You are on page 1of 12

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM IPA II

GERAK PADA MAKHLUK HIDUP

Oleh :

Nama : Fitri Nur Aini

NIM : 16312241036

Kelas : Pendidikan IPA I 2016

PENDIDIKAN ILMU PENGETHUAN ALAM

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2018
A. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengaruh kelembaban lintasan terhadap kecepatan gerak jangkrik.
2. Untuk mengetahui pengaruh keberadaan air tehadap arah pertumbuhan akar tanaman
kacang hijau.
B. Variabel :
Gerak pada hewan (jangkrik)
1. Bebas : kelembaban lintasan
2. Terikat : kecepatan gerak jangkrik
3. Kontrol : suhu ruangan, tanah yang dipakai, jenis kotak lintasan yang dipakai, jenis
jangkrik yang dipakai.

Gerak pada tumbuhan (hidrotropisme kacang hijau)


1. Bebas : keberadaan air
2. Terikat : arah pertumbuhan akar tanaman kacang hijau
3. Kontrol : tempat menanam kacang hijau, tanah/media tanam, tempat penanaman,
suhu ruangan.
C. Dasar Teori

Salah satu ciri dari makhluk hidup adalah bergerak. Secara umum gerak dapat
diartikan berpindah tempat atau perubahan posisi sebagian atau seluruh bagian dari tubuh
makhluk hidup. Makhluk hidup akan bergerak bila ada impuls atau rangsangan yang
mengenai sebagian atau seluruh bagian tubuhnya. Setiap makhluk hidup (organisme)
mampu menerima dan menanggapi rangsangan yang disebut iritabilitas. Salah satu
bentuk tanggapan yang umum dilakukan berupa gerak. (Lawrence, 1991).

Gerak merupakan salah satu ciri makhluk hidup yang bertujuan untuk
melaksanakan aktivitas hidupnya. Gerak yang terjadi pada tumbuhan berbeda dengan
gerak yang dilakukan hewan dan manusia. Gerak pada tumbuhan bersifat pasif. Selain itu
gerak pada tumbuhan merupakan respon terhadap rangsangan dari lingkungan dan akibat
adanya pertumbuhan (Kadaryanto, 2006).

1. Gerak pada hewan


Pada hewan dan manusia dapat mewakili pengertian gerak secara umum dan
dapat dilihat dengan kasat mata/secara nyata. Gerak pada manusia dan hewan
menggunakan alat gerak yang tersusun dalam sistem gerak. (Lawrence, 1991).
Gerak yang dialami oleh hewan akan menimbulkan suatu gerakan dan
menyebabkan hewan dapat berpindah tempat. Hewan bergerak untuk berbagai tujuan,
antara lain untuk melindungi diri dari predator atau untuk mencari mangsa.
Alat-alat gerak yang digunakan pada manusia dan hewan ada 2 macam yaitu alat gerak
pasif berupa tulang dan alat gerak aktif berupa otot. Kedua alat gerak ini akan bekerja
sama dalam melakukan pergerakan sehingga membentuk suatu sistem yang disebut
sistem gerak. (Ahmad, 2003).
Tulang disebut alat gerak pasif karena tulang tidak dapat melakukan
pergerakkannya sendiri. Tanpa adanya alat gerak aktif yang menempel pada tulang, maka
tulang-tulang pada manusia dan hewan akan diam dan tidak dapat membentuk alat
pergerakan yang sesungguhnya. Walaupun merupakan alat gerak pasif tetapi tulang
mempunyai peranan yang besar dalam sistem gerak manusia dan hewan.(Nurhayati,
2004).
Otot disebut alat gerak aktif karena otot memiliki senyawa kimia yaitu protein
aktin dan myosin yang bergabung menjadi satu membentuk aktomiosin. Dengan
aktomiosin inilah otot dapat bergerak. Sehingga pada saat otot menempel pada tulang dan
bergerak dengan otomatis tulang juga akan bergerak. (Ahmad, 2003).
Dengan memiliki aktomiosin ini maka otot mempunyai sifat yang lentur/fleksibel
dan mempunyai kemampuan untuk memendekkan serabut ototnya (pada saat kontraksi)
dan memanjangkan serabut ototnya (pada saat relaksasi/kembali pada posisi semula)
(Ahmad, 2003).
2. Gerak pada tumbuhan
Tumbuhan sebagai mahluk hidup juga melakukan gerak. Namun, gerak yang
dilakukan oleh tumbuhan tidak seperti yang dilakukan oleh hewan maupun manusia.
Gerakan pada tumbuhan sangat terbatas. Gerakan yang dilakukan oleh tumbuhan hanya
dilakukan pada bagian tertentu. Misalnya bagian ujung tunas, bagian ujung akar, ataupun
pada bagian lembar daun tertentu (Ferdinand, 2003).
Pada prinsipnya, gerakan tumbuhan terjadi karena adanya proses pertumbuhan
dan adanya kepekaan terhadap rangsang atau irritabilitas yang dimiliki oleh tumbuhan
tersebut. Rangsangan tersebut dapat berupa bahan kimia, suhu, gravitasi bumi atau
intensitas cahaya yang diterima. Sebagai tanggapan terhadap rangsang terebut, tumbuhan
melakukan gerakan yang mungkin menuju kearah rangsang atau menjauhi, atau
melakukan gerak tanpa menunjukan arah tertentu (Kahlen. 2009).
Gerak pada tumbuhan dibedakan menjadi tiga macam, yaitu gerak endonom,gerak
higroskopis, dan gerak esionom.
a. Gerak endonom
Gerak endonom adalah gerak yang terjadi secara spontan dan tidak diketahui
penyebabnya, atau tidak memerlukan rangsang dari luar. Rangsang pada gerak
endonom diduga berasal dari dalam tumbuhan itu sendiri. Contoh: gerak
pertumbuhan daun dan gerak rotasi sitoplasma (siklosis) pada sel-sel daun Hydrilla
verticillata
b. Gerak higroskopis
Gerak higroskopis adalah gerak bagian tubuh tumbuhan karena pengaruh
perubahan kadar air di dalam sel sehingga terjadi pengerutan yang tidak merata.
Contoh: Merekahnya kulit buah-buahan yang sudah kering pada tumbuhan polong-
polongan, membukanya dinding sporangium (kotak spora) paku-pakuan,
membentang dan menggulungnya gigi-gigi peristoma pada sporangium lumut.
c. Gerak esionom
Gerak esionom adalah gerak tumbuhan yang disebabkan oleh adanya rangsangan
dari lingkungan sekitar. Berdasarkan jenis rangsangannya, gerak esionom dapat
dibedakan menjadi: gerak tropisme, gerak taksis dan gerak nasti.
1) Gerak tropisme
Gerak tropisme adalah gerak pada bagian tumbuhan yang arahnya
dipengaruhi oleh arah datangnya rangsangan disebut tropisme. Gerak tropisme
terjadi karena gerak tumbuh tumbuhan (Suharjo, 2011: 122). Jika arah gerak
tumbuhan mendekati rangsang disebut gerak tropisme positif, tetapi jika arah
gerak tumbuhan menjauhi rangsang disebut gerak tropisme negatif.
Tropisme dapat dibedakan berdasarkan pada rangsangannya yaitu fototropisme
disebabkan oleh cahaya; geotropisme dengan rangsangan gaya tarik bumi; thigmo
tropisme dengan rangsangan berupa sentuhan; chemotropisme dengan rangsangan
yang berupa zat kimia dan lain-lain (Hena, 2008: 89).
2) Gerak taksis
Gerak taksis adalah gerak pindah tempat seluruh bagian tumbuhan yang
arahnya dipengaruhi oleh sumber rangsangan. Gerak taksis biasanya dilakukan
oleh organisme bersel satu. Berdasarkan jenis rangsangannya, taksis dapat
dibedakan menjadi: Kemotaksis, yaitu gerak taksis tumbuhan yang dipengaruhi
oleh rangsangan berupa bahan kimia; Fototaksis, adalah gerak taksis tumbuhan
yang dipengaruhi rangsang berupa cahaya.
3) Gerak nasti
Nasti adalah gerak sebagian tubuh tumbuhan akibat rangsangan dari luar, tetapi
arah geraknya tidak dipengaruhi oleh arah datangnya rangsang. Berdasarkan jenis
rangsangannya gerak nasti dibedakan menjadi: Niktinasti, Fotonasti,Tigmonasti
atau seismonasti, Termonasti serta Nasti kompleks.
Jangkrik
Jangkrik adalah serangga yang termasuk family Grilydae dari ordo arthropoda.
Serangga jenis ini memiliki komunikasi yang unik, yaitu melalui suara yang berasa dari
sayap jangkrik jantan, atau yang disebut dengan perilaku nyanyian jangkrik. Terdapat
beberapa jenis nyanyian jangkrik yang masing-masing mempunyai tujuan yang berbeda-
beda, yaitu mating call untuk menarik perhatian betina dan nyanyian jangkrik berupa
ancaraman agonistik untuk mengancam jangkrik jantan yang lainnya apabila dalam
keadaan terancam. (Gwynne, 1990)
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthopoda
Kelas : Insecta
Ordo : Orthoptera
Sub Ordo : Ensifera
Famili : Gryllidae
Sub Famili : Gryllinae
Genus : Gryllids
Spesies : Gryllus mitratus (Jangkrik celiring)
Gryllus tetacius (Jangkrik Cendawang)
Gryllus bimaculatus (Jangkrik Kalung)
(Jannah, 2000)
Morfologi jangkrik pada umumnya adalah badan berwarna cokelat gelap dan
terdiri dari tiga bagian, yaitu kepala, toraks, dan abdomen. Pada bagian kepala terdapat
sepasang antenna pajang. Pada bagian anterior, terdapat sepasang mata majemuk. Pada
bagian ventral terdapat mulut yang terbagi menjadi labrum, mandibles, maxillae, dan
labium. Pada bagian toraks dibagi menjadi tiga, yaitu protoraks, mesotoraks, dan
metatoraks. Terdapat dua pasang sayap yang terdapat pada mesotoraks dan metatoraks.
Sayap depan memiliki panjang yang bervariasi tetapi hal yang pasti adalah sayap depan
menutupi setidaknya setengah hingga seluruh bagian abdomen dan berbentuk datar
terhadap badan jangkrik kemudian sayap belakang lagi tertutupi oleh sayap depan dan
terlipat. Pada betina tampak ovipositor yang lebih panjang dibandingkan jantan. Baik
betina dan jantan memiliki cerci. (Paiman, 1999)
Habitat jangkrik adalah daerah yang intensitas cahayanya rendah sehingga sering
kali dapat dijumpai di bawah bebatuan, tumpukan kayu-kayu, celah-celah perabotan
rumah, dan di bawah naungan dedaunan atau rerumputan seperti di bawah padang
rumput, ladang pertanian, dan sebagainya. Persebaran jangkrik cukup luas meliputi Eropa
tengah dan selatan, Asia, dan Afrika Utara.
Di alam aslinya jangkrik hidup aktif dimalam hari, kegiatan makan, mengerik dan
kawin dilakukan pada malam hari. Makanan jangkrik dialam bermacam-macam,
umumnya sebagai pemakan tumbuhan, seperti krokot, dan tanaman pertanian, seperti
tanaman sayuran dan palawija. Jangkrik lebih menyukai bagian tanaman yang muda,
seperti daun dan pucuk tanaman (Ferry, 1999 : 5)
Jangkrik dapat ditemui di hampir seluruh Indonesia dan hidup dengan baik pada
daerah yang bersuhu antara 20-32°C dan kelembaban sekitar 65-80%, bertanah
gembur/berpasir dan memiliki persediaan tumbuhan semak belukar. Jangkrik hidup
bergerombol dan bersembunyi dalam lipatan-lipatan daun kering atau bongkahan tanah.
Jangkrik tidak selalu dapat dijumpai di alam karena hanya bermunculan pada bulan-bulan
tertentu saja yaitu pada Juni-Juli dan Nopember-Desember.Jangkrik sulit ditemui pada
bulan Januari-Mei dan Agustus-Oktober karena jumlahnya terbatas dan bukan merupakan
musim jangkrik (Afniaty, 2006 : 17).
Hidrotropisme
Hidrotropisme adalah gerak tropisme tumbuhan yang dipengaruhi oleh
rangsangan air. Pertumbuhan akar yang selalu menuju ke sumber air disebut gerak
hidrotropisme.
Hidrotropisme adalah gerak bagian tumbuhan menuju kearah yang basah atau
berair. Arah pertumbuhan menuju tempat yang ebrair disebut gerak hidrotropisme positif.
Apabila arah pertumbuhan tanaman menjauhi berair disebut gerak hidrotropisme
negative. Contoh hidrotropisme positif adalah arah pertumbuhan ujung akar didalam
tanah yang selalu menuju ketempat yang mengandung air (Nowicki, 2008: 468).
Biasanya akar tumbuh lurus ke arah bawah untuk memperoleh air dari dalam
tanah. Akan tetapi, jika pada arah ini tidak terdapat cukup air, maka akar akan tumbuh
membelok ke arah yang cukup air, Dengan demikian, arah pertumbuhan mungkin tidak
searah dengan gaya tarik bumi. Gerak akar menuju sumber air disebut hidrotropisme
positif (Salysburi, 2004: 100)
Hidrotropisme dapat ditunjukan dengan ujung akar kecambah. Bila ditumbuhkan
kecambah didalam serbuk selagi dibasahi serta ditempatkan dalam suatu ayakan maka
digantungkan miring setelah beberapa lama akan berpengaruh oleh sebagian serbuk yang
masih basah (Alfin, 2013: 6).

D. Metodologi Percobaan
Gerak pada hewan (jangkrik)
Hari, Tanggal : Senin, 5 Februari 2018
Waktu : 07.30 – 09.20 WIB
Tempat : Laboratorium IPA 2 FMIPA UNY
1. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Kotak sebagai lintasan
2) Jangkrik
3) Soiltester
4) Pembatas
b. Bahan
1) Air
2) Pasir
2. Langkah Kerja

Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

Membuat lintasan kecil sebesar 29,5 cm x 5 cm

Memberikan masing-masing lintasan tanah dengan kelembaban yang berbeda

Mengukur besar kelembaban masing-masing lintasan

Menaruh jangkrik pada ujung lintasan pada pasir dengan kelembaban 7, tepat saat stopwatch
dimulai

Membiarkan jangkrik berjalan melewati lintasan

Menghentikan stopwatch saat jangkrik sampai di ujung yang lain pada lintasan tersebut

Menuliskan hasil pengamatan waktu dalam tabel

Mengulangi langkah yang sama untuk 3 kali percobaan pada lintasan yang sama

Mengulangi langkah yang sama 3 kali pada lintasan yang berbeda tingkat kelembabannya (6,8)

Gerak pada tumbuhan (hidrotropisme kacang hijau)


Hari, Tanggal : Selasa, 13 Februari 2018 – 20 Februari 2018
Waktu : 16.00 – 17.00 WIB
Tempat : Karangmalang C17 Caturtunggal, Depok, Sleman
1. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Botol bekas bervolume 1,5 L yang telah dipotong
2) Tanah/media tanam
3) Gelas ukur
4) Gunting/cutter
b. Bahan
1) Kacang hijau yang telah direndam
2) Air
2. Langkah Kerja
Menyiapkan alat dan bahan yang ingin digunakan

Mengisi setengah bagian dari botol yang telah dibagi dengan tanah

Menanam kacang hijau secara berjajar dalam tanah

Meyiram air di bagian dari botol yang belum diberi tanah

Mengamati pertumbuhan akar dari kacang hijau selama beberapa hari

Menuliskan hasil pengamatan dalam tabel

E. Data Hasil Pengamatan


Gerak pada hewan (jangkrik)
Jarak Lintasan = 29,5 cm
Waktu (s) Kecepatan (cm/s)
Percobaan
Kelembaban (7) Kelembaban Kelembaban (7) Kelembaban
ke-
(6,8) (6,8)
1 7 35 4,21 0,84
2 13 62 2,27 0,48
3 19 128 1,55 0,23
Pada jarak ke 7
cm jangkrik
berhenti
Rata-Rata 13 75 2,67 0,52
Gerak pada tumbuhan (hidrotropisme kacang hijau)
Akar bergerak menuju kearah sumber air

Gambar 1. Hasil pengamatan akar tanaman kacang hijau


Sumber : Dokumentasi pribadi

F. Pembahasan
Praktikum dengan judul “Gerak Pada Makhluk Hidup” memiliki tujuan untuk
untuk mengetahui gerak pada makhluk hidup (hewan dan tumbuhan). Praktikum ini
dilakukan dalam dua kegiatan yaitu pengamatan pada hewan (jangkrik) serta pengamatan
pada tumbuhan (kacang hijau).
Kegiatan 1 (Gerak pada hewan)
Kegiatan pertama ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 5 Februari 2018 di
Laboratorium IPA 2 FMIPA UNY. Kegiatan ini memiliki tujuan untuk mengetahui
pengaruh kelembaban lintasan terhadap kecepatan gerak jangkrik.
Langkah pertama yang dilakukan dalam pengamatan ini adalah menyiapkan alat
dan bahan yang akan digunakan, kemudianembuat lintasan kecil sebesar 29,5 cm x 5 cm.
Setelah itu memberikan masing-masing lintasan pasir dengan kelembaban yang berbeda
dengan mengukur besar kelembaban masing-masing lintasan. Kemudian menaruh
jangkrik pada ujung lintasan pada tanah dengan kelembaban 7, tepat saat stopwatch
dimulai dan membiarkan jangkrik berjalan melewati lintasan.Praktikan menghentikan
stopwatch saat jangkrik sampai di ujung yang lain pada lintasan tersebut dan menuliskan
hasil pengamatan waktu dalam table. Praktikan mengulangi langkah yang sama untuk 3
kali percobaan pada lintasan yang sama dan mengulangi langkah yang sama 3 kali pada
lintasan yang berbeda tingkat kelembabannya (6,8).
Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan bahwa pada lintasan dengan
kelembaban tanah yang tinggi (7) jangkrik berjalan dengan kecepatan 4,21 cm/s ; 2,27
cm/s dan 1,55 cm/s atau 2,67cm/s sebagai rata-ratanya. Dan pada kelembaban sebesar 6,8
jangkrik berjalan dengan kecepatan 0,84 cm/s ; 0,48 cm/s dan 0,23 cm/s atau 0,52 cm/s
sebagai rata-rata. Dari hasil tersebut terlihat bahwa jangkrik tersebut bergerak lebih aktif
pada kelembaban yang kering atau 7 dibandingkan dengan kelembaban 6,8. Hal ini dapat
terjadi dikarenakan habitat jangkrik yang menyukai tempat yang kering, sehingga
bergerak lebih cepat di tempat kering seperti dalam lipatan-lipatan daun kering atau
bongkahan tanah. (Afnianty, 2006:17)
Dalam pengamatan ini banyak hal yang mempengaruhi hasil dari pengamatan,
salah satunya adalah pengamatan yang dilakukan pada siang hari, sedangkan berdasarkan
literatur jangkrik merupakan hewan yang aktif pada malam hari sehingga pada saat
dilakukan pengamatan jangrik tersebut tidak begitu aktif. Selain itu menurut Afnianty
(2006:17) menyatakan bahwa hewan ini aktif pada suhu 20-32oC, dimana pada keadaan
lembab memungkinkan bahwa suhunya lebih kecil/ lebih dingin.
Kegiatan 2 (Gerak pada tumbuhan)
Kegiatan kedua ini dilaksanakan selama 7 hari pengamatan yang dimulai pada
hari Selasa,13 Februari 2018 sampai dengan Selasa, 20 Februari 2018 . Pengamatan ini
memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh keberadaan air tehadap arah pertumbuhan
akar tanaman kacang hijau (hidrotropisme).
Pada kegiatan in praktikan memulai dengan merendam kacang hijau yang akan
digunakan selama semalam. Ketika biji direndam terjadi proses imbibisi yaitu proses
penyerapan air ke dalam rongga jaringan melalui pori-pori secara pasif, terutama karena
daya serap senyawa polisakarida, seperti hemiselulosa, pati, dan selulosa. Proses ini
terjadi ketika air masuk ke dalam benih melalui proses imbibisi yang merupakan proses
spesifik dan imbibisi air oleh benih sangat dipengaruhi oleh komposisi kimia benih,
permeabilitas benih dan jumlah air yang tersedia , baik air dalam bentuk cairan maupun
uap air disekitar benih. (Sadjad, 1975 : 138) hal ini mempercepat perkecambahan.
Setelah itu praktikan menyiapkan media tanam yang akan digunakan dengan mengisi
setengah bagian dari botol yang telah dibagi dengan tanah kemudian menanam kacang
hijau secara berjajar dalam tanah. Kemudian praktikan menyiram air di bagian dari botol
yang belum diberi tanah dengan maksud air untuk menyirami tidak masuk secara
langsung kedalam tanah bagian bawah sehingga proses hidrotropisme dapat teramati
secara langsung dengan mengamati pertumbuhan akar dari kacang hijau selama beberapa
hari.
Berdasarkan hasil pengamatan, akar dari tanaman kacang hijau bergerak menuju
kearah sisi yang terdapat air, atau sisi yang selalu diberi air. Hal ini terjadi karena respon
dari tanaman kacang hijau oleh stimulus berupa konsentrasi air (kelembaban).
Kelembaban ini mengakibatkan akar tanaman membelok kearah tempat yang memiliki
konsentrasi air yang lebih tinggi. Dimana hal ini dikarenakan air sangat dibutuhkan oleh
tubuh tumbuhan dalam tumbuh dan berkembang. Selain itu menurut Dwidjuseptutro
(1985) peranan air bagi tumbuhan adalah :
a. Struktur Tumbuhan. Air merupakan bagian terbesar pembentuk jaringan dari
semua makhluk hidup (tak terkecuali tumbuhan). Antara 40% sampai 60% dari
berat segar pohon terdiri dari air, dan bagi tumbuhan herba jumlahnya mungkin
akan mencapai 90%. Cairan yang mengisi sel akan mampu menjaga substansi itu
untuk berada dalam keadaan yang tepat untuk berfungsi metabolism.
b. Sebagai Penunjang. Tumbuhan memerlukan air untuk penunjang jaringan-
jaringan yang tidak berkayu. Apabila sel-sel jaringan ini mempunyai cukup air
maka sel-sel ini akan berada dalam keadaan kukuh. Tekanan yang diciptakan oleh
kehadiran air dalam sel disebut tekanan turgor dan sel akan menjadi
mengembang, dan apabila jumlah air tidak memadai maka tekanan turgor
berkurang dan isi sel akan mengerut dan terjadilah plasmolisis.
c. Alat Angkut. Tumbuhan memanfaatkan air sebagai alat untuk mengangkut materi
disekitar tubuhnya. Nutrisi masuk melalaui akar dan bergerak ke bagian
tumbuhan lainnya sebagai substansi yang terlarut dalam air. Demikian juga
karbohidrat yang dibentuk di daun diangkut ke jaringan-jaringan lainnya yang
tidak berfotosintesis dengan cara yang sama.
d. Pendingin. Kehilangan air dari tumbuhan oleh transpirasi akan mendinginkan
tubuhnya dan menjaga dari pemanasan yang berlebihan.
Oleh karena itu tumbuhan berusaha untuk mencari air menggunakan sistem
akarnya. Air memasuki akar melalui bulu-bulu akar yang sangat halus yang berada
sekitar 6 mm setelah tudung akar. Sistem bulu akar ini memperluas permukaan aktif yang
mampu menyerap air, dan secara terus menerus diperbaharui sesuai dengan pertumbuhan
akar menembus tanah (Grander, 1991).
G. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
a. Jangkrik bergerak lebih cepat pada lintasan kering (7) dengan kecepatan rata-rata 2,67
cm/s.
b. Akar tanaman kacang hijau bergerak menuju kearah air atau disebut hidrotropisme.
H. Daftar Pustaka

Alfin, I. 2013. Efektifitas Pita Tanaman Organik Sebagai Mulsa Pada Tanaman Padi
(Oryza sativa). Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem. 1 (2): 1-8.
Dwidjuseptutro, D. 1985. Penghantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Pt. Gremedia.
Ferdinand, Fiktor. 2003. Praktis Belajar Biologi. Yogyakarta : Grafindo.
Grander, Pearce dan R.L. Mithell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta :
Universitas Indonesia.
Gwynne, D. T, & Simmons, L. W. (1990). Experimental reversal of courtship roles in
an insect. Nature 346, 172-174.
Hena. 2008. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Gramedia.
Kadaryanto et al. 2006. Biologi 2. Jakarta : Penerbit Yudhistira.
Kahlen. 2009. Modeling leaf phototropism in a cucumber canopy : Germany.
Lawrence, E. 1991. Hendersdon’s Dictionary of Biological Terms Tenth Edition. England
: Longman Scientific & Technical. Longman Group (FE) Ltd.
Nurhayati, Awik Puji Dyah. 2004. Diktat Struktur Hewan. ITS. Surabaya
Paiman, F. B, Pudjiastuti, L. E, & Ernawati. (1999). Sukses beternak jangkrik. Jakarta :
Penebar Swadaya.
Sadjad, S. 1975. Proses Metabolisme Perkecambahan Benih dalam dasar-dasar
Teknologi benih. Capita selekta. Departemen Agronomi. Buku. Bogor : Institut
Pertanian Bogor.
Salysburi. F. 2004. Fisiologi Tanaman. Bandung: ITB.
Suharjo. K. J. 2011. Dasar – Dasar Fisiologi Tanaman. Bengkulu: Universitas Bengkulu.
I. Lampiran

Gambar 2. Pengukuran Gambar 3. Jangkrik Gambar 4. Alat dan bahan


kelembaban tanah Sumber : Dokumentasi pengamatan gerak pada
Sumber : Dokumentasi pribadi hewan
pribadi Sumber : Dokumentasi
pribadi

Gambar 5. Lintasan jangkrik Gambar 6. Penanaman Gambar 7. Hasil


Sumber : Dokumentasi kacang hijau pengamatan tanaman
pribadi Sumber : Dokumentasi kacang hijau
pribadi Sumber : Dokumentasi
pribadi

You might also like