50
menggunakan metode Reed and Probit.
2. Menetapkan rasional (R) dosis terhadap persen kematian.
3. Mengamati gejala-gejala yang ditimbulkan akibat efek toksik dari
pemberian Warfarin dengan berbagai dosis terhadap mencit (Mus
musculus).

1. 4 Manfaat
 Bagi Mahasiswa
1. Mengetahui pada dosis berapa Warfarin menyebabkan efek toksik.
2. Mampu memberikan obat secara oral kepada hewan coba mencit.
3. Menambah pengetahuan dan keterampilan dalam menetapkan potensi
ketoksikan pada suatu obat.

 Bagi Akademik (Dosen Pembimbing)


Memberikan masukan mengenai dosis yang tepat untuk digunakan pada
percobaan selanjutnya.

You might also like