Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
NIM : 16312241036
2018
A. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengaruh kelembaban lintasan terhadap kecepatan gerak jangkrik.
2. Untuk mengetahui pengaruh keberadaan air tehadap arah pertumbuhan akar tanaman
kacang hijau.
B. Variabel :
Gerak pada hewan (jangkrik)
1. Bebas : kelembaban lintasan
2. Terikat : kecepatan gerak jangkrik
3. Kontrol : suhu ruangan, tanah yang dipakai, jenis kotak lintasan yang dipakai, jenis
jangkrik yang dipakai.
Salah satu ciri dari makhluk hidup adalah bergerak. Secara umum gerak dapat
diartikan berpindah tempat atau perubahan posisi sebagian atau seluruh bagian dari tubuh
makhluk hidup. Makhluk hidup akan bergerak bila ada impuls atau rangsangan yang
mengenai sebagian atau seluruh bagian tubuhnya. Setiap makhluk hidup (organisme)
mampu menerima dan menanggapi rangsangan yang disebut iritabilitas. Salah satu
bentuk tanggapan yang umum dilakukan berupa gerak. (Lawrence, 1991).
Gerak merupakan salah satu ciri makhluk hidup yang bertujuan untuk
melaksanakan aktivitas hidupnya. Gerak yang terjadi pada tumbuhan berbeda dengan
gerak yang dilakukan hewan dan manusia. Gerak pada tumbuhan bersifat pasif. Selain itu
gerak pada tumbuhan merupakan respon terhadap rangsangan dari lingkungan dan akibat
adanya pertumbuhan (Kadaryanto, 2006).
D. Metodologi Percobaan
Gerak pada hewan (jangkrik)
Hari, Tanggal : Senin, 5 Februari 2018
Waktu : 07.30 – 09.20 WIB
Tempat : Laboratorium IPA 2 FMIPA UNY
1. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Kotak sebagai lintasan
2) Jangkrik
3) Soiltester
4) Pembatas
b. Bahan
1) Air
2) Pasir
2. Langkah Kerja
Menaruh jangkrik pada ujung lintasan pada pasir dengan kelembaban 7, tepat saat stopwatch
dimulai
Menghentikan stopwatch saat jangkrik sampai di ujung yang lain pada lintasan tersebut
Mengulangi langkah yang sama untuk 3 kali percobaan pada lintasan yang sama
Mengulangi langkah yang sama 3 kali pada lintasan yang berbeda tingkat kelembabannya (6,8)
Mengisi setengah bagian dari botol yang telah dibagi dengan tanah
F. Pembahasan
Praktikum dengan judul “Gerak Pada Makhluk Hidup” memiliki tujuan untuk
untuk mengetahui gerak pada makhluk hidup (hewan dan tumbuhan). Praktikum ini
dilakukan dalam dua kegiatan yaitu pengamatan pada hewan (jangkrik) serta pengamatan
pada tumbuhan (kacang hijau).
Kegiatan 1 (Gerak pada hewan)
Kegiatan pertama ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 5 Februari 2018 di
Laboratorium IPA 2 FMIPA UNY. Kegiatan ini memiliki tujuan untuk mengetahui
pengaruh kelembaban lintasan terhadap kecepatan gerak jangkrik.
Langkah pertama yang dilakukan dalam pengamatan ini adalah menyiapkan alat
dan bahan yang akan digunakan, kemudianembuat lintasan kecil sebesar 29,5 cm x 5 cm.
Setelah itu memberikan masing-masing lintasan pasir dengan kelembaban yang berbeda
dengan mengukur besar kelembaban masing-masing lintasan. Kemudian menaruh
jangkrik pada ujung lintasan pada tanah dengan kelembaban 7, tepat saat stopwatch
dimulai dan membiarkan jangkrik berjalan melewati lintasan.Praktikan menghentikan
stopwatch saat jangkrik sampai di ujung yang lain pada lintasan tersebut dan menuliskan
hasil pengamatan waktu dalam table. Praktikan mengulangi langkah yang sama untuk 3
kali percobaan pada lintasan yang sama dan mengulangi langkah yang sama 3 kali pada
lintasan yang berbeda tingkat kelembabannya (6,8).
Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan bahwa pada lintasan dengan
kelembaban tanah yang tinggi (7) jangkrik berjalan dengan kecepatan 4,21 cm/s ; 2,27
cm/s dan 1,55 cm/s atau 2,67cm/s sebagai rata-ratanya. Dan pada kelembaban sebesar 6,8
jangkrik berjalan dengan kecepatan 0,84 cm/s ; 0,48 cm/s dan 0,23 cm/s atau 0,52 cm/s
sebagai rata-rata. Dari hasil tersebut terlihat bahwa jangkrik tersebut bergerak lebih aktif
pada kelembaban yang kering atau 7 dibandingkan dengan kelembaban 6,8. Hal ini dapat
terjadi dikarenakan habitat jangkrik yang menyukai tempat yang kering, sehingga
bergerak lebih cepat di tempat kering seperti dalam lipatan-lipatan daun kering atau
bongkahan tanah. (Afnianty, 2006:17)
Dalam pengamatan ini banyak hal yang mempengaruhi hasil dari pengamatan,
salah satunya adalah pengamatan yang dilakukan pada siang hari, sedangkan berdasarkan
literatur jangkrik merupakan hewan yang aktif pada malam hari sehingga pada saat
dilakukan pengamatan jangrik tersebut tidak begitu aktif. Selain itu menurut Afnianty
(2006:17) menyatakan bahwa hewan ini aktif pada suhu 20-32oC, dimana pada keadaan
lembab memungkinkan bahwa suhunya lebih kecil/ lebih dingin.
Kegiatan 2 (Gerak pada tumbuhan)
Kegiatan kedua ini dilaksanakan selama 7 hari pengamatan yang dimulai pada
hari Selasa,13 Februari 2018 sampai dengan Selasa, 20 Februari 2018 . Pengamatan ini
memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh keberadaan air tehadap arah pertumbuhan
akar tanaman kacang hijau (hidrotropisme).
Pada kegiatan in praktikan memulai dengan merendam kacang hijau yang akan
digunakan selama semalam. Ketika biji direndam terjadi proses imbibisi yaitu proses
penyerapan air ke dalam rongga jaringan melalui pori-pori secara pasif, terutama karena
daya serap senyawa polisakarida, seperti hemiselulosa, pati, dan selulosa. Proses ini
terjadi ketika air masuk ke dalam benih melalui proses imbibisi yang merupakan proses
spesifik dan imbibisi air oleh benih sangat dipengaruhi oleh komposisi kimia benih,
permeabilitas benih dan jumlah air yang tersedia , baik air dalam bentuk cairan maupun
uap air disekitar benih. (Sadjad, 1975 : 138) hal ini mempercepat perkecambahan.
Setelah itu praktikan menyiapkan media tanam yang akan digunakan dengan mengisi
setengah bagian dari botol yang telah dibagi dengan tanah kemudian menanam kacang
hijau secara berjajar dalam tanah. Kemudian praktikan menyiram air di bagian dari botol
yang belum diberi tanah dengan maksud air untuk menyirami tidak masuk secara
langsung kedalam tanah bagian bawah sehingga proses hidrotropisme dapat teramati
secara langsung dengan mengamati pertumbuhan akar dari kacang hijau selama beberapa
hari.
Berdasarkan hasil pengamatan, akar dari tanaman kacang hijau bergerak menuju
kearah sisi yang terdapat air, atau sisi yang selalu diberi air. Hal ini terjadi karena respon
dari tanaman kacang hijau oleh stimulus berupa konsentrasi air (kelembaban).
Kelembaban ini mengakibatkan akar tanaman membelok kearah tempat yang memiliki
konsentrasi air yang lebih tinggi. Dimana hal ini dikarenakan air sangat dibutuhkan oleh
tubuh tumbuhan dalam tumbuh dan berkembang. Selain itu menurut Dwidjuseptutro
(1985) peranan air bagi tumbuhan adalah :
a. Struktur Tumbuhan. Air merupakan bagian terbesar pembentuk jaringan dari
semua makhluk hidup (tak terkecuali tumbuhan). Antara 40% sampai 60% dari
berat segar pohon terdiri dari air, dan bagi tumbuhan herba jumlahnya mungkin
akan mencapai 90%. Cairan yang mengisi sel akan mampu menjaga substansi itu
untuk berada dalam keadaan yang tepat untuk berfungsi metabolism.
b. Sebagai Penunjang. Tumbuhan memerlukan air untuk penunjang jaringan-
jaringan yang tidak berkayu. Apabila sel-sel jaringan ini mempunyai cukup air
maka sel-sel ini akan berada dalam keadaan kukuh. Tekanan yang diciptakan oleh
kehadiran air dalam sel disebut tekanan turgor dan sel akan menjadi
mengembang, dan apabila jumlah air tidak memadai maka tekanan turgor
berkurang dan isi sel akan mengerut dan terjadilah plasmolisis.
c. Alat Angkut. Tumbuhan memanfaatkan air sebagai alat untuk mengangkut materi
disekitar tubuhnya. Nutrisi masuk melalaui akar dan bergerak ke bagian
tumbuhan lainnya sebagai substansi yang terlarut dalam air. Demikian juga
karbohidrat yang dibentuk di daun diangkut ke jaringan-jaringan lainnya yang
tidak berfotosintesis dengan cara yang sama.
d. Pendingin. Kehilangan air dari tumbuhan oleh transpirasi akan mendinginkan
tubuhnya dan menjaga dari pemanasan yang berlebihan.
Oleh karena itu tumbuhan berusaha untuk mencari air menggunakan sistem
akarnya. Air memasuki akar melalui bulu-bulu akar yang sangat halus yang berada
sekitar 6 mm setelah tudung akar. Sistem bulu akar ini memperluas permukaan aktif yang
mampu menyerap air, dan secara terus menerus diperbaharui sesuai dengan pertumbuhan
akar menembus tanah (Grander, 1991).
G. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
a. Jangkrik bergerak lebih cepat pada lintasan kering (7) dengan kecepatan rata-rata 2,67
cm/s.
b. Akar tanaman kacang hijau bergerak menuju kearah air atau disebut hidrotropisme.
H. Daftar Pustaka
Alfin, I. 2013. Efektifitas Pita Tanaman Organik Sebagai Mulsa Pada Tanaman Padi
(Oryza sativa). Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem. 1 (2): 1-8.
Dwidjuseptutro, D. 1985. Penghantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Pt. Gremedia.
Ferdinand, Fiktor. 2003. Praktis Belajar Biologi. Yogyakarta : Grafindo.
Grander, Pearce dan R.L. Mithell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta :
Universitas Indonesia.
Gwynne, D. T, & Simmons, L. W. (1990). Experimental reversal of courtship roles in
an insect. Nature 346, 172-174.
Hena. 2008. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Gramedia.
Kadaryanto et al. 2006. Biologi 2. Jakarta : Penerbit Yudhistira.
Kahlen. 2009. Modeling leaf phototropism in a cucumber canopy : Germany.
Lawrence, E. 1991. Hendersdon’s Dictionary of Biological Terms Tenth Edition. England
: Longman Scientific & Technical. Longman Group (FE) Ltd.
Nurhayati, Awik Puji Dyah. 2004. Diktat Struktur Hewan. ITS. Surabaya
Paiman, F. B, Pudjiastuti, L. E, & Ernawati. (1999). Sukses beternak jangkrik. Jakarta :
Penebar Swadaya.
Sadjad, S. 1975. Proses Metabolisme Perkecambahan Benih dalam dasar-dasar
Teknologi benih. Capita selekta. Departemen Agronomi. Buku. Bogor : Institut
Pertanian Bogor.
Salysburi. F. 2004. Fisiologi Tanaman. Bandung: ITB.
Suharjo. K. J. 2011. Dasar – Dasar Fisiologi Tanaman. Bengkulu: Universitas Bengkulu.
I. Lampiran