You are on page 1of 23

PENATALAKSANAAN KEJANG DEMAM

TATALAKSANA TERSANGKA DBD


TATALAKSANA KASUS DBD (GRADE II)
TATALAKSANA DENGUE SHOCK SYNDROME (DSS)
TATALAKSANA PEMBERIAN CAIRAN

PADA ANAK SYOK TANPA GIZI BURUK

 Pasang infus (dan ambil darah untuk pemeriksaan laboratorium gawat darurat)

 Masukkan larutan RL/NaCL 0,9% - pastikan aliran infus berjalan lancar

 Alirkan cairan infus 20ml/kgBB secepat mungkin! (I)

Umur/Berat Badan (20ml/KgBB) Volume RL/NaCL 0,9%

2 bulan (< 4 kg) 75 ml

2 - ≤ 4 bulan (4 - ≤ 6 kg) 100 ml

4 - ≤ 12 bulan (6 - ≤ 10 kg) 150 ml

1 - ≤ 3 tahun (10 - ≤ 14 kg) 250 ml

3 - ≤ 5 tahun (14 – 19 kg) 350 ml

 Nilai kembali setelah volume cairan yang sesuai telah diberikan

-bila tidak ada tanda perbaikan, ulangi 20 ml/KgBB secepat mungkin (II)

 Nilai kembali setelah pemberian kedua

-bila tidak ada perbaikan, ulangi 20 ml/KgBB secepat mungkin (III)

 Nilai kembali setelah pemberian ketiga

-bila tidak ada perbaikan, periksa apakah ada perdarahan nyata yang berarti:

 Bila ada perdarahan, berikan transfusi darah 20 ml/KgBB aliran secepat

mungkin (bila fasilitas memungkinkan)

 Bila tidak ada perbaikan, pertimbangkan penyebab lain selain hipovolemik

 Bila telah terjadi perbaikan kondisi anak (denyut nadi melambat, crt <2 detik), lihat

bagian TATALAKSANA DEHIDRASI BERAT PADA KEADAAN GAWAT

DARURAT SETELAH PENATALAKSANAAN SYOK.

TATALAKSANA PEMBERIAN CAIRAN


PADA ANAK SYOK DENGAN GIZI BURUK
 Pastikan anak menderita gizi buruk dan benar benar menunjukkan tanda syok
 Timbang BB anak
 Pasang infus (dan ambil darah untuk pemeriksaan laboratorium)
 Masukkan larutan RL dengan D5% (RLD 5%) atau RL atau NaCL 0,9%. Bila GDR
tinggi, berikan RL atau NaCL 0,9%
 Alirkan cairan infus 10 ml/Kg selama 30 menit

 Hitung denyut nadi dan frekuensi nafas anak mulai dari pertama kali pemberian cairan
dan setiap 5 – 10 menit
Jika ada perbaikan tetapi belum adekuat (denyut nadi melambat, frekuensi nafas anak
melambat, dan crt >3 detik):
 Berikan lagi cairan 10 ml/Kg selama 30 menit
 Nilai kembali setelah volume cairan yng diberikan telah sesuai

Jika ada perbaikan dan sudah adekuat (denyut nadi melambat, frekuensi nafas anak
melambat, dan crt <2 detik):

 Alihkan ke terapi oral atau menggunakan NGT dengan ReSoMal 10ml/Kg/Jam


hingga 10 jam;
 Mulai berikan anak makanan dengan F-75

Jika tidak ada perbaikan, lanjutkan dengan pemberian cairan rumatan 4 ml/Kg/Jam
dan pertinbangkan penyebab lain selain hipovolemik

 Transfusi darah 10 ml/KgBB selama 1 jam (bila ada perdarahan nyata dan
darah tersedia)
 Rujuk ke RS yang memiliki kemampuan lebih tinggi bila kondisi stabil

Jika kondisi anak menurun selama diberikan cairan infus (nafas anak meningkat
>5kali/menit atau denyut nada >15kali/menit); hentikan infus karena cairan infus
dapat memperburuk kondisi anak. Alihkan ke terapi oral atau menggunakan NGT
dengan ReSoMal 10 ml/Kg/Jam hingga 10 jam.

TATALAKSANA DEHIDRASI BERAT PADA KEADAAN


GAWAT DARURAT SETELAH PENATALAKSANAAN SYOK

Pada anak dengan dehidrasi berat tanpa syok, lihat rencana terapi C pada penatalaksanaan
diare
Lanjutkan tatalaksana sesuai protap berikut jika ada perbaikan setelah penatalaksanaan cairan
pada anak dengan syok (denyut nadi melambbat atau crt membaik):

 Berikan 70 ml/KgBB larutan RL atau NaCL 0,9% selama 5 jam pada bayi (umur
<12bulan) dan selama 2,5 jam pada anak (umur 12 bulan hingga 5 tahun).

Nilai kembali anak setiap 1-2 jam; jika status hidrasi tidak mengalami perbaikan, berikan
tetesan infus lebih cepat.

Berikan juga larutan oralit (sekitar 5 ml/KgBB/jam) segera setelah anak dapat minum;
pemberian ini umumnya dilakukan setelah 23-4 jam (pada bayi) atau 1-2 jam (pada anak).

Lakukan penilaian kembali setelah 6 jam (bayi) dan setelah 3 jam (anak).

Klasifikasikan derajat dehidrasi anak, kemudian pilih rencana tatalaksana sesuai dengan
protap penatalaksanaan dehidrasi pada diare (rencana A,B,C)
TATALAKSANA DEHIDRASI: RENCANA TERAPI C
TATALAKSANA DEHIDRASI: RENCANA TERAPI B
TATALAKSANA DEHIDRASI: RENCANA TERAPI A
ALGORITME TAKIKARDI (NADI TERABA)
ALGORITME BRADIKARDI (NADI TERABA)
ALGORITME HENTI JANTUNG
ALGORITMA TATALAKSANA ASMA SERANGAN AKUT
ALGORITMA TATALAKSANA ASMA AKUT PADA ANAK
PENATALAKSANAAN HIPOKALEMIA

Koreksi hipokalemia harus berdasarkan indikasi yang kuat, dosis kalium serta monitoring
komplikasinya. Tujuan koreksi kalium adalah mencegah ancaman jiwa misalnya aritmia
jantung, memperbaiki paralisis dan mengembalikan jumlah total kalium di dalam tubuh.

Perhatikan penyebab hipokalemia karena apabila mengkoreksi pada penyebab tertentu


dikhawatirkan dapat menyebabkan rebound hiperkalemia. Koreksi penyebab dari hipokalemia
merupakan bagian dari terapi hipokalemia.

Indikasi koreksi kalium:

 Indikasi Mutlak: Pemberian mutlak segera diberikan yaitu pada keadaan pasien dalam
terapi digitalis, ketoasidosis diabetikum, kelemahan otot pernafasan, dan pasien
dengan hipokalemia berat (< 2 mEg/L)
 Indikasi Kuat: Kalium harus diberikan dalam waktu tidak terlalu lama yaitu pada
keadaan insufisiensi koroner / iskemia otot jantung, ensefalopati hepatikum, dan
pasien yang menggunakan obat yang dapat menyebabkan perpindahan kalium dari
ekstra ke intrasel.
 Indikasi Sedang: Pemberian kalium tidak perlu segera, seperti pada hipokalemia
ringan (K 3 – 3,5 mEq/L)
Pemberian kalium lebih disukai melalui oral karena lebih mudah. Pemberian kalium 40 - 60
mEq dapat meningkatkan kadar kalium sebesar 1 – 1,5 mEq/L dan pemberian 135 – 160 mEq
dapat meningkatkan kadar kalium 2,5 – 3,5 mEq/L.
Pemberian kalium intravena dalam bentuk larutan KCL disarankan melalui vena sentral
dengan kecepatan 10 – 20 mEq/jam atau dapat lebih cepat (40 – 100 mEq/jam) pada keadaan
aritmia yang berbahaya atau adanya kelumpuhan otot pernafasan. KCL dilarutkan sebanyak
20 mEq di dalam 100 ml NaCl 0,9%. Namun apabila memberikan melalui vena perifer, KCL
maksimal 60 mEq dilarutkan dalam NaCl 0,9% 1000 mL karena apabila melebihi kadar ini
dapat menimbulkan rasa nyeri dan menyebabkan sklerosis vena.
TATALAKSANA HIPERKALEMIA

Penegakan diagnosis hiperkalemia pada keadaan emergensi dapat dilakukan dengan cara:
penilaian fungsi jantung, ginjal dan fungsi urinarius; penilaian derajat hidrasi;
elektrokardiogram. Perubahan EKG pada hiperkalemia:

Prinsip pengobatan hiperkalemia: pengobatan penyebab dasar serta pembatasan asupan


kalium.

Manajemen Akut (Rapid Correction):


 Kalsium glukonat intravena: untuk menstabilkan otot jantung akibat hiperkalemia,
mencegah aritmia. Dosis: 1-2 ampul, bolus pelan 20-20 menit
 Glukosa dan insulin intravena: untuk memindahkan kalium ke dalam sel, dengan efek
penurunan kalium kira-kira 6 jam. Dosis: insulin 10 unit dalam glukosa 40%, 50 ml
bolus intravena, lalu diikuti dengan infuse Dekstrosa 5% untuk mencegah
hiperkalemia. Cek kadar kalium 1 jam kemudian
Pemberian B2 agonis albuterol: untuk memindahkan kalium ke dalam sel, mendukung efek
insulin. Dosis 10-20 mg secara inhalasi maupun tetesan intravena
Furosemid: untuk meningkatkan ekskresi kalium lewat ginjal. Mengurangi total body kalium.
Dosis: 20-40 mg IV
Dialisis: untuk membuang kalium dari tubuh (paling efektif).
ALGORITMA TATALAKSANA HIPONATREMIA

GEJALA BERAT?

YA TIDAK

Lihat Tatalaksana GEJALA CUKUP BERAT?


Hiponatremia
dengan Gejala YA TIDAK
Berat

Lihat Tatalaksana HIPONATREMIA AKUT


Hiponatremia
dengan Gejala
YA TIDAK
Cukup Berat

Lihat Tatalaksana Lihat Tatalaksana


Hiponatremia akut tanpa Hiponatremia kronik
Gejala Berat atau Cukup Berat

VOLUME SIRKULASI BERKURANG

YA TIDAK

Lihat Tatalaksana Hiponatremia


Kronik Dengan Cairan Kurang

CAIRAN EKSTRASELULAR MENINGKAT

YA TIDAK

Lihat Tatalaksana Hiponatremia Lihat


Kronik dengan Cairan SIAD
Ekstraselular Meningkat
A. Tatalaksana Hiponatremia dengan Gejala Berat
Gejala Berat : Muntah hebat, gagal jantung dan pernafasan, somnolen, kejang, koma
(GCS <8)
 Dalam 1 jam pertama:
20 Menit pertama: tetesan cepat 150 ml (2ml/KgBB) NaCl 3% selama 20 menit.
20 Menit kedua: lakukan pemeriksaan kadar natirum plasma kemudian berikan
kembali NaCl 3% sebanyak 150 ml (2 ml/KgB) selama 20 menit.
20 Menit ketiga: Ulang rekomendasi diatas hingga dua kali atau sampai target
kenaikan kadar natirum plasma 5 mmol/L tercapai.
 Jika gejala membaik setelah kenaikan kadar natrium plasma 5 mmol/L dalam jam
pertama:
Hentikan infus NaCl 3%, pertahankan jalur intrabena dan berikan NaCl 0,9% dan
atasi penyebab hiponatremia. Batasi kenaikan kadar natrium plasma sampai total
10 mmol/L dalam 24 jam pertama dan tambahan 8 mmol/L dalam 24 jam
berikutnya sampai kadar natirum plasma mencapai 130 mmol/L. Periksa kadar
natirum plasma setelah 6/12 jam serta setiap hari sampai kadar natirum plasma
stabil dibawah pengobatan.
 Jika gejala tidak membaik setelah kenaikan kadar natrium plasma 5 mmol/L
dalam jam pertama:
Lanjutkan infus NaCl 3% untuk menaikkan kadar natirum plasma 1 mmol/L/Jam.
Hentikan infus apabila gejala membaik atau bila kadar natirum plasma meningkat
10 mmol/L atau bila kadar natirum plasma mencapai 130 mmol/L, tergantung
yang mana yang lebih dulu. Evaluasi diagnostik tambahan untuk mencari
penyebab lain dari gejala hiponatremia. Dianjurkan untuk memeriksa kadar
natirum plasma setiap 4 jam selama NaCl 3% dilanjutkan.
B. Tatalaksana Hiponatremia dengan Gejala Cukup Berat
Gejala cukup berat yaitu mual tanpa muntah, kebingungan, delirium, nyeri kepala.
 Evaluasi diagnostik cepat. Hentikan obat-obatan dan faktor lain yang berperan
atau memperberat hiponatremia. Lakukan tatalaksana spesifik sesuai penyebab.
 Berikan NaCl 3% 150 ml (2ml/KgBB) selama 20 menit. Dianjurkan untuk
mencapai kenaikan kadar natirum plasma 5 mmol/L/24 jam.
 Batasi kenaikan kadar natrium plasma sampai 10 mmol/L dalam 24 jam pertama
dan 8 mmol/L dalam 24 jam berikutnya, sampai tercapai kadar natrium plasma
130 mmol/L.
 Periksa kadar natrum plasma setelah 1, 6 dan 12 jam.
 Lakukan evaluasi diagnostik tambahan untuk mencari penyebab gejala yang lain
apabila gejala tidak membaik dengan kenaikan kadar natirum plasma.
 Kelola pasien sebagai hiponatremia dengan gejala berat jika kadar natrium plasma
semakin menurun meskipun penyebab dasar diobati.

C. Tatalaksana Hiponatremia Akut Tanpa Gejala Berat atau Cukup Berat


 Pastikan bahwa kadar natrium plasma diukur dengan memakai teknik yang sama
seperti yang digunakan sebelumnya dan tidak terjadi kesalahan administratif
dalam penanganan sampel.
 Lakukan evaluasi diagnostik cepat dan terapi spesifik sesuai penyebab.
 Jika penurunan akut kadar natrium plasma melebihi 10 mmol/L, berikan infus
tunggal 150 mL salin hipertonik 3% atau setaranya dalam 20 menit. Periksa kadar
natrium plasma setelah 4 jam, memakai teknik yang sama seperti yang digunakan
untuk pengukuran sebelumnya.

D. Tatalaksana Hiponatremia Kronik Tanpa Gejala Berat Atau Cukup Berat


 Hentikan cairan yang tidak diperlukan, obat-obatan dan faktor lain yang dapat
berperan atau memperberat hiponatremiadan berikan terapi spesifik sesuai
penyebab.
 Pada hiponatremia ringandisarankan untuk tidak memberikan terapi yang hanya
bertujuan untuk menaikkan kadar natrium plasma.
 Pada hiponatremia sedang atau berat, hindari kenaikan kadar natrium plasma >10
mmol/L dalam 24 jam pertama dan >8 mmol/L dalam setiap 24 jam berikutnya.
Periksa kadar natrium plasma setiap enam jam sampai kadar natrium plasma stabil
dalam pengobatan. Dalam kasus hiponatremia yang sulit, pertimbangkan untuk
melihat kembali algoritme diagnostik dan konsultasi dengan ahli
E. Tatalaksana Hiponatremia Kronik dengan Kekurangan Cairan
 Kembalikan volume cairan ekstraselular dengan infus intravena NaCl 0,9% atau
cairan kristaloid yang setara dengan kecepatan 0,5 – 1,0 mL/kg/jam.
 Tatalaksana pasien dengan gangguan hemodinamik di fasilitas yang dapat
melakukan monitoring biokimia dan klinis dengan ketat.
 Pada kasus dengan hemodinamik terganggu, kebutuhan untuk resusitasi cairan
cepat mengesampingkan risiko untuk menaikkan kadar natrium dengan cepat.

F. Tatalaksana Hiponatremia Kronik dengan Kelebihan Cairan Ekstraseluler


 Jangan memberikan terapi yang hanya bertujuan untuk menaikkan kadar natrium
plasma pada hiponatremia ringan atau sedang.
 Batasi pemberian cairan untuk mencegah kelebihan cairan lebih lanjut.
 Tidakdisarankan untuk memberikan antagonis reseptor vasopresin dan
demeclocycline

G. Tatalaksana Hiponatremia Kronik dengan Syndrom of Inappropriate Antidiuretic


Hormon Secretion
 Batasi asupan cairan sebagai tatalaksana lini pertama pada hiponatremia sedang
atau berat.
 Pada hiponatremia sedang atau berat, kami menyarankan hal-hal berikut yang
dapat setara dengan tatalaksana lini kedua: menaikkan asupan solut dengan 0,25 –
0,50 g/kg/hari urea atau kombinasi diuretik dosis rendah dan natrium klorida oral.
 Tidak boleh memberikan antagonis reseptor vasopresin.

Source: European Renal Best Practice (ERBP)


ALGORITMA HIPOKALSEMIA

Pastikan penyebab hipokalsemia:

Tatalaksana hipokalsemia pada keadaan akut

Kalsium glukonas lebih diutamakan dalam pemberian intravena dibandingkan dengan


kalsium klorida yang lebih sering mengakibatkan iritasi lokal.
Pemberian Ca Glukonas IV: larutkan 1-2 ampul Ca Glukonas 10% dengan 50 – 100 ml D5%
dan berikan secara bolus perlahan selama lebih dari 10 menit.
Monitoring ekg diperlukan karena pemberian terlalu cepat dapat mengakibatkan disaritmia.
Tatalaksana dapat dilanjutkan sampai gejala membaik. Biasanya perbaikan gejala hanya
sementara, oleh karena itu diperlukan pemberian larutan kalsium secara kontinu untuk
mencegah hipokalsemia berulang.
Maintanance: 10 ampul Ca Glukonas (@10ml) dilarutkan dalam 1 L D5% atau NaCl 0,9%
diberikan dengan kecepatan 50 ml/jam, dengan target kadar normal serum kalsium minimal.
Pemberian 10 ml/kg larutan selama 4 – 6 jam dapat meningkatkan kadar serum kalsium
sebanyak 0,3 – 0,5 mmol/L.

You might also like