You are on page 1of 9

TUGAS KEGAWATDARURATAN ANAK

SYOK DISTRIBUTIF

DI SUSUN OLEH :

MUHAMMAD FAZLI 1407042

MUHAJIRIN 1407044

NOVITA DIANA W S 1407048

NUR CHASNIANTO 1407050

OKTAVIANA PUTRI 1404052

RENI ANDERIYANI S 1407056

RIO UJIANA A 1407058

RIRIN NUR INDAH S 1407060

PROGAM STUDI NERS

STIKES WIDYA HUSADA SEMARANG

2017/2018
A. Definisi
Syok distributif diartikan sebagai maldistribusi aliran darah oleh
karena adanya vasodilatasi perifer sehingga volume darah yang
bersirkulasi secara efektif tidak memadai untuk perfusi jaringan (Kamus
Dorland, 2006). Seperti halnya tipe kolaps kardiovaskular lainnya, syok
distributif juga dikarakterisasi oleh perfusi jaringan yang inadekuat,
dengan manifestasi klinis berupa perubahan kondisi mental, takikardi,
hipotensi, maupun oliguria (Weil, 2007).
Dalam definisi yang lebih kompleks, syok distributif dikaitkan
dengan perubahan resistensi pembuluh darah atau pun akibat perubahan
permeabilitasnya, dimana faktor inilah yang mencetuskan terjadinya
hipoperfusi sistemik.. Perubahan-perubahan tersebut langsung
mempengaruhi distribusi volume darah yang beredar secara efektif
untuk kebutuhan jaringan tubuh, sehingga sebagai dampaknya akan
muncul hipotensi, diikuti dengan gangguan perfusi jaringan serta hipoksia
sel. Meskipun efek hipoksik dan metabolik akibat hipoperfusi pada
mulanya hanya menyebabkan jejas sel secara reversibel, syok yang terus
terjadi pada akhirnya akan mengakibatkan jejas jaringan secara ireversibel
dan dapat berpuncak pada kematian pasien ( Robbins dkk, 2007 ).

B. Tanda dan gejala


Gambaran klinis syok distributif bergantung pada gangguan yang
ditimbulkan oleh pencetus, dan hal ini tidak hanya berlaku untuk syok
distributif melainkan juga untuk syok tipe lain. Pada kebanyakan
kasus,gambaran klinis dari syok distributif mencakup tanda-tanda berikut
ini:
1. Perubahan pada status mental, mengacu pada tingkat kesadaran
pasien (apatis ataupun somnolen). Biasanya, tingkat kesadaran
dapat bervariasi menurut progresifitas syok saat itu juga. Seringkali
saat syok semakin berat, maka semakin buruk pula tingkat
kesadarannya.
2. Frekuensi jantung yang lebih dari 150 kali/menit (perlu dicatat
bahwaelevasi pada frekuensi jantung bukanlah pertanda adanya
syok bila pasien sedang dalam terapi beta-blocker.
3. Hipotensi, dengan tekanan sistol yang kurang dari 100 mmHg
ataumengalami penurunan sebesar 61 mmHg dari standar
normalnya
4. Meningkatnya frekuensi pernafasan hingga melebihi 50
kali/menit(takipnea). Pada keadaan yang lebih berat, akan terlihat
nafas cepat dandangkal akibat asidosis
5. Ekstremitas teraba hangat (akral hangat) dengan tekanan
pulsasi(tekanan sistol dikurangi diastol) yang meningkat,
khususnya padatahap awal syok distributif
6. Hipertermia, jika suhu tubuh > 38,3º C atau 101º F
7. Hipotermia, dapat pula ditemukan jika temperatur turun hingga
dibawah 30ºC atau 96,8ºF
8. Hipoksia dan hipoksemia relatif yang dapat terjadi sebagai
akibatdisfungsi atau kegagalan sistem respirasi karena gangguan
ventilasimaupun perfusi ( Robbins dkk, 2007 ).
C. Penatalaksanaan
Konsep dasar untuk syok distributif adalah dengan pemberian
vasoaktif seperti fenilefrin dan efedrin, untuk mengurangi daerah vaskuler
dengan penyempitan sfingter prekapiler dan vena kapasitan untuk
mendorong keluar darah yang berkumpul ditempat tersebut.
1. Perawatan sebelum ke rs
a. Ketika anak tiba-tiba terjatuh dan mengalami penurunan kesadaran,
langkah awal yang harus dilakukan adalah memastikan bahwa anak
berada pada lingkungan yang aman. Jika keadaan nadi anak teraba,
rebahkan anak dengan posisi miring ke kiri (dengan catatan bahwa
anak bukan pasien trauma). Memiringkan tubuh anak dapat menjaga
ruang pernapasan korban, posisi ini disebut posisi mantap (recovery
position)
b. Segeralah mencari tempat senyaman mungkin jika anak Anda sesak
nafas. Bila perlu bawalah si kecil ke tempat tidur atau di ruangan
manapun. Yang penting ruangan tersebut dapat membuat anak Anda
beristirahat dengan tenang. Karena dengan suasana yang nyaman,
hal ini dapat segera mengembalikan kondisi si kecil. Jika Anda
sudah mendapatkan tempat yang nyaman, maka segera posisikan
anak Anda dengan keadaan duduk atau setengah duduk. Bila perlu
sandarkan anak Anda ke bantal. Namun jangan pernah
memposisikan anak Anda yang sesak nafas dengan posisi tidur.
Karena hal ini justru akan menyumbat saluran pernafasannya dan
membuat keadaan asma menjadi semakin parah. Yang terpenting
Mengatasi jika anak sesak napas adalah jangan pernah merasa panik,
ketika anak Anda mengalami sesak napas. Bila perlu ajaklah anak
Anda berbicara untuk menenangkannya. Atau bisa juga dengan
memberinya air minum hangat untuk menenangkannya. Sehingga ia
menjadi terhibur dan segera pulih. Longgarkan pakaiannya, supaya
ia tidak merasa sesak. Kemudian pijitlah daerah syaraf paru-paru
yang terletak di atas jempol kaki. Atau lebih tepatnya di antara
jempol dan jari telunjuk kaki. Namun cara memijitnya harus dengan
pelan-pelan. Bila perlu, berikan bronkhodilator seperti salbutamol
untuk meringankan sesaknya. Namun jika hal ini tidak membuat
kondisi bayi anda menjadi lebih baik, maka segeralah bawa ke
dokter untuk mendapatkan pertolongan yang lebih baik.
c. Baringkan secara perlahan untuk mengurangi tekanan gravitasi agar
aliran darah ke otak. Posisikan kaki lebih tinggi dari pada jantung
agar darah mengalir tubuh bagian atas. Pemijatan perlahan dari arah
kaki ke betis, paha, perut dan seterusnya, agar darah mengalir ke atas
kepala. Konsumsi kalori, seperti minum teh manis atau roti
d. Membuka pakaian anak untuk akses udara tambahan ke kulit.
Memberikan kompres dingin pada kepala, pangkal paha, perut,
pembuluh leher. Memberikan anak untuk minum banyak teh, air
putih
e. Penanganan anak terkena hipotermi. Buat tenang terlebih dahulu
seorang yang terkena hipotermia. Bersihkan bagian tubuh yang
basah dan ganti dengan baju yang hangat dan beri selimut yang
hangat. Kemudian ibu bisa menggendong dan memeluk anaknya
untuk memberikan kehangatan.
2. Perawatan kegawat daruratan di rs
a. Baringkan pasien dengan posisi kepala lebih rendah dari kaki
(posisi Trendelenburg).
b. Pertahankan jalan nafas dengan memberikan oksigen, sebaiknya
dengan menggunakan masker. Pada pasien dengan distress
respirasi dan hipotensi yang berat, penggunaan endotracheal tube
dan ventilator mekanik sangat dianjurkan. Langkah ini untuk
menghindari pemasangan endotracheal yang darurat jika terjadi
distres respirasi yang berulang. Ventilator mekanik juga dapat
menolong menstabilkan hemodinamik dengan menurunkan
penggunaan oksigen dari otot-otot respirasi.
c. Untuk keseimbangan hemodinamik, sebaiknya ditunjang dengan
resusitasi cairan. Cairan kristaloid seperti NaCl 0,9% atau Ringer
Laktat sebaiknya diberikan per infus secara cepat 250-500 cc
bolus dengan pengawasan yang cermat terhadap tekanan darah,
akral, turgor kulit, dan urin output untuk menilai respon terhadap
terapi.
d. Bila tekanan darah dan perfusi perifer tidak segera pulih, berikan
obat-obat vasoaktif (adrenergik; agonis alfa yang indikasi kontra
bila ada perdarahan seperti ruptur lien) :
1) Dopamin Merupakan obat pilihan pertama. Pada dosis 2-5
µg/kg/menit.
2) Norepinefrin
Hipotensi : 2 µg/ menit atau 2 µg/ m²/ menit
Henti jantung : 0,1 µg/ kg/ menit , atur sesuai kebutuhan untuk
mempertahankan tekanan darah yang adekuat
Monitor terjadinya hipovolemi atau cardiac output yang rendah
jika norepinefrin gagal dalam menaikkan tekanan darah secara
adekuat. Pada pemberian subkutan, diserap tidak sempurna
jadi sebaiknya diberikan per infus. Obat ini merupakan obat
yang terbaik karena pengaruh vasokonstriksi perifernya lebih
besar dari pengaruh terhadap jantung (palpitasi). Pemberian
obat ini dihentikan bila tekanan darah sudah normal kembali.
Awasi pemberian obat ini pada wanita hamil, karena dapat
menimbulkan kontraksi otot-otot uterus.
3) Epinefrin Pada pemberian subkutan atau im, dosis usia 4 tahun
atau kurang : 2,5 ml/dosis, >4 tahun 5 ml/dosis, diserap dengan
sempurna dan dimetabolisme cepat dalam badan. Efek
vasokonstriksi perifer sama kuat dengan pengaruhnya terhadap
jantung Sebelum pemberian obat ini harus diperhatikan dulu
bahwa pasien tidak mengalami syok hipovolemik. Perlu
diingat obat yang dapat menyebabkan vasodilatasi perifer tidak
boleh diberikan pada pasien syok neurogenik
4) Dobutamin dosis
IV :2-20 µg/kg/menit, berguna jika tekanan darah rendah yang
diakibatkan oleh menurunnya cardiac output. Dobutamin dapat
menurunkan tekanan darah melalui vasodilatasi perifer ( Mc
Gillis, 2007 ).

D. Pengkajian
1. Pengkajian Primer
a. Airway
1. Yakinkan kepatenan jalan napas
2. Berikan alat bantu napas jika perlu
3. jika terjadi penurunan fungsi pernapasan segera kontak ahli
anestesi dan bawa segera mungkin ke NICU
b. Breathing
1. Kaji jumlah pernapasan lebih dari 50 kali per menit merupakan
gejala yang signifikan
2. Kaji saturasi oksigen
3. Auskulasi dada, untuk mengetahui adanya infeksi di dada
4. Periksa foto thorak
5. Pemberian oksigen tambahan untuk mempertahankan saturasi
lebih dari 95% r- breath.
6. Pemantauan fungsi kardiorespirasi
7. Intubasi jika syok tidak terkompensasi atau terjadi gagal nafas

c. Circulation
1. kaji denyut jantung, >150 kali per menit merupakan tanda
signifikan
2. Resusitasi volume menggunakan NS atau RL 20 ml/kg dengan
cepat ( 5-10 menit ), kemudian nilai kembali.
3. Ulangi bolus untuk mempertahankan tekanan darah
4. Lakukan resusitasi secra agresif pada satu jam pertama,
mungkin diperlukan sekitar 60-100 cc/kg dalam 1-2 jam
pertama
5. Jika akses vena tidak cepat diperoleh ( 90 detik atau 3 kali
percobaan), pertimbangkan akses intraoseus atau vena sentral
6. Selesai pemberian tiap bolus kristaloid 20 mL/kg,
pertimbangkan perlunya pemberian inotropik atau produk
darah
7. Terdapat kontroversi mengenai penggunaan koloid : efek
koloid menguntungkan atau merugikan pada anak belum
diteliti lebih lanjut ( Amina Lalani,2012 ).
2. Pengkajian Sekunder
a. Riwayat kejadian
b. Pemeriksaan lengkap dan teliti mulai dari kepala hingga ibu jari kaki
c. Evaluasi ulang sehabis setiap intervensi
d. Rencanakan untuk melakukan konsultasi yang sesuai
e. Rawat di unit perawatan intensif
DAFTAR PUSTAKA

Amina & Schneeweiss, Suzan. 2012. Kegawatdaruratan Pediatri. Penerbit Buku


Kedokteran. EGC.

Bindler, Ruth McGillis & Howry, Linda Berner. 2007. Pedoman Obat Pediatri &
Implikasi Keperawatan.Buku Kedokteran. EGCLalani,

Merenstein,Gerald B, Dkk. 2007. Buku Pegangan Pediatri. Perpustakaan


Nasional.Widya Medika

Pudjiadi, H Antonius,dkk. 2011. Pediatri Gawat Darurat. Badan Penerbit Ikatan


Dokter Anak Indonesia.

You might also like