Professional Documents
Culture Documents
Pasang infus (dan ambil darah untuk pemeriksaan laboratorium gawat darurat)
-bila tidak ada tanda perbaikan, ulangi 20 ml/KgBB secepat mungkin (II)
-bila tidak ada perbaikan, periksa apakah ada perdarahan nyata yang berarti:
Bila telah terjadi perbaikan kondisi anak (denyut nadi melambat, crt <2 detik), lihat
Hitung denyut nadi dan frekuensi nafas anak mulai dari pertama kali pemberian cairan
dan setiap 5 – 10 menit
Jika ada perbaikan tetapi belum adekuat (denyut nadi melambat, frekuensi nafas anak
melambat, dan crt >3 detik):
Berikan lagi cairan 10 ml/Kg selama 30 menit
Nilai kembali setelah volume cairan yng diberikan telah sesuai
Jika ada perbaikan dan sudah adekuat (denyut nadi melambat, frekuensi nafas anak
melambat, dan crt <2 detik):
Jika tidak ada perbaikan, lanjutkan dengan pemberian cairan rumatan 4 ml/Kg/Jam
dan pertinbangkan penyebab lain selain hipovolemik
Transfusi darah 10 ml/KgBB selama 1 jam (bila ada perdarahan nyata dan
darah tersedia)
Rujuk ke RS yang memiliki kemampuan lebih tinggi bila kondisi stabil
Jika kondisi anak menurun selama diberikan cairan infus (nafas anak meningkat
>5kali/menit atau denyut nada >15kali/menit); hentikan infus karena cairan infus
dapat memperburuk kondisi anak. Alihkan ke terapi oral atau menggunakan NGT
dengan ReSoMal 10 ml/Kg/Jam hingga 10 jam.
Pada anak dengan dehidrasi berat tanpa syok, lihat rencana terapi C pada penatalaksanaan
diare
Lanjutkan tatalaksana sesuai protap berikut jika ada perbaikan setelah penatalaksanaan cairan
pada anak dengan syok (denyut nadi melambbat atau crt membaik):
Berikan 70 ml/KgBB larutan RL atau NaCL 0,9% selama 5 jam pada bayi (umur
<12bulan) dan selama 2,5 jam pada anak (umur 12 bulan hingga 5 tahun).
Nilai kembali anak setiap 1-2 jam; jika status hidrasi tidak mengalami perbaikan, berikan
tetesan infus lebih cepat.
Berikan juga larutan oralit (sekitar 5 ml/KgBB/jam) segera setelah anak dapat minum;
pemberian ini umumnya dilakukan setelah 23-4 jam (pada bayi) atau 1-2 jam (pada anak).
Lakukan penilaian kembali setelah 6 jam (bayi) dan setelah 3 jam (anak).
Klasifikasikan derajat dehidrasi anak, kemudian pilih rencana tatalaksana sesuai dengan
protap penatalaksanaan dehidrasi pada diare (rencana A,B,C)
TATALAKSANA DEHIDRASI: RENCANA TERAPI C
TATALAKSANA DEHIDRASI: RENCANA TERAPI B
TATALAKSANA DEHIDRASI: RENCANA TERAPI A
ALGORITME TAKIKARDI (NADI TERABA)
ALGORITME BRADIKARDI (NADI TERABA)
ALGORITME HENTI JANTUNG
ALGORITMA TATALAKSANA ASMA SERANGAN AKUT
ALGORITMA TATALAKSANA ASMA AKUT PADA ANAK
PENATALAKSANAAN HIPOKALEMIA
Koreksi hipokalemia harus berdasarkan indikasi yang kuat, dosis kalium serta monitoring
komplikasinya. Tujuan koreksi kalium adalah mencegah ancaman jiwa misalnya aritmia
jantung, memperbaiki paralisis dan mengembalikan jumlah total kalium di dalam tubuh.
Indikasi Mutlak: Pemberian mutlak segera diberikan yaitu pada keadaan pasien dalam
terapi digitalis, ketoasidosis diabetikum, kelemahan otot pernafasan, dan pasien
dengan hipokalemia berat (< 2 mEg/L)
Indikasi Kuat: Kalium harus diberikan dalam waktu tidak terlalu lama yaitu pada
keadaan insufisiensi koroner / iskemia otot jantung, ensefalopati hepatikum, dan
pasien yang menggunakan obat yang dapat menyebabkan perpindahan kalium dari
ekstra ke intrasel.
Indikasi Sedang: Pemberian kalium tidak perlu segera, seperti pada hipokalemia
ringan (K 3 – 3,5 mEq/L)
Pemberian kalium lebih disukai melalui oral karena lebih mudah. Pemberian kalium 40 - 60
mEq dapat meningkatkan kadar kalium sebesar 1 – 1,5 mEq/L dan pemberian 135 – 160 mEq
dapat meningkatkan kadar kalium 2,5 – 3,5 mEq/L.
Pemberian kalium intravena dalam bentuk larutan KCL disarankan melalui vena sentral
dengan kecepatan 10 – 20 mEq/jam atau dapat lebih cepat (40 – 100 mEq/jam) pada keadaan
aritmia yang berbahaya atau adanya kelumpuhan otot pernafasan. KCL dilarutkan sebanyak
20 mEq di dalam 100 ml NaCl 0,9%. Namun apabila memberikan melalui vena perifer, KCL
maksimal 60 mEq dilarutkan dalam NaCl 0,9% 1000 mL karena apabila melebihi kadar ini
dapat menimbulkan rasa nyeri dan menyebabkan sklerosis vena.
TATALAKSANA HIPERKALEMIA
Penegakan diagnosis hiperkalemia pada keadaan emergensi dapat dilakukan dengan cara:
penilaian fungsi jantung, ginjal dan fungsi urinarius; penilaian derajat hidrasi;
elektrokardiogram. Perubahan EKG pada hiperkalemia:
GEJALA BERAT?
YA TIDAK
YA TIDAK
YA TIDAK