You are on page 1of 9

MAKALAH ANTROPOLOGI

WUJUD KEBUDAYAAN DI BIDANG KESENIAN


(Kebudayaan fisik, Sistem sosial, dan Sistem budaya)

Dosen Pengampu :

PROF. DR. ALFITRI, M.SI

Di Susun Oleh :

 Rini Octaviani 07031281823109


 Tian nerisa

Prodi Ilmu Komunikasi B


Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik
Universitas Sriwijaya Indralaya
Tahun 2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
selesainya makalah yang berjudul “Antropologi Wujud Kebudayaan dibidang
Kesenian : Kebudayaan Fisik, Sistem Sosial, dan Sistem Budaya” dengan tepat
waktu. Atas dukungan moral dan materi yang diberikan dalam penyusunan makalah ini,
maka penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Petugas perpustakaan Gramedia World Palembang yang mengizinkan saya untuk
membaca beberapa buku sehingga membantu referensi penyusunan makalah saya.
2. Bapak PROF. DR. ALFITRI, M.SI (Dosen Antropologi) yang telah memberi tugas
Antropologi Wujud Kebudayaan dibidang Kesenian.
3. Teman-teman Universitas Sriwijaya indralaya yang ikut membantu.
4. Orang tua dirumah yang telah membantu saya untuk bisa membuat makalah
dengan benar.
5. Teman-teman kelompok ini yang telah bekerjasama dengan sangat baik.

Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu saran
dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaan makalah ini. Saya berharap makalah ini dapat menjadi referensi
lanjutan dan bermanfaat bagi pembacanya.

Indralaya, Oktober 2018

Kelompok 2
BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Manusia adalah mahluk yang paling berkuasa dimanapun ia berada.diciptakan
dengan segala kesempurnaan yang ada pada diri manusia. Selain memiliki akal
pikiran, manusia juga dianugerahi naluri yang merupakan bawaan dari alam. Naluri
akal dan pikiran tersebut akan digunakan untuk memenuhi hasrat hidupnya guna
menjamin kelangsungan hidup manusia.
Dalam perkembangannya manusia akan mengalami kesulitan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia akan semakin mengembangkan akal
pikirannya karena mengandalkan naluri saja tidak akan mampu membuat mereka
bertahan hidup. Dengan mengembangkan akal pikirannya maka kemampuan manusia
akan semakin bertambah. Cara-cara untuk bertindak melakukan aktivitas kehidupan
juga bervariasi.
Tindakan yang semua hanya berdasarkan naluri dan refleks, selanjutnya akan
semakin dirombak agar mempermudah aktivitas manusia atau hanya sekedar untuk
menghasilkan sesuatu yang berbeda dari sebelumnya yang pernah dilakukan. Dalam
perkembangannya, tindakan-tindakan tersebut akan menghasilkan sebuah wujud
(benda-benda), baik untuk membantu manusia atau fungsi lainnya. Sebab
kemampuan-kemampuan tersebut tidak akan muncul apabila tidak dibiasakan dengan
belajar dan mencoba.
Proses belajar untuk menghasilkan tindakan ini akan membentuk suatu
kebudayaan. Kebudayaan tersebut akan dibahas lewat ilmu “Antropologi” yang
membahas wujud dari kebudayaan ini disebut “Antropologi Wujud”.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KATA ANTROPOLOGI KEBUDAYAAN


Antropologi kebudayaan atau lebih sering kita dengar sebagai antropologi
budaya (terjemahan dari Cultural Anthropogy), merupakan salah satu cabang dari
studi antropologi yang mengambil kebudayaan sebagai objek studinya. Ilmu
Antropologi, tidak seperti beberapa ilmu lain (misalnya, geografi) mempunyai
kejelasan posisi dalam dikotomi bidang-bidang ilmu pengetahuan, apakah
termasuk bidang eksakta atau noneksata, ilmu pengetahuan alam atau sosial. Ilmu
Antropologi adalah salah satu ilmu yang termasuk ke dalam kategorkategori
i budaya. Antropologi biologi merupakan kelompok studi antropologi yang
mempelajari manusia beserta proses biologis yang menyertainya sehingga
terjadinya aneka warna makhluk manusia dipandang dari sudut ciri-ciri tubuhnya.
Ilmu ini meliputi ilmu paleoantropologi dan antropologi fisik. Ilmu pengetahuan
penunjang dalam antropologi biologi meliputi kedokteran, arkeologi, biologi, dan
sebagainya.
Antropologi budaya merupakan studi antropologi yang bidang studinya
mengambil kebudayaan sebagai objeknya. Aspek-aspeknya antara lain meliputi
masalah sejarah asal, perkembangan, dan penyebaran aneka warna bahasa yang
diucapkan manusia di seluruh dunia; masalah perkembangan, penyebaran dan
terjadinya aneka warna kebudayaan di seluruh dunia; dan masalah azas-azas dari
kebudayaan manusia dalam kehidupan masyarakat dari semua suku bangsa yang
tersebar di seluruh muka bumi (Koentjaraningrat, 1990: 25).
Sesuai dengan aspek-aspek yang dipelajari terdapat cabang antropologi
budaya, yaitu prehistori, etnolinguistik, etnologi (Descriptive integration/etnology
dan generalizing aproach/social anthropology), etnopsikologi, antropologi
spesialisasi (antropologi ekonomi, antropologi politik, antropologi kependudukan,
antropologi kesehatan, antropologi kesehatan jiwa, antropologi pendidikan,
antropologi perkotaan dan antropologi perdesaan), dan antropologi terapan. Selain
itu ada pula dua aspek lain yang menjadi kajian ilmu antropologi, selain kajian
antroplogi budaya, yaitu masalah sejarah asal dan perkembangan manusia (atau
evolusinya) secara biologi (termasuk dalam studi paleoantropologi); dan masalah
sejarah terjadinya aneka warna makhluk manusia dipandang dari sudut ciri-ciri
tubuhnya (antropologi fisik). Kedua aspek ini dicakup dalam studi Antropologi
Fisik dalam arti luas.
Saat ini, ilmu antropologi budaya mempunyai peranan penting dalam
pembangunan bangsa di Indonesia dan telah cukup mendapat perhatian oleh
pemerintah. Hal ini tampak dengan adanya pengembangan ilmu ini di beberapa
universitas negeri, seperti Universitas Gadjah Mada, Universitas Indonesia,
Universitas Airlangga, Universitas Sumatra Utara, Universitas Andalas,
Universitas Udayana, Universitas Hasanuddin, Universitas Cendrawasih.

B. WUJUD KEBUDAYAAN
Kebudayaan tidak bisa diartikan secara sederhana sehingga terdapat
berbagai definisi mengenai kebudayaan yang berasal dari gagasan para sarjana
luar negeri. Definisi kebudayaan yang dikumpulkan oleh A.L. Kroeber dan C.
Kluckhohn berjumlah sekitar 160 buah yang ditulis dalam buku Culture: A
Critical Review of Concept and Definitions. Koentjaraningrat, seorang tokoh
antropologi di Indonesia mendefinisikan kebudayaan sebagai ”keseluruhan sistem
gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan
bermasyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.” Dalam definisi
ini kebudayaan bermakna sangat luas dan beragam karena mencakup proses
berlajar dalam sejarah hidup manusia yang diwariskan antargenerasi.
Kebudayaan memiliki pengertian sebagai segala tingkah laku manusia
dalam kehidupannya yang diperoleh melalui proses belajar. Namun, seringkali
kebudayaan hanya bermakna atau berkaitan dengan bidang seni. Sebaliknya,
segala hal yang berkaitan dengan perilaku manusia dalam kehidupannya bisa
dikategorikan sebagai kebudayaan. Misalnya, cara makan, sopan santun, upacara
perkawinan hingga cara memilih pimpinan pun merupakan bentuk kebudayaan
manusia. Definisi kebudayaan dalam antropologi adalah segala tingkah laku
manusia yang layak dipandang dari sudut kebudayaan sehingga bisa dikategorikan
sebagai kebudayaan.
Koentjaraningrat membagi kebudayaan dalam tiga wujud, yakni ideas
(sistem ide), activities (sistem aktivitas), dan artifacts (sistem artefak).
1. Wujud Kebudayaan sebagai Sistem Ide
Wujud kebudayaan sebagai sistem ide bersifat sangat abstrak,
tidak bisa diraba atau difoto dan terdapat dalam alam pikiran individu
penganut kebudayaan tersebut. Wujud kebudayaan sebagai sistem ide
hanya bisa dirasakan dalam kehidupan sehari-hari yang mewujud dalam
bentuk norma, adat istiadat, agama, dan hukum atau undangundang.
Contoh wujud kebudayaan sebagai sistem ide yang berfungsi
untuk mengatur dan menjadi acuan perilaku kehidupan manusia adalah
norma sosial. Norma sosial dibakukan secara tidak tertulis dan diakui
bersama oleh anggota kelompok masyarakat tersebut. Misalnya, aturan
atau norma sopan santun dalam berbicara kepada orang yang lebih tua
dan aturan bertamu di rumah orang lain. Bentuk kebudayaan sebagai
sistem ide secara konkret terdapat dalam undang-undang atau suatu
peraturan tertulis.
2. Wujud Kebudayaan sebagai Sistem Aktivitas
Wujud kebudayaan sebagai sistem aktivitas merupakan sebuah
aktivitas atau kegiatan sosial yang berpola dari individu dalam suatu
masyarakat. Sistem ini terdiri atas aktivitas manusia yang saling
berinteraksi dan berhubungan secara kontinu dengan sesamanya. Wujud
kebudayaan ini bersifat konkret, bisa difoto, dan bisa dilihat.
Misalnya, upacara perkawinan masyarakat Flores, atau proses
pemilihan umum di Indonesia. Kampanye partai adalah salah satu
contoh bentuk atau wujud kebudayaan yang berupa aktivitas individu.
Dalam kegiatan tersebut terkandung perilaku berpola dari individu, yang
dibentuk atau dipengaruhi kebudayaannya. Selain itu, upacara
perkawinan atau upacara lainnya yang melibatkan suatu aktivitas
kontinu dari individu anggota masyarakat yang berpola dan bisa diamati
Unsur-Unsur Budaya 57 suatu masyarakat. Seperti upacara perkawinan
dalam masyarakat Jawa yang begitu rumit memperlihatkan pola yang
teratur dan tetap dengan mempergunakan berbagai benda yang
dibutuhkan dalam aktivitas tersebut. secara langsung juga merupakan
salah satu contoh wujud kebudayaan yang berbentuk aktivitas.
3. Wujud Kebudayaan sebagai Sistem Artefak
Wujud kebudayaan sebagai sistem artefak adalah wujud
kebudayaan yang paling konkret, bisa dilihat, dan diraba secara
langsung oleh pancaindra. Wujud kebudayaan ini adalah berupa
kebudayaan fisik yang merupakan hasil-hasil kebudayaan manusia
berupa tataran sistem ide atau pemikiran ataupun aktivitas manusia yang
berpola. Misalnya, kain ulos dari Batak atau wayang golek dari Jawa. Di
dalam upacara adat perkawinan Jawa, berbagai mahar berupa barang
yang harus diberikan oleh pihak mempelai laki-laki kepada pihak
mempelai perempuan. Benda-benda itu merupakan perwujudan dari ide
dan aktivitas individu sebagai hasil dari kebudayaan masyarakat. Dalam
upacara selamatan, terdapat berbagai sesaji atau peralatan yang
dibutuhkan atau digunakan dalam aktivitas tersebut. Di dalam suatu
kampanye partai politik dibuat berbagai macam lambang partai berupa
bendera yang menyimbolkan keberadaan atau kebesaran partai tersebut.
Dalam kehidupan manusia ketiga wujud kebudayaan tersebut
saling berkaitan dan melengkapi satu sama lainnya. Misalnya, di dalam
upacara perkawinan konsep mengenai upacara tersebut, siapa yang
terlibat, apa yang diperlukan, dan bagaimana jalannya upacara tersebut
merupakan wujud kebudayaan dalam tataran yang paling abstrak, yakni
sistem ide. Namun, upacara perkawinan merupakan sebuah aktivitas
yang berpola dari suatu masyarakat. Seperti upacara perkawinan dalam
masyarakat Jawa yang begitu rumit memperlihatkan pola yang teratur
dan tetap dengan mempergunakan berbagai benda yang dibutuhkan
dalam aktivitas tersebut.

C. UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN
Antropologi membagi tiap-tiap kebudayaan kedalam beberapa unsur besar,
yang disebut culture universals. Artinya universal adalah ada dan bisa didapatkan
didalam semua kebudayaan dari semua bangsa di dunia. Para sarjana antropologi
memberikan pandangan tentang unsur kebudayaan dengan mengambil inti dari
berbagai macam skema tentang cultural universe, yang kemudian kita dapat
menganggap ada 7 (tujuh) unsur kebudayaan sebagai cultural universals yang
didapatkan pada semua bangsa di dunia, yaitu:
1) Bahasa (lisan maupun tertulis).
2) Sistem teknologi (peralatan dan perlengkapan hidup manusia).
3) Sistem mata pencaharian (mata pencaharian hidup dan sistem ekonomi).
4) Organisasi sosial (sistem kemasyarakatan).
5) Sistem pengetahuan.
6) Kesenian (seni rupa, sastra, suara, dan sebagainya).
7) Religi.
Dari ke-7 unsur kebudayaan yang universal tersebut, masing–masing
mempunyai 3 wujud kebudayaan, yaitu sisitem budaya, sisitem sosial, dan
kebudayaan fisik.
1. Sistem Budaya
Sistem kebudayaan merupakan wujud yang abstrak dari kebudayaan.
Sistem budaya (cultural system) merupakan ide-ide dan gagasan manusia yang
hidup bersama dalam suatu masyarakat. Sistem budaya dapat diartikan pula
adat-istiadat yang mencakup sistem nilai budaya dan sistem norma yang ada
dalam masyarakat, termasuk norma agama.
Fungsi sistem budaya adalah menata dan mematangkan tindakan-
tindakan serta tinglah laku manusia. Proses belajar dari sistem budaya ini
dilakukan melalui pembudayaan atau pelembagaan (institutionalization).
Dalam proses pelembagaan ini, seorang individu mempelajari dan
menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan adat-adat, sistem norma dan
peraturan yang hidup dalam kebudayaan. Proses ini dimulai sejak kecil,
dimulai dari lingkungan keluarganya, kemudian lingkungan diluar rumah,
mula-mula dengan meniru berbagai macam tindakan. Setelah perasaan dan
nilai budaya yang memberikan motivasi akan tindakan meniru itu
diinternalisasi dalam kepribadiannya, maka tindakannya itu menjadi suatu
pola yang mantap dan norma yang mengatur tindakannya dibudayakan.
2. Sistem Sosial
Sistem sosial merupakan kompleks dari aktifitas serta berpola dari
manusia dalam organisasi dan masyarakat. Teori sistem sosial pertama kali
diperkenalkan oleh seorang sosiolog Amerika, Talloctt Parsons. Konsep
sistem sosial ini digunakan untuk menjelaskan tentang kelompok-kelompok
manusia dengan asumsi bahwa kelompok manusia merupakan sistem. Dalam
suatu sistem sosial, parsons menyebutkan paling tidak ada 4 hal, yaitu:
a) 2 orang atau lebih.
b) Terjadi interaksi diantara mereka.
c) Bertujuan.
d) Memiliki struktur, simbol, dan harapan-harapan bersama yang
dipedomaninya.
3. Kebudayaan Fisik
Wujud kebudayaan fisik, hasil fisik dari aktivitas, perbuatan dan karya
manusia dalam masyarakat, sifat kongkrit, benda-benda yang dapat diraba,
dilihat, difoto. Di antara ketiga unsur kebudayaan tersebut, hasil kebudayaan
fisiklah yang paling mudah diamati dan diteliti. SenuSeni rupa adalah bagian
kebudayaan fisik, karena semua kegiatan bidang seni rupa memiliki tampilan
yang kasat mata. Hasil kebudayaan fisik , sebagian kompleks kegiatan, tetap
terkait dengan sistem gagasan. Sistem gagasalanlah yang mendasari semua
kegiatan dan hasil kegiatan manusia, termasuk karya seni.

4. Nilai Budaya

Menurut Theodorson dalam Pelly (1994) : Nilai merupakan sesuatu yang abstrak,
yang dijadikan pedoman serta prinsip-prinsip umum dalam bertindak dan
bertingkah laku.

Keterikatan orang atau kelompok terhadap nilai menurut Theodorson relatif sangat
kuat dan bahkan bersifat emosional.
Nilai dapat dilihat sebagai tujuan kehidupan manusia itu sendiri
Nilai budaya terdiri atas :

Simbol-simbol Budaya : Yaitu slogan yang terlihat kasat mata (jelas). Contoh :
“Tatas Tuhu Trasna”
Sikap: Yaitu tingkah laku, gerak gerik yang muncul akibat slogan, moto tersebut.
Contoh : Dengan slogan “Tatas Tuhu Trasna”, orang Lombok harus memiliki
sifat mampu patuh terhadap aturan yang ada
Kepercayaan : Kepercayaan yang tertanam, mengakar & menjadi acuan dalam
berperilaku (tidak terlihat)

You might also like